Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH SUPLEMENTASI DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM

RANSUM TERHADAP KONSUMSI RANSUM DAN PERTAMBAHAN


BOBOT BADAN KELINCI LOKAL

USULAN PENELITIAN

Oleh:

DWIKY DAMARA

NPM. 200110170024

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH SUPLEMENTASI DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM


RANSUM TERHADAP KONSUMSI RANSUM DAN PERTAMBAHAN
BOBOT BADAN KELINCI LOKAL

Oleh:

DWIKY DAMARA

NPM. 200110170024

Mengesahkan

Indrawati Yudha Asmara, S.Pt.,M. Si., PhD

Wakil Dekan

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil a’lamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suplementasi

Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Konsumsi Ransum dan Pertambahan

Bobot Badan Kelinci Lokal” dapat disusun. Usulan penelitian ini disusun guna

memenuhi salah satu syarat akademik yang harus diselesaikan di Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati,

MS., IPU., sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Sauland Sinaga S.Pt.,

M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing, mendorong dan memberikan arahan hingga terselesaikannya usulan

penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada para Dosen dan Pembahas

yang akan memberi masukan kepada penulis guna memudahkan peoses


penelitian.

Penulis ucapkan terima kasih juga kepada Dr. Rahmat Hidayat, S.Pt.,

M.Si,. IPM sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ,

Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., PhD sebagai Wakil Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran serta Dr. M. Fatah W., S.Pt., M.Si sebagai

kepala Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, serta bimbingan, dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ayah Roni Gunawan, Ibu Kusniati serta seluruh keluarga besar Omas

ii
Miharja (Alm) yang telah memberikan do’a, semangat, moril, material, dan

pengorbanan yang tidak dapat dihitung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Keluarga Besar Argali Fapet 2017,

rekan seperjuangan Farhan Nugraha, Nofira Permata Maulani, Rojana, Rinto, dan

seluruh sivitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Penulis berharap, semoga usulan penelitian ini bisa menjadi awal yang

baik sebagai panduan untuk penelitian, khususnya bagi peneliti dan umumnya

untuk semua pihak yang memerlukan. Semoga amal dan segala usaha yang telah

dilakukan penulis mendapatkan imbalan pahala dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Aamiin

Bandung, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Bab Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN......................................................... vi

1 PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................ 3
1.2. Identifikasi Masalah........................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian............................................................ 3
1.4. Kerangka Pemikiran....................................................... 4
1.5. Waktu dan Tempat Penelitian......................................... 7

II BAHAN ALAT DAN METODE PENELITIAN............... 8

2.1. Bahan Penelitian............................................................. 8


2.1.1. Objek Penelitian................................................... 8
2.1.2. Ransum Penelitian dan Air Minum..................... 8
2.2. Alat Penelitian................................................................ 9
2.3. Metode Penelitian........................................................... 9
2.3.1. Prosedur Penelitian.............................................. 9
2.3.2. Peubah yang Diamati........................................... 10
2.3.3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data............. 11
2.3.4. Tata Letak Percobaan........................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................ 14

LAMPIRAN.......................................................................... 16

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Kandungan Nutrien Bahan Baku Ransum Penelitian............. 9


2 Komposisi Ransum Penelitian................................................ 9
3 Kandungan Nutrien Ransum Penelitian.................................. 10
4 Tabel Sidik Ragam................................................................. 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Anggaran Biaya ..................................................................... 16


2 Rencana Jadwal Penelitian...................................................... 17

vi
1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak kelinci adalah salah satu komoditas peternakan yang memiliki

potensi besar sebagai ternak penghasil daging, yang dapat menjadi salah satu

alternatif dalam pemenuhan kebutuhan gizi bagi masyarakat. Ternak kelinci

mempunyai beberapa keunggulan yaitu tidak membutuhkan areal yang luas dalam

pemeliharaannya, dapat memanfaatkan pakan dari berbagai jenis hijauan, sisa

dapur dan hasil sampingan produk pertanian, biaya produksi relatif murah,

pemeliharaan mudah dan menghasilkan daging yang berkualitas tinggi dengan

kadar lemak rendah. Dalam latar belkang tidak boleh ada Pustaka, sebaiknya

dibuang, karena pernyataannya umum.

Kelinci mempunyai potensi biologis untuk dikembangkan sebagai

penghasil daging sehat, karena salah satu sifat dagingnya yang rendah kolesterol.

Namun kenyataan di masyarakat, pada saat ini penyediaan daging kelinci masih

sangat kurang, dikarenakan produktivitasnya yang masih rendah dan juga jumlah

peternak yang tertarik untuk berusaha ternak kelinci masih sangat sedikit. Salah

satu hal yang menyebabkan terhambatnya pengembangan ternak kelinci ini tidak

terlepas dari masalah ketersediaan pakan berkualitas yang saat ini masih bersaing

terutama dengan industri unggas. Pada umumnya peternak di negara berkembang

seperti Indonesia, akan lebih memilih pemberian pakan berkualitas untuk unggas

dibandingkan untuk kelinci, sehingga pakan kelinci hanya berupa limbah

pertanian rerumputan ataupun limbah sayuran yang kualitasnya tentu kurang baik.

Untuk itu, maka diperlukan upaya perbaikan kualitas pakan. Salah satunya dengan
2

memberikan pakan tambahan seperti daun kelor.

Tanaman kelor atau dalam bahasa latin di sebut Moringa oleifera Lam

merupakan tanaman asli Asia dan di percaya berasal dari daratan india, Pakistan

dan Afganistan. Tanaman kelor saat ini sudah menyebar ke berbagai negara tropis

dan subtropis, termasuk Indonesia.

Umumnya masyarakat Indonesia menggunakan tanaman ini sebagai

sayuran dan tanaman obat. Selain bermanfaat untuk sayur, ternyata daun kelor

merupakan sumber protein bagi ternak. Kandungan nutrisi kelor tidak kalah

dengan jenis tanaman hijauan legume pohon yang banyak digunakan sebagai

pakan ternak seperti Gamal (Glircidia sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala)

dan Turi (Sesbania grandiflora). Selain itu, daun kelor juga memiliki keunikan

yaitu kandungan asam aminonya yang lengkap.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh suplementasi daun kelor (Moringa oleifera) dalam

ransum terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan kelinci lokal

1.2. Identikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh level suplementasi daun kelor terhadap konsumsi

ransum dan pertambahan bobot badan kelinci kelinci lokal

2) Pada level berapa suplementasi daun kelor dalam ransum yang

memberikan hasil optimal terhadap konsumsi ransum dan pertambahan

bobot badan kelinci lokal.


3

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui pengaruh level suplementasi daun kelor terhadap konsumsi

ransum dan pertambahan bobot badan kelinci lokal

2) Mengetahui pengaruh level suplementasi daun kelor dalam ransum yang

memberikan hasil optimal terhadap konsumsi ransum dan pertambahan

bobot badan kelinci lokal.

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar jika dilakukan penelitian

lanjutan serta, dapat menjadi informasi tambahan bagi peternak, peneliti atau

mahasiswa mengenai suplementasi daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum

terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan kelinci lokal.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kelinci lokal tipe pedaging merupakan kelinci yang sudah didomestikasi

dari kelinci ras lain. Kelinci lokal merupakan persilangan antara berbagai jenis

kelinci yang membentuk suatu adaptasi lingkungan. Kelinci lokal memiliki daya

adaptasi yang tinggi dengan pakan lokal seperti limbah sayuran, gulma di ladang

sayur dan hasil sortir tanaman umbi – umbian (Brahmantyo dkk, 2014). Meski

memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari kelinci impor, namun kelinci lokal berguna

dalam penyilangan dengan bangsa lain untuk mengembangkan kelinci yang tahan

penyakit dan mempunyai toleransi panas (Sarwono, 2003). Kelinci impor seperti

New Zealand White dan Flemish Giant memiliki karakteristik pertumbuhan yang

cepat dan ukuran tubuh yang besar namun kurang beradaptasi di iklim tropis.
4

Kelinci mengkonsumsi hijauan dan pakan konsentrat. Jumlah pakan

minimal dan ragam pakan jika terpenuhi maka akan terjadi keseimbangan dalam

pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakanya. Kelangsungan hidup kelinci

sangat ditentukan oleh perhatian dan perawatan. Jenis, jumlah dan mutu pakan

yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan dan

perkembangbiakan kelinci (Lestari, 2004). Kelinci sebagai ternak pseudo-

ruminansia tidak cocok mendapatkan hijauan saja atau konsentrat saja karena

kondisi pencernaannya dimana terdapat lambung sebagai pencernaan kimiawi dan

enzimatis dan sekum sebagai pencernaan alloenzimatis.

Ransum merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

pemeliharaan kelinci karena ransum yang berkualitas baik dapat meningkatkan

pertumbuhan dengan cara meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian,

efisiensi ransum dan daya cerna serta dapat menurunkan konversi ransum

(Blakely dan Bade, 1988). Pertambahan bobot badan erat kaitannya dengan

konsumsi ransum, besarnya pertambahan bobot badan seekor ternak dipengaruhi

oleh kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi (Cheeke, 1987). Kualitas

ransum dipengaruhi oleh kandungan nutrien ransum itu sendiri diantaranya

kandungan protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air..

Protein kasar merupakan salah satu komponen nutrien dalam bahan pakan

yang dibutuhkan kelinci. Kelinci menggunakan protein untuk hidup pokok,

selanjutnya jumlah protein yang berlebih akan disimpan di dalam daging, organ

dan jaringan bawah kulit (Anggorodi, 1994). Kelinci mempunyai kebiasaan yang

tidak dilakukan pada ternak lainnya yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan

yang disebut dengan coprophagy (Blakely dan Bade, 1992). Coprophagy biasanya

terjadi pada malam hari yang memungkinkan kelinci memanfaatkan secara penuh
5

hasil pencernaan bakteri di saluran pencernaan lanjut, yaitu mengkonversi protein

asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin

B dan memecahkan selulosa atau serat menjadi energi yang berguna (Blakely dan

Bade, 1992). Hal tersebut membuat kelinci sangat efisien dalam memanfaatkan

nutrisi pakan. Pemberian ransum yang mengandung kadar protein tinggi pada

kelinci dapat meningkatkan laju pertumbuhan sebesar 13-25% dan meningkatkan

pertambahan bobot badan sebesar 20 sampai 25% (Casady dkk, 1971).

Konsumsi pakan atau jumlah pakan yang dihabiskan oleh seekor ternak

dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan penampilan seekor ternak.

Tinggi rendahnya kandungan energi pakan akan mempengaruhi banyak sedikitnya

konsumsi pakan (Kamal, 1997). Pakan yang mempunyai kandungan serat kasar

dan energi yang tinggi dapat menyebabkan konsumsi pakan rendah. Kandungan

serat kasar yang tinggi menyebabkan jalan pakan lebih lambat sehingga ruang

dalam saluran pencernaan cepat penuh dan mengakibatkan kelinci mudah kenyang

(Utami dkk., 2014). Lemak kasar berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum,

semakin tinggi kadar lemak maka semakin rendah konsumsi. Hal ini dikarenakan

kebutuhan energi akan lebih mudah tercapai (Lang, 1981). Kelinci termasuk

ternak pseudo ruminant yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat kasar

dengan baik. Kelinci memfermentasikan ransum di sekum(bagian pertama dari

kolon) yang kurang lebih merupakan 50 persen dari seluruh kapasitas saluran

pencernaannya. Walaupun mempunyai sekum yang besar, kelinci ternyata tidak

mampu mencerna bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat

dicerna oleh ternak ruminansia (Sarwono, 2003). Sehingga, ada batasan serat

kasar yang perlu diperhatikan agar tidak mengganggu pencernaan dan konsumsi

kelinci.
6

Kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu tanaman yang banyak kita

jumpai di Indonesia. Kelor merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan mudah

ditanam baik secara vegetatif dengan stek, maupun secara generatif dengan biji.

Kelor sebagai tanaman perdu, bisa digunakan untuk pakan ternak dan memiliki

kandungan protein tinggi serta serat kasar yang rendah. Selain kandungan

nutrisinya yang tinggi dan berpotensi menjadi pakan ternak alternatif, kandungan

asam amino dalam daun kelor ini seimbang. Penelitian yang dilakukan pada daun

kelor menyebutkan bahwa daun kelor dalam bentuk kering memiliki kandungan

nutrien seperti protein kasar sebesar 26,89%, serat kasar 13.24% lemak kasar

5,76%, energi 4304 kkal/kg, kalsium 1.55% serta phosphor sebesar 0.39%

(Sudolar dan Saenab, 2018). Berdasarkan kandungan daun kelor tersebut,

diketahui bahwa daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik sehingga

diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan

kelinci.

Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan terhadap ternak kelinci new

zealand white. Hasil penelitian terhadap kelinci yang diberi ransum dengan

tambahan 10%, 20% dan 30% dan kontrol (tanpa tambahan daun kelor)

menunjukkan kelinci yang diberi ransum dengan tambahan daun kelor 20%

memberikan pertambahan bobot badan tertinggi serta FCR terendah diantara

semua perlakuan (berbeda nyata (p <0,05))(Fuentes, 2020).

Berdasarkan hal diatas, dapat diambil sebuah hipotesis bahwa

suplementasi 22% daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum dapat

meningkatkan konsumsi dan pertambahan bobot badan harian kelinci lokal.


7

1.6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021 – April 2021

yang meliputi kegiatan pemeliharaan kelinci lokal. Penelitian ini dilakukan di

Kandang Kelinci Laboratorium Produksi Ternak Potong Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.


8

II

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

2.1. Bahan Penelitian

2.1.1. Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci lokal jantan

sebanyak 20 ekor dengan bobot badan awal sekitar 400 – 500 gram dengan umur

sekitar 7 – 8 minggu. Koefiesien variasi bobot badan kelinci yang digunakan

dalam penelitian akan diusahakan kurang dari 10% (KV<10%) untuk

menunjukkan keseragaman ternak. Kelinci lokal tersebut selanjutnya akan diteliti

selama 8 minggu di Kandang Kelinci Laboratorium Produksi Ternak Potong

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.

2.1.2. Air Minum

Air minum diberikan secara adlibitum atau diusahakan tersedia setiap saat

kelinci membutuhkan.

2.1.3. Ransum Penelitian

Ransum yang diberikan pada ternak percobaan berupa ransum tunggal

dengan menambahkan tepung daun kelor sebagai perlakuannya. Bahan ransum

yang diberikan berupa dedak padi halus, jagung, pollard, bungkil kelapa, bungkil

kedelai, kapur, premix dan garam. Ransum diberikan dalam bentuk pellet.
9

Tabel 1. Kandungan Nutrien Bahan Baku Ransum Penelitian


ZAT MAKANAN DALAM BAHAN
NO BAHAN PAKAN BK PK SK LK Ca P
…..………...………....%.................................
1 Dedak Padi Halus* 87,7 12 13,9 4,81 0,09 1,09
2 Jagung* 86,8 10,8 5,53 4,28 0.23 0,41
3 Pollard* 88,5 18,5 9,78 3,86 0,23 1,1
4 Bungkil Kedelai* 88,1 46,9 8,69 2,66 0,38 0,72
5 Bungkil Kelapa* 88,6 18,58 21,63 10,9 0,16 0,62
7 Kapur * 98 0 0 0 38 0
8 Premix** 99,96 0 0 0 4 2
9 Garam* 99,6 0 0 0 0 0
10 Tepung Daun Kelor** 93,43 26,89 13,24 2,3 1,55 0,39
Sumber : * Dairyfeed Online (2017)
** Sudolar dan Saenab (2018)

Tabel 2. Komposisi Ransum Penelitian


Bahan Pakan Jumlah (%)
R0 R1 R2 R3
Dedak Padi Halus 25 25 25 25
Jagung 20,5 20 17.3 15
Pollard 15 15 15 15
Bungkil Kedelai 9 6 3 1
Bungkil Kelapa 27 20 15 8.5
Kapur 2 1,5 1,2 1
Premix 1 1 1 1
Garam 0,5 0,5 0,5 0.5
Tepung Daun Kelor 0 11 22 33
Total 100 100 100 100
10

Tabel 3. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian


Kandungan
Nutrisi Kebutuhan
R0 R1 R2 R3
Abu (%) 11,19 10,92 10,97 11,09 -
PK(%) 17,23 17,42 17,75 18,32 12-18*
SK(%) 12,70 12,35 12,32 12,07 ≤14*
LK(%) 5,84 5,23 4,74 4,14 4*
DE(kkal/ 2224 2274 2267 2258 2000-2900**
kg)
Ca(%) 0,98 0,94 0,97 1,04 0.9-1.5**
P(%) 0,77 0,75 0,73 0,71 0.7-0.9**
Sumber : *Masanto dan Agus (2010)
**Prawirokusumo (1990)

Keterangan : DE (Digestible Energy) = 4.253–32,6 (% SK)–144,4 (% Abu)


(Rumus Fekete dan Gippert, 1986, dikutip oleh Cheeke,1987)

2.2. Alat Penelitian

1) Kandang sebagai tempat untuk memelihara objek penelitian

2) Tempat Pakan sebagai tempat menyimpan pakan

3) Botol Nipple sebagai tempat air minum

4) Timbangan sebagai alat untuk mengukur pertambahan bobot badan

5) Tali Rapia sebagai alat untuk mengikat tempat pakan dan minum

6) Label sebagai alat untuk memberi identitas pada objek penelitian

7) Alat Tulis sebagai alat untuk mencatat data

8) Laptop sebagai alat untuk menginput data dan mengolah data

2.3. Metode Penelitian

2.3.1. Prosedur Penelitian


1)
Tahapan Persiapan
a. Persiapan Kandang
Kandang yang akan digunakan dalam penelitian dilakukan pembersihan

kandang dan peralatan kandang. Kandang yang digunakan terbuat dari besi kawat
11

dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm. Lantai kandang

menggunakan bambu bercelah. Setiap kandang diberi nomor atau identitas.

b. Pembuatan Pellet dengan Level Suplementasi Daun Kelor yang Berbeda


Bahan penyusun pellet yang digunakan terdiri dari tepung daun kelor, dedak

padi halus, pollard, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, kapur, premix, dan

garam. Bahan yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi

ransum yang telah sesuai dengan level perlakuan. Semua bahan akan dicampurkan

untuk dibuat pellet menggunakan mesin.

2)
Tahapan Pemeliharaan

Kelinci lokal sebagai objek penelitian di timbang kemudian di tempatkan

secara acak pada kandang individu yang sudah tersedia tempat pakan dan botol

nipple. Pemberian ransum dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu hari, yaitu pada

pagi hari pukul 08.00, siang hari pukul 13.00, dan pada malam hari pukul 18.00

WIB. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum.

3)
Tahapan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu berupa konsumsi pakan dan pertambahan bobot

badan. Konsumsi pakan diperoleh dari penimbangan 1 minggu yaitu dengan cara

menjumlah pemberian pakan selama 1 minggu dikurangi jumlah sisa pakan

selama 1 minggu. Penimbangan pertambahan bobot badan dilakukan setiap

minggu dengan tujuan menghindari kelinci dari stress. Pengolahan data dilakukan

di akhir penelitian pada minggu ke delapan.

2.3.2. Peubah yang Diamati


12

1) Konsumsi Pakan (gr/ekor/hari)

Konsumsi pakan yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi setiap hari oleh

kelinci jantan (g/ekor). Konsumsi pakan didapatkan dengan cara menghitung

jumlah pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan dan dibagi dengan jumlah hari

perhitungan.

Jumlah yang diberikan (g)−Jumlah yang tersisa(g)


Konsumsi=
∑ hari
2) Pertambahan Bobot Badan (gr/ekor/hari)

Pertambahan bobot badan merupakan bobot badan akhir dikurangi dengan

bobot awal (g/ekor) dan dibagi jumlah hari perhitungan. Pertambahan bobot

badan diukur dengan cara menimbang bobot badan kelinci setiap minggu.
Bobot Badan Akhir ( gr )−Bobot Badan Awal ( gr )
PBB=
∑ hari
2.3.3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini terdiri dari :

R0 : Ransum tanpa daun kelor (kontrol)

R1 : Ransum mengandung 11% tepung daun kelor

R2 : Ransum mengandung 22% tepung daun kelor

R3: Ransum mengandung 33% tepung daun kelor

Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Data yang diperoleh dianalisis

dengan menggunakan Analisis Ragam (Gasperz, 1991) dengan model matematika

sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εij
13

Keterangan :

Yij = Respon percobaan

µ = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh komponen galat dari perlakuan ke-i, ulangan ke-j

i = Perlakuan ke-i (0,1,2,3)

j = Ulangan ke-j (1,2,3,4,5)

Hipotesis yang akan diuji adalah :

1) H0 : R0= R1=R2=R3= 0 artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan.

2) H1 : R0≠R1≠R2≠R3≠ 0 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak

sama.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel sidik

ragam seperti yang tertera pada:

Tabel 4. Tabel Sidik Ragam


Sumber Variasi Db JK KT Fhit Ftabel
Perlakuan T-1 = 3 JKP KTP KTP
Galat T(R-1)=16 JKG KTG KTG
Total (TR)-1=19 JKT

Kaidah keputusan :

1) Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima

H0 dan tolak H1.

2) Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan

terima H1.

Untuk mengetahui perbedaan yang diperoleh antar perlakuan, maka


14

dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan dengan

rumus sebagai berikut:

LSR = SSR × Sӯ

S=
√ KT galat
r √
=
s
r

Keterangan:

Sӯ = Standar Error

r = Ulangan KTG = Kuadrat Tengah Galat

LSR = Least Significant Range Test

SSR = Studentized Significant Range

Kaidah keputusan didasarkan pada selisih antar perlakuan (d) dibandingkan

dengan LSR :

1) d ≤ LSR, maka tidak berbeda nyata atau terima H0

2) d > LSR, maka berbeda nyata atau tolak H0 dimana d adalah selisih antara dua

rata-rata perlakuan.

2.3.4. Tata Letak Percobaan

U1.R3 U2.R0 U3.R2 U4.R1 U5.R3

U1.R1 U2.R0 U3.R1 U4.R0 U5.R2

U1.R1 U2.R3 U3.R3 U4.R0 U5.R0

U1.R2 U2.R1 U3.R2 U4.R3 U5.R1

Keterangan :
U1, U2,..U5 : Ulangan Ke 1, 2,..5
R0,R1,R2,R3 : Kode Perlakuan
15

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

Blakely, J dan Bade, D. H. 1992. Ilmu Peternakan IV. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta

Brahmantiyo, B., Y.C. Raharjo dan T. Murtisari. 2014. Karakterisasi


produktivitas kelinci di lapang sebagai sumber plasma nutfah ternak
Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2014. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Cheeke, P.R., 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Academic Press, Inc. Orlando,
Florida.

Dairyfeed Online. 2017. Dedak Padi Halus, Jagung, Pollard, Bungkil Kelapa,
Bungkil Kedelai Kapur, Premix dan Garam. Hal. Tersedia pada :
http://dairyfeed.ipb.ac.id (Diakses pada 27 November 2020, pukul 10.00
WIB)

Fuentes, A.D.H., S.S. Simental, A.Z. Bastida, J.O. López, dan M.A. Martínez.
2020. Productive Performance, Carcass Traits, Meat Quality And Blood
Profile In Rabbits Fed With Moringa Oleifera. Zootecnia Nutrição e
Produção Animal. 8(2), 270-281.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan . Bandung : Armico

Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Laboratorium Makanan Ternak


Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 2011. Kelinci Unggul. Penerbit Kanisius, Jakarta

Lestari, C.M.S., 2004. Penampilan produksi kelinci lokal menggunakan pakan


pellet dengan berbagai aras kulit biji kedelai. Pros. Seminar Nasional
Teknologi dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Masanto, R dan Agus, A. 2010. Beternak Kelinci Potong. Penerba Swadaya.


Jakarta.
16

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.

Sarwono, B. 2003. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sudolar, N.R., dan A. Saenab.2018. Pemanfaatan Pakan Hijauan Suplemen


Untuk Meningkatkan Performa Ternak Kelinci. Buletin Pertanian
Perkotaan. 8(1) : 46-52
17

LAMPIRAN

Lampiran 1. Anggaran Biaya


1. Dana Penelitian Kelompok (2 orang)
No. Nama Barang Vol Satuan Harga Satuan Total (Rp)
(Rp)
1. Kelinci 20 ekor 50.000 1.000.000
2. Pakan 120 kg 11000 1.320.000
3. Tempat Pakan 20 buah 10.000 200.000
4. Botol Nipple 20 buah 10.000 200.000
5. Label 1 pack 20.000 20.000
6. Tali Rapia 2 buah 5.000 10.000
7. Sendok 4 buah 2.000 8.000
8. Pisau 3 buah 15.000 45.000
9. Nampan 3 buah 9.000 27.000
10. Biaya 1 Unit 500.000 500.000
Operasional
Sub Total 3.330.000
2. Dana Penelitian Pribadi
No. Nama Barang Vol Satuan Harga Satuan Total (Rp)
(Rp)
1. Print draft usulan 1 Eks 10.000 10.000
penelitian
2. Perbanyakan 5 Eks 55.000 275.000
skripsi
3. Perbaikan skripsi 5 Eks 55.000 275.000
Sub Total 560.000

3. Rekapitulasi Rencana Biaya Penelitian


No Sumber Dana Sub Total (Rp)
1 Dana Penelitian Kelompok 3.330000
2 Dana Pribadi 560.000
Total Pengeluaran 3.890.000
18

Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei

2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Kepustakaan
Penulisan
Usulan Penelitian
Bimbingan Usulan
Penelitian
Seminar Usulan
Penelitian
Revisi Usulan
Penelitian
Penelitian
Analisis Data
Penulisan Skripsi
Bimbingan Skripsi
Sidang Skripsi
Lampiran 2. Rencana Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai