Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN

KELOR (Moringa oleifera Lam) TERHADAP PERTUMBUHAN


SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla King.)

Usulan Penelitian

Oleh :

LISA ADELIA
L 131 16 340

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSATAS TADULAKO
2022
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN
KELOR (Moringa oleifera Lam) TERHADAP PERTUMBUHAN
SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla King.)

Usulan Penelitian

“Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Gelar Sarjana Kehutanan


(S.Hut) Pada Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako”

Oleh :

LISA ADELIA
L 131 16 340

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSATAS TADULAKO
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Usulan Peneltian : Pengaruh Pupuk Organik Cair Daun Kelor


(Moringa oleifera Lam) Terhadap Pertumbuhan
Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

Nama : Lisa Adelia

No. Stambuk : L 131 16 340

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Kehutanan

Universitas : Tadulako

Palu, Oktober 2022

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Kehutanan Dosen Pembimbing
Fakultas Kehutanan Unversitas
Tadulako

Dr. Ir Naharuddin, S.Pd.,M.Si Dr. Hut. Ir. Retno Wulandari. MP


NIP. 19721230 200112 1 002 NIP. 19621114 198903 2 001

ii
UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


atas limpahan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Hasil Penelitian dengan baik. Penulisan hasil penelitian ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi S1
Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.
Dalam proses penulisan hasil penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan semua keluarga besar
yang telah memberikan doa, dukungan moril maupun materi, pengertian dan
bantuannya kepada penulis. Tak lupa pula kepada dosen pembimbing proposal
sekaligus ketua program minat budidaya hutan ibu Dr. Hut. Ir. Retno Wulandari.
MP yang telah memberikan petunjuk, arahan, saran dan bimbingannya sehingga
proposal ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz ,MP Selaku Rektor Universitas Tadulako.

2. Bapak Dr. Golar, S.Hut, M.Si Selaku Dekan Fakultas Kehutanan

Universitas Tadulako.

3. Ibu Dr. Bau Toknok, S.P M.P Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Kehutanan Universitas Tadulako.

4. Ibu Ir. Ariyanti, M.P Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas

Kehutanan Universitas Tadulako.

5. Bapak Dr. H. Naharuddin, S.Pd., M.Si, Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

iii
6. Bapak Dr. Ir. Abdul Rosyid, M.Si, Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan

Universitas Tadulako.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Penelitian ini, masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi terciptanya kesempurnaan pada penyusunan Penelitian

yang akan datang.

Palu, Oktober 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................II
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................III
DAFTAR ISI........................................................................................................IV

I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................4
1.3 Tujuan Dan Kegunaan........................................................................4
1.4 Hipotesis ...........................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Botani Mahoni....................................................................................5
2.1.1 Karakteristik dan Morfologi Mahoni..................................................5
2.1.2 Penyebaran dan Habitat .....................................................................6
2.1.3 Manfaat Mahoni..................................................................................7
2.1.4 Syarat Tumbuh....................................................................................8
2.2 Botani Kelor........................................................................................9
2.2.1 Karakteristik dan Morfologi Kelor.....................................................9
2.2.2 Manfaat Kelor...................................................................................10
2.3 Pupuk Organik Cair..........................................................................11
2.4 Tanah...............................................................................................12

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................14
3.2 Bahan dan Alat.................................................................................14
3.3 Metode Penelitian............................................................................15
3.4 Pembuatan Pupuk Organik Cair.......................................................15
3.5 Penanaman.......................................................................................16
3.6 Pemeliharaan....................................................................................17

v
3.7 Parameter Pengamatan…………………………………………….17
3.8 Analisis Data………………………………………………….……18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil............................................................................................. 19
4.1.1 Pertambahan Tinggi........................,,,,,,,,,........................... 19
4.1.2 Pertambahan Diameter........................................................ 21
4.1.3 Pertambahan Jumlah Daun................................................. 23
4.1.4 Hasil Indeks Mutu Bibit...................................................... 24
4.2 Pembahasan................................................................................. 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan........................................................................................ 29
5.2 Saran................................................................................................. .29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vi
vii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) cukup dikenal di

Indonesia karena pohon ini bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis. Pohon

mahoni merupakan salah satu pohon dengan nilai ekonomi yang tinggi

dikarenakan banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pohon ini. Tanaman ini

memiliki pertumbuhan yang cepat dan bisa menghasilkan kayu mahoni keras yang

digunakan untuk perabotan. Selain pohon, buah mahoni juga memiliki manfaat,

diantaranya bisa memperlancar peredaran darah. Pohon mahoni juga banyak

digunakan untuk program penghijauan kembali di banyak wilayah di Indonesia

untuk mendapatkan keasrian dan kesegaran udara yang dihasilkan dari lebatnya

daun mahoni (Asriani dkk, 2018).

Kayu mahoni memiliki kualitas yang mendekati kualitas kayu jati

sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua. Berdasarkan jenisnya, mahoni

terdiri atas mahoni berdaun kecil dan mahoni berdaun lebar. Kualitas kayu

mahoni berdaun kecil lebih baik dibandingkan mahoni berdaun lebar (Kementrian

Kehutanan, 2011).

Mahoni termasuk kayu yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh

pada berbagai tempat dan berbagai jenis tanah. Salah satu faktor yang sangat

penting untuk tersedianya bibit yang bermutu yaitu tersedianya air dan pupuk.

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting selain lahan,

tenaga kerja dan modal. Anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih

1
2

rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan

kebutuhan tanaman akan unsur hara, sehingga meningkatkan efektivitas dan

efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa merusak lingkungan akibat

pemupukan yang berlebihan (Asriani dkk, 2018).

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari sisa makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa sisa tanaman, hewan dan manusi. Pupuk organik dapat

berbentuk padat atau cair yang di gunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Umumnya pupuk organik mengandung lebih banyak bahan

organik dibandingkan kadar haranya (Karen, 2004). Pupuk organik merupakan

pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan atau limbah organik

lainnya yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk organik berbentuk padat atau

cair digunakan untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah

serta memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Penggunaan

pupuk organik juga dapat menyediakan unsur hara makro, meningkatkan hasil

produksi pertanian dan unsur hara, menyuburkan tanah dan memacu pertumbuhan

tanaman mikroorganisme dalam tanah serta menjaga kelestarian lingkungan

(Simanungkalit dkk, 2006).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat

mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan

kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat

meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang

pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal


3

buah, mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah (Ningsih, dkk., 2018).

Menurut hasil penelitian dari Putra dkk (2018) tentang pemberian perlakuan

dengan perbedaan konsentrasi pupuk organik cair Bioton memiliki pengaruh

terhadap pertumbuhan trubusan tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) di kebun

percobaan Universitas Nusa Bangsa Desa Cogrek Kecamatan Parung Kabupaten

Bogor, karena semua trubusan yang diberi POC Bioton memiliki tinggi dan

diameter yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.

Pupuk cair umumnya dibuat dari bahan campuran antara limbah tanaman

dengan bahan organik yang mengandung zat pendukung tumbuh tumbuhan,

seperti daun kelor sebagai campuran pembuatan pupuk cair. Menurut Krisnadi

(2015) dalam Suhastyo dan Raditya (2019) bahwa ekstrak daun kelor

mengandung hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu

hormon cytokinine. Manfaat ekstrak daun kelor dapat digunakan dengan

disemprotkan pada daun untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Menurut

hasil penelitian Foidl et, all (2001) daun kelor digunakan sebagai pupuk cair yang

diujikan keberbagai tanaman seperti kacang tanah, kedelai, dan jagung. Hasilnya

sangat signifikan pada hasil panen tanaman yang diberi pupuk cair daun kelor

yaitu sebesar 20-35% lebih besar dari pada hasil panen tanaman tanpa diberi

pupuk cair daun kelor.

Daun kelor mengandung senyawa kimia seperti kalsium, magnesium,

fosfor, zat besi dan sufur (Bey, 2010) sehingga daun kelor dapat dimanfaatkan

untuk pembuatan pupuk organik cair. Manfaat pupuk daun kelor dapat digunakan

dengan cara disemprotkan pada daun untuk memperepat pertumbuhan tanaman.


4

Dengan adanya ulasan tersebut maka dianggap perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh pupuk organik cair daun kelor terhadap pertumbuhan semai mahoni di

persamaian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yaitu, bagaimana pengaruh

pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera) terhadap

pertumbuhan semai mahoni (Swietenia macropylla King).

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk

organik cair daun kelor (Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan semai mahoni

(Swietenia macropylla King).

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi

penelitian lainnya mengenai pengaruh lama takaran pupuk organik cair daun

kelor (Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan semai mahoni (Swietenia

macropylla King).

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk organik cair daun

kelor (Moringa oleifera) berpengaruh terhadap pertumbuhan semai mahoni

(Swietenia macropylla King).


II. TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Botani Mahoni

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Mahoni

Klasifikasi Mahoni (Swietenia macrophylla) menurut Suhono (2010).

Adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophtya

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swetenia

Spesies : Swietenia macrophylla King.

Tanaman mahoni adalah tanaman tahunan dengan tinggi yang bisa

mecapai 10 – 20 m dan diameter lebih dari 100 cm. Sistem perakaran tanaman

mahoni yaitu akar tunggang. Batang berbentuk bulat, berwarna cokelat tua keabu-

abuan, dan memiliki banyak cabang sehingga kanopi berbentuk payung dan

sangat rimbun (Suhono, 2010).

Daun mahoni merupakan daun majemuk menyirip dengan helaian daun

berbentuk bulat oval, ujung dan pangkal daun runcing, dan tulang daun menyirip.

Panjang daun berkisar 35-50 cm. Daun muda tanaman mahoni berwarna merah

5
6

lalu berubah menjadi hijau.Mahoni baru berbunga ketika tanaman berumur 7

tahun. Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang tersusun dalam karangan

yang muncul dari ketiak daun, berwarna putih, dengan panjang berkisar 10-20 cm.

Mahkota bunga berbentuk silindris dan berwarna kuning kecoklatan. Benang sari

melekat pada mahkota bunga (Samsi, 2000).

Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna coklat.

Bagian luar buah mengeras dengan k etebalan 5-7 mm, dibagian tengah mengeras

seperti kayu dan berbentuk kolom dengan 5 sudut yang memanjang menuju ujung

(Suhono, 2010). Buah akan pecah dari ujung saat buah sudah matang dan kering.

Di bagian dalam buah mahoni terdapat biji. Biji mahoni berbentuk pipih dengan

ujung agak tebal dan berwarna coklat tua. Biji menempel pada kolumela melalui

sayapnya, meninggalkan bekas setelah benih terlepas, biasanya disetiap buah

terdapat 35-45 biji mahoni (Adinugroho dan Sidiyasa, 2006).

2.1.2 Penyebaran dan Habitat

Swietenia macrophylla berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis.

Pertama kali masuk ke Indonesia (ditanam di Kebun Raya Bogor) Tahun 1872.

Mulai dikembangkan seara luas di pulau Jawa antara tahun 1897 sampai 1902.

(Samsi, 2000). Tanaman mahoni sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan

sudah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Nama asing dari tanaman ini

adalah West Indian Mahogany. Mahoni adalah tumbuhan tropis yang tumbuh liar

di hutan jati, pinggir pantai dan banyak ditanam di pinggir jalan atau di

lingkungan rumah dan halaman perkantoran sebagai tanaman peneduh (Arief,

2002).
7

Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki persyaratan

tipe tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup pada berbagai jenis tanah bebas

genangan dan reaksi tanah sedikit asam-basah tanah, gersang atau marginal

walaupun tidak hujan selama berbulan-bulan mahoni masih mampu untuk

bertahan hidup. Pertumbuhan mahoni akan tetap subur, bersolum dalam dan aerasi

baik pH 6,5 sampai 7,5 tumbuh dengan baik sampai ketinggian maksimum 1.000

mdpl sampai 1.500 mdpl (Mindawati dan Megawati, 2014).

2.1.3 Manfaat Mahoni

Manfaat mahoni yakni dijadikan sebagai tanaman pelindung, pohon

mahoni memiliki batang yang besar dan cukup tinggi serta memiliki daun yang

rimbun. Tanaman mahoni juga mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai

nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya bertekstur keras dan sangat

baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan berbagai kerajinan tangan.

Kayu mahoni juga sering dibuat untuk penggaris karena sifatnya yang tidak

mudah berubah. Pemanfaatan lain dari tanaman Mahoni adalah kulitnya yang

dapat dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit

Mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Getah mahoni disebut juga

blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daunnya dapat

digunakan untuk pakan ternak (Ramdan, 2004).

Mahoni kini ditanam secara luas di daerah tropis untuk program reboisasi

dan penghijauan bermanfaat sebagai tanaman naungan dan kayu bakar. Manfaat

lainnya dari pohon kayu mahoni yakni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47%-

69% sehingga layak disebut pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah
8

tangkapan air, sedangkan daun-daunnya, memiliki fungsi sebagai penyerap

polutan-polutan di sekitarnya (Ariyantoro, 2006).

Mahoni juga memiliki fungsi sebagai obat yang terkandung pada biji dan

kulit dari buahnya, yang dijadikan serbuk. Biji digunakan sebagai obat untuk

tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang nafsu makan, rematik, demam,

masuk angin, serta ekzema. Biji Mahoni juga dipakai untuk pengobatan malaria

(Samsi, 2000).

2.1.4 Syarat Tumbuh

a. Iklim

Tanaman Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan

pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini

termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun.

Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk

bertahan hidup.

Syarat lokasi untuk budidaya Mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan

maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara

11-36 Cº (Mindawati dan Megawati, 2013).

2.2 Botani Kelor

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelor

Klasifikasi tanaman kelor menurut (Krisnadi 2015).

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Division : Spermatophyta
9

Subdivision : Angiospermae

Classis : Dicotyledone

Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales

Family : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lam

Kelor merupakan tanaman yang berasal dari dataran sepanjang Sub

Himalaya yaitu India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Kelor termasuk

jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan

ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih

kotor, berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan

tegak atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).

Tanaman kelor di Indonesia dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat

Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-orang Madura

menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut

murong. di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona.

Sedangkan orang-orang Minang mengenalnya dengan nama munggai (Krisnadi,

2015).

Daun kelor tersusun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berselang-

seling (alternate), beranak daun gasal, helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm, tipis

lemas, ujung dan pangkal tumbuh (obtusus), tepi rata, susuna pertulangan

menyirip, permukaan atas dan bawah halus. Perbanyakan bisa secara generative
10

(biji) maupun vegetative (stek) (Krisnadi, 2015). Bunga kelor muncul di ketiak

daun, beraroma khas dan berwarna putih kekuning-kuningan. Buah kelor

berbentuk segitiga, dengan panjang sekitar 20-60 cm dan berwarna hijau. Kelor

berakar tunggang, berwarna putih, berbentuk seperti lobak, berbau tajam dan

berasa pedas (Tilong, 2012).

2.2.2 Manfaat Kelor

Di Indonesia, terdapat tanaman yang mengandung banyak manfaat bagi

kesehatan masyarakat dan mengandung zat gizi yang sangat tinggi mulai dari zat

gizi makro hingga zat gizi mikro. Tanaman tersebut adalah Moringa oleifera atau

yang lebih sering disebut pohon kelor oleh masyarakat Indonesia. Namun, tidak

banyak orang mengetahui akan manfaat-manfaat pohon kelor sehingga

pemanfaatannya masih sangat rendah di masyarakat.

Salah satu manfaat yang dapat diambil dari pohon kelor terdapat pada

daunnya (Kouevi, 2013). Hasil penelitian Fuglie (2001) menyatakan bahwa daun

kelor memiliki berbagai kandungan nutrisi yang bermanfaat. Kandungan yang

paling diunggulkan pada tanaman ini yaitu protein, vitamin A (β-karoten), dan zat

besinya yang tinggi sehingga bagus untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi

kebutuhan gizi terutama pada kelompok rawan (Madukwe, et al., 2013). Tidak

hanya itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino di mana hal

ini jarang sekali ditemui pada sayuran (Kasolo, 2010).

Pohon kelor juga banyak digunakan untuk melawan malnutrisi terutama

dikalangan bayi dan ibu menyusui. Satu sendok makan setara dengan 8 g serbuk

daun kelor mengandung 14 protein, 40 % kalsium, 23% zat besi, dan semua
11

vitamin A yang diburtuhkan anak0anak umur 1-3 tahun. Enam sendok makan

serbuk daun kelor akan memenuhi hampir semua kebutuhan zat besi dan kalsium

sehari-hari wanita selama kehamiloan dan menyusui. Daunnya dapat langsung

dimakan, dimasak, atau disimpan berupa serbuk kering selama berbulan-bulan

tanpa mesin pendingin, dan hal ini tidak mengakibatkan adanya nutrisi yang

hilang (Misrha et al., 2012).

2.3 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,

kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah

melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan

mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara

dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

(Hartatik, dkk., 2015).

Adapun kelemahan pupuk organik cair yaitu kandungan hara tidak tinggi

dan perlu waktu yang lebih lama untuk diserap oleh tanah (Hardjowigeno, 1995).

Keunggulannya yaitu memperbaiki sifat fisik tanah seperti permealibilitas,

porositas strukrur, dan kation tanah, serta mengandung unsur hara makro dan

mikro yang lengkap (Sutedjo., 1995).

Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor

pemberian konsentrasi pupuk tepat akan mempengaruhi hasil tanam suatu

tanaman. Upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan hara dalam tanah selain

pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara

pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat (Bastari., 1996). Fungsi
12

unsur mikro adalah untuk produksi energi, sintesis protein, pembentuk hormon

auksin, serta meningkatkan resistensi terhadap serangan organisme penganggu

tanaman (Fauziah, dkk., 2018).

Menurut hasil penelitian tentang perlakuan konsentrasi pemberian pupuk

organik cair berpengaruh pada tanaman sawi untuk variabel pengamatan: berat

tanaman sawi segar dan berat tanaman sawi konsumsi, perlakuan model

penyaringan ekstrak daun kelor berpengaruh pada tanaman sawi untuk variabel

tinggi tanaman, lebar daun, berat tanaman segar, berat tanaman sawi konsumsi per

tanaman, dan berat tanaman sawi konsumsi perpetak (Ihsan dkk 2020).

2.4 Tanah

Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di

bumi ini, baik bagi bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidang-

bidang lainnya. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda

antara tanah di suatu tempat dengan tempat lainnya. Sifat-sifat itu meliputi sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur,

struktur dan permeabilitas serta porositas tanah. Untuk sifat kimia tanah

menunjukkan sifat yang di pengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang

terdapat didalam tanah tersebut, beberapa contoh sifat kimia tanah yaitu reaksi

tanah (PH), kadar bahan organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK)

(Hardjowigeno., 1995).

Tanah yang kaya akan bahan organic mengakibatkan aerasi tanah lebih

baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dari pada tanah yang mengandung
13

bahan organik rendah karena bahan orga nik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia

dan biologi (Sutanso, 2002).


III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan April sampai

Juni 2022, yang bertempat di Persemaian Permanen BPDAS-HL Palu-Poso, terletak di

area kampus Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Semai mahoni (Swietenia macrophylla King.) yang tinggi, diameter, dan

jumlah daun yang relatif sama dan berumur ±2 bulan.

1. Tanah sebagai media tumbuh. Tanah yang digunakan tanah subsoil

(lapisan tanah bawah) digunakan sebagai media tumbuh yang diperoleh

dari Jl. Mantilayo Kelurahan Mamboro, Kota Palu.

2. Pupuk organik cair daun kelor dari Palu, digunakan sebagai perlakuan.

3. Air, digunakan untuk melarutkan pupuk organik cair dan untuk menyiram

semai mahoni diperoleh dari Persemaian Permanen BPDASHL Palu–Poso

Sulteng.

4. Label, digunakan untuk kode sampel.

6. Polybag, digunakan sebagai wadah media tumbuh, berukuran 17 cm x

20 cm.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini :

1. Kaliper untuk mengukur diameter semai,

1. Komputer atau laptop untuk mengolah data dan membuat laporan,

14
15

2. Alat tulis,

3. Kamera sebagai alat dokumentasi,

4. Skop untuk mengambil tanah,

5. Oven untuk mengeringkan sampel semai,

6. Timbangann analitik digunakan untuk menimbang berat basah dan berat

kering tajuk dan akar,

7. Gomber yang digunakan untuk menyiram tanaman.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian Ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 4 perlakuan yaitu :

P0 = Tanpa POC atau control

P1 = Tanah 1 kg + 150 ml POC daun kelor/ liter air

P2 = Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air

P3 = Tanah 1 kg + 350 ml POC daun kelor/ liter air

Dari lima perlakuan tersebut, masing-masih diulang sebanyak 10 kali

sehingga membutuhkan : (4 x10 = 40) unit sampel percobaan.

3.4 Pembuatan Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair daun kelor, dibuat dengan cara (Suwahyono, 2011) :

a. Siapkan bahan baku daun kelor sebanyak 3 kg yang diperoleh dari kota

Palu,

b. Haluskan daun kelor,

c. Bawang merah dihaluskan sebanyak 100 g,

d. Air gula merah sebanyak 100 ml + 100 ml air,


16

e. Air cucian beras sebanyak 10 liter,

f. Air kelapa muda sebanyak 1 liter,

g. Tauge 300 g dihaluskan,

h. Starter EM-4 di gunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi

tanah,

i. Kemudian semua bahan dicampurkan dan disimpan di ember tertutup,

j. Pupuk cair daun kelor dapat digunakan setelah 10-15 hari setelah melalui

fermentasi.

Ciri fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah

berwarna kuning kecoklatan dan berbau bahan pembentuknya sudah membusuk

serta adanya bercak-bercak putih (semaking banyak semakin bagus). Kisaran pH

yang baik untuk pupuk organik adalah sekitar 6,5 – 7,5 (netral). Biasanya pH agak

turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan

asam, dengan munculnya mikroorganisme lain bahan yang di dekomposisikan,

maka pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan kemudian berada pada

kondisi netral (Indriani, 2003).

3.5 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara mencampurkan tanah subsoil dari jl.

Mantilayo Kelurahan Mamboro dengan pupuk cair dau kelor, yang terdiri atas

control (P0) tanpa POC atau control, (P1) tanah 1 kg + 150 ml POC daun

kelor/liter air, (P2) tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/liter air, (P3) tanah 1 kg

+ 350 ml POC daun kelor/liter air, (P4) tanah 1 kg + 450 ml POC daun kelor/liter

air.
17

3.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan semai Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) selama

penelitian berlangsung dilakukan penyiraman untuk menjaga terjadinya kematian

dengan ukuran air yang sama pada tiap tanaman, penyiraman dilakukan pagi dan

sore hari.

3.7 Parameter Pengamatan

Pengamatan penelitian ini dilakukan satu minggu setelah penanaman (data

awal) dan akhir penelitian yaitu 2 bulan (data akhir) sebagai berikut :

1. Pertambahan tinggi semai, pengukuran dilakukan dengan cara mengukur

tinggi semai setinggi satu cm dari pangkal akar sampai pada pucuk batang,

pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali, pengukuran pertama dilakukan 1

minggu setelah tanam dan pengukuran ke 2 dilakukan minggu ke3 ,

pengukuran ke 3 dilakukan minggu ke 5 dan pengukuran akhir dilakukan

minggu ke 8.

2. Pertambahan diameter batang, (mm) dengan cara mengukur diameter batang

dari pangkal akar Satu cm, pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali,

pengukuran pertama dilakukan 1 minggu setelah tanam dan pengukuran ke

2 dilakukan minggu ke3 , pengukuran ke 3 dilakukan minggu ke 5 dan

pengukuran akhir dilakukan minggu ke 8.

3. Pertambahan jumlah daun, dengan cara menghitung jumlah daun yang telah

terbentuk dengan sempurna. Menghitung jumlah daun dilakukan 1 minggu

setelah tanam dan jumlah daun minggu kedelapan akhir penelitian.


18

4. Indeks Mutu Bibit dilakukan pada akhir pengamatan, setelah semai di oven

pada suhu 80º selama 48 jam dengan menggunakan cara Dickson, (1960)

dalam Hendromono, (1994) dengan rumus:

bobot kering tajuk (g) + bobot kering akar (g)


IMB = tinggi (cm) + bobot kering tajuk (g)
Diameter (cm) bobot kering akar (g)

3.8 Analisis Data

Analisis sidik ragam yang di gunakan adalah, medote penelitian

Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan rumus model matematis

(Gaspers,1991), sebagai berikut :

Yij = µ + ɑij + Eij

Dimana:
= Hasil pengambilan pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j

= Nilai rata-rata umum pertumbuhan semai


= Faktor perlakuan pada taraf ke-i
= Kesalahan percobaan/ galat/eror
I=j = 1,2,3,4

Analisis sidik ragam di lakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk

oraganik cair daun kelor terhadap pertumbuhan semai mahoni. Apabila perlakuan

berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan, maka dilanjutkan dengan uji

Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan tinggi.

Pertumbuhan diameter, pertumbuhan jumlah daun dan indeks mutu bibit (IMB).

Untuk mengetahui respon pengaruh perlakuan dari masing-masing media yang

digunakan maka dilakukan analisis sidik ragam.

4.1.1 Pertambahan Tinggi

Data Pertambahan tinggi semai mahoni (Swietenia macrophylla King) di

sajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi (cm)

semai mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan setelah tanam dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi (cm) mahoni (Swietenia


macrophylla King) Umur 2 Bulan Setelah Tanam

SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%

Perlakuan 3 961,81 320,60

Galat 36 261,38 7,26 44,16* 2,87


Total 39 1223,20
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata KK = 0.140%

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 1 menunjukan bahwa pemberian pupuk

organik cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, sehingga

dilakukan uji Beda Nyata jujur (BNJ) taraf 5% seperti disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Tinggi (cm) Semai
mahoni (Swietenia macrophylla King)

Perlakuan Rata-rata Uji BNJ 5 %

P0 4,13 a

P1 5,15
2,24 %
P2 6,59

P3 3,39
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan pupuk organik

cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah subsoil memberikan

pertambahan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Pertambahan tinggi rata-rata pada perlakuan P0 (Tanah tanpa POC atau control)

yaitu 4,13 cm sebagai pertambahan tinggi terendah. P1 (Tanah 1 kg +150 ml POC

daun kelor/liter air) yaitu 5,15 cm, diikuti dengan P2 (Tanah 1 kg +250 ml POC

daun kelor/liter air) 6,59 cm, yang tertinggi. Pada P3 (Tanah 1 kg +350 ml POC

daun kelor/liter air) yaitu 3,39 cm.

Rata-rata pertambahan tinggi (cm) semai mahoni (Swietenia macrophylla

King) pada berbagai perlakuan di sajikan pada gambar 1.


Gambar 1. Rata-rata Pertambahan Tinggi (cm) Semai mahoni (Swietenia
macrophylla King) Umur 2 Bulan.
4.1.2 Pertambahan Diameter

Data pertambahan diameter semai mahoni (Swietenia macrophylla King)

di sajikan pada Lampiran 6. Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter

(mm) semai mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan setelah tanam.

Disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter (mm) Semai mahoni


(Swietenia macrophylla King) Umur 2 bulan Setelah Tanam.

SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%

Perlakuan 3 37,113 12,371

Galat 36 10,311 0,286 43,19* 2,87


Total 39 47,42424

Keterangan : * = Berpengaruh Nyata KK = 0,550313 %

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 3 menunjukan bahwa pemberian

pupuk organik cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter,

maka di lakukan Uji Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% di sajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Diameter Semai
mahoni (Swietenia macrophylla King).

Perlakuan Rata-rata Uji BNJ 5 %

P0 0,99b

P1 0,87b
0,45 %
P2 1,08a

P3 0,95b
Keterangan : Angka yang di ikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan pupuk organik

cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah subsoil memberikan

pertambahan diameter batang rata-rata pada perlakuan P0 (Tanah tanpa POC atau

control) yaitu 0,99 mm, sebagai pertambahan diameter terendah. P1 (Tanah 1 kg

+150 ml POC daun kelor/liter air) yaitu 0,87 mm. yang tertinggi P2 (Tanah 1 kg

+250 ml POC daun kelor/liter air)yaitu 1,08 mm, P3 (Tanah 1 kg +350 ml POC

daun kelor/liter air) yaitu 0,95.

Rata-rata pertambahan diameter (mm) semai mahoni (Swietenia

macrophylla King). Pada berbagai perlakuan disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata Pertambahan Diameter (mm) Semai Mahoni (Swietenia


macrophylla King). Umur 2 bulan setelah tanam.
4.1.3 Pertambahan Jumlah Daun
Data pertambahan jumlah daun semai mahoni (Swietenia macrophylla

King). di sajikan pada lampiran 9. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang di

berikan terhadap pertambahan jumlah daun pada semai mahoni, maka di lakukan

analisis sidik ragam yang disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Analisis sidik ragam Pertambahan Jumlah Daun (helai) Semai, semai
mahoni (Swietenia macrophylla King) Umur 2 bulan.

SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%

Perlakuan 3 915,9094 305,3

Galat 36 247,7 6,881 44,37* 2,87

Total 39 1163,609

Keterangan : * = Berpengaruh Nyata KK = 0,567153 %

Hasil Analisis sidik ragam pada tabel 5 menunjukan bahwa pemberian

pupuk organuk cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah

daun, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata (BNJ) di sajikan pada

tabel 6.

Tabel. 6 Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Jumlah Daun
(helai) Semai, semai mahoni (Swietenia macrophylla King).

Perlakuan Rata-rata Uji BNJ 5 %

P0 3,2

P1 3,3
2,18 %
P2 6,2

P3 5,9

Keterangan :
Hasil uji BNJ pada tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan

pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah bawah

memberikan pertambahan jumlah daun yang lebih baik dibandingkan dengan

perlakuan. P0 (Tanah tanpa pupuk organik cair daun kelor (kontrol) yaitu 3,2

sebagai pertambahan jumlah daun terendah. Dan tertinggi P2 (Tanah 1 kg +250

ml POC daun kelor/liter air).

Rata-rata pertambahan jumlah daun semai, semai mahoni (Swietenia

macrophylla King) pada berbagai perlakuan di sajikan pada gambar 3.

Gambar 4. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) semai mahoni (Swietenia


macrophylla King) umur 2 bulan.

4.1.4 Hasil Indeks Mutu Bibit

Perhitungan Indeks Mutu Bibit pada berbagai pemberian dosis pupuk

organik cair daun kelor terhadap semai Mahoni (Swietenia macrophylla King)

umur 2 bulan.
Hasil indeks mutu bibit disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Indeks Mutu Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan

Perlakuan Indeks Mutu Bibit


P0 0,39
P1 0,41
P2 0,68
P3 0,63

Nilai Indeks mutu bibit yang terbesar yaitu (P2) sebesar 0,68, sedangkan
yang terkecil (P0) 0,39.
4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk

organik cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) terhadap pertumbuhan semai

mahoni (Swietenia macrophylla King) memberikan pengaruh nyata terhadap

pertambahan tinggi, diameter batang, pertambahan jumlah daun.

Dalam pertambahan tinggi semai mahoni (Swietenia macrophylla King)

paling tinggi di peroleh pada P2 (Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air)

dengan nilai rata-rata 6,59 cm. Keberhasilan dalam tinggi tanaman ini juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya cahaya, air, suhu dan faktor kandungan

NPK yang terhadap di daun kelor tersebut. Hal ini sesuai dengan teori menurut

lakitan (2013), hasil yang signifikan dalam pertumbuhan tinggi semai mahoni

dapat didukung oleh ketersedian unsur hara yang dibutukan oleh tanaman

terpenuhi sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan maksimal. Selain

itu juga menyatakan bahwa tanaman yang mendapatkan unsur hara N yang sesuai

dengan kebutuhan akan tumbuh tinggi dan daun yang terbentuk lebar.

Pertambahan diameter semai mahoni (Swietenia macrophylla King) paling

besar diperoleh pada P2 (Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air) dengan

rata-rata sebesar 1,08 mm dan pertambahan diameter paling kecil diperoleh pada

P1(Tanah 1 kg + Pupuk organik cair daun kelor 200g) dengan rata-rata 0,87 mm.

Pertambahan diameter diakibatkan oleh meningkatnya jaringan pembuluh

seperti xilem dan floem yang terdapat pada batang akibat unsur hara yang di serap

oleh tanaman seperti Ca yang berfungsi merangsang pembentukan bulu-bulu akar,

berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari bagian tanaman,
memperkeras tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji, menetralisis

asam-asam organik yang di hasilkan pada saat metabolisme pada kalsium yang

terdepat dalam batang dan daun dapat menetralisiskan senyawa atau keasaman

tanah (Tjitrosomo dan Siti Sutarmi 1983).

Pertambahan jumlah daun pada semai mahoni (Swietenia macrophylla

King) menunjukan bahwa pertambahan terbaik pada perlakuan P2 (Tanah 1 kg +

250 ml POC daun kelor/ liter air) dengan jumlah rata-rata pertambahan daunnya

sebanyak 6,2 helai sedangkan P0 ( Tanpa POC atau conrol) jumlah rata-rata 3,2

perbedaan ini disebabkan karena pengaruh pemberian pupuk.

Jumlah daun merupakan indikator besarnya fotosintetis yang dihasilkan

tanaman dalam menghasilkan organ jaringan tanaman maupun organ reproduksi

yang erat kaitannya dengan nilai produktivitas tanaman (Roidah,2013).

Indeks mutu bibit merupakan nilai yang menggambarkan kemampuan bibit

untuk dapat tidaknya beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Bibit yang

memiliki indeks mutu bibit dubawah 0,09 mempunyai kemampuan rendah

beradaptasi dilapangan. Menurut Dickson (1960) dalam handronomo (1994)

bahwa apabila indeks mutu bibit lebih dari 0,09 maka bibit dinyatakan layak

untuk ditanam nilai indeks mutu bibit pada perlakuan P2 sebesar 0,68, (P3) 0,63,

(P1) 0,41, dan (P0) 0,39. Oleh karena itu semua bibit yang dihasilkan dari

perlukan-perlakuan tersebut layak untuk ditanam.

Pertumbuhan tanaman sangat berpengaruhi oleh ketersediaan unsur

dalam tanah . Menurut Krisnadi (2015) dalam Suhastyo dan Raditya (2019)

bahwa ekstrak daun kelor mengandung hormon yang dapat meningkatkan


pertumbuhan tanaman yaitu hormon cytokinine. Manfaat ekstrak daun kelor dapat

digunakan dengan disemprotkan pada daun untuk mempercepat pertumbuhan

tanaman ini yaitu protein, vitamin A (β-karoten), dan zat besinya yang tinggi

sehingga bagus untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama

pada kelompok rawan (Madukwe, et al., 2013). Tidak hanya itu, daun kelor juga

mengandung berbagai macam asam amino di mana hal ini jarang sekali ditemui

pada sayuran (Kasolo, 2010).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemeberian berbagai pupuk organik cair terhadap pertumbuhan semai

mahoni (Swietenia macrophylla King) memberikan pengaruh nyata

terhadap semua parameter pengamatan .

2. Perlakuan P2 (Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air)

memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan

semai Mahoni (Swietenia macrophylla King) dibanding dengan

perlakuan lainnya dengan rata-rata pertambahan tinggi 6,59 cm diameter

batang 1,08 mm, jumlah daun 6,2 helai.

3. Nilai indeks mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 0,68

dan nilai indeks mutu bibit terendah terdapat pada perlakuan P0 (konrol)

yaitu 0,39, apabila nilai indeks mutu bibit lebih dari 0,09 bibit dinyatakan

layak untuk ditanam. Oleh karena itu, semua bibit yang dihasilkan dari

perlakuan-perlakuan tersebut layak untuk ditanam.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pupuk organik cair daun

kelor agar diperoleh hasil yang lebih baik dalam pembibitan semai mahoni

(Swietenia macrophylla King).

Anda mungkin juga menyukai