SKRIPSI
Oleh :
LISA ADELIA
L 131 16 340
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSATAS TADULAKO
2022
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN
KELOR (Moringa oleifera Lam) TERHADAP PERTUMBUHAN
SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla King.)
SKRIPSI
Oleh :
LISA ADELIA
L 131 16 340
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSATAS TADULAKO
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
ii
PRAKATA
iii
telah memberikan dukungan dan terimakasih atas makna persahabatan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Penelitian ini, masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi terciptanya kesempurnaan pada penyusunan Penelitian
yang akan datang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................II
PRAKATA...........................................................................................................III
DAFTAR ISI........................................................................................................IV
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
I . PENDAHULUAN
v
3.4 Pembuatan Pupuk Organik Cair.......................................................15
3.5 Penanaman.......................................................................................16
3.6 Pemeliharaan....................................................................................17
3.7 Parameter Pengamatan…………………………………………….17
3.8 Analisis Data………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi
(cm) mahoni (Swietenia macrophylla King)
Umur 2 Bulan Setelah Tanam
2. Tabel 2. Hasil Uji Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan
Tinggi (cm) Semai mahoni (Swietenia macrophylla
King)
3. Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter (mm)
Semai mahoni (Swietenia macrophylla King) Umur
2 bulan Setelah Tanam
4. Tabel 4. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan
Diameter Semai mahoni (Swietenia macrophylla
King)
5. Tabel 5. Analisis sidik ragam Pertambahan Jumlah Daun
(helai) Semai, semai mahoni (Swietenia macrophylla
King) Umur 2 bulan
6. Tabel 6. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan
Jumlah Daun (helai) Semai, semai mahoni (Swietenia
macrophylla King)
7. Tabel 7. Indeks Mutu Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King)
umur 2 bulan
vii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Gambar 1. Rata-rata Pertambahan Tinggi (cm)
Semai mahoni (Swietenia macrophylla King)
Umur 2 Bulan
2. Gambar 2. Rata-rata Pertambahan Diameter (mm) Semai
Mahoni (Swietenia macrophylla King). Umur 2
bulan setelah tanam
2 Gambar 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) semai
mahoni (Swietenia macrophylla King) umur
2 bulan
viii
I. PENDAHULUAN
Indonesia karena pohon ini bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis. Pohon
mahoni merupakan salah satu pohon dengan nilai ekonomi yang tinggi
dikarenakan banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pohon ini. Tanaman ini
memiliki pertumbuhan yang cepat dan bisa menghasilkan kayu mahoni keras yang
digunakan untuk perabotan. Selain pohon, buah mahoni juga memiliki manfaat,
untuk mendapatkan keasrian dan kesegaran udara yang dihasilkan dari lebatnya
terdiri atas mahoni berdaun kecil dan mahoni berdaun lebar. Kualitas kayu
mahoni berdaun kecil lebih baik dibandingkan mahoni berdaun lebar (Kementrian
Kehutanan, 2011).
pada berbagai tempat dan berbagai jenis tanah. Salah satu faktor yang sangat
penting untuk tersedianya bibit yang bermutu yaitu tersedianya air dan pupuk.
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting selain lahan,
tenaga kerja dan modal. Anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih
1
2
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari sisa makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa sisa tanaman, hewan dan manusi. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang di gunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Umumnya pupuk organik mengandung lebih banyak bahan
pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan atau limbah organik
lainnya yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk organik berbentuk padat atau
cair digunakan untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah
serta memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Penggunaan
pupuk organik juga dapat menyediakan unsur hara makro, meningkatkan hasil
produksi pertanian dan unsur hara, menyuburkan tanah dan memacu pertumbuhan
buah, mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah (Ningsih, dkk., 2018).
Menurut hasil penelitian dari Putra dkk (2018) tentang pemberian perlakuan
Bogor, karena semua trubusan yang diberi POC Bioton memiliki tinggi dan
Pupuk cair umumnya dibuat dari bahan campuran antara limbah tanaman
seperti daun kelor sebagai campuran pembuatan pupuk cair. Menurut Krisnadi
(2015) dalam Suhastyo dan Raditya (2019) bahwa ekstrak daun kelor
hasil penelitian Foidl et, all (2001) daun kelor digunakan sebagai pupuk cair yang
diujikan keberbagai tanaman seperti kacang tanah, kedelai, dan jagung. Hasilnya
sangat signifikan pada hasil panen tanaman yang diberi pupuk cair daun kelor
yaitu sebesar 20-35% lebih besar dari pada hasil panen tanaman tanpa diberi
fosfor, zat besi dan sufur (Bey, 2010) sehingga daun kelor dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan pupuk organik cair. Manfaat pupuk daun kelor dapat digunakan
Dengan adanya ulasan tersebut maka dianggap perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh pupuk organik cair daun kelor terhadap pertumbuhan semai mahoni di
persamaian.
berbagai konsentrasi pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera) terhadap
pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan semai
penelitian lainnya mengenai pengaruh lama takaran pupuk organik cair daun
macropylla King).
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk organik cair daun
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophtya
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swetenia
mecapai 10 – 20 m dan diameter lebih dari 100 cm. Sistem perakaran tanaman
mahoni yaitu akar tunggang. Batang berbentuk bulat, berwarna cokelat tua keabu-
abuan, dan memiliki banyak cabang sehingga kanopi berbentuk payung dan
berbentuk bulat oval, ujung dan pangkal daun runcing, dan tulang daun menyirip.
Panjang daun berkisar 35-50 cm. Daun muda tanaman mahoni berwarna merah
5
6
tahun. Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang tersusun dalam karangan
yang muncul dari ketiak daun, berwarna putih, dengan panjang berkisar 10-20 cm.
Mahkota bunga berbentuk silindris dan berwarna kuning kecoklatan. Benang sari
Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna coklat.
Bagian luar buah mengeras dengan k etebalan 5-7 mm, dibagian tengah mengeras
seperti kayu dan berbentuk kolom dengan 5 sudut yang memanjang menuju ujung
(Suhono, 2010). Buah akan pecah dari ujung saat buah sudah matang dan kering.
Di bagian dalam buah mahoni terdapat biji. Biji mahoni berbentuk pipih dengan
ujung agak tebal dan berwarna coklat tua. Biji menempel pada kolumela melalui
Pertama kali masuk ke Indonesia (ditanam di Kebun Raya Bogor) Tahun 1872.
Mulai dikembangkan seara luas di pulau Jawa antara tahun 1897 sampai 1902.
sudah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Nama asing dari tanaman ini
adalah West Indian Mahogany. Mahoni adalah tumbuhan tropis yang tumbuh liar
di hutan jati, pinggir pantai dan banyak ditanam di pinggir jalan atau di
2002).
7
Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki persyaratan tipe
tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup pada berbagai jenis tanah bebas
genangan dan reaksi tanah sedikit asam-basah tanah, gersang atau marginal
bertahan hidup. Pertumbuhan mahoni akan tetap subur, bersolum dalam dan aerasi
baik pH 6,5 sampai 7,5 tumbuh dengan baik sampai ketinggian maksimum 1.000
mahoni memiliki batang yang besar dan cukup tinggi serta memiliki daun yang
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya bertekstur keras dan sangat
baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan berbagai kerajinan tangan.
Kayu mahoni juga sering dibuat untuk penggaris karena sifatnya yang tidak
mudah berubah. Pemanfaatan lain dari tanaman Mahoni adalah kulitnya yang
dapat dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit
Mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Getah mahoni disebut juga
blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daunnya dapat
Mahoni kini ditanam secara luas di daerah tropis untuk program reboisasi
dan penghijauan bermanfaat sebagai tanaman naungan dan kayu bakar. Manfaat
lainnya dari pohon kayu mahoni yakni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47%-
69% sehingga layak disebut pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah
8
Mahoni juga memiliki fungsi sebagai obat yang terkandung pada biji dan
kulit dari buahnya, yang dijadikan serbuk. Biji digunakan sebagai obat untuk
tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang nafsu makan, rematik, demam,
masuk angin, serta ekzema. Biji Mahoni juga dipakai untuk pengobatan malaria
(Samsi, 2000).
a. Iklim
Tanaman Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan
pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini
termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun.
bertahan hidup.
maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
9
Classis : Dicotyledone
Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rhoeadales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan
kotor, berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan
tegak atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).
2015).
seling (alternate), beranak daun gasal, helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm, tipis
lemas, ujung dan pangkal tumbuh (obtusus), tepi rata, susuna pertulangan
menyirip, permukaan atas dan bawah halus. Perbanyakan bisa secara generative
(biji) maupun vegetative (stek) (Krisnadi, 2015). Bunga kelor muncul di ketiak
10
berbentuk segitiga, dengan panjang sekitar 20-60 cm dan berwarna hijau. Kelor
berakar tunggang, berwarna putih, berbentuk seperti lobak, berbau tajam dan
kesehatan masyarakat dan mengandung zat gizi yang sangat tinggi mulai dari zat
gizi makro hingga zat gizi mikro. Tanaman tersebut adalah Moringa oleifera atau
yang lebih sering disebut pohon kelor oleh masyarakat Indonesia. Namun, tidak
Salah satu manfaat yang dapat diambil dari pohon kelor terdapat pada
daunnya (Kouevi, 2013). Hasil penelitian Fuglie (2001) menyatakan bahwa daun
paling diunggulkan pada tanaman ini yaitu protein, vitamin A (β-karoten), dan zat
besinya yang tinggi sehingga bagus untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi terutama pada kelompok rawan (Madukwe, et al., 2013). Tidak
hanya itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino di mana hal
dikalangan bayi dan ibu menyusui. Satu sendok makan setara dengan 8 g serbuk
daun kelor mengandung 14 protein, 40 % kalsium, 23% zat besi, dan semua
vitamin A yang diburtuhkan anak0anak umur 1-3 tahun. Enam sendok makan
11
serbuk daun kelor akan memenuhi hampir semua kebutuhan zat besi dan kalsium
tanpa mesin pendingin, dan hal ini tidak mengakibatkan adanya nutrisi yang
kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Adapun kelemahan pupuk organik cair yaitu kandungan hara tidak tinggi
dan perlu waktu yang lebih lama untuk diserap oleh tanah (Hardjowigeno, 1995).
porositas strukrur, dan kation tanah, serta mengandung unsur hara makro dan
pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara
pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat (Bastari., 1996). Fungsi
unsur mikro adalah untuk produksi energi, sintesis protein, pembentuk hormon
12
organik cair berpengaruh pada tanaman sawi untuk variabel pengamatan: berat
tanaman sawi segar dan berat tanaman sawi konsumsi, perlakuan model
penyaringan ekstrak daun kelor berpengaruh pada tanaman sawi untuk variabel
tinggi tanaman, lebar daun, berat tanaman segar, berat tanaman sawi konsumsi per
tanaman, dan berat tanaman sawi konsumsi perpetak (Ihsan dkk 2020).
2.4 Tanah
bumi ini, baik bagi bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidang-
bidang lainnya. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda
antara tanah di suatu tempat dengan tempat lainnya. Sifat-sifat itu meliputi sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur,
struktur dan permeabilitas serta porositas tanah. Untuk sifat kimia tanah
menunjukkan sifat yang di pengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang
terdapat didalam tanah tersebut, beberapa contoh sifat kimia tanah yaitu reaksi
tanah (PH), kadar bahan organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
(Hardjowigeno., 1995).
Tanah yang kaya akan bahan organic mengakibatkan aerasi tanah lebih
baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dari pada tanah yang mengandung
bahan organik rendah karena bahan orga nik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan, dari bulan Mei sampai Juli
1. Tanah yang digunakan adalah tanah subsoil (lapisan tanah bawah) yang
3. Air, digunakan untuk melarutkan pupuk organik cair dan untuk menyiram
Poso Sulteng.
20 cm.
13
14
2. Alat tulis,
Pupuk organik cair daun kelor, dibuat dengan cara (Suwahyono, 2011) :
a. Siapkan bahan baku daun kelor sebanyak 3 kg yang diperoleh dari kota
Palu,
h. Starter EM-4 100 ml di gunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah,
j. Pupuk cair daun kelor dapat digunakan setelah 10-15 hari setelah melalui
fermentasi.
Ciri fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah
yang baik untuk pupuk organik adalah sekitar 6,5 – 7,5 (netral). Biasanya pH agak
turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan
maka pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan kemudian berada pada
3.5 Penanaman
akar pada lubang yang telah disediakan dalam masing-masing polybag yang
3.6 Pemeliharaan
dengan ukuran air yang sama pada tiap tanaman, penyiraman dilakukan pagi dan
sore hari.
awal) dan akhir penelitian yaitu 2 bulan (data akhir) sebagai berikut :
tinggi semai setinggi satu cm dari pangkal akar sampai pada pucuk batang,
3. Pertambahan jumlah daun, dengan cara menghitung jumlah daun yang telah
4. Indeks Mutu Bibit dilakukan pada akhir pengamatan, setelah semai di oven
pada suhu 80º selama 48 jam dengan menggunakan cara Dickson, (1960)
Dimana:
= Hasil pengambilan pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
oraganik cair daun kelor terhadap pertumbuhan semai mahoni. Apabila perlakuan
4.1 Hasil
Pertumbuhan diameter, pertumbuhan jumlah daun dan indeks mutu bibit (IMB).
sajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi (cm)
semai mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan setelah tanam dapat
SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%
Hasil analisis sidik ragam pada tabel 1 menunjukan bahwa pemberian pupuk
organik cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, sehingga
dilakukan uji Beda Nyata jujur (BNJ) taraf 5% seperti disajikan pada tabel 2.
19
20
Tabel 2. Hasil Uji Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Tinggi (cm) Semai
mahoni (Swietenia macrophylla King)
P0 4,13 a
P1 5,15
2,24 %
P2 6,59
P3 3,39
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan pupuk organik
cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah subsoil memberikan
Pertambahan tinggi rata-rata pada perlakuan P0 (Tanah tanpa POC atau control)
daun kelor/liter air) yaitu 5,15 cm, diikuti dengan P2 (Tanah 1 kg +250 ml POC
daun kelor/liter air) 6,59 cm, yang tertinggi. Pada P3 (Tanah 1 kg +350 ml POC
(mm) semai mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan setelah tanam.
SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%
pupuk organik cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter,
maka di lakukan Uji Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% di sajikan pada tabel 4.
22
Tabel 4. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Diameter Semai
mahoni (Swietenia macrophylla King).
P0 0,99b
P1 0,87b
0,45 %
P2 1,08a
P3 0,95b
Keterangan : Angka yang di ikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah subsoil memberikan
pertambahan diameter batang rata-rata pada perlakuan P0 (Tanah tanpa POC atau
+150 ml POC daun kelor/liter air) yaitu 0,87 mm. yang tertinggi P2 (Tanah 1 kg
+250 ml POC daun kelor/liter air)yaitu 1,08 mm, P3 (Tanah 1 kg +350 ml POC
berikan terhadap pertambahan jumlah daun pada semai mahoni, maka di lakukan
Tabel 5. Analisis sidik ragam Pertambahan Jumlah Daun (helai) Semai, semai
mahoni (Swietenia macrophylla King) Umur 2 bulan.
SK DB JK KT F Hit F Tabel 5%
Total 39 1163,609
pupuk organuk cair daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah
daun, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata (BNJ) di sajikan pada
tabel 6.
Tabel. 6 Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pada Pertambahan Jumlah Daun
(helai) Semai, semai mahoni (Swietenia macrophylla King).
P0 3,2
P1 3,3
2,18 %
P2 6,2
P3 5,9
Keterangan :
24
pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lapisan tanah bawah
perlakuan. P0 (Tanah tanpa pupuk organik cair daun kelor (kontrol) yaitu 3,2
organik cair daun kelor terhadap semai Mahoni (Swietenia macrophylla King)
umur 2 bulan.
25
Tabel 7. Indeks Mutu Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King) umur 2 bulan
Nilai Indeks mutu bibit yang terbesar yaitu (P2) sebesar 0,68, sedangkan
yang terkecil (P0) 0,39.
26
4.2 Pembahasan
organik cair daun kelor (Moringa oleifera Lam) terhadap pertumbuhan semai
paling tinggi di peroleh pada P2 (Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air)
dengan nilai rata-rata 6,59 cm. Keberhasilan dalam tinggi tanaman ini juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya cahaya, air, suhu dan faktor kandungan
NPK yang terhadap di daun kelor tersebut. Hal ini sesuai dengan teori menurut
lakitan (2013), hasil yang signifikan dalam pertumbuhan tinggi semai mahoni
dapat didukung oleh ketersedian unsur hara yang dibutukan oleh tanaman
itu juga menyatakan bahwa tanaman yang mendapatkan unsur hara N yang sesuai
dengan kebutuhan akan tumbuh tinggi dan daun yang terbentuk lebar.
besar diperoleh pada P2 (Tanah 1 kg + 250 ml POC daun kelor/ liter air) dengan
rata-rata sebesar 1,08 mm dan pertambahan diameter paling kecil diperoleh pada
P1(Tanah 1 kg + Pupuk organik cair daun kelor 200g) dengan rata-rata 0,87 mm.
seperti xilem dan floem yang terdapat pada batang akibat unsur hara yang di serap
berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari bagian tanaman,
27
asam-asam organik yang di hasilkan pada saat metabolisme pada kalsium yang
terdepat dalam batang dan daun dapat menetralisiskan senyawa atau keasaman
250 ml POC daun kelor/ liter air) dengan jumlah rata-rata pertambahan daunnya
sebanyak 6,2 helai sedangkan P0 ( Tanpa POC atau conrol) jumlah rata-rata 3,2
untuk dapat tidaknya beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Bibit yang
bahwa apabila indeks mutu bibit lebih dari 0,09 maka bibit dinyatakan layak
untuk ditanam nilai indeks mutu bibit pada perlakuan P2 sebesar 0,68, (P3) 0,63,
(P1) 0,41, dan (P0) 0,39. Oleh karena itu semua bibit yang dihasilkan dari
dalam tanah . Menurut Krisnadi (2015) dalam Suhastyo dan Raditya (2019)
pertumbuhan tanaman yaitu hormon cytokinine. Manfaat ekstrak daun kelor dapat
tanaman ini yaitu protein, vitamin A (β-karoten), dan zat besinya yang tinggi
sehingga bagus untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama
pada kelompok rawan (Madukwe, et al., 2013). Tidak hanya itu, daun kelor juga
mengandung berbagai macam asam amino di mana hal ini jarang sekali ditemui
5.1 Kesimpulan
3. Nilai indeks mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 0,68
dan nilai indeks mutu bibit terendah terdapat pada perlakuan P0 (konrol)
yaitu 0,39, apabila nilai indeks mutu bibit lebih dari 0,09 bibit dinyatakan
layak untuk ditanam. Oleh karena itu, semua bibit yang dihasilkan dari
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pupuk organik cair daun
kelor agar diperoleh hasil yang lebih baik dalam pembibitan semai mahoni
29
DAFTAR PUSTAKA
Bey H. 2010. All things moringa the story of an amazing tree of life. Beltville
Human Nutrition Research center Agriultural Research Service U.S.
Departement of Agriulture Maryland.
Fauziah, F., Wulansari, R., & Rezamela, E. (2018). Pengaruh pemberian pupuk
mikro Zn dan Cu serta pupuk tanah terhadap perkembangan
Empoasca sp. pada areal tanaman teh. Agrikultura, 29(1): 26-34.
Foidl, N., Makkar H.P.S. and Becker K. 2001. “The Potential Of Moringa
Oleifera For Agricultural And Industrial Uses”. Journal of
development potential for Moringa products. November 2001. P 6-8.
Hartatik W., Husnain, dan L.R. Widowati., 2015. Peranan pupuk organik
dalam peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal
Sumberdaya Lahan. 9(2): 107-120
30
31
Ihsan, M., Rachmawati, S. J., & Styadi, I. (2020). Metode Penyaringan Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Pupuk Organik Cair bagi
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea, L). Daun:
Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan, 7(2): 126-137.
Karen., 2004. Teknologi Bio Agrotek (Biotani) Tanaman Padi, Palawija dan
Holtikultura, Malang: Aplikasi Pertanian Terpadu PT. Berau Coal
Malang
Kasolo, J.N. (2010). Phytochemicals and Uses of Moringa Oleifera Leaves in
Ugandan Rural Communities. Academic Journals, 4(9): 753–757.
Krisnadi, 2015. Kelor Super Nutrisi Blora: Pusat Informasi dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia.
Mishra, S. P., Singh, P., & Singh, S. (2012). Pengolahan daun kelor untuk
konsumsi manusia. Buletin Lingkungan, Farmakologi dan Ilmu
Hayati, 2(1): 28–31.
Price, M.L. (2007). The Moringa Tree. Durrance Road, North Forth Myers, USA:
ECHO. Diakses dari www.echonet.org: http://www. echonet.org
Putra, S. A., Satjapradja, O., & Hatta, M. (2018). Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Organik Cair (Poc) Bioton Terhadap Pertumbuhan Trubusan Jati
Unggul Nusantara (Tectona grandis Sp.) Di Kebun Percobaan Cogreg
Universitas Nusa Bangsa. Jurnal Nusa Sylva, 12(2): 61-68.
Ramdan, H. 2004. Evaluasi pertumbuhan tanaman mahoni daun besar (Swietenia
macrophylla King) pada beberapa jenis tanah studi kasus di KPH
Banten. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Samsi, A, S. 2000. Analisis keragaman genetik pada tanaman mahoni daun besar
(Swietenia macrophylla King) di kebun benih parung panjang.
Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simanungkalit, R.D.M, Didi, A.S Rati. S, Diah, S, dan Wiwik, H. (2006). Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Bogor. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Suhastyo, A. A., & Raditya, F. T. (2019). Respon pertumbuhan dan hasil sawi
pagoda (Brassica narinosa) terhadap pemberian mol daun
kelor. Agrotechnology Research Journal, 3(1): 56-60.
Sutedjo, M. M., 1995. Pupuk dan Pemupukan Kandang. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutanso, 2002. Pengantar Ilmu Tanah: Terbentuknya Tanah dan Tanah pertanian.
Rineka Cipta, Jakarta.
LAMPIRAN
P0 17,4 17,5 16,8 17,1 16,8 17,8 18,2 17,5 18,1 17,2 174 17,4
P1 18,5 17,2 16,8 18,3 17,3 18,1 17,5 18,5 16,5 17,6 176,3 17,63
P2 17,3 18 18,6 16,1 16,3 17,7 16,7 18,2 17,9 16,9 173,7 16,37
702,5 70,25
Lampiran 2. Data Akhir Tinggi (cm) mahoni (Swietenia macrophylla King) Umur
2 bulan setelah tanam
Rata-
Perlakuan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
P0 22,6 19,6 23,1 17,4 20,5 21,4 21,6 21,6 25,3 22,6 215,7 21,57
P1 23,6 22,3 23,9 26,6 23,4 19,4 18,1 22,8 24,8 22,9 227,8 22,78
P2 27,1 19,8 21,1 25,3 24,4 22,6 28,1 23 22,8 25,4 239,6 23,96
895 89,5
Rata-
Perlakuan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
P0 5,2 2,1 6,3 0,3 3,7 3,6 3,4 4,1 7,2 5,4 41,3 4,13
P1 5,1 5,1 7,1 8,3 6,1 1,3 0,6 4,3 8,3 5,3 51,5 5,15
P2 9,8 1,8 2,5 9,2 8,1 4,9 11,4 4,8 4,9 8,5 65,9 6,59
P3 3 1,1 9,5 5,8 4,1 1,2 2 0,7 5,6 1,2 33,9 3,39
192,6 19,26
P0 3,2 3,2 2,1 3,1 3 2,6 3,1 3,4 3,2 4,2 31,1 5,65
P1 3,2 3,1 4,2 4,3 3,2 3,2 2,1 4,2 4,2 4,2 35,9 6,53
P2 3,2 4,1 4,3 3,2 3,2 3,5 3 2,9 3,3 3,1 33,8 6,15
131,9 3,30
Rata-
Perlakuan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
P0 4,2 4,3 3,2 4,2 4,3 4,3 4,2 4,3 4,2 4,3 41,5 4,15
P1 4,2 4,3 4,3 5,3 4,2 4,2 3,2 5,3 4,3 5,3 44,6 4,46
P2 4,2 4,2 5,3 4,2 4,2 4,3 5,3 4,2 3,5 4,2 43,6 4,36
P3 5,3 4,2 4,3 4,2 5,3 3,2 4,3 4,3 5,3 4,2 44,6 4,46
174,3 4,358
Rata-
Perlakuan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
P0 1 1,1 1,1 1,1 1,3 1,7 1,1 0,4 1 0,1 9,9 0,99
P1 1 1,2 1,2 1 1 1 1,1 1,1 0,1 1,1 8,7 0,87
P2 1 0,1 0,1 1 1 0,8 2,3 1,3 1,2 1,1 10,8 1,08
P3 1,3 1,4 1,4 1,5 2,2 0,2 0,3 1,2 0,3 1 9,5 0,99
38,9 0,973
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
P0
P1
P2
P3
P3
P1
P2
P3
Lampiran 10. Hasil Indeks Bibit Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King).
Umur 2 bulan setelah tanam
37
BK T + Tinggi
Berat Kering d (mm) IMB
Percobaan BK A (cm)
Tajuk Akar
P0 1
P0 2
P0 3
P0 4
P0 5
P0 6
P0 7
P0 8
P0 9
P0 10
P1 1
P1 2
P1 3
P1 4
P1 5
P1 6
P1 7
P1 8
P1 9
P1 10
P2 1
P2 2
P2 3
P2 4
P2 5
P2 6
P2 7
P2 8
P2 9
P2 10
P3 1
P3 2
P3 3
P3 4
P3 5
P3 6
P3 7
P3 8
P3 9
38
P3 10