Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK HUSBANDRY PADA MACAN DAHAN


(Neofelis nebulosa) DI BATU SECRET ZOO

Oleh:
Sigario Hutama Putra
NIM. 165130107111037

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKUTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK HUSBANDRY PADA MACAN DAHAN


(Neofelis nebulosa) DI BATU SECRET ZOO

Malang, 16 April 2019

Oleh
SIGARIO HUTAMA PUTRA
NIM.165130107111037

Komisi Pembimbing PKL

Pembimbing I Pembimbing II

drh. Dahliatul Qosimah, M.Kes. drh. Desi Wulansari, M.Vet


NIP. 198201272015042001 NIK. 2013048712082001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kedokteran Hewan


Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

drh. Fajar Shodiq Permata,M.Biotech


NIP. 19870501 2015041001

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................ vii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Macan Dahan (Neofelis nebulosa).................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi............................................................................ 4
2.1.2. Morfologi ............................................................................ 4
2.1.3. Tingkah Laku ...................................................................... 5
2.1.4. Habitat dan Persebaran ........................................................ 5
2.1.5. Diet Pakan ........................................................................... 6
2.2 Animal Husbandry........................................................................... 7
2.2.1. Pemberian Identitas ............................................................. 7
2.2.2. Pakan ................................................................................... 7
2.2.3. Kandang .............................................................................. 7
2.2.4. Kesehatan ............................................................................ 9
2.2.5. Reproduksi .......................................................................... 10
BAB 3. METODE KEGIATAN ....................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ..................................... 11
3.2 Metode Kegiatan dan Pengambilan Data ....................................... 11
3.3 Rencana Jadwal Kegiatan ............................................................... 11

iii
3.4 Biodata Peserta Kegiatan ................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ............................. 11

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Macan dahan (Neofelis nebulosa).................................................... 4
2.2 Peta Persebaran Macan Dahan didunia............................................ 6

vi
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

CITES : Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild


Fauna and Flora
IUCN : International Union for Conservation of Nature
RI : Republik Indonesia
PP : Peraturan Pemerintah
PKL : Praktek Kerja Lapang
mdpl : meter diatas permukaan laut
kg : kilogram
cm : centi meter
no. : nomor

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia dengan ekosistem hutan tropis memiliki kekayaan jenis fauna
serta kehidupan liarnya yang mengundang perhatian dan kekaguman dari berbagai
pihak luar maupun pihak dalam negeri. Tercatat bahwa Indonesia memiliki 276
spesies mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil, 204 jenis amphibi dan 280
jenis ikan. Salah satu spesies unik yang dimiliki Indonesia adalah Macan Dahan
(Neofelis nebulosa) (Darajati dll., 2016).
Sebagaimana banyak spesies satwa lain dalam ekosistem hutan tropis,
Macan Dahan bersifat elusive (tidak suka menampakan diri) dan berpenampilan
cryptic (mudah tersamarkan dengan lingkungan sekitarnya) (Santiapillai &
Ashby, 1988; Hearn et al., 2018). Hal ini membuat data keberadaan dan status
populasi Macan Dahan sangat sukar didapat atau bahkan tidak mungkin diperoleh
melalui pengamatan yang hanya mengandalkan pendeteksian secara tidak
langsung baik melalui kotoran, cakaran, jejak kaki atau hanya sekedar laporan
masyarakat (Santiapillai & Ashby, 1988).
International Union for Conservation of Nature memasukkan Macan
Dahan dalam Red List dengan status vulnerable atau rentan kepunahan, sementara
Pemerintah RI melalui PP No. 7/1999, menetapkan Macan Dahan sebagai salah
satu spesies fauna yang dilindungi oleh pemerintah. (Rautner et al., 2005).
Terus berkurangnya jumlah populasi Macan Dahan di Indonesia dapat
berakibat buruk bagi ekosistem mengingat Macan Dahan merupakan salah satu
pemangsa puncak di habitatnya. Salah satu upaya pemerintah dalam melestarikan
populasi Macan Dahan dengan diadakannya dikonservasi secara insitu dan exsitu
(Rautner et al., 2005).
Macan Dahan dapat dikonservasi secara exsitu di kebun binatang. Kebun
binatang mempunyai fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa dengan
memperhatikan kesejahteraan satwa didalamnya. Upaya menjaga kesejahteraan
satwa harus memperhatikan teknik husbandry (Rautner et al., 2005). Menurut

1
Lewis (2004) husbandry dalam arti luas meliputi komponen memelihara,
merawat, mengatur kehidupan, mengatur perkawinan, mengatur kelahiran,
penjagaan kesehatan serta mengambil manfaatnya. Husbandry dapat dilakukan
melalui manajemen kesehatan, pakan serta kandang.
Batu Secret Zoo merupakan salah satu koservasi eksitu di Indonesia yang
memiliki Macan Dahan sebagai salah satu satwa koleksi serta telah menerapkan
teknik husbandry pada Macan Dahan. Batu Secret Zoo didirikan sebagai media
konservasi berbasis pendidikan yang turut diharapkan dapat melestarikan satwa
ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan Praktek Kerja Lapang
(PKL) untuk mengetahui teknik husbandry pada Macan Dahan (Neofelis
nebulosa) di Batu Secret Zoo.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana Teknik husbandry yang meliputi manajemen kesehatan,
pakan serta kandang Macan Dahan (Neofelis nebulosa) yang dilakukan
di Batu Secret Zoo?
1.2.2. Bagaimana tingkat keberhasilan teknik husbandry yang meliputi
manajemen kesehatan, pakan serta kandang yang diberikan pada Macan
Dahan (Neofelis nebulosa) di Batu Secret Zoo?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui teknik husbandry yang meliputi manajemen kesehatan,
pakan serta kandang yang diberikan pada Macan Dahan (Neofelis
nebulosa) di Batu Secret Zoo.
1.3.2. Mengetahui tingkat keberhasilan teknik husbandry yang meliputi
manajemen kesehatan, pakan serta kandang yang diberikan pada
Macan Dahan (Neofelis nebulosa) di Batu Secret Zoo.

2
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari PKL ini adalah:
1.4.1. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teknik
husbandry khususnya pada satwa Macan Dahan (Neofelis nebulosa).
1.4.2. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan yang menunjang
pendidikan dokter hewan di bidang konservasi.
1.4.3. Sebagai prasyarat tugas akhir mahasiswa dalam menempuh
pendidikan sarjana dokter hewan di Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Macan Dahan (Neofelis nebulosa)


2.1.1. Klasifikasi
Macan dahan (Neofelis nebulosa) termasuk ke dalam ordo karnivora
keluarga kucing- kucingan. Macan dahan merupakan satwa langka yang
dimiliki oleh Indonesia memiliki taksonomi sebagai berikut,
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Carnivora
Family : Felidae
Genus : Neofelis
Species : N. nebulosa

Gambar 2.1 Macan dahan (Neofelis nebulosa). Sumber : Kitchener, A.C.,


Beaumont, M.A., Richardson, D. 2006).

2.1.2. Morfologi Macan Dahan


Macan dahan dewasa memiliki berat tubuh 15-30 kg, dengan panjang
sekitar 123-200 cm. Seperti yang dapat dilihat dari gambar 2.1 spesies ini
pada umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan corak

4
seperti awan dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya
berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang telinga. Macan
dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor panjang
dengan garis dan bintik hitam (Hughes J. & Mercer R., 2007).
Ukuran tubuhnya yang kecil dan ringan membuat macan ini mempunyai
gerakan yang licah di atas pohon dan lebih sering menghabiskan waktu di
atas pohon. Ekornya yang panjang mampu menjadi penyeimbang gerakan
tubuhnya. Juga kaki-kakinya yang pendek kekar serta berkuku tajam
membuat Macan Dahan mampu berkeliaran di atas pohon dengan lincah.
Bahkan dengan kepala di bawah sekalipun ketika menuruni pohon. Yang
paling istimewa selain kelincahannya di atas pohon adalah gigi taring Macan
Dahan yang sangat besar dan panjang ketimbang predator lainnya. Macan
Dahan memiliki taring hingga mencapai panjang 2 inci. Panjang gigi taring
ini jauh mengalahkan gigi taring yang dipunyai jenis kucing besar lainnya
seperti Singa, Macan Tutul, maupun Harimau (Maryani, 2004).

2.1.3. Tingkah laku


Pada umumnya hewan ini hidup soliter dan aktif saat malam hari
(nocturnal). Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan
dapat bergerak dengan lincah di antara pepohonan. Macan dahan memiliki
kemampuan yang baik untuk memanjat dan melompat diantara pepohonan.
Mangsa macan dahan terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran seperti
kera, ular, mamalia kecil, burung, rusa dan bekantan (Hunter, 2011).

2.1.4. Habitat dan Persebaran Macan Dahan


Macan dahan hidup di hutan tropis, hingga elevasi mencapai 3.000 mdpl.
Mereka memiliki kemampuan yang baik dalam memanjat pohon. Pohon
digunakan sebagai tempat untuk tidur dan terkadang juga sebagai tempat
berburu. Akhir-akhir ini habitat macan dahan mulai tersebar luas di hutan
sekunder, padang rumput, hutan bakau, hutan terbuka, dan hutan tropis kering
(Austin, 2007). Dari gambar 2.2 dapat diketahui macan dahan ini tersebar

5
dari Tiongkok, Myanmar timur hingga Indonesia yang hanya ada pada bagian
Pulau Sumatera dan Kalimantan (Penjor, 2018).

Gambar 2.2. Peta Persebaran Macan Dahan didunia. (Sumber: Penjor, 2018).

2.1.5. Diet Pakan Macan Dahan


Macan dahan termasuk hiperkarnivora yang kebutuhan nutrisinya
dipenuhi dengan lebih dari 70% daging dan 30% dari pakan non-hewani
seperti jamur, buah dan beberapa bagian tumubuhan lainnya (Povey, 2011).
Diet bagi macan dahan belum diketahui secara pasti karena sedikitnya
penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, tetapi menurut Chiang
(2017) diet daging yang dibutuhkan oleh macan dahan berkisar antar 500-600
gram daging perharinya dengan komposisi 1,70% air, 3,96% protein mentah,
4,15% lemak jenuh dengan kebutuhan kalori yang harus dipenuhi adalah 30 –
160 kcal/kg tergantung umur serta kegiatan yang dilakukan oleh macan dahan
(Armato et al., 2003).
Diet Macan Dahan di konservasi berupa daging sapi yang telah
diformulasikan secara khusus untuk menyediakan nutrisi yang tepat seperti
kalsium dan taurin, yang penting untuk pencegahan penyakit tulang
metabolik. Mereka juga menerima kelinci yang dicairkan dua kali seminggu,
tikus yang dicairkan dua kali seminggu, ayam yang dimasak dua kali

6
seminggu, dan ikan seminggu sekali. Dua kali seminggu, Macan Dahan
mendapatkan tulang sebagai tambahan untuk makanan reguler yang baik
tidak hanya untuk pengayaan tetapi juga untuk gigi dan gusi mereka (Armato,
2003).
Mangsa utama macan dahan di alam meliputi owa, kera, kukang, rusa
kecil dan babi hutan. Ia juga sesekali berburu burung dan tikus (Grassman et
al., 2005). Pengamatan lain menunjukkan bahwa primata, kijang dan
beberapa jenis unggas dapat menjadi mangsa yang tercatat sebagai
mangsanya (Penjor, 2018). Sebelumnya diduga bahwa macan dahan berburu
dari pohon, namun sekarang sebagian besar perburuan diyakini terjadi di
tanah. Meskipun termasuk dalam predator yang berukuran kecil, macan dahan
dapat menjatuhkan mangsa yang cukup besar karena kakinya yang kuat, gigi
taring yang besar, dan rahang yang kuat (Penjor, 2018) .

2.2 Animal Husbandary


Animal Husbandry dalam arti luas meliputi komponen memelihara,
merawat, mengatur kehidupan, mengatur perkawinan, mengatur kelahiran,
penjagaan kesehatan serta mengambil manfaatnya (Lewis, 2004).
2.2.1 Pemberian Identitas
Semua macan dahan harus diidentifikasi secara permanen melalui
transponder atau tato. Untuk tujuan konsistensi, transponder harus digunakan
seperti yang direkomendasikan oleh kelompok Penasihat Veteriner. Tato harus
berada di paha kanan dalam dan termasuk nomor International Studbook
binatang itu (Povey, 2011).
2.2.2 Pakan
Macan dahan diberikan berbagai diet berbasis daging. Sebagian besar
institusi memberi makan makanan berbasis daging kuda yang disiapkan secara
komersial sebanyak 0,5-1 kg. per hari selama 4 hingga 6 hari per minggu.
Beberapa fasilitas memberi makan aneka daging chunk dan produk ayam serta
suplemen hewan utuh (Penjor, 2018).

7
2.2.3 Kandang
Ketika mendesain area kandang bagi macan dahan, beberapa faktor
penting yang perlu dipertimbangkan adalah: keterampilan arboreal mereka,
sifat pemalu dan tertutup mereka, dan keagresifan pejantan terhadap betinanya.
Situasi kandang yang baik akan mencakup area di mana hewan merasa aman,
serta tempat di mana betina dapat merasa tidak terancam oleh jantan dan dapat
mempertahankan diri. Umumnya kandang berupa ruangan dengan bahan yang
mudah dibersihkan dengan 2 sisi pandang melalui kaca, jeruji, atau kawat yang
kokoh. Jika tidak, ukuran Macan Dahan yang kecil dan sifatnya yang tertutup
membuat mereka sulit untuk menunjukkan diri dengan aman di fasilitas
berparit besar yang biasa digunakan untuk singa dan harimau. (Fletchall,
2000).
Kandang harus memiliki tempat bersembunyi agar macan dahan bisa
bersembunyi dari satu sama lain dan dari publik. Dengan luas kandang minimal
untuk satu pasang hewan adalah 37 m2 dengan ketinggian setidaknya 2,5m dan
disarankan 3-3,5m. Suhu kandang harus selalu berada diatas 10oC karena
macan dahan tidak toleran terhadap suhu dibawah 10oC dan kelembaban
kandang harus berada dalam kisaran 30-70%. Air bersih harus tersedia setiap
saat di kandang. Karena macan dahan bersifat arboreal, sangat penting
ketersediaan sejumlah struktur panjat seperti pepohonan dan tempat
peristirahatan di atas tanah. (Povey, 2011).
Kandang dan wadah makanan (jika digunakan) harus dibersihkan setiap
hari dengan deterjen dan desinfektan. Tempat hewan memanjat dan duduk juga
harus dimasukkan dalam kategori ini. Tetapi, pembersihan berlebihan dengan
penggunaan desinfektan yang berbau menyengat tidak disarankan karena dapat
menghilangkan tanda, aroma dan dapat menyebabkan kucing stres berlebihan.
Footbath yang mengandung bahan kimia kuaterner harus digunakan sebelum
memasuki semua kandang Macan Dahan (Shoemaker, 2008).

8
2.2.4 Kesehatan
Protokol kesehatan Macan Dahan di konservasu harus mengikuti
pedoman yang disarankan berdasarkan institusi, lokasi geografis, dan
prevalensi penyakit. Macan dahan dewasa Harus divaksinasi setiap tahun atau
setiap dua tahun terhadap Feline panleukopenia (virus parvo), Feline viral
rhinotracheitis (virus herpes), Calicivirus, Rabies. Untuk anakan macan dahan
harus divaksinasi setidaknya tiga kali jika memungkinkan antara usia 8-10, 12-
14, dan 16-20 minggu. Vaksin rabies harus diberikan pada 16 minggu dan
sekali lagi pada satu tahun. Meskipun anggota Felidae rentan terhadap virus
distemper, tetapi vaksinasi tidak dianjurkan pada usia tersebut (Povey, 2011).
Gangguan kesehatan yang sering menyerang macan dahan adalah
cacingan. Pemeriksaan feses secara berkala harus dilakukan untuk memeriksa
infestasi parasit setidaknya dua kali setahun atau sesuai tanda klinis.
Deworming dapat dilakukan dengan menggunakan Pyrantel Pamoate
(Diberikan secara oral pada 5mg / kg. Dosis ini harus diberikan mulai dari usia
dua minggu dan diulang setiap dua minggu sampai usia enam minggu).
Ivermectin (200 μg / kg secara subkutan dan intramuskuler. Ivermectin juga
telah ditoleransi pada dosis yang sama yang disuntikkan ke bangkai tikus
sebagai sumber makanan) (Shoemaker, 2008).
Program pengendalian hama yang aktif harus dilakukan. Kontrol hewan
pengerat dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap jepit, perangkap
hidup, papan glueboard, dan lain-lain. Kontrol serangga dapat mencakup
insectisida, piretrin alami atau sintetis dan penghambat pertumbuhan. Semua
bahan kimia yang digunakan harus disetujui oleh dokter hewan institusi
sebelum digunakan. Aplikasi harus dilakukan oleh teknisi pengendali hama
berlisensi yang disertai oleh anggota staf untuk memastikan keselamatan
hewan dan staff (Povey, 2011). Footbath yang mengandung bahan kimia
kuaterner harus digunakan sebelum memasuki kandang Macan Dahan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar kandang
(Shoemaker, 2008).

9
2.2.5 Reproduksi
Macan dahan mencapai kematangan seksual antara usia 20 dan 30
bulan. Macan Dahan bersifat polygynous yaitu satu jantan kawin dengan
banyak betina. Individu berpisah setelah kawin dan pejantan tidak membantu
dalam pemeliharaan anak. Di konservasi, pembiakan biasanya terjadi antara
Desember dan Maret, meskipun dapat berlangsung sepanjang tahun. Dengan
masa gestasi selama 3 bulan, satu hingga lima anak lahir. Anak Macan Dahan
atau biasa disebut cub membuka mata mereka sekitar hari ke-10 dan pada
minggu ke-5 mereka sepenuhnya sudah aktif. Masa sapih anak Macan Dahan
selama sembilan bulan (Chiang, 2017).
Karena sifatnya yang sangat tertutup, hampir tidak ada yang diketahui
tentang kebiasaan macan tutul di alam liar. Pengetahuan tentang perilaku
sosialnya didasarkan pada pengamatan spesies ini di lembaga zoologi. Di
Konservasi mereka biasanya ditampung hanya dengan satu lawan jenis seumur
hidupnya. Pasangan yang akan dikawinkan kemungkinan besar akan berhasil
ketika kedua hewan telah diperkenalkan pada usia satu tahun. Namun, banyak
keeper macan dahan merasa bahwa pemisahan di malam hari selama beberapa
waktu diperlukan untuk mencegah insiden agresif terjadi selama waktu
pengenalan individu (DeCaluwe, 2012).
Di konservasi, Macan Dahan tetap memiliki pasangan hidup yang
sama. Pemasangan Macan Dahan dewasa, setidaknya dalam perawatan
manusia, sering mengakibatkan cedera atau kematian betinanya. Namun, betina
dewasa dapat dipasangkan dengan sukses dengan jantan yang belum dewasa.
Oleh karena itu, praktik manajemen saat ini termasuk memperkenalkan
anggota pasangan sebelum usia 1 tahun, atau jantan dewasa dengan betina
dewasa. Praktik ini menghasilkan pembentukan ikatan pasangan yang lebih
sukses dan mengurangi agresi. Namun, itu juga membatasi variabilitas genetik.
Selain itu, praktik manajemen saat ini juga mencakup pemeliharaan anak
macan dahan secara terpisah dengan induknya karena angka
perkembangbiakan yang rendah dan kematian bayi yang tinggi (Shoemaker,
2008).

10
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan


Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan di Batu Secret Zoo,
Kecamatan Batu, Kelurahan Sisir, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan
PKL direncanakan dilaksanakan selama total 1 bulan yaitu mulai tanggal 15 Juni
2019 hingga tanggal 15 Juli 2019.

3.2. Metode Praktek Kerja Lapangan dan Pengambilan Data


Pengumpulan data sebagai bahan kajian dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diambil dengan beberapa
metode, diantaranya :
a. Wawancara
Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan cara berdiskusi untuk
mengumpulkan data informasi bersama dokter hewan maupun paramedis
di Batu Secret Zoo Kota Batu.
b. Observasi Lapang
Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan PKL dengan cara
mengamati dan mencatat secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan.
c. Partisipasi
Ikut berperan aktif membantu dokter hewan maupun paramedis selama
PKL di Batu Secret Zoo Kota Batu.
Data sekunder didapatkan dari berbagai macam sumber seperti jurnal,
internet, serta buku.

3.3. Rencana Jadwal Kegiatan


Rencana jadwal kegiatan PKL Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya yang dilaksanakan seperti yang tertera pada Tabel 3.1.

11
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PKL Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya.
Bulan

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli


3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan
Proposal PKL

Pengesahan
Proposal PKL

Pelaksanaan PKL

Penyusunan
Laporan PKL

Presentasi Hasil
PKL

3.4 Biodata Peserta PKL


Peserta yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Batu Secret
Zoo, Kota Batu, Jawa Timur adalah:
Nama : Sigario Hutama Putra
NIM : 165130107111037
Program Studi : Kedokteran Hewan
Universitas : Brawijaya
Alamat : Jl. Raya Dieng Atas No. 76. Dau, Kalisongo, Kabupaten
Malang
No. Telp : 082233795912
Email : hutama.sigario@gmail.com

12
DAFTAR PUSTAKA

Armato, Danielle, Lisette Ramos, , Yvonne Monge, , Diana Tancredi , and Ellen
Dierenfeld. Dietary Intake And Digestion In Snow Leopards (Phantera
uncia) At The Bronx Zoo. Wildlife Conservation Society. Bronx. New York.

Austin, S. C., M. E. Tewes, L. I. Grassman & N. J. Silvy, 2007. Ecology and


conservation of the leopard cat Prionailurus bengalensis and clouded
leopard Neofelis nebulosa in Khao Yai National Park, Thailand. Acta
Zoologica Sinica, 53: 1–14.

Chiang, Po-Jen and L. Maximilian Alen. 2017. A Review of our Current


Knowledge of Clouded Leopards (Neofelis nebulosa). Formosan Wild Sound
Conservation Science Center. Taiwan

Darajati, Wahyuningsih dan Sudhiani Pratiwi. 2016. Indonesian Biodiversity


Strategy and Action Plan 2015-2020. Kementerian PPN/BAPPENAS,
Kementerian LHK, LIPI. Indonesia.

DeCaluwe, H. B. (2012). Characterization and control of aggression and


reproduction in the male clouded leopard (Neofelis nebulosa). Doctoral
Thesis submitted to University of Maryland.

Fletchall, N. B. (2000). Husbandry guidelines for the clouded leopard Neofelis


nebulosa. John Ball Zoological Garden: Grand Rapids, MI

Grassman, L. I., M. E. Tewes, N. J Silvy, and K. Kreetiyutanont. 2005. Ecology of


three sympatric felids in a mixed evergreen forest in north-central Thailand.
Journal of Mammalogy, 86:29-38

Hearn, J. Ketchum, G. Shillinger, AP. Klimley, E. Espinoza. 2008. Program of


Research and Conservation of Sharks in the Galapagos Marine Reserve.
Annual Report 2006-7. Charles Darwin Foundation, Santa Cruz,.

Hughes J. & R. Mercer. 2007. Molecular Evidence for Species-Level Distinction


in Modern Clouded Leopards (Neofelis nebulosa). Felid Biology and
Conservation. The Wildlife Conservation Research Unit, Oxford University

Hunter L. 2011. Carnivores of the World. Princeton University Press.

IUCN. 2014. 2014 IUCN red list of threatened spesies.

13
Kitchener, A.C., M.A. Beaumont, D. Richardson. 2006. Geographical Variation
in the Clouded Leopard, Neofelis nebulosa, Reveals Two Species. Current
Biology 16, 2377–2383

Lewis, Dale. 2004. Synergies between Animal Husbandry and Wildlife


Conservation: Perspectives from Zambia. Wildlife Conservation Society.
Lusaka. Zambia.

Maryani, Ahmad Muhammad, Sunarto. 2014. Estimasi Populasi Macan Dahan


Sunda (Neofelis diardi) di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling
Menggunakan Bantuan Perangkap Kamera. Kampus Bina Widya Pekanbaru.
Pekanbaru. Indonesia.

Nijman, V. & T. Geissman. 2008. Symphalangus syndactylus. The IUCN Red List
of Threatened Species 2008

Penjor, Ugyen. 2018. The Conservation of clouded leopard Neofelis nebulosa


(Griffith, 1821) in Bhutan. Oxford Press. Oxford University.

Povey, Karen. Maureen O’Keefe. et all. 2000. CLOUDED LEOPARD


PROJECT. P.O. Box 2311 Gig Harbor, WA 98335.

Rautner, M., M. Hardiono and R.J. Alfred (2005). Borneo: treasure island at risk.
Status of forest, wildlife,and related threats on the island of Borneo.
Frankfurt:WWF Germany

Santiapillai, C. & K. R. Ashby, 1988. The clouded leopard in Sumatra. Oryx, 22:
44–45.

Shoemaker, Alan. 2008. Zoo Guidelines For Keeping Large Felids In Captivity.
Riverbanks Zoological Park. Columbia

14

Anda mungkin juga menyukai