)
TERHADAP PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK HAYATI
DAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM HIDROPONIK
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2019
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)
TERHADAP PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK HAYATI
DAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM HIDROPONIK
OLEH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2019
ABSTRAK
Kata kunci : Tanaman selada (Lactuca sativa L.), pupuk hayati dan pupuk
organik, sistem hidroponik
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat –
Nya penulis dapat menyelesikan skripsi penelitian yang berjudul “Respon
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian
Kombinasi Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Pada Sistem Hidroponik” tanpa
suatu halangan yang berarti. skripsi ini merupakan suatu syarat untuk
menyelesikan studi S1 di Universitas Bosowa Makassar, selanjutnya diharapkan
skripsi penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para pembaca.
1. Bapak Dr. Ir. H. Abri, MP., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.
M. Arief Nasution, MP., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dari awal penentuan judul hingga
skripsi penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Prof. Dr. M. Saleh Pallu, M.Eng. selaku Rektor Universitas Bosowa
Makassar Sebagai Pimpinan Universitas.
3. Dr. Ir. Syarifuddin, S.Pt, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Bosowa Makassar Sebagai Pimpinan Fakultas.
4. Seluruh Dosen Pengasuh Jurusan Agroteknologi yang telah memberi
penulis arahan, bimbingan dan nasehat selama penulis menjadi mahasiswa
sampai penelitian ini terselesaikan.
5. Bapak Saffari, S.Pd. dan Ibu Asliah Rahim, S.Sos. M.Si., selaku orang tua
penulis yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan dukungan kepada
penulis.
6. Bapak Rahmat Sunningrat selaku pemilik Asris Hydrofarm yang telah
menyediakan tempat penelitian untuk penulis.
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRO) yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
8. Teman-teman KKN-KWU angkatan 44 posko Kelurahan Padaidi
Kabupaten Pinrang yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam
peranannya memberikan semangat motivasi dan membantu secara
langsung dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
9. Seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis juga penyadari bahwa skripsi penelitian ini masih belum sempurna
dan memiliki banyak kekurangan, untuk itu pada kesempatan ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan
kesempurnaan penulisan selanjutnya agar menjadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ...................................................................................................... 48
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
No Teks Halaman
Latar Belakang
khusunya di provinsi Sulawesi Selatan total produksi sayuran semusim pada tahun
2016 sebesar 456.779 ton (Badan Pusat Statistik, 2016). salah satu jenis sayuran
minim.
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang cukup digemari
oleh masyarakat, selada merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah dingin
maupun tropis. Selada memiliki daun yang bergerigi dan berombak, berwarna
hijau segar dan ada juga yang berwarna merah (Supriati dan Herliana, 2014).
yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5-6,5. Di
dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada
akhir musim hujan, walaupun demikian dapat juga ditanam pada musim kemarau
dengan pengairan atau penyiraman yang cukup. Tanaman selada dapat dipanen
setelah berumur kurang dari 2 bulan dengan cara mencabut batang tanaman atau
memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan lebih dari 15
sebagai bahan pangan dan dikonsumsi dalam keadaaan segar. Kandungan dalam
1.000 gram selada terdiri dari Vitamin C 65 - 302 mg , Potassium 2,394 – 6,477
mg, Sodium 39 – 223 mg, Kalsium 200 - 755 mg, Magnesium 110 - 413 mg, Serat
4.98 – 12,22 g, Nitrat 2,93 - 3,817 mg, Berat roset daun 164 - 502 g (Koudela,
2008). Selada biasa disajikan dalam keadaan mentah (sayuran penyegar) dan
termasuk salah satu bahan utama pembuatan salad. Sebagai komponen utama
permintaan akan sayuran (Mas’ud, 2009). Selada memiliki khasiat antara lain
yang baik, karena kandungan zat gizi dan peranannya dalam kesehatan. Sehingga
permintaan pasar ditambah dengan peluang pasar internasional yang cukup besar
jumlah hotel dan restoran asing yang banyak menggunakan selada sebagai bahan
olahan seperti salad, hamburger, hot dog dan sebagainya. Hal tersebut dapat
Selada sudah umum dikonsumsi secara mentah, oleh karena itu produksi
selada harus bersih dan terbebas dari tanah. Potensi untuk mengembangkan
komoditas yang bersih dan memperoleh hasil yang berkualitas dapat dilakukan
mengeluarkan hasil yang berkualitas tinggi, bersih dan bebas dari racun (Wibowo,
2013).
Kedua faktor ini sangat penting untuk menghasilkan tanaman yang berproduksi
tinggi dan berkualiras baik, karena sebagai tanaman sayuran selada sangat
memerlukan kualitas disamping kuantitas (Haryanto, dkk, 2002). Salah satu upaya
teknologi hidroponik.
merupakan gabungan dari dua kata yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang
artinya bekerja, jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air
(Prihmantoro, 2005).
Pada umumnya media yang dapat digunakan pada teknik hidroponik ini
yaitu arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut dan serbuk sabut kelapa.
kelebihan. Kelebihan yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi lebih terjamin. Kedua perawatan lebih praktis, pemakaian pupuk
lebih hemat, tanaman dapat tumbuh dengan pesat dan tidak kotor, hasil produksi
lebih kontinu, serta beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan diluar musim
(Lingga, 2010).
Selain itu pada teknik hidroponik memiliki keuntungan bagi orang yang
tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang
memiliki bobot ringan seperti selada, pakchoy, kailan, caisim dan jenis sawi-
pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan
lengkap.
hal yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman
hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu.
Pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang harus mengandung unsur makro dan
dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Pemberian nutrisi
melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Nutrisi diberikan dalam
bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik dan anorganik.
Pada umumnya yang dipakai untuk keperluan tanaman hidroponik adalah pupuk
majemuk yang mengandung larutan nutrisi unsur hara makro dan mikro (Tim
Pada saat ini pemakaian pupuk organik dan pupuk hayati sudah menjadi
perhatian dari pemerhati lingkungan dan pertanian yang ingin meniadakan atau
kimiawi seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang dapat menyebabkan
degradasi lahan dan merusak kesehatan (Sutanto, 2002). Oleh karena itu,
yang dikenal dengan: “Go Organik 2010”, dan sebaiknya sekaranglah saatnya
organik mampu menjadi solusi dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi
unsur hara yang rendah dan lambat tersedia bagi tanaman. Pupuk organik dapat
berbentuk padat maupun cair. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara
yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman
(Pardosi, 2014).
berkualitas baik dan mampu bersaing di pasar global yaitu dengan menggunakan
pupuk hayati. Pupuk hayati adalah produk biologi yang dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah. Pupuk hayati berisi bakteri
Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah (M2mix) yang
pupuk organik cair yang berasal dari kotoran hewan (sapi dan kambing) serta
pupuk kompos, dimana mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk ini dapat
saling mendukung dalam memperbaiki lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah
memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan tanaman selada. Oleh karena
sativa L.) Melalui Pemberian Kombinasi Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Pada
Sistem Hidroponik.”
Hipotesis
(Lactuca sativa L.) dari pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik
berbagai pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada sistem
hidroponik.
1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk
Bosowa Makassar
khususnya pada tanaman selada dengan pemberian pupuk organik dan pupuk
hayati.
di Indonesia
4. Bagi pihak-pihak lain, khususnya almamater Fakultas Pertanian Universitas
Bosowa Makassar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
bagi penelitiannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Selada (Lactuca sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili
mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur,
Pada dataran tinggi yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik.
Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk bulatan krop yang besar
sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil dan
berbunga.
Klasifikasi Selada
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop yaitu daun-daun saling merapat
Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop seperti tipe selada kepala. Tetapi
krop pada tipe selada rapuh berbentuk lonjong dengan pertumbuhan meninggi,
daunnya lebih tegak, dan kropnya berukuran besar dan kurang padat.
Selada yang memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak membentuk
krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya tipe selada ini lebih enak dikonsumsi
Selada yang memiliki ciri-ciri tidak membentuk krop, daun berukuran besar,
bulat panjang, tangkai daun lebar dan berwarna hijau tua serta memiliki tulang
daun menyirip.
menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-
50 cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam
tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 20-35 cm dan
tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20-30 cm (Saparinto, 2013). Umur
panen selada berbeda-beda menurut kultivar dan musim, umurnya berkisar 30-85
hari setelah pindah tanam. Bobot tanaman sangat beragam, mulai dari 100 g
sampai 400 g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang rendah dan
panen yang terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada yang
berkualitas bagus memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah,
utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi
Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25°C. Suhu
Sedangkan untuk tipe selada kepala suhu yang tinggi dapat menyebabkan bentuk
kepala longgar. Selada tipe daun longgar umumnya beradaptasi lebih baik
terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala.
(pegunungan). Pada daerah pegunungan, daun dapat membentuk krop yang besar
sedangkan didataran rendah daun dapat membentuk krop yang kecil, tetapi cepat
berbunga. Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki
Selada dapat tumbuh pada jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan
tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran
terhadap tanah-tanah yang miskin hara dan ber-pH netral. Jika tanah asam, daun
Selada merupakan sumber yang baik bagi klorofil dan vitamin K. Kaya
garam mineral dan unsur-unsur alkali sangat mendominasi. Hal ini yang
membantu menjaga darah tetap bersih, pikiran dan tubuh dalam keadaan sehat.
Selada berdaun kaya akan lutein dan beta-karaten. Juga memasok vitamin C dan
K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. (Lingga, 2010). Semua varietas selada
memiliki kalori rendah, tetapi memiliki kandungan gizi yang berbeda. Kandungan
dengan menggunakan tanah sebagai media tumbuh, namun saat ini budidaya
Budidaya selada hidroponik merupakan cara baru dalam teknik penanaman yang
Teknik ini pada dasarnya hanya memanfaatkan air sebagai media tumbuh
diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air terbatas. Jika dibandingkan
tergolong mudah dan hasil panen higienis sehingga sayuran yang dipanen lebih
bersih dan sehat, selain itu perlu diperhatikan pemberian nutri yang tepat. Aspek
dan penjelasan terkait sistem budidaya tanaman selada dapat dilihat dibawah ini:
1. Hidroponik
Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” (air) dan “ponous”
(kerja), disatukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan air. Jadi
istilah hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman
tanpa menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, krikil,
pecahan genteng yang diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen esensial
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, perawatan lebih
praktis, pemakaian pupuk lebih efisien, tanaman yang mati lebih mudah diganti
dengan tanaman yang baru, tidak diperlukan tenaga yang kasar karena metode
kerja lebih hemat, tanaman lebih higienis, hasil produksi lebih kontinu dan
dibudidayakan di luar musim, dan dapat dilakukan pada ruangan yang sempit
(Lingga, 2005).
porous lainnya seperti arang sekam, pecahan genting, pasir, kerikil, maupun gabus
bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi 7
dua sistem hidroponik yaitu hidroponik pasif dan hidroponik aktif. Hidroponik
aktif adalah sistem hidroponik yang larutan nutrisinya ditampung dalam tangki
dan dialirkan ke tanaman. Larutan akan bersirkulasi selama masa tumbuh tanaman
sampai tanaman bisa dipanen. Pada sistem hidroponik pasif, larutan nutrisi akan
diam dalam bak penampung yang tepat berada di bawah tanaman. Sistem ini
umum digunakan untuk tanaman jenis sayuran karena sistem ini hanya dapat
untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Kelebihan hidroponik yang lain
yaitu : (1) perawatan lebih praktis dan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja,
(2) pemakaian pupuk lebih effisien, (3) tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan
kebersihan yang terjamin, (4) penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa
memproduksi tanaman secara kontinyu, serta (6) harga jual sayuran hidroponik
lebih mahal.
2. Nutrisi AB Mix
nutrisi AB mix, AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok
A yang berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro (Nugraha, 2014).
“Sepersejuta Bagian” adalah satuan untuk mengukur kepekatan suatu larutan cair.
dengan umur tanaman, semakin tua usia tanaman maka semakin tinggi pula ppm
yang dibutuhkan. Selain ppm, yang juga harus diperhatikan dalam berhidroponik
Kepekatan nutrisi hidroponik diukur dengan sebuah alat yang disebut TDS
meter dengan satuan ppm. Sedangkan alat untuk mengukur pH larutan adalah pH
meter. Pada tanaman selada (Lactuca sativa L.) pH yang dianjurkan ialah pada
antara pupuk organik dan pupuk hayati, dapat dikatakan yaitu pupuk organik
N2, mikrob pelarut fosfat dan mikrob pelarut kalium serta mikrob yang bersifat
antagonis.
pertumbuhan tanaman. Mikrob ini secara khusus diisolasi dan dikemas dalam
lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non
simbiotik Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen
simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan
Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba
4. Larutan Nutrisi
pengelolaan air dan hara difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai
dengan umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang
berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S),
kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O
biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup. Penjabaran dan
fungsi setiap unsur hara yang dibutuhkan pada tanaman sebagai berikut :
a. Nitrogen (N)
dan daun karena nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan
b. Fosfor (P)
Fungsi fosfor bagi tanaman adalah berupa zat pembangun dan terikat
bunga dan buah karena zat ini diserap oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4.
yang semula hijau menjadi hijau tua, daun yang tua menjadi kekuning-kuningan
d. Kalsium (Ca)
serap) dinding sel. Kalsium juga dapat berpengaruh dalam pertumbuhan ujung
e. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan bagian dari warna hijau daun yang tidak dapat digantikan
Fungsi sulfur bagi tanaman adalah untuk mempertinggi daya kerja unsur-
unsur lain. Kekurangan zat sulfur mengakibatkan perubahan warna pada helai
daun dan umumnya mengilat keputih-putihan. Adapula tanaman yang warnanya
Fungsi iron, besi bagi tanaman adalah pembentuk hijau daun. Selain itu,
fungsi besi sebagai pembentuk enzim pernapasan yang mengoksidasi hidrat arang
menjadi gas asam arang yang diserap dalam bentuk Fe. Kekurangan zat iron
tanaman akan mengalami klorosis pada tulang daun. Tulang daun yang semula
berwarna hijau berubah menjadi warna kuning sampai putih. Tetapi, tanaman
h. Mangan (Mn)
Fungsi mangan bagi tanaman adalah sebagai pembentuk hijau daun, tanpa
zat ini tanaman tidak dapat hidup. Selain itu, dapat mengatur proses pernapasan
tanaman mengalami klorosis dan susunan akar mati berwarna merah kecoklatan,
mengalami perubahan warna dan di beberapa tempat jaringan ada yang mati.
Borium diserap dalam bentuk BO3. Kekurangan zat borium daun akan
yang baru tumbuh berukuran kecil (kerdil), bahkan ada yang mati dan berwarna
j. Seng (Zn)
komponen penting dalam mentransfer energi keseluruh tubuh. Zat seng diserap
oleh tanaman dalam bentuk Zn. Kekurangan zat seng tulang daun tanaman akan
mengalami klorosis dan akhirnya daun mudah cepat mati dan gugur. Bila
k. Molibdin (Mo)
Fungsi molibdin bagi tanaman sebagai pengikat nitrogen. Zat ini penting
bagi tanaman buah dan sayur-sayuran. Molibdin diserap dalam bentuk ion
tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayur, warna daun berubah, daun
menjadi keriput, mengering, dan mati pucuk (die back) pada akhirnya tanaman
akan mati (Lingga, 2005). Komposisi nutrisi yang umum digunakan dalam
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada, air bersih,
pupuk organik terdiri dari (kompos, pupuk kandang sapi, pupuk kandang
2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember ukuran 40 liter, gelas
Gambar alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran gambar 13.
Metode Penelitian
M1 = ABmix (kontrol)
sampel yang diamati 8 x 20 = 160 tanaman. Denah percobaan dapat dilihat pada
Pelaksanaan Penelitian
1. Pra Tanam
Instalasi dan ember penampungan yang telah ada dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan kuas dan kain lap, tujuan dilakukan pembersihan ialah
untuk membersihkan lumut dan kotoran yang ada di saluran instalasi serta
yang telah diberi kain flanel di dalam lubang yang telah disediakan. Gambar
persiapan dan pembersihan netpot dan instalasi hidroponik dapat dilihat pada
b. Penyemaian
Wadah penyemaian disiapkan dan diisi dengan rockwool ukuran 2×2 cm yang
telah dibasahi dengan air hingga rockwool terserap air, benih selada diletakkan
satu persatu kemudian benih dan wadah semai disimpan ditempat tanpa sinar
matahari hingga tumbuh tunas. Setelah itu dipindahkan ketempat dengan cahaya
matahari. Penyemaian dilakukan selama 14 hari dengan jumlah daun 4 helai dan
daun sejati telah muncul. Gambar penyemaian benih selada dan isntalasi
2. Fase Tanam
perlakuan dpat dilihat pada lampiran gambar 17. Teknik Hidroponik yang
digunakan adalah Nutrient Film Technique (NFT) dengan sistem Larutan pupuk
hidroponik ditempatkan pada wadah plastik (ember) sebagai sumber irigasi dan
hidroponik bagian atas dengan pompa air kemudian mengalir hingga ke bagian
bawah dan kembali ke dalam wadah semula. Tiap-tiap perlakuan diberikan dalam
kondisi yang sama. Sistem hidroponik dibuat 4 perlakuan dan tiap perlakuan
terdiri atas 20 bibit selada lalu diamati setiap 10 hari hingga selada berumur 4
b. Jarak Tanam
c. Pemeliharaan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan mencegah terjadinya defisiensi unsur
hara pada tanaman. Pemberian nutrisi dilakukan pada saat pengisian air pada
ember dan pada saat konsentrasi ppm menurun, selain itu pemberian nutrisi
diberikan secara kontinyu pada saat tanaman berumur 1 sampai 15 hst dengan
konsentrasi 500 ppm, selanjutnya pada umur 15 sampai 25 hst dengan konsentrasi
650 ppm, kemudian pada umur 25 sampai 35 hst dengan konsentrasi 850 ppm,
dan terakhir pada 35 sampai 45 hst dengan pemberian konsentrasi 1000 ppm.
Selain kondisi air dan nutrisi yang harus selalu dikontrol kondisi pH pun
stabil, apabila terjadi kenaikan pH pada air yang berarti bersifat basa maka
Penyemprotan zpt
Penyemprotan zpt dilakukan agar melengkapi dan memacu pertumbuhan
d. Panen
Tanaman Selada dapat dipanen pada umur 45 hari. Dengan cara panen
dicabut masing-masing dari rockwoll sesuai jumla sampel tanaman per perlakuan.
Ciri-ciri tanaman selada yang siap dipanen yaitu daun dewasa hijau cerah, lebar,
dan bergelombang.
3. Variabel Pengamatan
a. Jumlah Daun
Jumlah daun diamati pada saat tanaman berumur 15, 25, 35 dan 45 hari
b. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh
c. Luas Daun
blok. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk
daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas
d. Bobot Tanaman
Bobot tanaman (gr) dibagi atas dua yaitu bobot basah dan bobot kering,
bobot basah tanaman diperoleh dengan cara ditimbang pada saat panen
dengan cara menimbang berat tanaman segar per unit perlakuan. Sedangkan
selama 48 jam dengan suhu 70-80 ºC lalu ditimbang dalam keadaan kering.
e. Volume Akar
Volume akar (ml), diukur dengan cara merendam akar pada gelas ukur
dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam gelas ukur
tersebut.
f. Analisis Data
hitung > F tabel maka dilakukan uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ).
Hasil
Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman pada umur 15, 25, 35 dan 45
hst dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 1a dan 1b, 2a
dan 2b, 3a dan 3b serta 4a dan 4b. Sementara gambar pengamatan selada pada
umur 15, 25 ,35 dan 45 hst, disajikan pada gambar lampiran 18, 19, 20 dan 21.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai
kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman selada pada umur 15, 25 dan 45 hst. Sedangkan Analisis uji
lanjutan BNJ α=0,05 pada umur 35 hst pengaruh pemberian berbagai kombinasi
pupuk kandang sapi) cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya dengan
pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada umur 35 hst.
7.00
6.80
6.60
Tinggi tanaman
6.40
6.20
6.00
5.80
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
Perlakuan
(M1) (M2) (M3) (M4)
14.00
12.00
10.00
Tinggi tanaman
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
(M1) (M2) (M3) (M4)
Perlakuan
25.00
20.00
Tinggi tanaman
15.00
10.00
5.00
0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
25
20
15
10
5
0
15 hst 25 hst 35 hst 45 hst
abmix (M1) mmix+pukan sapi (M2)
mmix+pukan kambing (M3) mmix+kompos (M4)
45 hst dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 5a, 5b, 6a,
6b, 7a, 7b, dan 8a, 8b. Sementara gambar pengamatan selada pada umur 15, 25,
35 dan 45 hst, disajikan pada gambar lampiran 18, 19, 20 dan 21.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai
kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun selada pada umur 15 dan 25 hst. Sedangkan analisis uji lanjutan BNJ
α=0,05 pada umur 35 hst pengaruh pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati
berpengaruh nyata dengan M3, M4 dan M1. sedangkan pada umur 45 hst
berpengaruh nyata.
lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi
pupuk hayati dan pupuk organik pada umur 35. Sementara tabel 5 lebih tinggi
dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati
dan pupuk organik pada umur 45 hst. Gambar Laju pertumbuhan jumlah daun
6.00
5.00
4.00
Jumlah daun
3.00
2.00
1.00
0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
Perlakuan
(M1) (M2) (M3) (M4)
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
Jumlah daun
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
20
15
10
0
15 hst 25 hst 35 hst 45 hst
Luas Daun
Hasil pengamatan dan rata-rata luas daun selada dan sidik ragamnya
pengukuran luas daun, disajikan pada gambar lampiran 26. Analisis uji lanjutan
kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada tanaman selada sistem
hidroponik.
160
140
120
100
Luas daun
80
60
40
20
0
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
(M1) (M2) (M3) (M4)
Perlakuan
Gambar 8. Rata-rata luas daun tanaman selada
Volume Akar
Hasil pengamatan dan rata-rata volume akar selada dan sidik ragamnya
disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 10a dan 10b. Sementara gambar
pengukuran volume akar disajikan pada gambar lampiran 25. Analisis uji lanjutan
terhadap perlakuan M3, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan M1 dan
M4.
pupuk hayati dan pupuk organik pada tanaman selada sistem hidroponik.
Bobot Tanaman
Hasil pengamatan dan rata-rata bobot basah dan kering tanaman selada
dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 11a, 11b, dan 12a,
12b. Sementara gambar pengukuran bobot basah dan bobot kering tanaman
disajikan pada gambar lampiran 23 dan 24. Analisis uji lanjutan BNJ α=0,05
dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati
genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan
tersebut adalah suplay unsur-unsur hara, tanaman akan tumbuh dengan baik bila
semua unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup seimbang.
Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar dan merupakan unsur penyusun
tanaman tampak kurus serta kedil. Penambahan nitrogen yang cukup pada
pertumbuhan akar, batang, dan daun berlangsung cepat (Aziz dkk, 2006).
Selain unsur nitrogen, tanaman juga membutuhkan unsur hara esensial lain
seperti fosfor dan kalium. Kalium berperan sebagai aktifator dari berbagai enzim
yang penting dalam reaksi fotosintesis dan respirasi, sehingga dapat mengatur
pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel, berjalan lancar (Surtinah,
2009).
Ketiga unsur hara yang penting bagi tanaman di atas terkandung dalam
pupuk (nutrisi) Abmix dan pupuk organik yang dibantu dengan pupuk hayati
sebagai perombak dan penambah unsur hara. Dalam hakekatnya nutrisi Abmix
yang siap pakai mengandung unsur-unsur hara esensial bagi tanaman dan unsur-
sehingga pada saat pengaplikasian pada tanaman, unsur hara yang terkandung
langsung terserap, melihat dari hal ini penulis menkombinasikan pupuk organik
dan pupuk hayati dalam bentuk cair dan difermentasi sehingga unsur-unsur yang
Hasil analisis uji lanjutan BNJ pada taraf α 0,05. menunjukkan bahwa
terhadap tinggi tanaman selada tidak berpengaruh nyata pada 15, 25 dan 45 Hst,
sedangkan pada umur 35 hst menunjukkan hasil berpengaruh nyata. Pada jumlah
daun pengaruh pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik terhadap
tanaman selada tidak berpengaruh nyata pada 15 dan 25 hst, sedangkan pada umur
35 hst menunjukkan hasil berbeda nyata dan pada umur 45 hst menunjukkan hasil
berpengaruh nyata. Sedangkan pada parameter volume akar dan bobot tanaman
Tinggi Tanaman
parameter yang paling mudah untuk dilihat (Lakitan 2011). Penambahan tinggi
mmix+ pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dengan kombinasi pupuk mmix+
dan abmix.
Jumlah Daun
Hasil analisis uji lanjutan BNJ pada taraf α 0,05. menunjukkan bahwa,
pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan organik pada jumlah daun selada
terhadap jumlah daun pada umur 35 hst. Sedangkan pada umur 45 hst
penting bagi tumbuh perubahan energi ini terjadi dalam sel khusus yang di sebut
jumlah daun pada tabel 4 menunjukkan perlakuan kombinasi pupuk mmix+ pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata dengan kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang
kambing, mmix+kompos dan abmix tetapi abmix tidak berpengaruh nyata dengan
Sedangkan pada tabel 5 perlakuan kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang sapi
Luas Daun
tertinggi yaitu M2 (kombinasi mmix+ pupuk kandang sapi) dengan luas daun
23.20 cm2, sedangkan rerata luas daun terendah pada perlakuan M4 (kombinasi
mmix+kompos) dengan luas daun 18.75 cm2. Interaksi antara mmix dan pupuk
Unsur makro dan mikro yang terkandung dalam kombinasi mmix dan
pupuk sapi dapat memacu proses pembelahan dan pemanjang sel pada organ
tumbuhan, salah satunya pada pertumbuhan luas daun. Pertumbuhan luas daun
dan klorofil pada daun. Unsur hara makro seperti N, P dan K pada tanaman
merupakan faktor penyusun utama klorofil. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizki
dkk (2014) bahwa N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan
komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino,
Volume Akar
diserap tanaman dan penyerapan air dari larutan nutrisi yang tersedia pada
Kemudian, nutrisi yang diserap oleh perakaran ini juga yang akan
organ vegetatif tanaman yang mempunyai fungsi dalam memasok air, mineral dan
Dengan demikian, semakin banyak dan panjang akar tanaman maka akan semakin
besar cakupan akar untuk menyerap air dan unsur hara dalam media tanam,
Bobot tanaman
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Semakin tinggi luas daun
tanaman, jumlah daun dan luas daun tertinggi sehingga mempengaruhi berat
basah tanaman.
meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2016) bahwa
jumlah daun.
fotosintesis inilah yang nantinya akan digunakan oleh tanaman untuk membentuk
sel-sel baru. Wattimena (dalam Rizki, 2013) menyatakan bahwa pembelahan sel
diikuti dengan meningkatnya kemampuan tanaman dalam proses pengambilan air.
Hal ini menyebabkan jumlah sel bertambah dan volume akar meningkat. Dengan
demikian unsur hara makro dan mikro yang terkandung pada media tanam serta
mengandung air terutama pada bagian daun. Cahaya dan klorofil merupakan
faktor penting dalam proses fotosintesis yang terjadi pada daun. Semakin besar
luas daun maka penerimaan cahaya matahari juga akan lebih besar (Duaja, 2012).
Tanaman selada lebih diminati dalam kondisi segar Luas daun yang semakin lebar
diikuti pula dengan bobot segar yang tinggi pada tanaman selada. Parameter bobot
segar total yang tinggi diikuti pula dengan bobot kering yang tinggi.
Hasil bobot segar dan bobot kering menunjukkan bahwa selain tanaman
tanaman yang baik dalam menyerap nutrisi dan terakumulasi menjadi cadangan
sumber energi. Bobot kering tanaman merupakan bobot sebenarnya dari tanaman
kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik terhadap bobot kering tanaman selada
dengan mmix+ pupuk kandang kambing tetapi tidak berpengaruh nyata dengan
dan mmix+kompos.
Kesimpulan
tanaman selada (Lactuca sativa L.) melalui pemberian kombinasi pupuk hayati
dan pupuk organik pada sistem hidroponik dapat disimpulkan bahwa perlakuan
kombinasi pupuk hayati mmix + pupuk kandang sapi (M2) pada tinggi tanaman
umur 35 hst, jumlah daun umur 35 dan 45 hst, volume akar, bobot kering dan
Saran
(Lactuca sativa L.) melalui pemberian kombinasi pupuk hayati dan organik pada
sistem hidroponik yang telah dilaksanakan maka ada beberapa hal yang dianggap
2. Perlu adanya kombinasi lain terhadap pupuk dan media tanam selain
yang bebeda, seperti system wick, DFT (deep film technique) dan lain-lain,
sebagai bahan pertimbangan dan kajian ilmu pengetahuan dalam bercocok
tanam modern.
DAFTAR PUSTAKA
Agis Pratama. 2016. Pengaruh Berbagai Macam Medium Tanam dan Konsentrasi
POC Urin Sapi Pada Pertumbuhan dan Hasil Caisim (Brassica junea L.)
Dengan Sistem Wick Pot Hidroponik. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripi. Yogyakarta.
Ananty AD. 2008. Uji efektivitas pupuk organik hayati dalam mensubtitusi
kebutuhan pupuk pada tanaman caisin [Tesis]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Aziz AH, Surung MY dan Buraerah, 2006. Produktivitas Tanaman Selada Pada
Berbagai Dosis Posidan-HT. J Agrisistem. 2,36-42.
Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). 2016. Diakses dari http://www. bps. go. id
pada, 30 Agustus 2018.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2009. Diakses dari
http://www.bptp.go.id pada 28 Agustus 2018.
Cahyono B. 2014. Teknik Budidaya Daya dan Analisis Usaha Tani Selada. CV.
Aneka Ilmu. Semarang. 114 hal.
Darwin, H.P. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Sayuran Daun Kangkung, Bayam, dan Caisin. Produk. Sem. Nas.
Perhimpunan Hortikultura Indonesia, 2012.
Duaja, M.D. (2012). Pengaruh Bahan dan Dosis Kompos Cair Terhadap
Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa sp.). Jurnal Agrikultur, 1(1), 15.
Haryanto, E., Tina., Estu, dan Hendro. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya.
Depok.
Jumin, H.B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Koudela, M., Petrikova,K. 2008. “Nutrients Content And Yield In Selected
Cultivars Of Leaf Lettuce (Lactuca sativa L. var. crispa)” . Horticulture
Science (prague) Vol.3 No.35. Czech University of Life Sciences
Prague,Prague, Czech Republic.
Mas' ud, H. (2009). Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng, 2(2).
Nazaruddin. 2000. Sayuran Dalam Rendah. 120 hal. Jakarta : Penebar Swadaya
Nugraha, R. U. 2014. Sumber Hara Sebagai Pengganti AB mix pada Budidaya
Sayuran Daun Secara Hidroponik. Departemen Agronomi dan
Holtikultura: Institut Pertanian Bogor.
Pardosi, Andri H., Irianto dan Mukhsin. 2014. Respons Tanaman Sawi terhadap
Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27
September 2014. ISBN : 979-587-529-9.
Prihmantoro, H., & Indriani, Y. H. (2005). Hidroponik tanaman buah: untuk
bisnis dan hobi. Penebar Swadaya.
Rizki, K., Rasyad, A. dan Murniati. (2014). Pengaruh Pemberian Urine Sapi Yang
Difermentasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau
(Brassica rafa). Jurnal: Jom Faperta Vol. 1 No. 2.
Rosliani, Rini dan Nani Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan
Sistem Hidroponik. : Balai Penelitian Tanaman Sayuran : Bandung
Saparinto, Cahyo. 2013. Grow Your Own Vegetables Panduan Praktis Menanam
14 Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Yogyakarta.
Sibarani, S. 2005. Analisis Sistem Irigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuva Sativa L.).
Universitas Sumatera Utara Medan.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia, Bandung.
Wibowo, S. Dan Asriyanti S.A. 2013. Apliksi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan,
Vol. 13 (3): 159-167.
LAMPIRAN
Tabel 1a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 15 Hst
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 6.17 7.18 13.35 6.68
M2 6.67 7.22 13.89 6.94
M3 6.80 5.82 12.61 6.31
M4 7.22 6.60 13.82 6.91
Tabel 1b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 15 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 9.94%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 10.44 11.14 21.58 10.79
M2 12.46 13.14 25.60 12.80
M3 11.10 8.77 19.87 9.94
M4 11.59 11.28 22.87 11.43
Tabel 2b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 25 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 8.96%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 16.18 16.15 32.33 16.17
M2 17.25 18.39 35.63 17.82
M3 15.17 14.42 29.59 14.79
M4 15.82 16.27 32.09 16.04
Tabel 3b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 35 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 3.48%
Tabel 4a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 45 Hst
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 20.33 18.68 39.01 19.50
M2 23.79 26.43 50.22 25.11
M3 21.35 20.83 42.18 21.09
M4 21.39 21.73 43.12 21.56
Tabel 4b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 45 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 5.89%
Tabel 5a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 15 Hst
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 5.75 5.55 11.30 5.65
M2 5.60 5.55 11.15 5.58
M3 5.60 5.35 10.95 5.48
M4 5.65 5.25 10.90 5.45
Tabel 5b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 15 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 1.84%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 8.50 8.75 17.25 8.63
M2 9.40 8.60 18.00 9.00
M3 8.45 8.00 16.45 8.23
M4 8.45 8.45 16.90 8.45
Tabel 6b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 25 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 3.85%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 14.15 13.80 27.95 13.98
M2 15.75 16.35 32.10 16.05
M3 13.25 12.85 26.10 13.05
M4 14.35 14.40 28.75 14.38
Tabel 7b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 35 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 2.28%
Tabel 8a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 45 Hst
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 21.00 21.45 42.45 21.23
M2 23.40 23.00 46.40 23.20
M3 19.35 18.80 38.15 19.08
M4 19.30 18.20 37.50 18.75
Tabel 8b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 45 Hst
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 2.21%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 138.1 141.5 279.6 139.8
M2 139.35 158.9 298.25 149.1
M3 116.6 108.8 225.4 112.7
M4 134.35 132.2 266.65 133.3
Tabel 9b. Analisis Ragam Luas Daun Selada
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 6.23%
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 10.95 11.25 22.20 11.10
M2 11.95 13.55 25.50 12.75
M3 7.85 7.85 15.70 7.85
M4 10.30 10.90 21.20 10.60
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 4.64%
Tabel 11a. Rata-Rata Bobot Basah Selada
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 76.10 70.90 147.00 73.50
M2 82.55 84.70 167.25 83.63
M3 32.65 38.25 70.90 35.45
M4 54.20 57.05 111.25 55.63
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 5.26%
Tabel 12a. Rata-Rata Bobot Kering Selada
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 5.80 5.05 10.85 5.43
M2 6.05 6.25 12.30 6.15
M3 2.35 2.40 4.75 2.38
M4 4.50 3.75 8.25 4.13
Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%
kk = 7.96%
Gambar 13. Persiapan alat dan bahan
M3 M4
U
ULANGAN 2 ULANGAN 1
M2 M3
ULANGAN 2 ULANGAN 1
M4 M2
ULANGAN 2 ULANGAN 1
M1 M1
ULANGAN 2 ULANGAN 1