Anda di halaman 1dari 85

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.

)
TERHADAP PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK HAYATI
DAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM HIDROPONIK

MUH. YAZIR ALFARISY


45 16 031 028

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2019
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)
TERHADAP PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK HAYATI
DAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM HIDROPONIK

OLEH

MUH. YAZIR ALFARISY


45 16 031 028

Laporan Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pada Jurusan Agroteknologi

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2019
ABSTRAK

MUH. YAZIR ALFARISY (45 16 031 028), Respon Pertumbuhan Tanaman


Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Hayati dan
Pupuk Organik Pada Sistem Hidroponik. Dibimbing Oleh ABRI dan M. ARIEF
NASUTION.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman
selada (Lactuca sativa L.) dari berbagai pemberian kombinasi pupuk hayati dan
pupuk organik pada sistem hidroponik. Penelitian dilaksanakan di Green House
Asris Hydrofarm Kelurahan Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar yang
berlangsung pada Agustus sampai Septerber 2018. Penelitian ini dilaksanakan
dalam bentuk percobaan yang disusun menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan empat taraf yaitu M1 (abmix), M2 (mmix+pupuk kandang sapi),
M3 (mmix+pupuk kandang kambing), dan M4 (mmix+pupuk kompos) yang
masing-masing perlakuan diulang dua kali, sehingga seluruhnya 4 x 2 = 8 satuan
percobaan dengan jumlah tanaman setiap satuan percobaan sebanyak 20 tanaman,
sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 160 tanaman. Hasil penelitian menunjukan
bahwa perlakuan kombinasi pupuk hayati mmix + pupuk kandang sapi pada tinggi
tanaman umur 35 hst, jumlah daun umur 35 dan 45 hst, volume akar, bobot kering
dan bobot basah memberikan hasil yang terbaik.

Kata kunci : Tanaman selada (Lactuca sativa L.), pupuk hayati dan pupuk
organik, sistem hidroponik
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat –
Nya penulis dapat menyelesikan skripsi penelitian yang berjudul “Respon
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian
Kombinasi Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Pada Sistem Hidroponik” tanpa
suatu halangan yang berarti. skripsi ini merupakan suatu syarat untuk
menyelesikan studi S1 di Universitas Bosowa Makassar, selanjutnya diharapkan
skripsi penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para pembaca.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini, penulis mendapatkan banyak


masukan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Abri, MP., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.
M. Arief Nasution, MP., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dari awal penentuan judul hingga
skripsi penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Prof. Dr. M. Saleh Pallu, M.Eng. selaku Rektor Universitas Bosowa
Makassar Sebagai Pimpinan Universitas.
3. Dr. Ir. Syarifuddin, S.Pt, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Bosowa Makassar Sebagai Pimpinan Fakultas.
4. Seluruh Dosen Pengasuh Jurusan Agroteknologi yang telah memberi
penulis arahan, bimbingan dan nasehat selama penulis menjadi mahasiswa
sampai penelitian ini terselesaikan.
5. Bapak Saffari, S.Pd. dan Ibu Asliah Rahim, S.Sos. M.Si., selaku orang tua
penulis yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan dukungan kepada
penulis.
6. Bapak Rahmat Sunningrat selaku pemilik Asris Hydrofarm yang telah
menyediakan tempat penelitian untuk penulis.
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRO) yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
8. Teman-teman KKN-KWU angkatan 44 posko Kelurahan Padaidi
Kabupaten Pinrang yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam
peranannya memberikan semangat motivasi dan membantu secara
langsung dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
9. Seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis juga penyadari bahwa skripsi penelitian ini masih belum sempurna
dan memiliki banyak kekurangan, untuk itu pada kesempatan ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan
kesempurnaan penulisan selanjutnya agar menjadi lebih baik.

Semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca yang


khususnya mahasiswa agroteknologi dan secara umum bagi semua pihak yang
memerlukan.

Makassar, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................................... 1


Hipotesis..................................................................................................... 7
Tujuan dan Keguanaan Penelitian .............................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) .............................................. 9


Klasifikasi Selada ....................................................................................... 9
Morfologi Tanaman Selada ....................................................................... 10
Syarat Tumbuh Tanaman Selada ............................................................... 11
Kandungan Gizi Tanaman Selada .............................................................. 12
Sistem Budidaya Tanaman Selada ............................................................. 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ..................................................................................... 22


Bahan dan Alat ........................................................................................... 22
Metode Penelitian....................................................................................... 22
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................... 28
Pembahasan ................................................................................................ 37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 44
Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

LAMPIRAN ...................................................................................................... 48
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Kandungan Gizi Selada dalam Tiap 100 gram Bahan .................................. 12

2. Komposisi Larutan Hara Hidroponik ............................................................ 21

3. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 35 hst ................................................ 30

4. Rata-rata jumlah daun selada umur 35 hst .................................................... 32

5. Rata-rata jumlah daun selada umur 45 hst…................................................ 33

6. Rata-rata volume akar tanaman selada.......................................................... 35

7. Rata-rata bobot basah tanaman tanaman selada............................................. 36

8. Rata-rata bobot kering tanaman selada........................................................ 36


DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 15 hst….............................................. 29

2. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 25 hst…............................................. 29

3. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 45 hst................................................. 30

4. Laju pertumbuhan tinggi tanaman selada....................................................... 30

5. Rata-rata jumlah daun tanaman selada umur 15 hst...................................... 32

6. Rata-rata jumlah daun tanaman selada umur 25 hst...................................... 32

7. Laju pertumbuhan jumlah daun tanaman selada........................................... 33

8. Rata-rata luas daun tanaman selada................................................................ 34


DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1a Rata-rata tinggi tanaman selada pada 15 hst ................................................ 49

1b Sidik ragam tinggi tanaman pada umur 15 hst ............................................. 49

2a Rata-rata tinggi tanaman selada pada 25 hst ................................................ 49

2b Sidik ragam tinggi tanaman pada umur 25 hst ............................................. 49

3a Rata-rata tinggi tanaman selada pada 35 hst ................................................ 50

3b Sidik ragam tinggi tanaman pada umur 35 hst ............................................. 50

4a Rata-rata tinggi tanaman selada pada 45 hst ................................................ 50

4b Sidik ragam tinggi tanaman pada umur 45 hst ............................................ 50

5a Rata-rata jumlah daun selada pada 15 hst .................................................... 51

5b Sidik ragam jumlah daun pada umur 15 hst ................................................ 51

6a Rata-rata jumlah daun selada 25 hst ............................................................. 51

6b Sidik ragam jumlah daun pada 25 hst .......................................................... 51

7a Rata-rata jumlah daun selada 35 hst ............................................................. 52

7b Sidik ragam jumlah daun pada 35 hst .......................................................... 52

8a Rata-rata jumlah daun selada 45 hst ............................................................. 52

8b Sidik ragam jumlah daun pada 45 hst .......................................................... 52

9a Rata-rata luas daun selada ............................................................................ 53

9b Sidik ragam luas daun selada ....................................................................... 53

10a Rata-rata volume akar selada ...................................................................... 53

10b Sidik ragam volume akar selada .................................................................. 53

11a Rata-Rata Bobot Basah Selada ..................................................................... 54


11b Analisis ragam bobot basah selada .............................................................. 54

12a Rata-rata bobot kering selada ....................................................................... 54

12b Analisis ragam bobot kering selada ............................................................. 54

13 Gambar Persiapan alat dan bahan ................................................................ 55

14 Gambar Pembersihan netpot dan instalasi hidroponik ................................. 56

15 Gambar Penyemaian benih .......................................................................... 57

16 Gambar Bibit dalam instalasi penyemaian................................................... 58

17 Gambar Pemindahan bibit ke instalasi pertumbuhan (perlakuan) ............... 59

18 Gambar Pengamatan selada pada 15 hst ...................................................... 60

19 Gambar Pengamatan selada pada 25 hst ...................................................... 61

20 Gambar Pengamatan selada pada 35 hst ...................................................... 62

21 Gambar Pengamatan selada pada 45 hst ...................................................... 63

22 Gambar Panen tanaman selada .................................................................... 64

23 Gambar Pengukuran bobot basah tanaman .................................................. 65

24 Gambar Pengukuran bobot kering tanaman ................................................. 66

25 Gambar Pengukuran volume akar ................................................................ 67

26 Gambar Pengukuran luas daun .................................................................... 68

27 Gambar Denah Kombinasi Perlakuan Metode RAL.................................. 69


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya sayuran merupakan aspek penting dalam pertanian di Indonesia,

khusunya di provinsi Sulawesi Selatan total produksi sayuran semusim pada tahun

2016 sebesar 456.779 ton (Badan Pusat Statistik, 2016). salah satu jenis sayuran

yang dikembangkan ialah selada walapun tingkat produksinya masih sangat

minim.

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang cukup digemari

oleh masyarakat, selada merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah dingin

maupun tropis. Selada memiliki daun yang bergerigi dan berombak, berwarna

hijau segar dan ada juga yang berwarna merah (Supriati dan Herliana, 2014).

Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur

yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5-6,5. Di

dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada

akhir musim hujan, walaupun demikian dapat juga ditanam pada musim kemarau

dengan pengairan atau penyiraman yang cukup. Tanaman selada dapat dipanen

setelah berumur kurang dari 2 bulan dengan cara mencabut batang tanaman atau

memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan lebih dari 15

ton/ha. (BPTP 2009)

Selada merupakan tanaman holtikultura yang dimanfaatkan daunnya

sebagai bahan pangan dan dikonsumsi dalam keadaaan segar. Kandungan dalam

1.000 gram selada terdiri dari Vitamin C 65 - 302 mg , Potassium 2,394 – 6,477

mg, Sodium 39 – 223 mg, Kalsium 200 - 755 mg, Magnesium 110 - 413 mg, Serat
4.98 – 12,22 g, Nitrat 2,93 - 3,817 mg, Berat roset daun 164 - 502 g (Koudela,

2008). Selada biasa disajikan dalam keadaan mentah (sayuran penyegar) dan

termasuk salah satu bahan utama pembuatan salad. Sebagai komponen utama

dalam pembuatan salad, selada memiliki kandungan air yang tinggi,

Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia serta meningkatnya

kesadaran pemerintah akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya

permintaan akan sayuran (Mas’ud, 2009). Selada memiliki khasiat antara lain

dapat memperbaiki organ dalam, mencegah panas dalam, melancarkan

metabolisme, membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah, kulit menjadi

kering, dan dapat mengobati insomnia (Supriati dan Herliana, 2014).

Selada termasuk komoditas sayuran yang komersial dan memiliki prospek

yang baik, karena kandungan zat gizi dan peranannya dalam kesehatan. Sehingga

menimbulkan permintaan akan sayuran selada menjadi tinggi, untuk memenuhi

permintaan pasar ditambah dengan peluang pasar internasional yang cukup besar

bagi komoditas tersebut maka perlu usaha-usaha untuk meningkatkan produksi

dengan teknik budidaya yang tepat ( Haryanto, dkk, 2006).

Peluang pemasaran selada meningkat seiring dengan berkembangnya

jumlah hotel dan restoran asing yang banyak menggunakan selada sebagai bahan

olahan seperti salad, hamburger, hot dog dan sebagainya. Hal tersebut dapat

meningkatkan permintaan selada (Cahyono, 2014).

Selada sudah umum dikonsumsi secara mentah, oleh karena itu produksi

selada harus bersih dan terbebas dari tanah. Potensi untuk mengembangkan
komoditas yang bersih dan memperoleh hasil yang berkualitas dapat dilakukan

dengan cara pengelolaan teknik budidaya.

Teknik budidaya yang dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik

adalah dengan menggunakan teknologi hidroponik (Susila, 2006). Sistem

hidroponik memiliki keunggulan diantaranya sayuran akan cepat tumbuh dan

mengeluarkan hasil yang berkualitas tinggi, bersih dan bebas dari racun (Wibowo,

2013).

Berbagai teknik budidaya dapat diterapkan dalam mendukung produksi

tanaman sayuran. Diantaranya adalah pemberian air dan penggunaan pupuk.

Kedua faktor ini sangat penting untuk menghasilkan tanaman yang berproduksi

tinggi dan berkualiras baik, karena sebagai tanaman sayuran selada sangat

memerlukan kualitas disamping kuantitas (Haryanto, dkk, 2002). Salah satu upaya

untuk meningkatkan produksi selada secara kontinu adalah dengan menggunakan

teknologi hidroponik.

Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.

Hidroponik berasal dari kata hydroponick, bahasa Yunani. Kata tersebut

merupakan gabungan dari dua kata yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang

artinya bekerja, jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air

(Prihmantoro, 2005).

Pada umumnya media yang dapat digunakan pada teknik hidroponik ini

yaitu arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut dan serbuk sabut kelapa.

Bertanam secara hidroponik dapat berkembang secara cepat karena memiliki

kelebihan. Kelebihan yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi lebih terjamin. Kedua perawatan lebih praktis, pemakaian pupuk

lebih hemat, tanaman dapat tumbuh dengan pesat dan tidak kotor, hasil produksi

lebih kontinu, serta beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan diluar musim

(Lingga, 2010).

Selain itu pada teknik hidroponik memiliki keuntungan bagi orang yang

tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang

bertempat tinggal di kos. Karena dengan menggunakan teknik hidroponik ini,

orang-orang dapat menikmati sayuran dari hasil berkebun sendiri. Selanjutnya

tanaman yang dapat dibudidayakan pada sistem hidroponik sayuran yang

memiliki bobot ringan seperti selada, pakchoy, kailan, caisim dan jenis sawi-

sawian yang lain (Sutiyoso, 2006).

Pada teknik hidroponik ini sistem pengairan harus teratur karena

berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman. Perbedaan paling menonjol antara

hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman. Pada

budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat bergantung

pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan

lengkap.

Pupuk dalam sistem hidroponik disebut larutan nutrisi. Nutrisi merupakan

hal yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman

hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu.

Pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang harus mengandung unsur makro dan

mikro. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia

dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Pemberian nutrisi
melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Nutrisi diberikan dalam

bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik dan anorganik.

Pada umumnya yang dipakai untuk keperluan tanaman hidroponik adalah pupuk

majemuk yang mengandung larutan nutrisi unsur hara makro dan mikro (Tim

Karya Tani, 2010).

Pada saat ini pemakaian pupuk organik dan pupuk hayati sudah menjadi

perhatian dari pemerhati lingkungan dan pertanian yang ingin meniadakan atau

mengurangi akibat negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan-bahan

kimiawi seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang dapat menyebabkan

degradasi lahan dan merusak kesehatan (Sutanto, 2002). Oleh karena itu,

pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mencanangkan suatu program

yang dikenal dengan: “Go Organik 2010”, dan sebaiknya sekaranglah saatnya

untuk memulai penerapan pertanian organik seutuhnya. Di samping itu, adanya

kecenderungan dari masyarakat untuk mengkonsumsi produk pertanian yang sehat

dan berkualitas, telah mendorong berkembangnya produk pertanian organik,

sekalipun harganya lebih mahal.

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi

pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan, selain itu penggunaan pupuk

organik mampu menjadi solusi dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi

tanah. Namun kelemahan pupuk organik pada umumnya adalah kandungan

unsur hara yang rendah dan lambat tersedia bagi tanaman. Pupuk organik dapat

berbentuk padat maupun cair. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara
yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman

(Pardosi, 2014).

Selain pemberian pupuk organik cair tentunya diperlukan upaya untuk

menjaga kesuburan serta kesehatan tanah yang berperan pada peningkatan

produktivitas tanaman agar dapat menghasilkan produk hortikultura yang aman,

berkualitas baik dan mampu bersaing di pasar global yaitu dengan menggunakan

pupuk hayati. Pupuk hayati adalah produk biologi yang dapat meningkatkan

efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah. Pupuk hayati berisi bakteri

yang berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman sehingga hasil produksi

tanaman tetap tinggi dan berkelanjutan (Lumbantobing dkk 2008).

Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah (M2mix) yang

mengandung mikroba yang bermanfaat bagi tanaman dikombinasikan dengan

pupuk organik cair yang berasal dari kotoran hewan (sapi dan kambing) serta

pupuk kompos, dimana mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk ini dapat

saling mendukung dalam memperbaiki lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah

serta terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Menurut Mas’ud (2009), menyatakan nutrisi hidroponik yang tepat akan

memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan tanaman selada. Oleh karena

itu dilakukan penelitian tentang “Respon Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca

sativa L.) Melalui Pemberian Kombinasi Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Pada

Sistem Hidroponik.”
Hipotesis

Terdapat respon yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman selada

(Lactuca sativa L.) dari pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik

pada sistem hidroponik.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah :

Mengetahui respon pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) dari

berbagai pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada sistem

hidroponik.

Adapun kegunaan penelitian ini ialah :

1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Bosowa Makassar

2. Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan, serta bagi pembaca diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai cara bercocok tanam dengan hidroponik

khususnya pada tanaman selada dengan pemberian pupuk organik dan pupuk

hayati.

3. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang

bermanfaat baik bagi perkembangan cara bercocok tanam dengan hidroponik

di Indonesia
4. Bagi pihak-pihak lain, khususnya almamater Fakultas Pertanian Universitas

Bosowa Makassar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

bagi penelitiannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

Selada (Lactuca sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili

Compositae (Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan

mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur,

serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan

tanaman setahun yang dapat dibudidayakan di daerah lembab, dingin, dataran

rendah maupun dataran tinggi.

Pada dataran tinggi yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik.

Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk bulatan krop yang besar

sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil dan

berbunga.

Klasifikasi Selada

Kedudukan selada dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermathophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Species : Lactuca sativa L (Prihmantoro dan Indriyani 2005).

Menurut Cahyono, (2014) selada yang dibudidayakan dan dikembangkan

saat ini memiliki banyak varietas diantaranya yaitu :

a. Selada kepala atau selada telur (Head lettuce)

Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop yaitu daun-daun saling merapat

membentuk bulatan menyerupai kepala.

b. Selada rapuh (Cos lettuce dan Romaine lettuce)

Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop seperti tipe selada kepala. Tetapi

krop pada tipe selada rapuh berbentuk lonjong dengan pertumbuhan meninggi,

daunnya lebih tegak, dan kropnya berukuran besar dan kurang padat.

c. Selada daun (cutting lettuce atau leaf lettuce)

Selada yang memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak membentuk

krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya tipe selada ini lebih enak dikonsumsi

dalam keadaan mentah.

d. Selada batang (Asparagus lettuce atau stem lettuce)

Selada yang memiliki ciri-ciri tidak membentuk krop, daun berukuran besar,

bulat panjang, tangkai daun lebar dan berwarna hijau tua serta memiliki tulang

daun menyirip.

Morfologi Tanaman Selada


Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut

menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-

50 cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam

tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 20-35 cm dan

tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20-30 cm (Saparinto, 2013). Umur

panen selada berbeda-beda menurut kultivar dan musim, umurnya berkisar 30-85

hari setelah pindah tanam. Bobot tanaman sangat beragam, mulai dari 100 g

sampai 400 g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang rendah dan

panen yang terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada yang

berkualitas bagus memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah,

tampilan fisik menarik serta kandungan seratnya rendah.

Sebagian besar selada dikonsumsi mentah dan merupakan komponen

utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi

karbohidrat dan protein rendah.

Syarat Tumbuh Tanaman Selada

Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25°C. Suhu

yang lebih tinggi dari 30°C dapat menghambat pertumbuhan, merangsang

tumbuhnya tangkai bunga (bolting), dan dapat menyebabkan rasa pahit.

Sedangkan untuk tipe selada kepala suhu yang tinggi dapat menyebabkan bentuk

kepala longgar. Selada tipe daun longgar umumnya beradaptasi lebih baik

terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala.

Selada dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi

(pegunungan). Pada daerah pegunungan, daun dapat membentuk krop yang besar
sedangkan didataran rendah daun dapat membentuk krop yang kecil, tetapi cepat

berbunga. Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki

derajat keasaman tanah pH 5-6.5 ( Sunarjono, 2014).

Selada dapat tumbuh pada jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan

tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran

terhadap tanah-tanah yang miskin hara dan ber-pH netral. Jika tanah asam, daun

selada akan menjadi berwarna kuning. Karena itu, sebaiknya dilakukan

pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Nazaruddin, 2000).

Kandungan Gizi Selada

Selada merupakan sumber yang baik bagi klorofil dan vitamin K. Kaya

garam mineral dan unsur-unsur alkali sangat mendominasi. Hal ini yang

membantu menjaga darah tetap bersih, pikiran dan tubuh dalam keadaan sehat.

Selada berdaun kaya akan lutein dan beta-karaten. Juga memasok vitamin C dan

K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. (Lingga, 2010). Semua varietas selada

memiliki kalori rendah, tetapi memiliki kandungan gizi yang berbeda. Kandungan

gizi selada dalam 100 gram bahan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi selada dalam tiap 100 gram bahan

Komponen Jumlah Komponen Jumlah


Gizi Gizi
Air 94,91 g Seng 0,25 mg
Energi 14 kcal Tembaga 0,037 mg
Protein 1,62 g Mangan 0,636 mg
Lemak 0,2 g Selenium 0,2 mg
Karbohidrat 2,37 g Vitamin C 24 mg
Serat 1,7 g Vitamin B1 0,1 mg
Abu 0,9 mg Vitamin B2 0,1 mg
Kalsium 36 mg Vitamin B3 0,5 mg
Zat Besi 1,1 mg Vitamin B5 0,17 mg
Magnesium 6 mg Vitamin B6 0,047 mg
Fosfor 45 mg Folat 135,7 mg
Kalium 290 mg Vitamin A 2600 mg
Natrium 8 mg Vitamin E 0,44 mg
Sumber : Lingga 2010

Sistem Budidaya Tanaman Selada

Sistem budidaya tanaman selada secara umum dapat dibudidayakan

dengan menggunakan tanah sebagai media tumbuh, namun saat ini budidaya

tanaman selada dapat dilakukan menggunakan sistem budidaya hidroponik.

Budidaya selada hidroponik merupakan cara baru dalam teknik penanaman yang

dilakukan tanpa media tanah.

Teknik ini pada dasarnya hanya memanfaatkan air sebagai media tumbuh

tanaman. Sistem Hidroponik menggunakan air lebih efisien, sehingga cocok

diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air terbatas. Jika dibandingkan

dengan penanaman secara konvensional, hidroponik lebih dapat memberi

keuntungan seperti pemanfaatan lahan sempit, pemeliharaan tanaman yang

tergolong mudah dan hasil panen higienis sehingga sayuran yang dipanen lebih

bersih dan sehat, selain itu perlu diperhatikan pemberian nutri yang tepat. Aspek

dan penjelasan terkait sistem budidaya tanaman selada dapat dilihat dibawah ini:

1. Hidroponik

Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” (air) dan “ponous”

(kerja), disatukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan air. Jadi

istilah hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman

tanpa menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, krikil,

pecahan genteng yang diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen esensial

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan hasil tanaman (Lingga, 2005).


Budidaya dengan sistem hidroponik memiliki kelebihan tersendiri maka

dapat berkembang lebih cepat. Kelebihan yang utama adalah keberhasilan

tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, perawatan lebih

praktis, pemakaian pupuk lebih efisien, tanaman yang mati lebih mudah diganti

dengan tanaman yang baru, tidak diperlukan tenaga yang kasar karena metode

kerja lebih hemat, tanaman lebih higienis, hasil produksi lebih kontinu dan

memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan secara konvensional, dapat

dibudidayakan di luar musim, dan dapat dilakukan pada ruangan yang sempit

(Lingga, 2005).

Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa tanah sebagai media

tanamnya.Media tanam pada sistem hidroponik menggunakan air atau bahan

porous lainnya seperti arang sekam, pecahan genting, pasir, kerikil, maupun gabus

putih (Lingga, 2005).

Sistem hidroponik pada dasarnya merupakan modifikasi dari sistem

pengelolaan budidaya tanaman di lapangan secara lebih intensif untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman serta menjamin

kontinyuitas produksi tanaman. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan

bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi 7

maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Larutan nutrisi yang langsung

diberikan pada zona perakaran, mengandung komposisi garam-garam organik

yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan

perakaran yang ideal (Rosliani dan Sumarni, 2005).


Menurut Persatuan Hidroponik Terengganu dalam Sibarani (2005), ada

dua sistem hidroponik yaitu hidroponik pasif dan hidroponik aktif. Hidroponik

aktif adalah sistem hidroponik yang larutan nutrisinya ditampung dalam tangki

dan dialirkan ke tanaman. Larutan akan bersirkulasi selama masa tumbuh tanaman

sampai tanaman bisa dipanen. Pada sistem hidroponik pasif, larutan nutrisi akan

diam dalam bak penampung yang tepat berada di bawah tanaman. Sistem ini

umum digunakan untuk tanaman jenis sayuran karena sistem ini hanya dapat

digunakan dalam waktu pendek.

Menurut Lingga, (2005) budidaya sayuran secara hidroponik memiliki

beberapa kelebihan. Kelebihan utama sistem ini adalah keberhasilan tanaman

untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Kelebihan hidroponik yang lain

yaitu : (1) perawatan lebih praktis dan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja,

(2) pemakaian pupuk lebih effisien, (3) tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan

kebersihan yang terjamin, (4) penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa

tergantung musim, (5) dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapat

memproduksi tanaman secara kontinyu, serta (6) harga jual sayuran hidroponik

lebih mahal.

2. Nutrisi AB Mix

Pupuk tanaman yang dipakai dalam budidaya hidroponik berupa larutan

nutrisi AB mix, AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok

A yang berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro (Nugraha, 2014).

Pemberian nutrisi hidroponik dapat diberikan dengan melihat konsentrasi


penambahan PPM yang merupakan singkatan dari “Part Per Million” atau

“Sepersejuta Bagian” adalah satuan untuk mengukur kepekatan suatu larutan cair.

Dalam sistem hidroponik ppm digunakan untuk mengukur tingkat

kepekatan larutan nutrisi. Pengukuran kepekatan larutan nutrisi hidroponik

diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi sesuai dengan fase

pertumbuhan tanaman. Penambahan atau peningkatan ppm nutrisi disesuaikan

dengan umur tanaman, semakin tua usia tanaman maka semakin tinggi pula ppm

yang dibutuhkan. Selain ppm, yang juga harus diperhatikan dalam berhidroponik

adalah tingkat keasaman air atau pH.

Kepekatan nutrisi hidroponik diukur dengan sebuah alat yang disebut TDS

meter dengan satuan ppm. Sedangkan alat untuk mengukur pH larutan adalah pH

meter. Pada tanaman selada (Lactuca sativa L.) pH yang dianjurkan ialah pada

skala 5.0-6.5 sedangkan untuk kepekatan nutrisi diperlukan 560-840 ppm.

3. Pupuk Hayati Organik

Bio-organic fertilizer atau pupuk organik hayati adalah pupuk kombinasi

antara pupuk organik dan pupuk hayati, dapat dikatakan yaitu pupuk organik

yangdiperkaya dengan pupuk hayati (diperkaya dengan mikrob) (Ananty 2008).

Pupuk organik hayati (bio-organic fertilizer) adalah pupuk organik yang

ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan mikrob berguna seperti penambat

N2, mikrob pelarut fosfat dan mikrob pelarut kalium serta mikrob yang bersifat

antagonis.

Tujuan dari penggunaan pupuk organik hayati ialah untuk mengurangi

jumlah penggunaan pupuk kimia sekaligus mengurangi biaya pemupukan,


memperbaiki sifat tanah, dan mengurangi pencemaran lingkungan (Anas 2016).

Pupuk organik hayati mengandung sumber hara seperti N, P, K, dan haralainnya.

Pupuk organik hayati diperkaya dengan kandungan hara dandiinokulasikan

dengan berbagai macam mikrob fungsional yang berpengaruh baik terhadap

pertumbuhan tanaman. Mikrob ini secara khusus diisolasi dan dikemas dalam

bahan pembawa (carriers) yang mampu menjaga reaktivitasnya dalam periode

yang memadai (Lumbantobing et al. 2008).

Mikroba yang ditambahkan ke dalam pupuk organik hayati selain mampu

meningkatkan ketersediaan hara, juga mampu meningkatkan efisiensi

pengambilan hara (uptake) oleh tanaman sehingga efisiensi pemupukan

meningkat dan tanaman tercukupi kebutuhan haranya (Ananty 2008).

Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang mengandung 9

konsorsium mikroba dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi

lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non

simbiotik Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen

simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan

Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba

dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba dekomposer Lactobacillus sp.; dan

(7) mikroba dekomposer Saccharomyces cereviceae (Suwahyono, 2011).

4. Larutan Nutrisi

Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pemberian air dan

pupuk memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan. Dalam sistem hidroponik,

pengelolaan air dan hara difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai
dengan umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang

maksimum (Susila, 2006).

Tanaman membutuhkan 16 unsur hara/nutrisi untuk pertumbuhan yang

berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah karbon (C),

hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S),

kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga

(Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O

biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup. Penjabaran dan

fungsi setiap unsur hara yang dibutuhkan pada tanaman sebagai berikut :

a. Nitrogen (N)

Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah untuk memacu pertumbuhan daun

dan batang, sehingga menguntungkan pada tanaman yang menghasilkan batang

dan daun karena nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan

NH4+. Kekurangan mineral nitrogen mengakibatkan warna daun menjadi hijau

muda dan berubah menjadi kuning, terdapat jaringan-jaringan kering berwarna

coklat dan akhirnya daun mati.

b. Fosfor (P)

Fungsi fosfor bagi tanaman adalah berupa zat pembangun dan terikat

dalam senyawa-senyawa organik. Fosfor lebih digunakan kepada pembentukan

bunga dan buah karena zat ini diserap oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4.

Kekurangan zat fosfor dapat mengakibatkan daun mengalami perubahan warna

yang semula hijau menjadi hijau tua, daun yang tua menjadi kekuning-kuningan

dan pertumbuhan akar pun terhambat.


c. Kalium (K)

Fungsi kalium bagi tanaman sangat penting karena berperan dalam

asimilasi zat arang. Tidak adanya kalium dapat menyebabkan berhentinya

asimilasi. Tanaman dapat mengasilkan daun yang banyak karena berlangsungnya

proses asimilasi yang memerlukan kalium (K2O). Pemberian yang berlebihan

dapat menyebabkan pertumbuhan akar lebih panjang sehingga kesuburannya tidak

seimbang dengan kesuburan tanaman. Kekurangan zat kalium dapat

mengakibatkan daun akan mengerut, kemudian tampak bercak-bercak cokelat

sehingga daun mudah gugur.

d. Kalsium (Ca)

Fungsi kalium bagi tanaman adalah sebagai pengatur permeabilitas (daya

serap) dinding sel. Kalsium juga dapat berpengaruh dalam pertumbuhan ujung

akar dan pembentukan bulu-bulu akar. Kekurangan zat kalsium dapat

mengakibatkan perubahan pada daun menjadi kekuningan, jaringan daun

dibeberapa tempat mati.

e. Magnesium (Mg)

Fungsi magnesium bagi tanaman adalah sebagai penyebar fosfor.

Magnesium merupakan bagian dari warna hijau daun yang tidak dapat digantikan

oleh unsur lain. Kekurangan zat magnesium mengakibatkan pada tulang-tulang

daun terlihat adanya klorosis yang menular dengan teratur.

f. Sulfur, belerang (S)

Fungsi sulfur bagi tanaman adalah untuk mempertinggi daya kerja unsur-

unsur lain. Kekurangan zat sulfur mengakibatkan perubahan warna pada helai
daun dan umumnya mengilat keputih-putihan. Adapula tanaman yang warnanya

berubah menjadi kuning sehingga tanaman kelihatan kuning kehijauan.

g. Iron, besi (Fe)

Fungsi iron, besi bagi tanaman adalah pembentuk hijau daun. Selain itu,

fungsi besi sebagai pembentuk enzim pernapasan yang mengoksidasi hidrat arang

menjadi gas asam arang yang diserap dalam bentuk Fe. Kekurangan zat iron

tanaman akan mengalami klorosis pada tulang daun. Tulang daun yang semula

berwarna hijau berubah menjadi warna kuning sampai putih. Tetapi, tanaman

yang kekurangan zat ini jarang terjadi.

h. Mangan (Mn)

Fungsi mangan bagi tanaman adalah sebagai pembentuk hijau daun, tanpa

zat ini tanaman tidak dapat hidup. Selain itu, dapat mengatur proses pernapasan

serta membantu menyerap nitrogen. Kekurangan zat mangan dapat menyebabkan

tanaman mengalami klorosis dan susunan akar mati berwarna merah kecoklatan,

mengalami perubahan warna dan di beberapa tempat jaringan ada yang mati.

i. Borium, boron (B)

Borium diserap dalam bentuk BO3. Kekurangan zat borium daun akan

mengalami perubahan warna , jaringan di beberapa tempat akan mati, daun-daun

yang baru tumbuh berukuran kecil (kerdil), bahkan ada yang mati dan berwarna

hitam atau cokelat.

j. Seng (Zn)

Fungsi seng dalam tanaman adalah sebagai pendorong dalam

perkembangan tanaman. Zat seng berfungsi dalam pembentukan hormon tubuh


(Auksin) dan penting untuk keseimbangan fisiologis. Selain itu, berfungsi sebagai

komponen penting dalam mentransfer energi keseluruh tubuh. Zat seng diserap

oleh tanaman dalam bentuk Zn. Kekurangan zat seng tulang daun tanaman akan

mengalami klorosis dan akhirnya daun mudah cepat mati dan gugur. Bila

kelebihan zat seng akan menjadi racun bagi tanaman.

k. Molibdin (Mo)

Fungsi molibdin bagi tanaman sebagai pengikat nitrogen. Zat ini penting

bagi tanaman buah dan sayur-sayuran. Molibdin diserap dalam bentuk ion

molibdat (MoO4). Kekurangan zat molibdin mengakibatkan pertumbuhan

tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayur, warna daun berubah, daun

menjadi keriput, mengering, dan mati pucuk (die back) pada akhirnya tanaman

akan mati (Lingga, 2005). Komposisi nutrisi yang umum digunakan dalam

hidroponik seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi larutan hara dalam hidroponik

Larutan Hara Komposisi larutan Hara (ppm)


Ca2+ 177,00
Mg2+ 24,00
K+ 210,00
NH4+ 25,00
NO3- 233,00
SO4 113,00
PO4 60,00
Fe 2,14
B 1,20
Zn 0,26
Cu 0,048
Mn 0,18
Mo 0,046
Sumber : Susila, 2013

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2018,

bertempat di Green House Asris Hydrofarm Kelurahan Antang Kecamatan

Manggala Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

Bahan dan Alat

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada, air bersih,

pupuk organik terdiri dari (kompos, pupuk kandang sapi, pupuk kandang

kambing), pupuk hayati (mmix), nutrisi Abmix, dan zpt.

2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember ukuran 40 liter, gelas

ukur, pengaduk, timbangan, saringan, mesin air hidroponik, rockwoll, netpot,

kain flannel, penggaris, instalasi hidroponik, alat tulis-menulis, dan kamera.

Gambar alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran gambar 13.

Metode Penelitian

Penelitian ini di laksanakan dengan menggunakan Rancangan acak

lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :

M1 = ABmix (kontrol)

M2 = Pupuk kandang sapi + mmix

M3 = Pupuk kandang kambing + mmix

M4 = Pupuk kompos + mmix


masing-masing perlakuan diulang dua kali, sehingga seluruhnya 4 x 2 = 8

satuan percobaan dengan jumlah tanaman setiap satuan percobaan sebanyak 40

tanaman, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 320 tanaman, dan diambil

sebagai sampel sebanyak 20 tanaman per satuan percobaan, sehingga jumlah

sampel yang diamati 8 x 20 = 160 tanaman. Denah percobaan dapat dilihat pada

lampiran gambar 27.

Pelaksanaan Penelitian

1. Pra Tanam

a. Persiapan instalasi hidroponik

Instalasi dan ember penampungan yang telah ada dibersihkan terlebih dahulu

dengan menggunakan kuas dan kain lap, tujuan dilakukan pembersihan ialah

untuk membersihkan lumut dan kotoran yang ada di saluran instalasi serta

mencegah terjadinya penyumbatan pada selang dan pipa-pipa yang telah

disiapkan. Selanjutnya instalasi yang telah dibersihkan dijemur di bawah sinar

matahari guna menghindari pertumbuhan lumut. Terakhir memasukkan netpot

yang telah diberi kain flanel di dalam lubang yang telah disediakan. Gambar

persiapan dan pembersihan netpot dan instalasi hidroponik dapat dilihat pada

lampiran gambar 14.

b. Penyemaian

Wadah penyemaian disiapkan dan diisi dengan rockwool ukuran 2×2 cm yang

telah dibasahi dengan air hingga rockwool terserap air, benih selada diletakkan

satu persatu kemudian benih dan wadah semai disimpan ditempat tanpa sinar

matahari hingga tumbuh tunas. Setelah itu dipindahkan ketempat dengan cahaya
matahari. Penyemaian dilakukan selama 14 hari dengan jumlah daun 4 helai dan

daun sejati telah muncul. Gambar penyemaian benih selada dan isntalasi

penyemaian dapat dilihat pada lampiran gambar 15 dan 16.

2. Fase Tanam

a. Penanaman di media tetap

Bibit selada dengan ukuran seragam dipindahkan ke gelas plastik dan

diletakan dalam alat sistem hidroponik. Gambar pemindahan bibit ke instalasi

perlakuan dpat dilihat pada lampiran gambar 17. Teknik Hidroponik yang

digunakan adalah Nutrient Film Technique (NFT) dengan sistem Larutan pupuk

hidroponik ditempatkan pada wadah plastik (ember) sebagai sumber irigasi dan

dihubungkan dengan selang melewati bibit selada sesuai kelompok perlakuan.

Aliran irigasi dari wadah tiap-tiap perlakuan dialirkan menuju instalasi

hidroponik bagian atas dengan pompa air kemudian mengalir hingga ke bagian

bawah dan kembali ke dalam wadah semula. Tiap-tiap perlakuan diberikan dalam

kondisi yang sama. Sistem hidroponik dibuat 4 perlakuan dan tiap perlakuan

terdiri atas 20 bibit selada lalu diamati setiap 10 hari hingga selada berumur 4

minggu lebih setelah tanam (MST).

b. Jarak Tanam

Tanaman ditanam pada instalasi hidroponik yang telah dilubangi dengan

jarak tanam 20 x 20 cm.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara penyiraman, pemupukan

(pemberian nutrisi), dan penyemprotan zpt untuk menjaga pertumbuhan tanaman.


 Penyiraman

Penyiraman dilakukan agar mencegah terjadinya penguapan (evaporasi)

yang berlebihan dan menjaga stabilitas kesegaran tanaman. Penyiraman dilakukan

pada pagi dan sore hari.

 Pemberian nutrisi (aplikasi perlakuan)

Pemberian nutrisi pada tanaman selada sangat dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan mencegah terjadinya defisiensi unsur

hara pada tanaman. Pemberian nutrisi dilakukan pada saat pengisian air pada

ember dan pada saat konsentrasi ppm menurun, selain itu pemberian nutrisi

diberikan secara kontinyu pada saat tanaman berumur 1 sampai 15 hst dengan

konsentrasi 500 ppm, selanjutnya pada umur 15 sampai 25 hst dengan konsentrasi

650 ppm, kemudian pada umur 25 sampai 35 hst dengan konsentrasi 850 ppm,

dan terakhir pada 35 sampai 45 hst dengan pemberian konsentrasi 1000 ppm.

Selain kondisi air dan nutrisi yang harus selalu dikontrol kondisi pH pun

demikian, pengukuran pH dilakukan tiap hari agar pertumbuhan tanaman tetap

stabil, apabila terjadi kenaikan pH pada air yang berarti bersifat basa maka

diberikan larutan asam nitrat (HNO3) untuk menstabilkan pH di kondisi yang

sesuai syarat tumbuh tanaman.

 Penyemprotan zpt
Penyemprotan zpt dilakukan agar melengkapi dan memacu pertumbuhan

tanaman selada. Penyemprotan zpt dilakukan tiap 10 hari sekali.

d. Panen

Tanaman Selada dapat dipanen pada umur 45 hari. Dengan cara panen

dicabut masing-masing dari rockwoll sesuai jumla sampel tanaman per perlakuan.

Ciri-ciri tanaman selada yang siap dipanen yaitu daun dewasa hijau cerah, lebar,

dan bergelombang.

3. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Jumlah Daun

Jumlah daun diamati pada saat tanaman berumur 15, 25, 35 dan 45 hari

setelah tanam (HST).

b. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh

tanaman. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 15, 25, 35 dan 45

hari setelah tanam (HST).

c. Luas Daun

Pada prinsipnya luas daun dapat diukur menggunakan kertas milimeter

blok. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk

daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas

milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun


diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan

jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun.

d. Bobot Tanaman

Bobot tanaman (gr) dibagi atas dua yaitu bobot basah dan bobot kering,

bobot basah tanaman diperoleh dengan cara ditimbang pada saat panen

dengan cara menimbang berat tanaman segar per unit perlakuan. Sedangkan

berat kering tanaman diperoleh dengan cara dimasukkan kedalam oven

selama 48 jam dengan suhu 70-80 ºC lalu ditimbang dalam keadaan kering.

e. Volume Akar

Volume akar (ml), diukur dengan cara merendam akar pada gelas ukur

dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam gelas ukur

tersebut.

f. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, jika F

hitung > F tabel maka dilakukan uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman pada umur 15, 25, 35 dan 45

hst dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 1a dan 1b, 2a

dan 2b, 3a dan 3b serta 4a dan 4b. Sementara gambar pengamatan selada pada

umur 15, 25 ,35 dan 45 hst, disajikan pada gambar lampiran 18, 19, 20 dan 21.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai

kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman selada pada umur 15, 25 dan 45 hst. Sedangkan Analisis uji

lanjutan BNJ α=0,05 pada umur 35 hst pengaruh pemberian berbagai kombinasi

pupuk hayati dan pupuk organik terhadap tinggi tanaman menunjukkan

perlakuan M2 berpengaruh nyata dengan M3 tetapi tidak berpengaruh nyata

dengan M4 dan M1.

Gambar 1, 2 dan 3 pada pengamatan tinggi tanaman selada umur 15, 25

dan 45 hst menunjukkan hasil perlakuan M2 (mmix+ pupuk kandang sapi)

cenderung lebih tinggi. Tabel 3 Menunjukkan bahwa perlakuan M2 (mmix+

pupuk kandang sapi) cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya dengan

pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada umur 35 hst.

Gambar laju pertumbuhan dapat dlihat pada gambar 4.

7.00

6.80

6.60
Tinggi tanaman

6.40

6.20

6.00

5.80
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS

Perlakuan
(M1) (M2) (M3) (M4)

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 15 hst

14.00

12.00

10.00
Tinggi tanaman

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
(M1) (M2) (M3) (M4)
Perlakuan

Gambar 2. Rata-rata tinggi tanaman selada umur 25 hst

Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman selada pada umur 35 hst

Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05


M1 (abmix) 16.17ab
M2 (mmix+pukan sapi) 17.82a
M3(mmix+pukan 1.80
b
kambing) 14.79
M4(mmix+kompos) 16.04ab
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.
30.00

25.00

20.00
Tinggi tanaman

15.00

10.00

5.00

0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS

(M1) (M2) (M3) (M4)


Perlakuan

Gambar 3. Rata-rata tinggi tanaman selada pada umur 45 hst

Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selada


30
Tinggi Tanaman (cm)

25
20
15
10
5
0
15 hst 25 hst 35 hst 45 hst
abmix (M1) mmix+pukan sapi (M2)
mmix+pukan kambing (M3) mmix+kompos (M4)

Gambar 4. Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selada Pada Pemberian Kombinasi


Pupuk Hayati dan Pupuk Organik
Jumlah Daun
Hasil pengamatan dan rata-rata jumlah daun selada pada umur 15, 25, 35 ,

45 hst dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 5a, 5b, 6a,

6b, 7a, 7b, dan 8a, 8b. Sementara gambar pengamatan selada pada umur 15, 25,

35 dan 45 hst, disajikan pada gambar lampiran 18, 19, 20 dan 21.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai

kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun selada pada umur 15 dan 25 hst. Sedangkan analisis uji lanjutan BNJ

α=0,05 pada umur 35 hst pengaruh pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik terhadap jumlah daun selada menunjukkan perlakuan M2

berpengaruh nyata dengan M3, M4 dan M1. sedangkan pada umur 45 hst

perlakuan M2 berpengaruh sangat nyata dengan M3 dan M4 tetapi tidak

berpengaruh nyata terhadap M1. sedangkan M3 dan M4 menunjukkan hasil tidak

berpengaruh nyata.

Gambar 5 dan 6 pada pengamatan jumlah daun tanaman selada umur 15

dan 25 hst menunjukkan hasil perlakuan M2 (mmix+ pupuk kandang sapi)

cenderung lebih tinggi. Tabel 4 Menunjukkan bahwa perlakuan M2 cenderung

lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi

pupuk hayati dan pupuk organik pada umur 35. Sementara tabel 5 lebih tinggi

dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik pada umur 45 hst. Gambar Laju pertumbuhan jumlah daun

dapat dilihat pada Gambar 7.

6.00

5.00

4.00
Jumlah daun

3.00

2.00

1.00

0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS

Perlakuan
(M1) (M2) (M3) (M4)

Gambar 5. Rata-rata jumlah daun tanaman selada pada umur 15 hst

10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
Jumlah daun

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS

(M1) (M2) (M3) (M4)


Perlakuan

Gambar 6. Rata-rata jumlah daun tanaman selada pada umur 25 hst

Tabel 4. Rata-rata jumlah daun selada pada umur 35 hst


Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05
b
M1 (abmix) 13.98
M2 (mmix+pukan sapi) 16.05a
M3(mmix+pukan 13.05b 1.05
kambing)
M4(mmix+kompos) 14.38b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.

Tabel 5. Rata-rata jumlah daun selada pada umur 45 hst


Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05
M1 (abmix) 21.23ab
M2 (mmix+pukan sapi) 23.20a
M3(mmix+pukan 1.45
bc
kambing) 19.08
M4(mmix+kompos) 18.75c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.
Laju Pertumbuhan Jumlah Daun Selada
25
Jumlah Daun (helai)

20

15

10

0
15 hst 25 hst 35 hst 45 hst

abmix (M1) mmix+pukan sapi (M2)


mmix+pukan kambing (M3) mmix+kompos (M4)

Gambar 7. Laju Pertumbuhan Jumlah Daun Selada Pada Pemberian Kombinasi


Pupuk Hayati dan Pupuk Organik

Luas Daun

Hasil pengamatan dan rata-rata luas daun selada dan sidik ragamnya

disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 9a dan 9b. Sementara gambar

pengukuran luas daun, disajikan pada gambar lampiran 26. Analisis uji lanjutan

BNJ α=0,05 menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata.

Gambar 8. Menunjukkan bahwa perlakuan M2 cenderung lebih tinggi dari

perlakuan lainnya pada pengamatan luas daun dengan pemberian berbagai

kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik pada tanaman selada sistem

hidroponik.
160

140

120

100
Luas daun

80

60

40

20

0
ABMIX MMIX+SAPI MMIX+KAMBING MMIX+KOMPOS
(M1) (M2) (M3) (M4)
Perlakuan
Gambar 8. Rata-rata luas daun tanaman selada

Volume Akar

Hasil pengamatan dan rata-rata volume akar selada dan sidik ragamnya

disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 10a dan 10b. Sementara gambar

pengukuran volume akar disajikan pada gambar lampiran 25. Analisis uji lanjutan

BNJ α=0,05 menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik menunjukkan perlakuan M2 berpengaruh sangat nyata

terhadap perlakuan M3, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan M1 dan

M4. Sedangkan perlakuan M3 berpengaruh nyata dengan perlakuan M1, M2 dan

M4.

Tabel 6 Menunjukkan bahwa perlakuan M2 lebih tinggi dari perlakuan

lainnya pada pengamatan volume akar dengan pemberian berbagai kombinasi

pupuk hayati dan pupuk organik pada tanaman selada sistem hidroponik.

Tabel 6. Rata-rata volume akar tanaman selada


Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05
M1 (abmix) 11.10a
M2 (mmix+pukan sapi) 12.75a
M3(mmix+pukan 1.55
b
kambing) 7.85
M4(mmix+kompos) 10.60a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.

Bobot Tanaman

Hasil pengamatan dan rata-rata bobot basah dan kering tanaman selada

dan sidik ragamnya disajikan berturut-turut pada tabel lampiran 11a, 11b, dan 12a,

12b. Sementara gambar pengukuran bobot basah dan bobot kering tanaman

disajikan pada gambar lampiran 23 dan 24. Analisis uji lanjutan BNJ α=0,05

menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan

pupuk organik terhadap bobot basah tanaman selada menunjukkan perlakuan M2

berpengaruh sangat nyata dengan M3 dan M4 tetapi tidak berpengaruh nyata

dengan M1. Sedangkan perlakuan M3 dan perlakuan M4 menunjukkan hasil

sangat berpengaruh nyata.

Sedangkan perlakuan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan

pupuk organik terhadap bobot kering tanaman selada menunjukkan perlakuan M2

berpengaruh sangat nyata terhadap M3 tetapi tidak berpengaruh nyata dengan M4

dan M1. sedangkan perlakuan M3 menunjukkan hasil berpengaruh nyata dengan

M1,M2 dan M4.

Tabel 7 dan 8. Menunjukkan bahwa perlakuan M2 cenderung lebih tinggi

dari pada perlakuan lainnya dengan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik pada sistem hidroponik.


Tabel 7. Rata-rata bobot basah tanaman selada
Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05
M1 (abmix) 73.5a
M2 (mmix+pukan sapi) 83.63a
M3(mmix+pukan 10.37
c
kambing) 35.45
M4(mmix+kompos) 55.63b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.

Tabel 8. Rata-rata bobot kering tanaman selada


Perlakuan Rata-rata NP BNJ 0,05
M1 (abmix) ab
5.43
M2 (mmix+pukan sapi) 6.15a
M3(mmix+pukan 1.14
c
kambing) 2.38
M4(mmix+kompos) 4.13b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menujukkan tidak
berpengaruh nyata pada taraf α 0,05.
Pembahasan

Pertumbuhan dan produksi suatu tanaman selain ditentukan oleh faktor

genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan

tersebut adalah suplay unsur-unsur hara, tanaman akan tumbuh dengan baik bila

semua unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup seimbang.

Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar dan merupakan unsur penyusun

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Manullang dkk 2014).

Nitrogen membantu memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman,

pertumbuhan tanaman yang kekurangan unsur nitrogen akan terhambat dan

tanaman tampak kurus serta kedil. Penambahan nitrogen yang cukup pada

tanaman selada akan mempercepat laju pembelahan dan pemanjangan sel,

pertumbuhan akar, batang, dan daun berlangsung cepat (Aziz dkk, 2006).

Selain unsur nitrogen, tanaman juga membutuhkan unsur hara esensial lain

seperti fosfor dan kalium. Kalium berperan sebagai aktifator dari berbagai enzim

yang penting dalam reaksi fotosintesis dan respirasi, sehingga dapat mengatur

serta memelihara potensial osmotik dan pengambilan air yang mempunyai

pengaruh positif terhadap penutupan dan pembukaan stomata. Fosfor

menyebabkan metabolisme berjalan baik dan lancar yang mengakibatkan

pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel, berjalan lancar (Surtinah,

2009).

Ketiga unsur hara yang penting bagi tanaman di atas terkandung dalam

pupuk (nutrisi) Abmix dan pupuk organik yang dibantu dengan pupuk hayati
sebagai perombak dan penambah unsur hara. Dalam hakekatnya nutrisi Abmix

yang siap pakai mengandung unsur-unsur hara esensial bagi tanaman dan unsur-

unsur yang terkandung didalamnya sudah mengalami proses perombakan

sehingga pada saat pengaplikasian pada tanaman, unsur hara yang terkandung

langsung terserap, melihat dari hal ini penulis menkombinasikan pupuk organik

dan pupuk hayati dalam bentuk cair dan difermentasi sehingga unsur-unsur yang

terkandung didalam kedua pupuk tersebut mengalami perombakan dan siap di

aplikasikan pada tanaman terkhusus pada sistem hidroponik.

Hasil analisis uji lanjutan BNJ pada taraf α 0,05. menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan pupuk oragnik

terhadap tinggi tanaman selada tidak berpengaruh nyata pada 15, 25 dan 45 Hst,

sedangkan pada umur 35 hst menunjukkan hasil berpengaruh nyata. Pada jumlah

daun pengaruh pemberian kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik terhadap

tanaman selada tidak berpengaruh nyata pada 15 dan 25 hst, sedangkan pada umur

35 hst menunjukkan hasil berbeda nyata dan pada umur 45 hst menunjukkan hasil

berpengaruh sangat nyata.

Sementara untuk parameter luas daun menunjukkan hasil tidak

berpengaruh nyata. Sedangkan pada parameter volume akar dan bobot tanaman

menunjukkan interaksi perlakuan M2 (mmix+ pupuk kandang sapi) memberikan

hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1 (abmix), M3 (mmix+

pupuk kandang kambing), dan M4 (mmix+kompos).

Variabel pertumbuhan merupakan indikasi kemampuan tanaman dalam

tumbuh dan berkembang baik secara vegetatif maupun generatif, serta


kemampuan mendistribusikan sari-sari makanan ke bagian tubuh tanaman

sehingga pertumbuhan optimal.

Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses pada tanaman yang

mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar. Sebagai salah satu

indikator dalam pertumbuhan, tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering di amati sebagai indikataor pertumbuhan maupun sebagai indikator untuk

mempengaruhi lingkungan atau perlakuan yang diberikan.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang paling mudah untuk dilihat (Lakitan 2011). Penambahan tinggi

umumnya di gunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. tinggi

tanaman selada akan meningkat seiring bertambahnya umur tanaman. Analisis

rata-rata tinggi tanaman pada tabel 3 menunjukkan perlakuan kombinasi pupuk

mmix+ pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dengan kombinasi pupuk mmix+

pupuk kandang kambing tetapi tidak berpengaruh nyata dengan mmix+kompos

dan abmix.

Jumlah Daun

Hasil analisis uji lanjutan BNJ pada taraf α 0,05. menunjukkan bahwa,

pemberian berbagai kombinasi pupuk hayati dan organik pada jumlah daun selada

M1 (abmix), M2 (mmix+ pupuk kandang sapi), M3 (mmix+ pupuk kandang

kambing), dan M4 (mmix+kompos) memberikan hasil berpengaruh nyata

terhadap jumlah daun pada umur 35 hst. Sedangkan pada umur 45 hst

memberikan hasil berpengaruh sangat nyata.


Daun sebagai tempat terjadinya fotosintesis merupakan organ yang sangat

penting bagi tumbuh perubahan energi ini terjadi dalam sel khusus yang di sebut

kloroplas di dalam terdapat pigmen klorofil (Darwin 2012). Analisis rata-rata

jumlah daun pada tabel 4 menunjukkan perlakuan kombinasi pupuk mmix+ pupuk

kandang sapi berpengaruh nyata dengan kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang

kambing, mmix+kompos dan abmix tetapi abmix tidak berpengaruh nyata dengan

kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang kambing dan mmix+kompos.

Sedangkan pada tabel 5 perlakuan kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang sapi

berpengaruh sangat nyata dengan kombinasi pupuk mmix+pupuk kandang

kambing, mmix+kompos, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap abmix sedangkan

kombinasi pupuk mmix+ pupuk kandang kambing dan mmix+kompos

menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata.

Luas Daun

Berdasarkan grafik diatas perlakuan yang memberikan rerata luas daun

tertinggi yaitu M2 (kombinasi mmix+ pupuk kandang sapi) dengan luas daun

23.20 cm2, sedangkan rerata luas daun terendah pada perlakuan M4 (kombinasi

mmix+kompos) dengan luas daun 18.75 cm2. Interaksi antara mmix dan pupuk

kandang sapi memberikan pertumbuhan luas daun yang terbaik.

Unsur makro dan mikro yang terkandung dalam kombinasi mmix dan

pupuk sapi dapat memacu proses pembelahan dan pemanjang sel pada organ

tumbuhan, salah satunya pada pertumbuhan luas daun. Pertumbuhan luas daun

merupakan hasil dari proses fotosintesis.


Proses fotosintesis dipengaruhi oleh ketersedian sinar matahari yang cukup

dan klorofil pada daun. Unsur hara makro seperti N, P dan K pada tanaman

merupakan faktor penyusun utama klorofil. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizki

dkk (2014) bahwa N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan

komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino,

asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP.

Volume Akar

Panjangnya akar berpengaruh terhadap ketersediaan larutan nutrisi yang

diserap tanaman dan penyerapan air dari larutan nutrisi yang tersedia pada

rangkaian hidroponik. Nutrisi yang diserap oleh perakaran menyebabkan akar

menjadi panjang dan semakin berat.

Kemudian, nutrisi yang diserap oleh perakaran ini juga yang akan

digunakan untuk membentuk daun, dimana pada pertumbuhannya daun juga

merupakan organ yang sangat penting dalam pembentukan energi yang

dibutuhkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis.

Hasil Analisis uji lanjutan BNJ α=0,05 menunjukkan bahwa pemberian

berbagai kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik menunjukkan perlakuan M2

(mmix+pupuk kandang sapi) berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan M3

(mmix+ pupuk kandang kambing), tetapi tidak berpengaruh nyata dengan

perlakuan M1 (abmix) dan M4 (mmix+kompos). Sedangkan perlakuan M3

(mmix+ pupuk kandang kambing) berpengaruh nyata dengan perlakuan M1

(abmix), M2 (mmix+ pupuk kandang sapi) dan M4 (mmix+kompos).


Sebagaimana dijelaskan oleh Lakitan (2011) bahwa akar juga sebagai

organ vegetatif tanaman yang mempunyai fungsi dalam memasok air, mineral dan

bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Dengan demikian, semakin banyak dan panjang akar tanaman maka akan semakin

besar cakupan akar untuk menyerap air dan unsur hara dalam media tanam,

sehingga kebutuhan hara untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semakin

terjamin (Lakitan, 2011).

Bobot tanaman

Bobot basah tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang

meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Semakin tinggi luas daun

maka bobot basah tanaman semakin besar. Terbukti pada perlakuan M2

(kombinasi mmix+ pupuk kandang sapi) memberikan pertumbuhan tinggi

tanaman, jumlah daun dan luas daun tertinggi sehingga mempengaruhi berat

basah tanaman.

Permukaan daun yang luas akan meningkatkan proses fotosintesis

tanaman,peningkatan tersebut mengakibatkan pembentukkan karbohidrat juga

meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2016) bahwa

peningkatan bobot segar pada tanaman caisim sebanding dengan peningkatan

jumlah daun.

Kandungan air yang terdapat pada tanaman akan mempercepat proses

fotosintesis sehingga energi yang terbentuk semakin banyak. Hasil dari

fotosintesis inilah yang nantinya akan digunakan oleh tanaman untuk membentuk

sel-sel baru. Wattimena (dalam Rizki, 2013) menyatakan bahwa pembelahan sel
diikuti dengan meningkatnya kemampuan tanaman dalam proses pengambilan air.

Hal ini menyebabkan jumlah sel bertambah dan volume akar meningkat. Dengan

demikian unsur hara makro dan mikro yang terkandung pada media tanam serta

ketersediaan cahaya matahari yang cukup akan memberikan pertumbuhan

vegetatif tanaman yang optimal.

Bobot kering tanaman selada merupakan tanaman yang banyak

mengandung air terutama pada bagian daun. Cahaya dan klorofil merupakan

faktor penting dalam proses fotosintesis yang terjadi pada daun. Semakin besar

luas daun maka penerimaan cahaya matahari juga akan lebih besar (Duaja, 2012).

Tanaman selada lebih diminati dalam kondisi segar Luas daun yang semakin lebar

diikuti pula dengan bobot segar yang tinggi pada tanaman selada. Parameter bobot

segar total yang tinggi diikuti pula dengan bobot kering yang tinggi.

Hasil bobot segar dan bobot kering menunjukkan bahwa selain tanaman

mampu menyerap air secara optimal, serta menunjukkan bahwa kemampuan

tanaman yang baik dalam menyerap nutrisi dan terakumulasi menjadi cadangan

sumber energi. Bobot kering tanaman merupakan bobot sebenarnya dari tanaman

tanpa kandungan air.

Hal ini sesuai dengan hasil Analisis rata-rata pemberian berbagai

kombinasi pupuk hayati dan pupuk organik terhadap bobot kering tanaman selada

menunjukkan perlakuan mmix+ pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata

dengan mmix+ pupuk kandang kambing tetapi tidak berpengaruh nyata dengan

mmix+kompos dan abmix. sedangkan perlakuan mmix+ pupuk kandang kambing


menunjukkan hasil berpengaruh nyata dengan abmix, mmix+ pupuk kandang sapi

dan mmix+kompos.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pertumbuhan

tanaman selada (Lactuca sativa L.) melalui pemberian kombinasi pupuk hayati

dan pupuk organik pada sistem hidroponik dapat disimpulkan bahwa perlakuan

kombinasi pupuk hayati mmix + pupuk kandang sapi (M2) pada tinggi tanaman

umur 35 hst, jumlah daun umur 35 dan 45 hst, volume akar, bobot kering dan

bobot basah memberikan hasil yang terbaik.

Saran

Dari hasil penelitian terhadap respon pertumbuhan tanaman selada

(Lactuca sativa L.) melalui pemberian kombinasi pupuk hayati dan organik pada

sistem hidroponik yang telah dilaksanakan maka ada beberapa hal yang dianggap

perlu dilakukan diantaranya :

1. Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal diperlukan penelitian lanjutan

dengan menggunakan perlakuan dosis/konsentrasi berbeda terhadap

tanaman selada pada sistem hidroponik.

2. Perlu adanya kombinasi lain terhadap pupuk dan media tanam selain

rockwoll yang sifatnya organik dan mudah diaplikasikan sehingga

menjawab tantangan isu-isu pertanian saat ini.

3. Diperlukan penelitian lanjutan dengan mengunakan sistem hidroponik

yang bebeda, seperti system wick, DFT (deep film technique) dan lain-lain,
sebagai bahan pertimbangan dan kajian ilmu pengetahuan dalam bercocok

tanam modern.
DAFTAR PUSTAKA

Agis Pratama. 2016. Pengaruh Berbagai Macam Medium Tanam dan Konsentrasi
POC Urin Sapi Pada Pertumbuhan dan Hasil Caisim (Brassica junea L.)
Dengan Sistem Wick Pot Hidroponik. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripi. Yogyakarta.

Ananty AD. 2008. Uji efektivitas pupuk organik hayati dalam mensubtitusi
kebutuhan pupuk pada tanaman caisin [Tesis]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.

Anas I. 2016. Pentingnya Bioteknologi Tanah dalam Mencapai Sistem Pertanian


yang Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. 9 April 2016, Bogor,
Indonesia. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Aziz AH, Surung MY dan Buraerah, 2006. Produktivitas Tanaman Selada Pada
Berbagai Dosis Posidan-HT. J Agrisistem. 2,36-42.

Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). 2016. Diakses dari http://www. bps. go. id
pada, 30 Agustus 2018.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2009. Diakses dari
http://www.bptp.go.id pada 28 Agustus 2018.
Cahyono B. 2014. Teknik Budidaya Daya dan Analisis Usaha Tani Selada. CV.
Aneka Ilmu. Semarang. 114 hal.
Darwin, H.P. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Sayuran Daun Kangkung, Bayam, dan Caisin. Produk. Sem. Nas.
Perhimpunan Hortikultura Indonesia, 2012.
Duaja, M.D. (2012). Pengaruh Bahan dan Dosis Kompos Cair Terhadap
Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa sp.). Jurnal Agrikultur, 1(1), 15.
Haryanto, E., Tina., Estu, dan Hendro. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya.
Depok.
Jumin, H.B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Koudela, M., Petrikova,K. 2008. “Nutrients Content And Yield In Selected
Cultivars Of Leaf Lettuce (Lactuca sativa L. var. crispa)” . Horticulture
Science (prague) Vol.3 No.35. Czech University of Life Sciences
Prague,Prague, Czech Republic.

Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.
Lingga, P. 2010. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Lumbantobing ELN, Hazra F, Anas I. 2008. Uji efektivitas bio-organic fertilizer


(pupuk organik hayati) dalam mensubstitusi kebutuhan pupuk kimia pada
tanaman sweet sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. Jumal Tanah
dan Lingkungan 10(2) :72-76.

Manullang, G. S., A. Rahmi., P. Astuti. 2014. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi


Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica junceaL. ) Varietas Tosakan. Jurnal Agrifor Volume XIII (1)
Hal: 33-40,Maret 2014.

Mas' ud, H. (2009). Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng, 2(2).

Nazaruddin. 2000. Sayuran Dalam Rendah. 120 hal. Jakarta : Penebar Swadaya
Nugraha, R. U. 2014. Sumber Hara Sebagai Pengganti AB mix pada Budidaya
Sayuran Daun Secara Hidroponik. Departemen Agronomi dan
Holtikultura: Institut Pertanian Bogor.
Pardosi, Andri H., Irianto dan Mukhsin. 2014. Respons Tanaman Sawi terhadap
Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27
September 2014. ISBN : 979-587-529-9.
Prihmantoro, H., & Indriani, Y. H. (2005). Hidroponik tanaman buah: untuk
bisnis dan hobi. Penebar Swadaya.
Rizki, K., Rasyad, A. dan Murniati. (2014). Pengaruh Pemberian Urine Sapi Yang
Difermentasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau
(Brassica rafa). Jurnal: Jom Faperta Vol. 1 No. 2.
Rosliani, Rini dan Nani Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan
Sistem Hidroponik. : Balai Penelitian Tanaman Sayuran : Bandung
Saparinto, Cahyo. 2013. Grow Your Own Vegetables Panduan Praktis Menanam
14 Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Yogyakarta.
Sibarani, S. 2005. Analisis Sistem Irigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuva Sativa L.).
Universitas Sumatera Utara Medan.

Sunarjono, H. 2014. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta


Supriyati, Y. dan E. Herliana. 2014. 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Penebar
swadaya. Jakarta.148 hlm.
Surtinah. 2009. Pemberian Pupuk Organik Super Natural Nutrition (SNN) Pada
Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Tanah Ultisol. Fakultas Pertanian
Unilak Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 6 No. 1. 6 hal
Susila, A.D. 2004. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Institut pertanian
Bogor. Bogor. 131 hal.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Petanian Organik:Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Jakarta. 126 hlm.

Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suwahyono, Untung. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara


Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia, Bandung.

Wibowo, S. Dan Asriyanti S.A. 2013. Apliksi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan,
Vol. 13 (3): 159-167.
LAMPIRAN
Tabel 1a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 15 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 6.17 7.18 13.35 6.68
M2 6.67 7.22 13.89 6.94
M3 6.80 5.82 12.61 6.31
M4 7.22 6.60 13.82 6.91

Tabel 1b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 15 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.00 0.00 0.00tn 10.13 34.12 0.9883

Perlakuan 3 0.52 0.17 0.39tn 9.28 29.46 0.7716

Galat 3 1.33 0.44

Total Koreksi 7 1.85

kk = 9.94%

Tabel 2a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 25 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 10.44 11.14 21.58 10.79
M2 12.46 13.14 25.60 12.80
M3 11.10 8.77 19.87 9.94
M4 11.59 11.28 22.87 11.43
Tabel 2b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 25 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.20 0.20 0.20tn 10.13 34.12 0.6869

Perlakuan 3 8.74 2.91 2.88tn 9.28 29.46 0.2044

Galat 3 3.04 1.01

Total Koreksi 7 11.98

kk = 8.96%

Tabel 3a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 35 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 16.18 16.15 32.33 16.17
M2 17.25 18.39 35.63 17.82
M3 15.17 14.42 29.59 14.79
M4 15.82 16.27 32.09 16.04

Tabel 3b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 35 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.08 0.08 0.26tn 10.13 34.12 0.6473

Perlakuan 3 9.23 3.08 9.65* 9.28 29.46 0.0474

Galat 3 0.96 0.32

Total Koreksi 7 10.27

kk = 3.48%
Tabel 4a. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada pada Umur 45 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 20.33 18.68 39.01 19.50
M2 23.79 26.43 50.22 25.11
M3 21.35 20.83 42.18 21.09
M4 21.39 21.73 43.12 21.56

Tabel 4b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Selada pada Umur 45 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.09 0.09 0.05tn 10.13 34.12 0.8341

Perlakuan 3 33.57 11.19 6.77tn 9.28 29.46 0.0753

Galat 3 4.96 1.65

Total Koreksi 7 38.61

kk = 5.89%
Tabel 5a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 15 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 5.75 5.55 11.30 5.65
M2 5.60 5.55 11.15 5.58
M3 5.60 5.35 10.95 5.48
M4 5.65 5.25 10.90 5.45

Tabel 5b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 15 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.10 0.10 9.72tn 10.13 34.12 0.0526

Perlakuan 3 0.05 0.02 1.64tn 9.28 29.46 0.3472

Galat 3 0.03 0.01

Total Koreksi 7 0.18

kk = 1.84%

Tabel 6a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 25 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 8.50 8.75 17.25 8.63
M2 9.40 8.60 18.00 9.00
M3 8.45 8.00 16.45 8.23
M4 8.45 8.45 16.90 8.45
Tabel 6b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 25 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.13 0.13 1.15tn 10.13 34.12 0.3630

Perlakuan 3 0.64 0.21 1.96tn 9.28 29.46 0.2970

Galat 3 0.33 0.11

Total Koreksi 7 1.10

kk = 3.85%

Tabel 7a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 35 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 14.15 13.80 27.95 13.98
M2 15.75 16.35 32.10 16.05
M3 13.25 12.85 26.10 13.05
M4 14.35 14.40 28.75 14.38

Tabel 7b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 35 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.00 0.00 0.01tn 10.13 34.12 0.9208

Perlakuan 3 9.44 3.15 29.39* 9.28 29.46 0.0100

Galat 3 0.32 0.11

Total Koreksi 7 9.76

kk = 2.28%
Tabel 8a. Rata-Rata Jumlah Daun Selada pada Umur 45 Hst

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 21.00 21.45 42.45 21.23
M2 23.40 23.00 46.40 23.20
M3 19.35 18.80 38.15 19.08
M4 19.30 18.20 37.50 18.75

Tabel 8b. Analisis Ragam Jumlah Daun Selada pada Umur 45 Hst

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.32 0.32 1.55tn 10.13 34.12 0.3009

Perlakuan 3 25.79 8.60 41.76** 9.28 29.46 0.0060

Galat 3 0.62 0.21

Total Koreksi 7 26.72

kk = 2.21%

Tabel 9a. Rata-Rata Luas Daun Selada

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 138.1 141.5 279.6 139.8
M2 139.35 158.9 298.25 149.1
M3 116.6 108.8 225.4 112.7
M4 134.35 132.2 266.65 133.3
Tabel 9b. Analisis Ragam Luas Daun Selada

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 21.45 21.45 0.31tn 10.13 34.12 0.6168

Perlakuan 3 1,432.55 477.52 6.89tn 9.28 29.46 0.0736

Galat 3 207.95 69.32

Total Koreksi 7 1,661.95

kk = 6.23%

Tabel 10a. Rata-Rata Volume Akar Selada

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 10.95 11.25 22.20 11.10
M2 11.95 13.55 25.50 12.75
M3 7.85 7.85 15.70 7.85
M4 10.30 10.90 21.20 10.60

Tabel 10b. Analisis Ragam Volume Akar Selada

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.78 0.78 3.24tn 10.13 34.12 0.1698

Perlakuan 3 24.87 8.29 34.36** 9.28 29.46 0.0080

Galat 3 0.72 0.24

Total Koreksi 7 26.37

kk = 4.64%
Tabel 11a. Rata-Rata Bobot Basah Selada

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 76.10 70.90 147.00 73.50
M2 82.55 84.70 167.25 83.63
M3 32.65 38.25 70.90 35.45
M4 54.20 57.05 111.25 55.63

Tabel 11b. Analisis Ragam Bobot Basah Selada

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 3.65 3.65 0.34tn 10.13 34.12 0.5995

Perlakuan 3 2,690.85 896.95 84.28** 9.28 29.46 0.0021

Galat 3 31.93 10.64

Total Koreksi 7 2,726.42

kk = 5.26%
Tabel 12a. Rata-Rata Bobot Kering Selada

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II
M1 5.80 5.05 10.85 5.43
M2 6.05 6.25 12.30 6.15
M3 2.35 2.40 4.75 2.38
M4 4.50 3.75 8.25 4.13

Tabel 12b. Analisis Ragam Bobot kering Selada

Sumber F Tabel
Db JK KT F hitung Nilai P
Keragaman 5% 1%

Ulangan 1 0.20 0.20 1.51tn 10.13 34.12 0.3069

Perlakuan 3 16.47 5.49 42.39** 9.28 29.46 0.0059

Galat 3 0.39 0.13

Total Koreksi 7 17.05

kk = 7.96%
Gambar 13. Persiapan alat dan bahan

benih TDS & PH rockwoll gembor

kuas Mesin pompa ZPT netpot

flanel ABmix Mmix+kompos Mmix+sapi


kuas kuas kuas

Mmix+kambing Gelas ukur


Gambar 14. Pembersihan netpot dan instalasi hidroponik
Gambar 15. Penyemaian Benih
Gambar 16. Bibit dalam instalasi penyemaian
Gambar 17. Pemindahan bibit ke instalasi pertumbuhan (perlakuan)
Gambar 18. Pengamatan selada pada 15 hst
Gambar 19. Pengamatan selada pada 25 hst
Gambar 20. Pengamatan selada pada 35 hst
Gambar 21. Pengamatan selada pada 45 hst
Gambar 22. Panen Tanaman Selada

Gambar 23. Pengukuran Bobot Basah Tanaman


Gambar 24. Pengukuran Bobot Kering Tanaman
Gambar 25. Pengukuran Volume Akar
Gambar 26. Pengukuran Luas Daun
Gambar 27. Denah Kombinasi Perlakuan Metode RAL

M3 M4
U
ULANGAN 2 ULANGAN 1

M2 M3

ULANGAN 2 ULANGAN 1

M4 M2

ULANGAN 2 ULANGAN 1

M1 M1

ULANGAN 2 ULANGAN 1

Anda mungkin juga menyukai