Anda di halaman 1dari 28

BAHAN SEMINAR : PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI : KEHUTANAN


PEMINATAN : KONSERVASI
HARI/TANGGAL : JUM’AT/ 18 DESEMBER 2020
WAKTU DAN TEMPAT : 10.00 WIB/ Eusideroxylon zwageri
KEANEKARAGAMAN AMFIBI (ORDO ANURA) DI
BERBAGAI TIPE HABITAT KAMPUS PINANG MASAK
UNIVERSITAS JAMBI

Dosen Pembimbing : 1. Winda Dwi Kartika, S,Si., M.Si


2. Cory Wulan, S.Hut., M.Si

Pemrasaran : Hasbi Arfa’at


D1D016024
Pembahas Utama : 1. Nola Radika (LIA117008)
2. Dede Yoalna (D1D016156)
3. Salim Iklim (D1D016180)
4. Juanda Ilham (D1D016181)
5. Ilham Dalpiansyah (D1D016183)

PROGRAM STUDI KEHUATANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

i
KEANEKARAGAMAN AMFIBI (ORDO ANURA) DI BERBAGAI
TIPE HABITAT KAMPUS PINANG MASAK UNIVERSITAS JAMBI

HASBI ARFA’AT

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) di berbagai tipe
habitat kampus pinang masak universitas jambi”
Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan moril
maupun materil kepada penulis. Ibu Winda Dwi Kartika,S.Si.,M.Si dan Ibu Cory
Wulan,S.Hut.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan masukan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini. Serta teman-teman seperjuangan yang telahmeluangkan
waktu memberi ide dan gagasan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal
ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan dan penulisannya.Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal skripsi
ini.Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat menjadi pedoman dan
bermanfaat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian di lapangan.

Jambi, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................v

I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................3
1.5 Kerangka Pemikiran .............................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................5


2.1 Klasifikasi .............................................................................................5
2.1.1 Deskripsi Morfologi .........................................................................5
2. 2 Habitat ................................................................................................6
2.3 Peranan .................................................................................................8
2.4 Konservasi Amfibi dan Kondisi Saat ini ..............................................9

II. METODE PENELITIAN .....................................................................10


3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................10
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................11
3.3 Jenis Dan Sumber Data ......................................................................12
3.3.1 Data Primer .....................................................................................12
3.3.2 Data Sekunder.................................................................................12
3.4Teknik Pengumpulan Data ..................................................................13
3.4.1 Survei Pendahuluan ........................................................................13
3.4.2 Metode Pengumpuln Data .............................................................13
3.4.3 Preparasi Sampel ............................................................................14
3.5 Analisis data .......................................................................................15
3.5.1Keanekaragaman jenis Amfibi ........................................................15
3.5.2 Indeks Dominansi ...........................................................................15
3.5.3 Indeks kesamaan komunitas (Indeks of Similarity) ........................15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perbedaan Katak Dan Kodok(Sumber:Ksdae.Menlhk.Go.Id) ....................6


Tabel 2 .Pengelompokan Amfibi Berdasarkan Habitat...........................................7
Tabel 3.Alat Dan Bahan .........................................................................................11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Penelitian Keanekaragaman Amfibi Ordo (Anura) pada


Habitat Berbeda Di Kawasan Kampus Pinang Masak Universitas
Jambi .....................................................................................................4
Gambar 2 .Peta Lokasi Penelitian ..........................................................................10
Gambar 3. Ukuran SVL (snout vent length (garis merah )) ..................................12
Gambar 4 Desain Sampling Terestrial ..................................................................14

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tally Sheet Pengamatan Amfibi ........................................................19


Lampiran 2 Tally Sheet Pengamatan Data Habitat ................................................20

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang
memiliki peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis
(Leksono, 2017). Secara ekologis, Amfibi berperan sebagai pemangsa seperti
serangga atau hewan invertebrata lainnya (Iskandar 1998). Amfibi berperan
sebagai bio-indikator lingkungan karena memiliki respon yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan (Stebbins & Cohen 1997 dalam Muslim dkk 2018). Kelas
Amfibi khususnya ordo Anura memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap
perubahan kualitas lingkungan, misalnya pencemaran air, hilangnya habitat,
maupun perubahan iklim. Apabila di suatu wilayah tidak di temukan ordo Anura
(katak dan kodok), hal ini mengindikasikan kualitas lingkungan di wilayah
tersebut sangat buruk (Iskandar & Mumpuni, 2004 dalam IUCN, 2007). Secara
ekonomis Amfibi dapat di manfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan
percobaan, hewan peliharaan dan bahan obat-obatan (Stebbins & Cohen 1997
dalam Darmawan, 2008). Serta Menjadi Komoditi Ekspor Penting ( Sparling dkk,
2007 dalam setiawan, 2019)
Perubahan kondisi lingkungan dan aktivitas manusia akan berpengaruh
terhadap keanekaragaman Amfibi (Darmawan,2008). Beberapa jenis Amfibi
hanya dapat hidup di dalam hutan primer sedangkan beberapa jenis lainnya dapat
hidup di beragam habitat, mulai dari hutan sampai ke pemukiman penduduk
(Darmawan,2008). Namun sebagian besar Amfibi memiliki kisaran parameter
lingkungan yang sempit sehingga tidak dapat bertahan pada lingkungan yang
kondisi alaminya berubah drastis (Zug, 1993).
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo Amfibi yang ada di dunia, yaitu
Gymnphina dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui
keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan
di Indonesia, yakni mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura
di dunia. Satu ordo lain dari Amfibi yaitu ordo Caudata merupakan satu-satu nya
ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Iskandar, 1998).
Ordo Anura (Katak dan Kodok) dapat hidup dan berkembangbiak pada
habitat yang memiliki vegetasi yang bervariasi dan serasah yang tebal contohnya

1
hutan (Iskandar,1998). Hal ini disebabkan hutan menyediakan cukup banyak
makanan serta dapat menjamin kelangsungan hidup Anura dengan terbentuknya
iklim mikro di bawah tegakan (mikro habitat). Berbagai mikro habitat di hutan
digunakan sebagai tempat hidup Anura antara lain lubang-lubang pohon, lantai
hutan yang penuh serasah atau aliran sungai (Iskandar,1998)
Kampus Universitas Jambi yang terletak di daerah Mendalo atau di sebut
Kampus Pinang Masak memiliki luas 100,1 ha, terdiri dari bangunan, kawasan
hutan, lapangan, dan kebun-kebun percobaan. yang terdiri dari bangunan
perkantoran dan perkuliahan, serta kawasan hutan sebagai area ruang terbuka
hijau dan kebun-kebun percobaan. Kawasan hutan dan area hijau Kampus Pinang
Masak mengalami banyak perubahan disebabkan alih fungsi lahan hutan untuk
keperluan pembangunan gedung dan prasarana kampus. Dengan maraknya
pembukaan lahan untuk keperluan manusia, mengindikasikan semakin sempitnya
habitat alami yang dimiliki oleh Amfibi (Hanifa, 2016)
Kawasan hutan yang masih tersisa semakin berkurang luasannya dan
terbagi (terfragmentasi) menjadi mozaik-mozaik hutan yang lebih sempit.
Perubahan-perubahan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap kualitas ekosistem hutan dan pada akhirnya berdampak
pada flora dan fauna yang hidup didalamnya. Menurut Indriyanto (2006) hutan
yang masih terjaga kelestariannya akan mempunyai komponen ekosistem yang
beragam, begitupun sebaliknya.
Kawasan hutan kampus selain sebagai ruang terbuka hijau juga dapat
menjadi wahana bagi habitat flora dan fauna seperti halnya Amfibi. Kebanyakan
penelitian tentang anura hanya berkisar di wilayah-wilayah padat penduduk,dan
daerah-daerah ekowisata sehingga masih ada kemungkinan dapat di temukanya
spesies-spesies anura yang belun teridentifikasi (Aji, 2013).
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian mengenai jenis dan kelimpahan
burung di kawasan universitas jambi pada tahun 2016 (Putra, 2016) dan
keanekaragaman dan kelimpahan spesies kumbang tinja (Anggraini, 2019) di
kampus Pinang Masak Universitas Jambi. Hal lain yang perlu di tambahkan
adalah informasi ilmiah mengenai keanekaragaman Amfibi (ordo Anura) serta
kondisi habitatnya di Kampus Pinang Masak Universitas Jambi. Kajian ini perlu

2
dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenis Amfibi (ordo Anura) dan
menjadi dasar dalam rangka tindakan pelestarian dan upaya perlindungan terhadap
keanekaragaman jenis Amfibi (ordo Anura) di Kampus Universitas Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keanekaragaman jenis Amfibi (ordo Anura) pada berbagai tipe
habitat di hutan Kampus Pinang Masak Universitas Jambi?
2. Bagaimana perbedaan keanekaragaman Amfibi ordo (Anura) pada berbagai
habitat di kampus Pinang Masak Universitas Jambi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian tentang keanekaragaman Amfibi diberbagai tipe habitat ini
dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Menganalisis keanekaragaman jenis Amfibi berdasarkan tipe habitat
2. Menganalisis perbedaan keanekaragaman jenis Amfibi pada berbagai tipe
habitat di kampus Pinang Masak Universitas Jambi

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah menggali informasi
ilmiah dan mempertahankan ekosistem yang ada di Kampus Pinang Masak
Universitas Jambi sehingga dapat terus menjadi habitat bagi flora dan fauna yang
terdapat di dalam nya,sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengelola
Universitas Jambi dalam hal pengelolaan wilayah kampus tertutama Kampus
Pinang Masak.

3
1.5 Kerangka Pemikiran

Kampus Pinang
Amfibi Ordo Anura Masak Universitas
Jambi

-Tempat Pendidikan
Habitat Keanekaragaman -Mencari Informasi Ilmiah

-Kolam/Sungai VES
-Semak (Visual Encounter Survey)
-Hutan
Sekunder

Identifikasi Analisis Data


-Jenis -Keanekaragaman
-Panjang Tubuh -Indeks Dominansi
-Posisi Saat Di temukan - Indeks Kesamaan Komunitas

Gambar 1.Kerangka Penelitian Keanekaragaman Amfibi Ordo (Anura) pada habitat berbeda di
Kawasan Kampus Pinang Masak Universitas Jambi

4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Menurut Goin & Goin (1971 dalam darmawan 2008), klasifikasi dan
sistematika Amfibi adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas :Amphibia
Ordo :Gymnophiona,Caudata,Anura
Amfibi merupakan satwa bertulang belakang yang pertama berevolusi untuk
kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptile (Halliday & Adler
2000).

2.1.1 Deskripsi Morfologi


Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti
hidup. Secara harfiah Amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam,
yakni dunia darat dan air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang
suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar
serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari
(Liswanto, 1998 dalam Mardinata, 2017). Amfibi dikenal sebagai hewan
bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan, mempunyai
kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota
gerak dengan jari (Liswanto,1998 dalam Mardinata, 2017)
Ordo Anura merupakan ordo yang paling dikenal orang masyarakat luas dan
ditemukan di hampir seluruh belahan dunia. Sebagian besar Amfibi Indonesia
umumnya masuk ke dalam kelompok ini. Anggota ordo inilah yang disebut
sebagai katak atau kodok dalam bahasa Indonesia( Yudha, dkk 2014). Tubuh
umumnya pendek dan lebar, terdiri dari kepala dan bagian badan serta memiliki
dua pasang tungkai dimana tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan.
Umumnya kaki memiliki selaput yang digunakan untuk melompat dan berenang.
Anura memiliki pita suara dan jantan akan mengeluarkan suara untuk menarik
betina. Fertilisasi umumnya berlangsung eksternal. Telur yang menetas biasanya

5
akan tumbuh menjadi larva yang berbeda dengan bentuk dewasa dan dikenal
dengan nama berudu. Hampir semua berudu akan mengalami metamorfosis saat
berubah menjadi dewasa, walau ada yang langsung menjadi bentuk dewasa. Di
Indonesia ditemukan sekitar 450 jenis yang mewakili sekitar 11% dari seluruh
Anura di dunia dengan 28 jenis Anura diantaranya ditemukan di Jawa Barat yang
terdiri dari enam suku yaitu Bufonidae, Dicroglossidae, Microhylidae,
Megophryidae, Ranidae, dan Rhacophoridae. (kusrini,2013).

Tabel 1.Perbedaan katak dan kodok


Katak ( Frog) Kodok (Toads)

Bertubuh langsing Bertubuh lebar dan besar


Tungkai kaki relatif lebih panjang Kulit kering, tebal dan kasar
Kulit selalu basah (berlendir,tipis,halus) Tungkai kaki relatif pendek
Habitat(sawah,pohon,dibawah Habitat (pemukiman warga,
ranting,sela-sela bebatuan sungai yang perkotaan, sungai dengan kondisi air
bersih). yang jernih sampai dengan sangat
kotor sekalipun)

(sumber:ksdae.menlhk.go.id)

2. 2 Habitat
Amfibi menghuni berbagai habitat, mulai dari pohon-pohon di hutan hujan
tropis, halaman di sekitar pemukiman penduduk, di sawah-sawah, kolam-kolam di
dalam hutan, sampai celah-celah batu di sungai yang mengalir deras (Yani dkk,
2015). Oleh karena itu secara umum Amfibi bisa dikelompokkan berdasarkan
habitat dan kebiasaan hidup, yaitu:

6
Tabel 2 . Pengelompokan Amfibi Berdasarkan Habitat

No Habitat Contoh Jenis

1 Terestrial(di atas permukaan tanah) Kodok buduk(Duttaphrynus


melanostictus)
2 Arboreal (hidup di atas pohon) Rhacophorusreinwardtii,R.mar
garitifer,Nyxticalus
margaritifer,Polypedates
leucomystax
3 Akuatik (hidup di sekitar badan air) Phrynoidis aspera,Limnonectes
kuhlii, L. macrodon
4 Fossorial (hidup di dalam lubang- Kaloula baleata
lubang tanah)

Habitat utama Amfibi adalah hutan primer, hutan rawa, sungai besar,sungai
sedang, anak sungai, kolam dan danau (Mistar 2003). Kebanyakan dari 5 Amfibi
hanya bisa hidup di air tawar, namun jenis seperti Fejervarya cancrivora di
ketahui mampu hidup di air payau (Iskandar 1998). Sebagian katak beradaptasi
agar dapat hidup di pohon. Walaupun sangat tergantung pada air, katak pohon
seringkali tidak turun ke air untuk bertelur. Katak pohon melakukan kawin dan
menyimpan telurnya di vegetasi/pohon di atas air. Saat menetas berudu katak akan
jatuh ke dalam air (Duellman dan Heatwole 1998 dalam Darmawan, 2008). Selain
itu, juga terdapat katak yang menyimpan telurnya di lubang berair pada kayu dan
tanah, di punggung betinaatau membawa ke daerah dekat air (Duellman dan
Trueb 1994 dalam Darmawan, 2008)
Sudrajat (2001 dalam Mardinata, 2017) membagi Amfibi menurut perilaku
dan habitatnya menjadi tiga grup besar yaitu: 1).Jenis yang terbuka pada asosiasi
dengan manusia dan tergantung pada manusia, 2).Jenis yang dapat berasosiasi
dengan manusia tapi tidak tergantung pada manusia, 3).Jenis yang tidak berasosiai
dengan manusia. Habitat herpetofauna di Sumatera Selatan dibagi berdasarkan
ada dan tidaknya modifikasi lingkungan yang disebabkan oleh manusia maupun
yang terjadi secara alami, diantaranya: hutan primer, hutan bekas tebangan, bekas
kebun, kebun karet, sawah dan pemukiman.Salah satu penyebab penurunan jenis
Amfibi di dunia adalah kerusakan habitat hutan dan fragmentasi. Di hutan yang
mengalami sedikit gangguan atau hutan dengan tingkat perubahan sedang

7
memiliki jumlah jenis yang lebih kaya daripada kawasan yang sudah terganggu
seperti hutan sekunder, kebun dan pemukiman penduduk (Gillespie et al. 2005).
Hasil penelitian Ul-Hasanah (2006) bahwa katak yang terdapat di habitat
yang tidak terganggu memiliki jumlah jenis yang lebih banyak. Ul-Hasanah
(2006) menemukan 37 jenis katak di habitat yang tidak terganggu dan 31 jenis
katak di habitat yang terganggu. Dari penelitiannya terlihat bahwa habitat sungai
tidak terganggu didominasi oleh Leptophryne borbonica, Rana chalconota dan
Limnonectes blythii. Habitat darat tidak terganggu didominasi oleh Bufo
asper,Limnonectes blythii, Rana chalconota, Leptobrachium hasseltii,
Megophrysnasuta, Leptophryne borbonica dan Limnonectes microdiscus. Habitat
sungai terganggu didominasi oleh Rana chalconota, Bufo asper dan Rana
hosii,sedangkan habitat darat terganggu didominasi oleh Rana chalconota,
Ranahosii, Fejervarya spp, Bufo biporcatus dan Bufo melanostictus.

2.3 Peranan
Amfibi memiliki berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia, yakni
peranan ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, Amfibi memiliki peranan
penting dalam rantai makanan sebagai konsumen sekunder. Amfibi memakan
serangga sehingga dapat membantu keseimbangan ekosistem terutama
dalambpengendalian populasi serangga. Selain itu, Amfibi juga dapat berfungsi
sebagai bio-indikator bagi kondisi lingkungan karena Amfibi memiliki respon
terhadap perubahan lingkungan (Stebbins& Cohen 1997 dalam Darmawan,
2008).
Peranan Amfibi dari segi ekonomis dapat ditinjau dari pemanfaatan Amfibi
untuk kepentingan konsumsi. Beberapa jenis Amfibi dari Ordo Anura
diketahuimemiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti Fejervarya cancrivora,
Fejervarya limnocharis, dan Limnonectes macrodon (Kusrini 2003). Selain untuk
tujuan konsumsi, Amfibi memiliki kegunaan yang lain yaitu sebagai binatang
peliharaan,binatang percobaan dan bahan obat-obatan (Stebbins & Cohen 1997
dalam Darmawan, 2008) .

8
2.4 Konservasi Amfibi dan Kondisi Saat ini
Penyelamatan Amfibi tidak terlepaskan dari kerusakan habitat maupun
pemanasan global. Suhu atmosfer bumi saat ini telah meningkat 0,5ºC dibanding
suhu pada zaman pra industri (Murdiyarso, 2003 dalam Mardinata, 2017).
Terutama karena Amfibi merupakan satwa yang membutuhkan kondisi
lingkungan yang stabil. Secara umum diketahui Amfibi memiliki persebaran yang
luas namun perlindungan mikro habitatnya mutlak dilakukan karena Amfibi
diketahui berendemisitas yang tinggi (Mistar, 2003 dalam Devung, 2018).
Indonesia merupakan negara kelima paling beragam dalam jumlah species
amfibi di dunia ( Jusmaldi, 2019) . Meurut data IUCN 2013 jumlah sepsies amfibi
di indonesia diketahui sebanyak 392 spesies amfibi endemik kawasan asia (
Pratihar dkk., 2014 dalam Jusmaldi, 2019). Sesuai dengan penjelasan Iskandar
(1998) bahwa ordo Anura (katak dan kodok) di Sumatera didapatkan 89 jenis di
mana sekitar 21 jenis di antaranya adalah endemik. Iskandar (1998) menjelaskan
bahwa beberapa jenis hampir dikhawatirkanakan habis karena manusia banyak
memperjual belikan dan juga mengkonsumsinya terutama jenis Limnonectes
macrodon.
Selain itu Indonesia sendiri adalah negara pengekspor terbesar paha katak
beku Di dunia. Setiap tahun rata-rata sekitar 4 juta kg paha katak beku diekspor ke
berbagai negara terutama negara-negara di Eropa dimana sekitar 80% merupakan
hasil penangkapan dari alam (Kusrini dan Alford, 2006).
Sebelum Indonesia, India dan Bangladesh adalah negara pengekspor katak
beku terbesar. Populasi katak konsumsi di negara tersebut berkurang, katak-katak
tersebut kemudian statusnya menjadi di lindungi dan di masukkan dalam
Appendix II CITES.Barulah Indonesia mengambil alih posisi sebagai pengeskpor
katak beku terbesar di dunia. Selain di sebabkan penangkapan yang berlebih,
kondisi lahan basah yang semakin sedikit karena digunakan untuk kepentingan
lain umumnya untuk pembangunan. Hilangnya lahan basah sama dengan
hilangnya Amfibi. Selain hilangnya lahan basah perubahan kualitas lahan basah
melalui eutrifikasi, pencemaran, hilangnya hutan dan padang di sekitarnya juga
dapat menghilang kan populasi Amfibi.

9
II. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini di laksanakan selama 3 bulan. Lokasi Kegiatan penelitian


akan di laksanakan di kawasan Ruang Terbuka Hijau Kampus Pinang Masak
Universitas Jambi dengan luas sekitar ±50,11 ha, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Keterangan :

Legenda
― Batas Univeritas Jambi
--- Batas Lokasi Pengamatan
A

B
D

Gambar 2 .Peta Lokasi Penelitian

A = Hutan pendidikan depan ( sebelah barat laut balairung ) = ± 8,52 ha


B = Hutan pendidikan belakang (sebelah barat daya balairung ) = ± 12,5 ha
C = Area sekitar danau unja (sebelah tenggara dari balairung ) = ± 1,38 ha
D= Kebun percobaan fakultas pertanian (sebelah tenggara balairung) = ±18,15 ha

10
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 3.Alat dan Bahan

Alat Dan Bahan Penggunaan


Pembuatan transek pengamatan
1. Meteran Pengukuran panjang transek
2. GPS Pembuatan transek dan titik lokasi
3. Tali Rafia Penandaan transek
Pengumpulan spesimen

4. Headlamp Alat penerangan survey malam


5. Jaring penangkap Menangkap objek
6. Kantong spesimen Tempat pengumpulan spesimen
7. Spidol permanen Penulisan label
8. Stopwatch Penghitung waktu
9. Alat tulis Pencatatan data di lapangan
10. Buku panduan lapang Identifikasi jenis Amfibi
11. Kaliper Pengukuran panjang tubuh (SVL)
12. Timbangan Pengukur berat tubuh
13. Alat suntik,kapas,Alkohol 70% Preparasi sampel
Pengukur faktor lingkungan
14. Thermohygrometer Pengukur suhu udara dan
15. pH Meter air,pengukur kelembapan udara
Pengukur derajat keasaman air
Alat dokumentasi Pengambilan foto Amfibi ,dan
16. Kamera pengambilan data lapangan

11
3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang secara langsung diambil dari lokasi
penelitian. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa :
- Data satwa Amfibi, meliputi : jenis, jumlah individu tiap jenis, ukuran snout vent
length yaitu panjang tubuh dari moncong hingga kloaka (Gambar 3). Tiap jenis,
waktu saat ditemukan, perilaku dan posisi satwa di lingkungan habitatnya.

Gambar 3. Ukuran SVL (snout vent length (Garis Merah ))

- Data habitat meliputi: tanggal dan waktu pengambilan data, nama lokasi,
substrat/lingkungan tempat ditemukan,tipe vegetasi,suhu udara, suhu air,
kelembaban udara, pH air.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah informasi tentang Amfibi yang


pernah di temukan dan studi literatur tentang Amfibi pada habitatnya.Selain itu,
curah hujan dan iklim dari stasiun klimatologi setempat juga diperlukan untuk
menunjang data habitat.

12
3.4Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengenali daerah atau kawasan yang
akan diteliti sebagai acuan dalam menentukan lokasi penelitian yang representatif
berdasarkan karakteristik habitat dan tutupan vegetasi yang terdapat pada lokasi
penelitian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan melihat tutupan vegetasi
yang tampak pada citra satelit yang ditampilkan pada aplikasi GoogleEarth dan
dilanjutkan dengan observasi langsung ke lokasi pengamatan.

3.4.2 Metode Pengumpuln Data

Metode yang digunakan dalam pengambilan data keanekaragaman Amfibi


yaitu, Visual Encounter Survey (VES) (Heyer et al. 1994). Yang dikombinasikan
dengan transek jalur. Metode VES digunakan untuk menduga kekayaan jenis pada
suatu habitat, mengumpulkan daftar jenis dan memperkirkan kelimpahan relatif
jenis (Kusrini,2008).
Pengamatan dilakukan pagi hari pada pukul (06.00-09.00) WIB. Sedangkan
pengamatan malam hari dilakukan pada pukul (19.00-22.00) WIB. Dengan
sasaran lokasi pencarian di atas vegetasi, di balik kayu rebah, batu dan serasah
(Kusrini 2007). Amfibi yang ditangkap ditempatkan ke dalam kantong plastik
bening dan diberikan label keterangan meliputi waktu ditemukan, aktivitas pada
saat ditemukan, substrat, dan informasi lain yang diperlukan (Heyer et al. 1994).
Amfibi yang telah ditangkap diukur SVL (Snout Vent Lenght) menggunakan
kaliper dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang menggunakan timbangan atau
neraca pegas pesola dengan ketelitian 0,1 gram.
Pencatatan data penemuan jenis amfibi dilakukan dengan membagi panjang
jalur ke dalam 500 m untuk habitat akuatik (anak sungai,danau buatan) dengan
cara menyusuri sepanjang anak sungai sedangkan untuk habitat aquatik yang
berupa danau buatan di lakukan dengan cara mengelilingi danau tersebut.
Pencatatan data penemuan jenis Amfibi pada jalur terestrial yaitu dengan
panjang 800 m dengan lebar kiri kanan masing-masing 5 m, yang di sesuaikan
dengan kondisi lapangan. Dan di lakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada hari
berbeda pada setiap jalur

13
800 m 10 m

Gambar 4. Desain Sampling Terestrial

Identifikasi Amfibi dilakukan menggunakan buku Amfibi Jawa dan Bali


(Iskandar tahun 1998) dan buku panduan bergambar identifikasi Amfibi jawa
barat (Kusrini tahun 2001). Serta sumber dari website Amphibian.web
Adapun data habitat yang diambil berupa data suhu dan kelembaban pada
setiap titik lokasi dan diambil setiap kali kegiatan pengamatan dilakukan.diamati
meliputi kondisi cuaca, suhu udara, kelembaban udara, suhu air, pH air, rata-rata
lebar badan air (akuatik)

3.4.3 Preparasi Sampel


Sampel yang sudah di dapatkan terlebih dahulu di bersihkan kemudian di
catat morfologi dan didokumentasikan. Amfibi yang diawetkan hanya diambil
maksimal dua individu untuk setiap jenis dan untuk jenis yang umum dan sudah
teridentifikasi di lepas kembali.
Sampel yang belum teridentifikasi dibuat pingsan dengan cara memasuk
kan ke dalam botol spesimen yang sudah di beri kapas dan dibasahi dengan
alkohol 70% lalu di tutup rapat. Amfibi yang sudah pingsan lalu di suntik dengan
alkohol 70% dibagian bawah tengkorak, dan di suntikan ke dalam bagian tubuh
seperti perut, femur, tibia, tarsus dan bisep. Sebelum spesimen kaku, mulut
spesimen dimasukan kapas untuk memudahkan identifikasi dan diberi kertas label
yang berisi keterangan sampel tesebut. Selanjutnya di dokumentasikan kembali
untuk keperluan identifikasi dan koleksi. Sampel yang sudah di identifikasi
kemudian dipindahkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% sampai terendam.

14
3.5 Analisis data

3.5.1Keanekaragaman jenis Amfibi

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis digunakan Indeks Shannon -


Wiener (Brower & Zar 1997). Nilai ini kemudian akan digunakan untuk
membandingkan kenekaragaman Amfibi berdasarkan habitatnya.

Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Weiner
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis

3.5.2 Indeks Dominansi


Indeks dominansi dapat dihitung dengan rumus:

Di = ×100% ; Pi

Keterangan:
Di = Indeks dominansi jenis ke-i;
Pi = proporsi Nilai Penting jenis ke-I
Dominansi jenis dalam komunitas dikelompokkan menurut kriteria
Jorgenssen menjadi tiga kelas dominansi, yaitu dominan (D i > 5%),
subdominan (Di = 2% – 5 %), nondominan (Di < 2%).

3.5.3 Indeks kesamaan komunitas (Indeks of Similarity)

Indeks kesamaan komunitas diperlakukan untuk mengetahui ada tidak nya


perbedaan komposisi jenis Amfibi berdasarkan tiga tipe habitat.Indeks kesamaan
komunitas dihitung dengan menggunakan rumus Odum (1993)

IS= 2C/(A+B)
Keterangan :
C= Jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua tipe habitat
A= Jumlah spesies yang dijumpai pada plot 1

15
B= Jumlah spesies yang dijumpai pada plot 2
Kriteria nilai indeks kesamaan komunitas
1% - 30% = kategori rendah
31% - 60% = kategori sedang
61% - 90% = kategori tinggi
91% - 100% = kategori sangat tingg

16
DAFTAR PUSTAKA

Aji, A. (2013). Keanekaragaman Amfibi Ordo Anura Di Taman Hutan Raya


K.G.P.A.A Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar .Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Darmawan, B. 2008. Keanekaragaman Amfibi Di Berbagai Tipe Habitat:
Study Kasus Di Eks-HPH PT Rimba Karya Indah Kabuaten Bungo,
Provinsi Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Devung, E. A. 2018.Keanekaragaaman Amfibi Pada Berbagai Tipe Habitat


Terestrial Di Hutan Harapan .Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hanifa ,B.F.,Ismi,N., Setyobudi, W., dan Utami B . (2016). Kajian


Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Ordo Anura Sebagai Indikator
Lingkungan Pada Tempat Wisata Di Karesidenan Kediri. Seminar
Nasional Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X)

Indriyanto .2006. Ekologi Hutan. Jakarta:Penerbit PT Bumi Aksara

Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali–Seri Panduan Lapangan. Bogor:
Puslitbang LIPI.

Jusmaldi, Setiawan, A., dan Hariani , N. (2019). Keanekaragaman Dan


Sebaran Ekologis Amfibi Di Air Terjun Barambai Samarinda,
Kalimantan Timur . Berita Biologi. 18(3)

Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. Perbedaan Katak Dan


Kodok . Ksdae.Menlhk.Go.Id. Di Akses Pada Tanggal 16 September
2020 Pukul 12.30 WIB.

Kusrini, M. D. 2003. Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia.skripsi.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusrini MD, Alford RA. 2006. Indonesia’s Exports of Frogs’ Legs. Traffic
Bulletin 21 (1):.

Kusrini , M. D. 2007. Konservasi Amfibi Di Indonesia : Masalah Global


Dan Tantangan. Media Konservasi ,

Kusrini, M. D. 2008. Pedoman Penelitian Dan Survei Amfibi Di Alam.Buku.


Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Kusrini, M. D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa
Barat.Buku.Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Leksono, S. M., dan Firdaus,. (2017). Pemanfaatan Keanekaragaman


Amfibi (Ordo Anura) Di Kawasan Cagar Alam Rawa Dnau Serang
Banten Sebgai Materi Edu-Ekowisata. In Proceeding Biologyedication
Conference: Biology,Science,Enviromental,And Learning 14(1)

17
Mardinata, R. 2017. Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) Di Tipe Habitat
Berbeda Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung

Muslim,T., Rayadin, Y., dan suhardiman, A., (2018). Preferensi Habitat


Berdasarkan Distribusi Spasial Herpetofauna Di Kawasan
Pertambangan Batubara PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur.
Jurnal Argivor 17(1)

Setiawan, W., Prihatini, W., dan Wiedarti, S. (2019). Keragaman Spesies


Dan Persebaran Fauna Anura Di Cagar Alam Dan Taman Wisata
Alam Telaga Warna. Ekologia : Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar Dan
Lingkungan Hidup . 19(2)

Yani,A., Said,S. Dan Erianto (2015). Keanekaragaman Jenis Amfibi Ordo


Anura Di Kawasan Hutan Lindung Guung Semahung Kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat . jurnaal
hutan lestari . 3(1)

Yudha,D.S.,Eprilurahman,R., Trijoko, Alwi,M.F., dan Tarekah (2014).


Keanekaragaman jenis katak dan kodok (ordo anura ) di sepanjang
sungai opak provinsi daerah istimewaa yogyakarta. Jurnal biologi.
18(2)

ZUG, George. R. (1993). Herpetology: An Introductory Biology Of


Amphibians And Reptiles. Academic Press. San Diego California.

18
Lampiran 1 Tally Sheet Pengamatan Amfibi

Lokasi Pengamatan :
Titik Koordinat :
Kondisi Cuaca :
Hari/Tanggal Pengamatan :
Waktu Mulai Pengamatan :
No Spesies Famili Waktu Ditemukan Lokasi/Habitat Svl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

19
Lampiran 2 Tally Sheet Pengamatan Data Habitat
Lokasi Pengamatan :
Titik Koordinat :
Kondisi Cuaca :
Hari/Tanggal Pengamatan :
Waktu Mulai Pengamatan :
No Lokasi ditemukan Tipe vegetasi Suhu udara Suhu air Kelembapan udara pH air
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

20
21

Anda mungkin juga menyukai