OLEH:
SRI DWI LESTARI
2054212001
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
USUL PENELITIAN
OLEH:
SRI DWI LESTARI
2054212001
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
ii
USUL PENELITIAN
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH:
SRI DWI LESTARI
2054212001
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
proposal penelitian ini yang berjudul “Uji Konsentrasi Pestisida Asap Cair
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Indra Purnama, M.Sc dan Ibu Dra.
Seprita Lidar, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
proposal penelitian ini. Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii
I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................ 4
1.3 Hipotesis......................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
2.1 Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)............................. 5
2.2 Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)................................................. 6
2.3 Asap Cair Tempurung Kelapa........................................................ 9
III METODOLOGI.................................................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu.......................................................................... 12
3.2 Bahan dan Alat................................................................................ 12
3.3 Metodologi penelitian..................................................................... 12
3.4 Pelaksanaan penelitian.................................................................... 13
3.5 Parameter Pengamatan.................................................................... 15
3.6 Analisis Data................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 19
LAMPIRAN................................................................................................. 22
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jagung yang terserang hama ulat grayak................................................. 6
2. Ulat grayak............................................................................................... 8
3. Asap cair.................................................................................................. 10
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Waktu kegiatan penelitian........................................................................ 22
2. Denah Sampel Penelitian......................................................................... 23
vii
I. PENDAHULUAN
Jagung manis atau dalam bahasa latinnya (Zea mays saccharata) merupakan
termasuk salah satu komoditas palawija yang layak dan banyak dijadikan produk
unggulan agrobisnis. Saat ini, jagung manis banyak dimanfaatkan terutama dalam
industri pangan dengan berbagi olahan. Jagung manis memiliki kandungan gizi
dan serat yang cukup memadai, salah satunya mengandung sumber karbohidrat
yang tinggi. Menurut Prasannan et al. (2001), jagung memiliki kandungan protein
sebanyak 9.5% lebih tinggi dibandingkan dengan beras yaitu 7.4%. Selain itu,
jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan industri. Seperti
data yang diperoleh Mulyani et al. (2011), menunjukkan bahwa 63% kebutuhan
jagung digunakan untuk pangan, 30.5% untuk pakan dan sisanya untuk industri.
umumnya memiliki umur panen dibawah satu tahun dan hanya bisa dilakukan
satu kali panen. Angka konsumsi tanaman jagung berkembang pesat namun tidak
produksi jagung pernah mengalami fluktuatif pada tahun 2012 hingga 2015.
Penurunan produksi terjadi di Jawa sebesar 0.62 juta ton dan di luar Jawa sebesar
0.26 juta ton (BPS, 2016). Produksi jagung diriau tahun 2014 adalah 28.651
ton/tahun dengan luas lahan 12.057 ha. Tahun 2015 mengalami penurunan
produksi yaitu 25.896 ton/tahun dengan luas lahan 10.441 ha. Penurunan hasil
produksi ini dapat disebabkan oleh beberapa factor. Salah satu factor yang dapat
mulai menyerang pertanaman jagung pada umur 1 minggu. Hama ini menyerang
mulai dari munculnya daun muda pada (fase vegetatif) hingga ke pembungaan
(fase generatif). Gejala serangan hama Spodoptera litura F. yaitu adanya lubang-
lubang bekas gigitan dan kotoran pada daun muda yang masih menggulung. Pada
permukaan atas daun atau sekitaran pucuk tanaman jagung ditemukan serbuk
kasar seperti serbuk gergaji, dan ketika populasi dari ulat grayak ini sudah sangat
tinggi maka bagian tongkol jagung juga akan diserang oleh hama ini Nonci et . al
(2019). Ulat grayak atau Spodoptera litura F.merupakan salah satu serangga hama
berat. Pada tanaman jagung, Spodoptera litura F. dapat merusak hampir semua
bagian tanaman jagung (akar, daun, bunga jantan, bunga betina serta tongkol).
Ulat grayak dapat menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan apabila tidak
dan teknik pengendalian yang sering digunakan oleh petani jagung manis adalah
pestisida kimia sintetik yang dapat membunuh hama secara cepat dan instan.
dan terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran air dan
2
terjadinya serangan hama sekunder, kematian organisme lain (seperti lebah) yang
sintetis (Novizan, 2002). Efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida
kimia sintetik ini dapat dicegah dengan beralih menggunakan pestisida botani
untuk mengendalikan hama. Salah satu limbah biomassa yang dapat digunakan
Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari buah kelapa yang
berfungsi sebagai perlindungan inti buah. Tempurung kelapa terletak pada bagian
dalam kelapa setelah serabut dan merupakan bagian yang keras dengan ketebalan
souvenir, arang, dan briket arang. Menurut Noor (2008), Tempurung kelapa
dikategorikan sebagai kayu keras dan memiliki komposisi kadar lignin lebih
tinggi sedangkan kadar selulosa lebih rendah yang terdiri atas 26,60 % Sellulosa,
anhidrid, 0,62 % Abu, 0,11 % Nitrogen, dan 8,0 % Air. Dengan beberapa
Asap cair adalah larutan dispersi asap dalam air yang dihasilkan dari proses
pirolisis tempurung kelapa. Asap cair berwarna kecoklatan dan memiliki bau yang
khas (Bridgwater, 2004). Asap cair biasanya digunakan sebagai pengganti metode
pengasapan konvensional karena asap cair adalah hasil pendinginan dan pencairan
asap partikel padat biomassa yang dibakar dalam tabung tertutup. Pembuatan asap
cair menggunakan metode pirolisis berarti peruraian dengan bantuan panas tanpa
3
adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas yang digunakan untuk
membuat asap cair. Dalam proses pirolisis, biasanya terjadi tiga produk: gas,
minyak yang terbakar, dan arang. Porsi masing-masing produk tergantung pada
metode pirolisis, sifat biomassa, dan parameter reaksi (Hidayat, DJ, 2013). Asap
cair tempurung kelapa memiliki kandungan yang didominasi asam asetat dan
fenol yang lebih besar dibandingkan pada biomassa lain serta kandungan lainnya
yaitu asam asetat dan karbonil yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida dimana
pestisida organik karena bersifat parsinogenik yang mampu menjadi racun yang
menyerang pencernaan pada hama ulat grayak. Tetapi, perlu dilakukan pengujian
lanjutan terhadap konsentrasi terbaik dalam memberantas hama ulat grayak. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir ‘‘Pengaruh
tempurung kelapa yang tepat dan efektif untuk meningkatkan mortalitas total ulat
1.3 Hipotesis
Pemberian pestisida asap cair dari tempurung kelapa dengan konsentrasi yang
tepat diduga dapat meningkatkan mortalitas total ulat grayak (Spodoptera litura
F.)
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
sayuran yang cukup popular dan sudah cukup lama di budidayakan oleh
jagung manis mulai dibudidayakan dalam skala kecil hanya untuk memenuhi
kebutuhan hotel dan restoran, namun karena rasanya yang manis dan aromanya
yang lebih harum menjadikan jagung manis sebagai salah satu makanan pokok
yang digemari masyarakat serta aman dikonsumsi oleh penderita diabetes karena
mengandung gula sukrosa dan rendah lemak. Taksonomi dan klasifikasi tanaman
2010).
Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis dan dapat tumbuh
didaerah yang terletak diantara 0o-50o LU hingga 0o-40o LS. Penanaman jagung
manis dengan produksi yang optimal umumnya dilakukan pada musim panas
Suhu optimum yang dibutuhkan tanaman jagung manis adalah 21 o-34oC dan
kondisi curah hujan yang ideal saat penanaman jagung manis adalah 85-200
mm/bulan dan harus merata. Tanaman jagung manis dapat tumbuh hampir
disemua jenis tanah, namun agar mendapatkan hasil yang optimal kemasaman
tanah (PH) yang dibutuhkan adalah sekitar 5,6 – 7,5 (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
berdampak terhadap penurunan hasil produksi tanaman jagung manis. Ulat grayak
(Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama utama tanaman jagung,
kerugian yang diakibatkan hama ini dapat mencapai 15-73% pada saat daun
tanaman jagung masih muda atau masih dalam keadaan menggulung (Nonchi et
al., 2019). Gejala serangan hama ulat grayak yaitu pada daun yang belum
membuka penuh (kuncup) tampak berlubang dan terdapat banyak kotoran fases
larva (Gambar 1), Jika daun sudah terbuka maka akan terlihat banyak bagian daun
Ulat grayak merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman
jagung di Indonesia. Hama ini berasal dari Amerika dan kini telah menyebar di
berbagai negara. Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung
6
di daerah Sumatera (Kementan, 2019). Umumnya hama ini menyerang pada
semua fase tanaman jagung , namun penyerangan paling intensif terjadi pada fase
proses fisiologis pada tanaman jagung manis yang apabila tidak segera ditangani
kehilangan hasil panen. Klasifikasi ulat grayak adalah sebagai berikut: Kingdom:
Imago pada ulat grayak (Spodoptera litura F.) akan hinggap ke daun muda
setelah itu ngengat betina Spodoptera litura F. akan meletakkan telurnya secara
acak dan berkelompok pada atas atau bawah permukaan daun muda atau daun
yang masih kuncup (menggulung). Telur dari Spodoptera litura F. berwarna putih
bening atau hijau pucat ketika baru diletakkan oleh ngengat betina dan pada hari
berikutnya berubah warna menjadi hijau kecoklatan, pada kemudian hari saat telur
akan menetas terjadi perubahan warna lagi menjadi coklat.Telur akan menetas
dalam 2-3 hari (Nonci et al., 2019). Pada kondisi iklim yang hangat, ngengat
betina mampu mengahasilkan telur 6 sampai 10 kelompok telur yang terdiri dari
100 hingga 300 butir telur, dan semasa hidupnya (2-3 minggu) ngengat betina
menghasilkan 1.500 hingga 2.000 telur. Namun, Seperti kebanyakan yang terjadi
pada hama lain, sebagian besar telur tidak dapat berkembang hingga dewasa
7
karena terjadi kematian di berbagai siklus hidupnya (FAO 2019, Nonci et al.,
2019).
Telur dari Spodoptera litura F. yang menetas akan menjadi larva, larva dari
Spodoptera litura F. terdiri dari enam instar yakni instar I sampai VI. Larva instar
I berwarna kehijauan dengan kepala hitam, panjangnya sekitar 2,0 sampai 2,74
mm dan lebar 0,2-0,3 mm, kemudian akan mengalami sedikit perubahan pada
instar ke II yaitu kepala dengan warna yang mulai memutih. Pada larva instar II
terutama instar III, permukaan dorsal tubuh pada larva menjadi kecoklatan dan
VI, panjang tubuh larva sekitar 13-20 mm, 23-35 mm, dan 35-50 mm. Kepala dari
berwarna gelap yang terdapat pada punggungnya biasanya akan menonjol hingga
mengeluarkan duri. Wajah larva dewasa juga ditandai dengan "Y" terbalik dan
epidermis larva kasar atau granular. Durasi tahap larva cenderung sekitar 14 hari
selama musim panas dan 30 hari selama cuaca dingin (Capinera, 2017).
8
Larva instar VI akan membentuk pupa didalam tanah. Perkembangan pupa
dapat berlangsung selama 12-14 hari, sebelum tahap dewasa muncul (Nonci et al.,
panjangnya 20 sampai 30 mm, dengan mengikat partikel tanah dengan sutera. Jika
tanah terlalu keras, larva mungkin merekat bersama-sama serpihan daun dan
coklat kemerahan, dan ukuran panjang 14 sampai 18 mm dan lebar sekitar 4,5
mm. Durasi tahap kepompong adalah sekitar delapan sampai sembilan hari selama
musim panas, tetapi mencapai 20 untuk 30 hari selama musim dingin di Florida.
Tahap kepompong tidak dapat bertahan lama dalam cuaca dingin (Capinera, 2017)
pupa adalah imago atau ngengat. Ngengat dari Spodoptera litura F. memiliki
(Cahyono, 2005). Dan pada malam hari, ngengat dapat terbang sejauh lima
kilometer.
Asap cair pertama kali diproduksi pada tahun 1980 oleh sebuah pabrik
dari bahan kayu. Asap merupakan sistem yang kompleks, yang terdiri dari fase
cairan terdispersi dalam medium gas sebagai pendispersi (Gambar 3). Asap
9
jumlah oksigen terbatas yang melibatkan reaksi dekomposisi bahan polimer
menjadi komponen organik dengan bobot yang lebih rendah, karena pengaruh
panas. Jika oksigen tersedia cukup, maka pembakaran menjadi lebih sempuma
dengan menghasilkan gas CO2, uap air, dan abu, sedangkan asap tidak terbentuk
kompleks terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari
suatu proses yang tidak teratur dari bahan-bahan organik disebabkan oleh
limbah pembuatan minyak kelapa dapat disebut sebagai salah satu biomassa. Asap
cair yang dihasilkan dari tempurung kelapa mengandung kadar benzopiriena yang
cukup tinggi sehingga asap cair dari tempurung kelapa sangat layak digunakan
10
Di dalam asap cair terdapat berbagai macam senyawa seperti asam, fenol,
dan furan. Dekomposisi lignin dan selulosa melalui proses pirolisis dapat
keton (Abidin et al., 2021). Menurut (Hadanu dan Apituley, 2016) menambahkan
bahwa kandungan asap cair dari pirolisis yaitu senyawa fenol 90,75%, karbonil
3,71% dan alkohol 1,81%. Pada senyawa fenol memberikan zat aktif yang berefek
insektisida dan anti mikroba. Cara fenol masuk kedalam tubuh serangga melalui
pernapasan sehingga serangga tidak dapat bernapas dan akhirnya mati. Selain itu
11
III. METODOLOGI
Riau. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 3 bulan, yang dimulai
kelapa, pestisida organik asap cair tempurung kelapa, serbuk gergaji, ulat grayak
(Spodoptera litura F.) instar 3, dan daun muda tanaman jagung manis, benih
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sarung tangan,
masker, hand sprayer atau kep, alat pirolisis, tabung kondensor, tabung gas,
jerigen, timbangan digital, pemantik api, thermometer, toples, gelas pop es, botol,
pinset, gelas ukur, SPSS, POLO-PC, petridish, Kayu pemukul, cangkul, gembor,
ayakan, sungkup, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi selama kegiatan.
Kelompok (RAK) non Faktorial dengan 1 faktor perlakuan 4 taraf dan 4 ulangan
a. persiapan
Beberapa alat yang digunakan seperti alat pirolisis, tabung kondensasi, drum air ,
tabung gas, pemantik api, jerigen, botol, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.
b. pelaksanaan
kayu, hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran dari bahan biomassa.
mencapai 200 derajat celsius. Hasilnya berupa cairan berwarna coklat kemerahan
dengan bau khas asap yang menyengat yang keluar dari pipa kemudian ditampung
kedalam jeregen berukuran 30L. Setelah itu dimasukkan kedalam botol dan
13
3.4.2 Pembuatan media hidup larva ulat grayak
Larva Spodoptera litura F. diambil dari areal pertanaman jagung atau tanaman
lainnya. Larva dimasukkan ke dalam wadah toples dan diberi pakan dalam kurun
waktu dua hari sekali. Selama proses pembiakan kelembaban wadah larva dijaga
agar larva tidak terserang bakteri yang menyebabkan kematian. Makanan yang
diberikan untuk pemeliharaan larva ini adalah daun jagung manis segar yang
diganti setiap 2 hari sekali. Saat larva akan memasuki stadia pupa yang ditandai
hari. Imago dibiarkan berpopulasi dan meletakkan telur pada kain kasa atau
yang diisi dengan daun jagung manis segar sebagai makanan larva. Larva-larva
terus dipelihara dengan diberikan makanan seperti daun jagung segar sehingga
3.4.3 Kalibrasi
litura F. hingga seluruh tubuh larva dan media hidup larva basah sambil
menghitung berapa semprotan yang dibutuhkan untuk membasahi tubuh larva dan
14
3.4.4 Aplikasi pestisida asap cair tempurung kelapa
Asap cair yang telah terlebih dahulu disemprotkan pada tanaman masuk ke
dalam tubuh Spodoptera litura F. yang dimakan selama 24 jam. Spodoptera litura
F. mati dikarenakan racun yang masuk melalui daun yang dimakan oleh S.
sebagai sumber energi dalam sel tidak terjadi dan sel tidak dapat beraktifitas,
sehingga ulat grayak mati. Hal ini yang menyebabkan hama Spodoptera litura F.
pertama salah satu sampel larva Spodoptera litura F. pada setiap perlakuan.
berikutnya. Ciri – ciri larva Spodoptera litura F. yang sudah mati adalah seluruh
15
sampai ada 50% larva Spodoptera litura F. yang mati dari setiap sampel
perlakuan.
larva Spodoptera litura F. yang mati 12 jam setelah diberikan perlakuan dan
perlakuan. Data probit yang sudah didapatkan lalu dianalisis untuk menentukan
dilakukan dengan cara menghitung larva Spodoptera litura F. yang mati setiap
harinya selama 7 hari setelah aplikasi pestisida asap cair tempurung kelapa.
berikut:
x− y
MH = x 100 %
x
Keterangan:
dilakukan dengan cara menghitung total jumlah sampel larva Spodoptera litura F.
yang mati setelah 7 hari aplikasi pestisida asap cair tempurung kelapa. Mortalitas
16
total dihitung dengan menggunakan rumus menurut Dewi et al., (2017). sebagai
berikut:
N
P= x 100 %
n
Keterangan:
pagi, siang, dan sore hari. Suhu dan kelembaban dapat dihitung menggunakan
Keterangan:
T = Suhu (°C)
RH = Kelembaban (%)
Data mortalitas harian yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara
17
probit menggunakan POLO-PC, lethal time dan mortalitas total dianalisis secara
Yij = μ + τi + ε ij
Keterangan =
kelapa ke-i
Data hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan
18
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2005. Kubis dan Bunga Broccoli Teknik Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Capinera, JL. 2017. Fall Armyworm, Spodoptera frugiperda (J.E Smith) (Insecta:
Lepidoptera: Noctuidae). IFAS Extension, University of Florida. Carey,
JR. 1993. Applied demography for biologist with special emphasis on
insect. Oxford University Press. New York
Dewi, A. Y. M., D. Salbiah, dan A. Sutikno. 2017. Uji beberapa tepung biji
pinang (Areca catechu L.) terhadap mortalitas larva penggerek tongkol
jagung manis (Helicoverpa armigera Hubner). JOM Faperta. 4(1): 1-11
Haji, A.G., Alim, Z., Lay, B.W., Sutjahjo, S.H., Pari, G., dkk, 2007. Karakteristik
Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Padat. J. Tek. Ind. Pertan. 16.
111– 118.
Hidayat, D.J. 2013. Pembuatan Asap Cair Dengan Metoda Pirolisis Sebagai
Bahan Pengawet Makanan.
Isa, I., Musa, W. J. A., & Rahman, S. W. 2019. Pemanfaatan asap cair tempurung
kelapa sebagai pestisida organik terhadap mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura F.). Jambura Journal of Chemistry, 01(1), 15–20.
19
Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera
frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia.
Jakarta (ID). Balai Penelitian Tanaman Serealia. Jakarta.
Mulyani, A., Ritung, S., Las, I. 2011. Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya
Lahan Untuk Mendukung KetaHanan Pangan. J. Litbang Pertan.
30(2):73-80.
Nonci, N., Kalgutny, Hary, S., Mirsam, H., Muis, A., Azrai, M., & Aqil, M.
(2019). Pengenalan Fall Armyworn (Spodoptera frugiperda J.E. Smith)
Hama Baru Pada Tanaman Jagung Di Indonesia. In Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Serealia (Vol. 73).
Noor, E., Laditama, C., & Pari, G. 2008. Jurnal Departemen Teknologi Industri
Pertanian. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar Tempurung
dan Sabut Kelapa Secara Pirolisis dan Distilasi. Fakultas Teknologi
Pertanian-Institut Pertanian Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan Bogor.
Nurlia, Andi Muhamad Irfan Taufan Asfar, Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar, A.
Sri Rahayu, Nurwahyuni, and Muh. Ilham Ridwan. 2020. Pemanfaatan
Tempurung Kelapa, Tongkol Jagung Dan Sekam Padi Sebagai Pestisida
Ramah Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Lancang Kuning, no. 2018: 59–65.
Prasanna, B., Vasal, S., Kasahun, B., Singh N.N. 2001. Quality protein maize.
Curr. Sci. 81: 1308-1319.
20
Ngaringan Kabupaten Grobongan. Penerbit Laboraturium Kimia Organik
FMIPA UNDIP. Semarang.
Syukur, M dan Azis Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia.
Bandung.
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 2. Denah Sampel Penelitian
P5 P0 P3 P3
P0 P1 P2 P1
P3 P4 P0 P5
P1 P0 P2 P4
4
P2 P2 P4 P5
P1 P5 P3 5 cm P4
5 cm
Keterangan:
P = Perlakuan
P0 = Tanpa perlakuan (kontrol)
P1 = Larutan asap cair tempurung kelapa 1% ( 10 ml/liter)
P2 = Larutan asap cair tempurung kelapa 3% ( 30ml/liter)
P3 = Larutan asap cair tempurung kelapa 5% (50ml/liter)
P4 = Larutan asap cair tempurung kelapa 8% (80ml/liter)
P5 = Larutan asap cair 10% (100ml/liter)
23