Disusun oleh :
EDI KURNIAWAN
621420011
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
memberikan nikmat serta hidayahnya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga
tugas praktikum penetasan telur itik ini dapat terlaksanakan. Laporan praktikum ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah “MANAJEMEN PEMBIBITAN DAN
PENETASAN”. Studi PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sekalian.
Edi Kurniawan
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui Mahasiswa
Dosen pengampuh
Menyetujui
Ketua Jurusan Peternakan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak itik disebut juga sebagai unggas air (water fowl), karena sebagian
hidupnya dilakukan ditempat yang berair. Hal ini ditunjukan dari struktur fisiknya
seperti ad selaput jari dan paruh yang lebar panjang. Selain bentuk fisik dapat juga
dilihat bahwa keberadaanya dimuka bumi ini, dimana itik kebanyakan populasinya
berada didaerah dataran rendah, yang banyak dijumpai di rawa – rawa, persawahan,
dan muara sungai (Saleh 2004).
Ternak itik yang dikenal sekarang tidak lagi mempunyai sifat mengeram (non
broodiness). Hilangnya proses mengeram akibat proses domestikasi dan terjadinya
mutasi alamiah dari sifat – sifat mengeram. Oleh sebab itu untuk penetasan telur itik
perlu campur tangan manusia baik dengan bantuan unggas lain atau dengan
menggunakan mesin tetas. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio didalam
telur sampai menetas. Penetasan telur itik dapat dilakukan secara alami maupun buatan.
Dalam pelaksanaan penetasan telur menggunakan mesin harus memperhatikan
kebersihan telur maupun mesintetasnya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam proses penetasan adalah kebersihan kerabang telur, mengingat kerabang
mengandung kotoran terutama feses merupakan sumber bakteri dan jamur sehingga
dapat menyerang embrio.
Penetasan pada telur itik tidak jauh berbeda seperti menetaskan telur ayam dan
telur puyuh. Hanya berbeda pada lama waktu penetasan. Telur itik ditetaskan selama 28
hari. Dalam proses penetasan telur itik dilakukan peneropongan (candling) telur.
Dengan tujuan melihat jelas apakah telur itu telah dibuahi (fertil) atau tidak (infertil).
Disarankan telur yang ditetaskan berasal dari perkawinan jantan dan betina yang di
peruntukan untuk ditetaskan. Selain itu perlu diperhatikan ukuran, berat, bentuk,
keadaan fisik telur dan lamanya penyimpanan yang dapat mempengaruhi daya tetas
dalam keberhasilan penetasan. Hasil dari penetasan telur yang dilakukan akan
diperoleh anak itik yang dikenal dengan day old duck (DOD).
1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Dapat mengetahui dan memahami kegiatan penetasan telur itik, dari pemilihan
telur, hingga pada proses penetasan dan menjadi calon anak itik (DOD).
2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmiah dan bahan perbandingan bagi
pemerhati maupun peneliti tentang penetasan telur itik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Itik
Itik merupakan ternakjenis unggas air yang termasuk kedalqm kelas aves, Ordo
Ansoriformes, Family Anatidae, Sub family Anatinae, Tribus anatini dan genus anas.
(Srigandono 1997). Ternak itik ( Anas plathyrhychos ) memiliki peran pentingdalam
meebutuhan protein hewani baik dari produksi telur maupun dari produksi daging. Itik
lokal merupakan spesies itik indian runner yang terkenal sebagai penghasil telur. Strain
dari itik indian runner ini sendiri ada berbagai macam yaitu : itik tegal, itik magelang,
itik mojosari, dan itik albino yang memiliki produktifitas yang berbeda beda.
(Suprijatna et.al.2005).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan itik antara lain bobot induk.
Kualitas telur, Bobot jantan dan betina pada itik magelang umumnya hampir sama juga
dengan itik lokal lainnya. (Supriyadi 2009).
Fertilitas adalah presentase jumlah telur yang fertil dari seluruh telur yang
dihasilkan dari induk dalam satu penetasan. Presentase fertilitas untuk unggas jenis itik
adalah 86 – 95% (Suprijatna et.al 2005). Sedangkan pada itik mojosari fertilitas hanya
sebesar 72 – 83,33% (Pamungkas et.al 2003). Telur yang dapat ditetaskan ( fertil )
dapat diketahui dengan cara peneropongan ( cundling ) yang dilakukan 16 – 24 jam
3
setelah telur dimasukan ke dalam mesin tetas dengan ditandai danya bulatan berupa
gumpalan yang terlihat saat peneropongan. (Supriyadi 2009). Fertilitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : jenis ternak, jarak waktu kawin sampai bertelur,
pakan, musim dan umur telur (Bell dan Weaver, 2002).
Daya tetas adalah proses presentase jumlah telur yang dapat menetas dari jumlah
telur yang fertil. (Suprijatna et.al 2005). Daya tetas itik lokal di jawa tengah berkisar
anatara 70 – 80% (Dewanti et.al 2014). Sedangkan pada itik mojosari sebesar 68 – 75%
(Pamungkas et.al 2013).
Seperti yang diketahui bahwa daya tetas menurun seiring dengan semakin
lamanya telur disimpan sebelum ditetaskan. Namun demikian, perkembangan embrio
pada saat awal penyimpanan sangat penting dalam menentukan kualitas embrio dan
daya hidupnya. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah selama proses penyimpanan
dapat menyebabkan menurunnya daya tetas telur. Penyimpanan telur tetas yang terlalu
lama tidak bagus bagi perkembangan embrio, karena telur yang disimpan dalam waktu
yang terlalu lama akan mengalami penurunan berat telur dan berkurangnya kantong
udara sehingga daya tetas telur menurun.
Penyimpanan telur sebelu ditetaskan tidak boleh lebih dari 7 hari. Suhu
penyimpanan yang ideal berkisar anatara 10 – 20C, namun bila tidak memiliki lemari
pendingin, telur dapat disimpan disuhu kamar yang sejuk dengan cukup ventilasi.
(Kortlang 1985).
Bobot tetas merupakan bobo yang diperoleh dari hasil penimbangan anak unggas
yang menetas selama 24 jam atau bulu anak unggas tersebut telah kering (Lestari et.al
2013).
4
keluar dari telur secara perlahan lahan melalui pemecahan kerabang. Anak unggas
setelah penetasan akan dilakukan pemindahan dengan cara pengumpulan anak unggas
adri mesi tetas yang sering disebut “pull duck”. Pengeringan yang berlebihan pada
mesin tetas seharusnya dihindari, anak unggaas segera dianggkat dari mesin tetas
dengan kondisi sekitar 95% dari anak unggas yang sudah kering tali pusarnya (North
dan Bell 1990).
5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bahan :
Alat :
6
5) Pastikan bola lampu listrik dengan baik dengan daya ( 20 watt ) yang
seragam, dan bentuknya bukan clear atau transparan.
6) Mesin tetas harus dicoba terlebih dahulu setidaknya 1 jam dan dikontrol
suhu dan kelembapanya sebelum digunakan. Hal ini untuk melihat
apakah semua sistim sudah berjalan.
7) Bila dari langkah 1-6 telah dilaksanakan dan siap digunakan, maka
selanjutnya kegiatan tahap pemasukan telur pada mesin tetas.
1) Beri tanda terlebih dahulu telur tetas pada bagian sisi kanan telur diberi
tanda A dan sisi kiri telur diberi tanda B dengan spidol atau pena
2) Susun telur yang telah diberi tanda dan diseleksi sebelumnya dengan
rapi berdasarkan ukuran dan bentuk jangan dicampur
3) Letakan telur dengan bagian tumpul menghadap keatas dan bagian yang
runcing kebawah dengan kemiringan 45, dan merupakan patokan pada
saat pemutarantelur hari ketiga
4) Telur yang telah selesai disusun dimasukan ke dalam mesin tetas dengan
mengucapkan Basmallah
1) Putar telur pada hari ketiga penetasan, lakukan tiga kali yaitu ; pagi jam
08.00, Sore jam 15.00, Malam jam 21.00
2) Seragamkan pemutaran telur ( egg turning ) dengan melihat tanfda huruf
A ( Pemutaran pertama) dan huruf B (pemutaran kedua) dengan
kemiringan 45 begitu seterusnya setiap tiga kali pemutaran
3) Setelah selesai pemutaran telur, Isilah kolom pemutaran telur dengan
tanda centang dengan spidol pada bagian jadwal penetasan
4) Lakukan peneropongan ( candling ) pada hari ke 4, ke 7, ke 14, ke 19,
dan yang ke 25 sesuai dengan tepat. Agar terlihaaaaatjelas
perkembnagan embrio
5) Gunakan lampu 40 watt pada teropong, agar terlihat dengan jelas
keadaan telur yang berbibit atau telur kosong dan bibit mati
6) Catat berapa jumlah telur yang fertil, Infertil, ( kosong, bibit mati ) pada
setiap peneropongan
7) Telur yang infertil ( kosong, bibit mati ) bila dapat dilihat denganjelas
maka segera dikeluarkan bila masih ragu atau belum pasti maka lakukan
peneropongan pada hari berikutnya
7
8) Perhatikan kelembapan dan suhu ruang mesin tetas 60-65 % harus
konstan jangan samapi berubah pada hari ke 3 sampai ke 17. Fertilisasi
udara dibuka bagian sesuai jadwal penetasan. Kelembapan yang rendah
menyebabkan ternek itik sulit memecah kulit telur karena lapisan
menjadi keras dan ber akibat pada anak itik melekat atau lengket pada
selaput bagian dalam telur menyebabkan matinyya anak itik ( DOD )
9) Hari ke 18 sampai ke 23 kelembapan mesin tetas 65-70 % dengan
ventilasi dibuka penuh pada hari ke 22-28
10) Kegiatan pemutaran telur hari ke 25 sampai telur menetas hari ke 28
tidak ada lagi, tapi diperlukan pengawasan terhadap suhu dan
kelembapan
11) Tutup pintu mesin tetas ( incubator ) tidak boleh dibuka 3 hari menjelang
telur menetas, karena dapat mengakibatkan kelembapan udara yang
sangat diperlukan dalam penetasan
12) Catat jumlah telur yang menetas pada hari ke 28 dan begitu pulan yang
tidak menetas
13) Bila terdapat telur yang sudah menetas tetapi tapi anak itik sulit keluar,
maka kk dibantu dengan cara membuka lebar kulit cangkangnya
14) Hitunglah daya tetas, dengan cara berapa jumlah telur yang menetas
dibagi dengan jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%. Begitupula
veertilisasi berapa jumlah telur dibuahi (fertil) berdasarkan hasil
peneropongan dibagi jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%. Dan
mortalitas berapa jumlah telur yang tidak ditetaskan ( bibit atua embrio
mati ) dibagi dengan jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%.
15) Isilah tabel pengamatan dibawah ini dengan hasil pengamatan penetasan
telur itik
16) Tabel pengamatan penetasan telur itik dibahas dan dilampirkan pada bab
laporan praktikum dan hasil gambar dilampirkan kegiatan praktikum
dalam bentuk dokumentasi
8
BAB IV
a. Pengamatan suhu
Suhu Nilai
Minggu 1 38,5 – 38,6
Minggu 2 38,9
Minggu 3 39
Minggu 4 39
b. Pengamatan kelembapan
Kelembapan Nilai
Minggu 1 60
Minggu 2 60
Minggu 3 60
Minggu 4 62
c. Fertilitas
Presentase fertilitas
5
¿ ×100 %
105
¿ 4,76 %
9
d. Daya tetas
0
¿ ×100 %
5
¿0%
e. Mortalitas
105
¿ ×100 %
0
¿0%
10
4.2 Pembahasan Hasil Praktikum
Dari hasil data praktikum yang didapat setelah melakukan praktikum yaitu, peran
dari pada suhu sangat-sangat pentingdalam melakukan penetasan telur itik. Karena
suhu menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan. Pada minggu pertamayaitu 38,3 –
38,6 , minggu kedua 38,9 , minggu ketiga 39 , dan minggu keempat 39 . Hal ini
tentunya sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditepkan sebelum dilakukannya
praktikum.
Sedangkan untuk kelembapan mesin tetas sendiri yaitu 65 – 70% untuk hari ke 1
– 25 dan 75 – 85% padahari ke 26.
Maka dapat dipresentasikan bahwa sanya untuk kematian embrio sendiri terjadi
pada hari ke 24 sampai hari ke 28 seperti hasil pengamatan saat dilaksanakan
praktikum. Hal tersebut kemunggkinan juga dipengaruhi karena beberapa fahtor seperti
suhu, kelembapan, fertilitas, dan lain-lainya yang menyebabkan kematian pada embrio.
11
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Untuk praktikum yang akan datang perlu adanya perlakua yang lebih baik.
Terutama pada segi penunjang keberhasilan seperti : Pemilihan telur yang fertil, dan
juga perlu diperhatikannya untuk suhu dan kelembapan, supaya presentase keberhasilan
meningkat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Yanti , N.T.2015. Pengaruh ratio jantan dan betina induk terhadap fertilitas dan daya tetas itik
pitalah.skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas, Padang
Mita dan Johan 2011. Usaha penetasan telur itik. Agromedia Pustaka Jakarta.
Yuwono. D. M. 2012. Budidaya ternak ittik petelur. Badan penelitian dan pengembangan
pertanian balai besar pengembangan dan pengkajian teknologi pertanian Jawa Tengah
Wakhid. A. 2010. Buku pintar beternak dan bisnis itik. PT Agromedia Pustaka Jakarta
13
LAMPIRAN
14
15
16