Anda di halaman 1dari 27

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI

KAWASAN HUTAN ADAT GHIMBE PERAMUNAN DESA


PENYADINGAN KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT
KABUPATEN MUARA ENIM

Oleh

M. AFIT FIRANZAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PALEMBANG

2022
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI
KAWASAN HUTAN ADAT GHIMBE PERAMUNAN DESA
PENYADINGAN KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT
KABUPATEN MUARA ENIM

Oleh

M. AFIT FIRANZAH

RENCANA PENELITIAN

Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian

Pada

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PALEMBANG

2022
HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN


HUTAN ADAT GHIMBE PERAMUNAN DESA PENYADINGAN
KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT KABUPATEN MUARA ENIM

Oleh
M. AFIT FIRANZAH
45 2018 003
Telah disetujui sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(Dr. Asvic Helida S.Hut.,M.Sc) (Delfy Lensari S.Hut.,M.Si)

Palembang, 2022
Diketahui oleh
Ketua
Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Palembang

(Dr. Ir. Lulu Yuningsih, S.Hut.,M.Si.,IPU)


NBM/NIDN. 0204026801
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan proposal rencana penelitian ini dengan
judul Identifikasi Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Hutan Adat Ghimbe
Peramunan Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara
Enim, yang merupakan salah satu syarat untuk melakukan penelitian.

Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak medapatkan bantuan


dari berbagai pihak, baik berupa doa, bimbingan petunjuk, saran dan masukan.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepeda penulis akan mendapatkan bantuan
dari balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan proposal rencana penelitian ini


masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal rencana penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik kita. Amin.

Palembang Agusutus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… iv

DAFTAR TABEL……………………………………….......................... vi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. Viii

BAB I. PENDAHULUAN… ……………………………………. 1

1.1Latar Belakang………………………………………… 1

1.2Rumusan Masalah……………………………………... 2

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………… 3

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………….. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………….. 4

2.1 Burung………………………………………………..... 4

2.2 Morfologi Burung……………………………………… 5

2.3 Habitat Burung………………………………………… 6

2.4 Penyebaran Burung…………………………………..... 6

2.5 Keanekaragaman Jenis………………………………… 7

2.6 Hutan Adat Ghimbe Peramunan……………………….. 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………. 9

v
3.1 Tempat dan Waktu……………………………………… 9

3.2 Bahan dan Alat…………………………………………. 9

3.3 Metode Penelitian……………………………………….. 9

3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………….... 10

3.5 Analisis Data……………………………………………. 11

3.5.1 Indeks Kekayaan Jenis……………………………… 11

3.5.2 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)………………… 11

3.4.3 Indeks Kemerataan Jenis………………………........ 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………. 13

LAMPIRAN…………………………………………………… 15

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Bahan dan Alat……..…………………………………………….. 14

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bagian-bagian tubuh burung……………………………………… 5
2. Lokasi Penelitian…………………………………………………. 9
3. Titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count……. 10

viii
LAMPIRAN

Halaman
1. Tally Sheet Pengamatan Burung………………………………… 15

ix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman


yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tecatat sebanyak 1.771 spesies yang
ditemukan di Indonesia dan diantaranya terdapat 533 spesies yang dilindungi
(Saryanthi, 2019). Keanekaragaman Jenis Burung di Indonesia sering kali dikaitkan
dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman jenis burung maka
semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup burung (Endah, et al.
2015).

Burung merupakan satwa yang memiliki mobilitas tinggi dan memiliki


kemampuan penyebaran yang luas pada area terbuka, banyak hidup dikawasan
hutan, pedesaan dan perkotaan (Saefullah, et al. 2015)., Reifani, et al. 2019).
Burung juga sangat berperan penting dalam ekosistem, perubahan struktur dan
komposisi vegetasi akan berpengaruh pada keanekaragaman spesies burung,
keanekaragaman burung pada suatu daerah dapat dijadikan indikator untuk
kestabilan daerah itu sendiri (Ayat dan Tata, 2015)., Susanto, et al. 2016).

Aktivitas burung membutuhkan habitat yang memiliki ketersediaan pakan


yang baik. Keanekaragaman burung dapat menjadi salah satu indikator kondisi
lingkungan (Saefullah, 2016). Keanekaragaman spesies burung di suatu komunitas
juga ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu waktu,
heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan
produktivitas. Hilangnya vegetasi juga menyebabkan hilangnya sumber pakan bagi
burung, sehingga akan berpengaruh bagi keanekaragaman burung disuatu wilayah.

Penelitian sebelumnya yang sejenis sudah pernah diteliti oleh Nofan


Kurniawan dari Universitas Muhammadiyah Palembang 2018, dengan judul
“Identifikasi Spesies-Spesies Burung Di Desa Muara Lawai Kecamatan Merapi
Timur Kabupaten Lahat” Hasil penelitian menunjukan bahwa spesies burung yang
1
ada di perkebunan karet berjumlah 18 spesies, dan kelimpahan spesies dan
frekuensi sebaran burung di dominasi oleh spesies Cucak Kutilang (Pycnonotus
Aurigaster), keanekaragaman di hutan skunder dan perkebunan karet terbilang
sedang, sedangkan indkes kesamaan jenis di hutan skunder dan perkebunan karet
tinggi dengan nilai 62%.

Sampai saat ini, penelitian tentang keanekaragaman jenis burung di Hutan


Adat Ghimbe ini belum pernah dilakukan. karena itu, survei tentang
keanekaragaman jenis burung di lokasi ini penting untuk dilakukan. Berdasarkan
uraian di atas hal inilah yang melatarbelakangi dilakukanya penelitian tentang
keanekaragaman jenis burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat keanekaragaman dari jenis burung yang terdapat


terdapat di kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan Muara Enim.

2. Bagaimana tingkat kekayaan dari jenis burung yang terdapat di kawasan


Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan Muara Enim.

3. Bagaimana indeks dari kemerataan jenis burung yang terdapat di kawasan


Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan Muara Enim.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis tingkat keanekaragaman jenis burung yang


ditemukan di dalam kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan
Muara Enim.
2. Mengetahui dan menganalisis tingkat kekayaan jenis burung yang
ditemukan di dalam kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan
Muara Enim.
3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemerataan jenis burung yang
ditemukan di dalam kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan
Muara Enim.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan


pengetahuan dalam membantu memahami materi keanekaragaman jenis
burung di kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan Muara Enim.
2. Bagi Masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
serta data terbaru yang dapat digunakan sebagai rujukan tentang jenis
burung di kawasan Hutan Ghimbe Adat Ghimbe Peramunan Muara Enim.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung

Burung merupakan satwa liar yang berperan penting dalam hal penyusun
rantai makanan, membantu penyerbukan, mengendalikan populasi serangga hama,
dan agen penyebar biji yang bermanfaat untuk meregenerasi hutan secara alami
(MacKinnon, et al. 2010). Penurunan kualitas lingkungan karena berkurangnya
vegetasi dan tingginya aktivitas manusia juga berpengaruh terhadap kehilangan
tempat tinggal, berkembang biak, tempat bermain dan sumber pakan burung
(Nurdin, et al. 2020). Dengan demikian, burung menjadikan indikator kualitas
lingkungan. Burung sebagai salah satu satwa liar yang menjadi indikator kualitas
lingkungan, dapat dilihat dari keragamannya. Semakin beragam burung-burung di
suatu habitat, menunjukkan kualitas lingkungan masih relatif baik. Selain itu,
burung sangat bermanfaat di habitatnya, karena memiliki fungsi vital secara
ekologis pada lingkungan yang natural. Burung juga memiliki nilai ekonomi dan
budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung dikalangan masyarakat (Kim,
et al. 2001).

Burung merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki peranan


penting dalam mendukung berlangsungnya suatu siklus kehidupan organisme.
Keadaan ini dapat dilihat dari rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan yang
membentuk sistem kehidupannya dengan komponen ekosistem lainnya seperti
tumbuhan dan serangga (Sawitri, et al. 2010). Oleh karena itu keberadaan burung
di suatu kawasan sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi keberadaan dan
persebaran jenis tumbuhan. Penurunan populasi burung di suatu habitat atau
kawasan dapat disebabkan karena adanya perubahan infrastruktur, pengurangan
vegetasi, kegiatan perburuan liar, pemanfaatan kawasan sebagai tempat rekreasi,
dan aktivitas manusia meningkat (Aryanti, et al. 2018). Selain itu, persebaran
distribusi burung juga menjadi penyebab penurunan atau kenaikan populasi burung.

4
Setiap individu burung melakukan adaptasi terhadap tipe-tipe habitatnya,
ketersediaan pakan, aktivitas breeding, dan perilaku sosial (Mainase, et al. 2016).

2.2 Morfologi Burung

Secara umum bagian tubuh burung dapat dikelompokkan menjadi beberapa


bagian (Gambar 1). yaitu:

1. Kepala: mahkota, dahi, paruh, mata, lingkar mata, alis, kekang, garis mata,
malar, tengkuk, pipi, dagu, tenggorokan.
2. Tubuh bagian atas: leher, mantel, punggung, penutup ekor atas, ekor,
penutup sayap, dan sayap (primer dan sekunder).
3. Tubuh bagian bawah: dada, perut, penutup ekor bawah, kaki.

Sumber Foto: M. Irham - LIPI)


Gambar 1 Bagian-bagian tubuh burung
Tiap jenis burung dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri morfologi eksternal
yang relatif mudah diamati. Ciri-ciri tersebut antara lain panjang total tubuh burung
yang di ukur dari paru sampai ekor untuk menentukan besar atau kecilnya tubuh
burung. Warna burung pada bagian-bagian tubuh utama seperti kepala, sayap, ekor,
tubuh bagian depan dan belakang. Selain warna bulu, warna bagian tubuh lain
seperti kaki dan mata juga sering kali dapat menjadi ciri pembeda jenis.

9
2.3 Habitat Burung

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dijadikan


tempat suatu jenis atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung
perkembangbiakan organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat
memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu
organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung,
(Bibby et al. 2000).

Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan,


tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung.
Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan
struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan,
(Muhammad 2012). Burung merupakan salah satu margasatwa yang terdapat
hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu
yaitu adanya kondisi habitat yang cocok, baik, serta aman dari segala macam
gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat
berlindung, tempat beristirahat dan tidur malam, serta tempat untuk berkembang
biak baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas. Habitat burung terbentang mulai
dari tepi pantai hingga ke puncak gunung.

2.4 Penyebaran Burung

Pola sebaran merupakan salah satu ciri khas dari setiap organisme atau
populasi di suatu habitat. Setiap populasi mempunyai struktur atau penyusunan
individu yang dikenal dengan pola sebaran populasi. Sebaran tersebut merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari suatu populasi (Nur et al. 2013);
(Natalia et al. 2014). Pergerakan satwa liar baik dalam skala sempit maupun luas
merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya.

Burung membutuhkan suatu koridor untuk melakukan pergerakan yang


dapat menghubungkan dengan sumber keanekaragaman. Penyebaran suatu jenis
burung disesuaikan dengan pergerakannya atau kondisi lingkungan seperti
pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat dan letak geografis. Burung merupakan

10
kelompok satwa liar yang paling merata penyebarannya, ini disebabkan karena
kemampuan terbang yang dimilikinya, (Alikodra, 2002).

Kehadiran suatu burung pada suatu habitat merupakan hasil pemilihan


karena habitat tersebut sesuai untuk kehidupannya. Pemilihan habitat ini akan
menentukan burung pada lingkungan tertentu. Beberapa spesies burung tinggal di
daerah-daerah tertentu, tetapi banyak spesies yang bermigrasi secara teratur dari
suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Jalur migrasi
yang umum dilewati oleh burung yaitu bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut
Latitudinal.

2.5 Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis burung berbeda antar satu tempat dengan tempat


yang lain. Tinggi rendahnya suatu keanekaragaman burung pada suatu komunitas
dipengaruhi oleh keanekaragaman tipe habitat, stuktur, vegetasi dan ketersediaan
pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung.
Selain faktor-faktor di atas, ada pula faktor lainnya yaitu musim dan cuaca,
kelembaban, produktivitas burung serta keberadaan predator juga mempengaruhi
tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang berada pada suatu lokasi.

Hasil penelitian Apriyani Ekowatie, et. al 2022, tentang Keanekaragaman


Jenis Burung di Kawasan Telaga Warna, Desa Tugu Utara, Cisarua, Bogor.
Menunjukan hasil Keanekaragaman jenis burung (H’) pada kawasan Hutan Telaga
Warna tergolong sedang (1<1,47<3). Hal tersebut tentu saja sangat dipengaruhi
oleh komposisi tumbuhan yang menyusun vegetasi di kawasan ini. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kawasan Hutan Telaga Warna merupakan tipe
vegetasi heterogen tipe vegetasi yang heterogen menjadikan kawasan Hutan Telaga
Warna merupakan habitat yang baik bagi jenisjenis satwa di dalamnya termasuk
burung, karena tersedianya kebutuhan hidup burung seperti pakan, tempat
bersarang dan tempat beraktivitas.

11
Indeks keanekaragaman membuktikan bahwa kekayaan hayati dalam suatu
kawasan didukung secara penuh oleh kondisi ekologis di sekelilingnya. Mulai dari
aktivitas makhluk hidup lain yang hidup berdampingan, keberadaan predator
ketersediaan pakan, hingga ketersediaan tempat tinggal yang aman dan nyaman
untuk burung tersebut hingga dapat berkembang biak, Keragaman jenis burung
merupakan suatu refleksi dari bermacam-macam habitat dan kondisi iklim yang
mampu mendukungnya (Sajithiran et al. 2004).

12
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian pengamatan burung ini akan dilaksanakan di kawasan Hutan


Adat Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim,
dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian akan dilaksanakan selama kurang lebih dua
bulan, dimulai pada bulan Agustus-September 2022.

Sumber: Lembaga Pengelola Hutan Adat Puyang Sure Aek Big'a


Ghimbe Peramunan, 2021.
Gambar 2. Lokasi Penelitian

13
3.2 Bahan dan Alat

Alat-alat yang diperlukan untuk pengamatan ini berupa Kamera Digital,


Alat Tulis, Teropong, Tally Sheet dan GPS, sebagaimana Table 1.

Tabel 1. Bahan dan Alat.


NO Alat dan Bahan Kegunaan

1. Kamera Digital Dokumentasi selama penelitian


2. Alat Tulis Untuk menulis atau mencatat saat penelitian
Untuk melihat sebuah benda dari jarak yang jauh
3. Teropong sehingga akan tampak lebih jelas

4. Kompas Menunjukkan arah

Penentuan lokasi geografis yang akurat


5. GPS
6. Tally sheet Memudahkan pada saat mencatat suatu objek
yang ditemukan

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.


Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data burung di lapangan dilakukan menggunakan metode IPA


(Indices Ponctuels d’Abondence) atau Point Count. Dalam metode IPA, pengamat
berhenti pada suatu titik di habitat yang diamati, dan menghitung semua burung
yang terdeteksi (baik yang terlihat lewat lensa binokuler secara langsung maupun
melalui suara burung) selama selang waktu 20 menit. Pengamatan dilakukan pada
pagi hari pukul 06.00 - 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 – 18.00 WIB.

14
Penentuan jalur pengamatan dilakukan secara terarah, agar burung yang ditemui
adalah jenis burung yang ada di habitat tersebut.

Hasil yang didapat dengan metode ini berupa kelimpahan relatif.


Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa lokasi
penelitian memiliki luas 43,7 Ha. Pengamatan dilakukan dengan cara amengambil
1 jalur pengamatan sebagai sampel, dimana setiap jalur pengamatan terdapat 5 titik
pengamatan dengan radius 15 meter dan jarak antar titik adalah 200 m. Pengulangan
dilakukan sebanyak 5 kali setiap jalur pengamatan, dimana kegiatan pengulangan
dilakukan 1 kali dalam 1 hari. Banyaknya lokasi, plot tiap lokasi dan ulangan
pengamatan yang diambil karena pertimbangan biaya, waktu dan kemampuan
pengamat. Data burung yang diambil saat pengamatan adalah jenis burung dan
jumlah individu burung.

Gambar 3. Titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count


Metode lain yang digunakan adalah motode wawancara. Wawancara
dilakukan pada warga sekitar kawasan yang aktivitas kesehariannya berada di
dalam kawasan.

15
3.5 Analisis Data

Analisis data kuantitatif dengan menggunakan indeks-indeks analisis


meliputi:

3.5.1 Indeks Kekayaan Jenis

Indeks Kekayaan Jenis (species richness) berfungsi untuk mengetahui


kekayaan jenis setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Untuk
menentukan kekayaan jenis burung, maka digunakan klasifikasi yang sama dengan
nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener.

D mg = (S-1)/ln N

Keterangan: D = Indeks Kekayaan jenis Margalef

S = Jumlah jenis dalam habitat

N = Jumlah total individu seluruh jenis dalam habitat.

3.5.2 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Keanekaragaman jenis burung diketahui dengan menggunakan Indeks


Keanekaragaman Shannon-Wiener (Odum, 1996), dengan rumus:

H ′ = − (ni/N) log (ni/N)

Keterangan: H’= Keanekaragaman jenis

Ni = Jumlah individu dari suatu jenis ke-i

N = Jumlah individu seluruh spesies

Indeks Shanon-Wiener memiliki indikator sebagai berikut:

H’ < 1,5 = tingkat keanekaragaman rendah.

1,5 ≤ H’ ≥ 3,5 = tingkat keanekaragaman sedang.

H’ > 3,5 = tingkat keanekaragaman tinggi.

16
3.5.3 Indeks Kemerataan Jenis

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui


kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai menurut Pielou
dalam (Odum, 1996), dengan rumus:
E = H’/ln S
Keterangan: E = indeks kemerataan (nilai antara 0 – 10)
H’ = keanekaragaman jenis burung
Ln = logaritma natural
S = jumlah jenis
Kemerataan jenis memiliki nilai indikator E = 1. Apabila nilai E = 1 berarti pada
habitat tersebut tidak ada jenis burung yang mendominasi

3.5.4 Peta Sebaran Jenis Burung

Peta sebaran dibuat menggunakan aplikasi ArcGis yang berfungsi untuk


menyediakan informasi berupa data sebaran jenis burung yang ada di Kawasan
Hutan Adat Ghimbe Peramunan yang diperoleh dari titik koordinat perjumpaan
atau penemuan jenis burung secara langsung.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, I. S., Suryaningsih, S., & Nasution, E. K. (2022). Keanekaragaman


Keanekaragaman Spesies Burung Diurnal di Cagar Alam Nusakambangan
Timur. BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 3(3), 185-189.

Alikodra, HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.

Ayat, A., & Tata, H. L. (2015). Diversity of birds across land use and habitat
gradients in forests, rubber agroforests and rubber plantations of North
Sumatra. Indonesian Journal of Forestry Research, 2(2), 103-120.

Banoet, S. Y., Purnama, M. M., & Rammang, N. (2020). Studi Keanekaragaman


Jenis Burung di Taman Wisata Alam Baumata, Kabupaten Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wana Lestari, 3(02), 1-10.

Bibby, C. J., Burges, M., dan Masdren, S. 2000. Survey Burung. SMKG Mardi
Yuana: Bogor.

Endah, G. P., & Partasasmita, R. (2015). Keanekaan jenis burung di Taman Kota
Bandung, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1, 1289-1294.

Kim, J. H., Yoo, B. H., Won, C., Park, J. Y., & Yi, J. Y. (2001). Agriculture and
biodiversity: Developing Indicator for policy analysis. Paper presented at
the OECD Expert Meeting Zurich, Switzerland, 1-280. Retrieved from
https://doi.org/10.1787/9789264199217- en.

Lembaga Pengelolaan Hutan Adat . 2021. Rencana Pengelolaan Hutan Adat


Ghimbe Peramunan. Lembaga Pengelolaan Hutan Adat Puyang Sure Aek
Big'a Ghimbe Peramunan Kabupaten Muara Enim.

MacKinnon J, Karen Phillips, Bas van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera,


Jawa, Bali dan Kalimantan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor

18
Mangguran, A. E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom
Helm Limited. London.

Mainase, C., Warmetan, H., & Sinery, A. S. (2016). Keragaman dan kepadatan
populasi spesies burung pada Kawasan Hutan Pendidikan Universitas
Papua. Jurnal Kehutanan Papuaasia, 2(1), 10- 16.

Marhento, g. (2016). Identifikasi Keanekaragaman Jenis Burung dan Kearifan


Tradisional Masyarakat Dalam Upaya Konservasi di Pulau Rambutan
Kepulauan Seribu . Jurnal Formatif.

Muhammad, 2012. Habitat Burung. http://informasiseputardunia


hewan.blogspot.com/2012/02 /Habitat-burung.html. Diakses tanggal 10
April 2017.

Natalia D., Umar U., dan Sustri. 2014. Pola Penyebaran Kantong Semar (Nepenthes
Tentaculata Hook.F) di Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman Nasional
Lore Lindu. Jurnal warta Rimba 2(1): 35-44.

Nur, R. F., Novarino, W., & Nurdin, J. (2013). Kelimpahan dan distribusi burung
rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT . Kencana Sawit Indonesia (
KSI ), Solok Selatan , Sumatera Barat. Paper presented at the Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, Indonesia. Retrieved from
https://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/ semirata/article/view/613.

Nurdin, N., Nurlaila, A., Kosasih, D., & Herlina, N. (2020). Asosiasi vegetasi
terhadap komunitas burung di Kampus I Universitas Kuningan. Quagga:
Jurnal Pendidikan Dan Biologi, 12(2), 145155. doi:
10.25134/quagga.v12i2.2672

Odum, Eugene P. 1996. Dasar-dasar Ekologi; Edisi Ketiga.Yogyakarta. Gadjah


Mada University Press, Penerjemah Samingan, Tjahjono.

19
Putri, W. Z. (2021). Identifikasi dan keanekaragaman jenis burung di pulau
condong lampung selatan.

Riefani, M. K., Soendjoto, M. A., & Munir, A. M. (2019). Bird species in the
cement factory complex of Tarjun, South Kalimantan, Indonesia.
Biodiversitas, 20(1), 218-225.

Saefullah, A., Mustari, A. H., & Mardiastuti, A. (2015). Keanekaragaman Jenis


burung pada Berbagai Tipe Habitat Beserta Gangguannya di Hutan
Penelitian Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Media Konservasi. 20(2): 117-124.

Sajithiran, T.M., S.W. Jamdhan, dan C. Santiapillani. 2004. A comparative study


of the diversity of birds in three reservoirs in Vavuniya, Srilanka. Tiger
Paper. Vol 31 (4): 27--32 p

Saryanthi,, R. 2019. Head of Communication & Institutional Development Burung


Indonesia.

Sihotang, D. F., Patana, P., & Jumilawaty, E. (2013). Identifikasi Keanekaragaman


Jenis Burung di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung, Taman Nasional
Gunung Leuser/(Identification Diversity of Bird Species in Restoration
Area at Sei Betung Resort, Gunung Leuser National Park). Peronema
Forestry Science Journal, 2(2), 59-66.

Susanto, E., Mulyani, Y. A., & Suryobroto, B. (2016). Bird Communities In Seblat
Nature Recreation Park (SNRP) North Bengkulu, Bengkulu. Biosaintifika:
Journal of Biology & Biology Education, 8(1), 25-32.

Supartono T., Ismail, A. Y., & Hamdani, A. (2015). Keanekaragaman Jenis Burung
di Kawasan Gunung Subang Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa
Barat. Wanaraksa, 9(02).

Zulian, D. (2022). Sk Hutan Adat Desa Penyandingan. Dipetik Juli 2022, 7, dari
lentera pendidikan.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Tally Sheet Pengamatan Burung
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Jalur :
Jumlah Titik
No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
Individu Koordinat
1

10

11

12

13

14

15

21
22

Anda mungkin juga menyukai