Anda di halaman 1dari 33

wBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang memadukan kegiatan belajar disekolah dengan kegiatan belajar
melalui kerja yang sesungguhnya dan relevan dilapangan kerja.
SMK Nurul Huda Panumbangan sebagai salah satu pendidikan formal
selain memberikan materi di sekolah juga mewajibkan melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu untuk meningkatkan keahlian profesional
siswa agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja, agar siswa
memiliki etos kerja yang meliputi : kemampuan kerja, motivasi kerja, inisiatif,
kreatif, hasil pekerjaan yang berkualitas, disiplin waktu, dan kerajinan dalam
bekerja.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri
Praktik Kerja Lapangan (PKL) selain bertujuan untuk memberikan
gambaran kepada para siswa pada saat terjun ke dunia kerja, juga bertujuan
sebagai berikut :
1) Meningkatkan, memperoleh, memantapkan keterampilan siswa sehingga
menambah bekal dikemudian hari.
2) Membekali sikap dengan pengalaman yang sebenarnya, guna
menyesuaikan diri dengan dunia kerja dalam masyarakat.
3) Mendorong siswa agar berjiwa wiraswasta dan mandiri untuk membuka
usaha sendiri.
4) Melahirkan sikap disiplin, tanggung jawab, etika yang baik serta dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
5) Melatih mental dan menumbuhkan kreatifitas siswa sehingga dapat
mengembangkan bakat yang dimilikinya.

1
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan penulisan laporan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu :
1) Sebagai bukti dan pertanggung jawaban penulis yang telah menyelesaikan
PKL selama waktu yang telah ditentukan.
2) Melatih penulis agar dapat membuat laporan yang terperinci dari apa saja
yang penulis kerjakan selama PKL.
3) Sebagai bahan pembelajaran untuk penulis maupun pembaca lainnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetasan

Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun


memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya
serta dapat menghasilkan DOC yang berkualitas baik. Penetasan dapat
dilakukan baik secara alami maupun buatan.Tingkat keberhasilan antara
penetasan alami dan penetasan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika
faktor yang berpengaruh pada daya tetastelur penetasan buatan kurang
diperhatikan tidak memungkinkan daya tetas pada penetasan buatan yang
diharapkan dapat lebih baik maka bisa justru lebih buruk dari penetasan alami.
Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas,
mesin tetas dan tata laksana penetasan (Suprijatna et al., 2010).

Proses penetasan telur secara alami yaitu telur dierami oleh induknya
untuk ditetaskan dengan melakukan berbagai persiapan dan perlakuan yang
nantinya dibutuhkan oleh telur itu sendiri. Persiapan dan perhatian yang
diperlukan untuk penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang
pengeraman mempengaruhi daya tetas telur (Cahyono, 2007).

2.2 Telur tetas ayam


Telur tetas merupakan telur yang dapat ditetaskan untuk digunakan
sebagai bibit yang baik dalam bidang perunggasan, karena telur tetas termasuk
3 peranan yang penting dalam alur peternakan unggas juga sebagai awal yang
menentukan kualitas DOC. Telur tetas adalah telur yang dihasilkan oleh induk
ayam yang telah dikawini oleh pejantannya, hal ini memiliki daya tetas yang
cukup tinggi (Sudradjad, 1995).
Telur yang baik berbentuk oval,bentuk telur dipengaruhi oleh faktor
genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki
bentuk yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara
kontiniu bertelur dengan bentuk tidak sempurna, yaitu berbentuk benjol-
benjol, ceper, bulat pada ujungnya dan sebagainya. Ketidaksempurnaan

3
bentuk yang sama akan ditemukan pada setiap telur yang dihasilkan induk,
beberapa diantaranya bersifat genetis dan yang lainya karena ketidaknormalan
oviduk (Suprijatna dkk., 2010).

2.3 Biosecurity
Biosecurity merupakan suatu sistem yang terdiri dari rangkaian program
yang mencakup kebijakan dan praktek yang dirancang untuk mencegah
masuknya serta menyebarnya bibit penyakit. Bibit penyakit tersebut dapat
berupa bakteri, virus, jamur dan protozoa (Sholikhin, 2011).
Penerapan biosecurity pada seluruh sektor peternakan, baik di industri
perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko penyebaran
mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut
(Yatmiko, 2008).

2.4 Penerimaan HE
Penerimaan dan proses seleksi telur tetas atau hatching egg (HE)
dilakukan dalam sebuah ruangan yang merupakan bagian dari bangunan
perusahaan penetasan. Ruangan penerimaan telur tetas berfungsi sebagai
tempat penurunan telur tetas dan seleksi ulang telur tetas hatching egg (HE)
yang didatangkan langsung dari farm (Fadilah dkk., 2007).
Kondisi kendaraan yang digunakan untuk mengangkut HE harus bersih,
berventilasi baik agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar, kendaraan
untuk telur HE tidak boleh untuk mengangkut atau menempatkan barang lain
selain telur (Irawan, 2002).
Seleksi telur tetas penting untuk dilakukan karena akan menentukan
kualitas anak ayam yang diharapkan dan dapat mempertahankan reputasi
perusahaan dan di sukai oleh konsumen (Mulyantini, 2010).
Standar seleksi telur tetas yaitu telur fertil, ukuran telur tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil, warna telur coklat karena cenderung menetas lebih baik
dari pada kulit telur yang berwarna terang, bentuk telur tidak terlalu bulat
maupun terlalu lonjong dan penyimpanan tidak terlalu lama (Herlina dkk.,
2016).

4
Telur yang akan ditetaskan hendaknya berasal dari betina dengan
produktivitas yang baik (Dirjen Peternakan, 2014). Seleksi telur tetas
dimulai dengan mengetahui umur telur yang dihasilkan oleh bibit induk,
memiliki bentuk yang normal, berat dan warna kulit harus seragam dan tidak
terlalu tipis karena akan mempengaruhi daya tetas akibat penguapan isi telur
yang terlalu tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

Penerimaan HE dilakukan diruangan penerimaan dan seleksi. Ruangan ini


berfungsi untuk menerima dan menyeleksi ulang HE dari farm. Ruangan
penerimaan harus bersih dan di sanitasi dengan baik,dengan temperatur 24°-
27°c dan kelembaban 60-70%.

Alur Kegiatan Penerimaan HE, yaitu :

 Pengecekan surat jalan


 HE diturunkan dari mobil
 Cek lama penyimpanan
 Cek jumlah HE sesuai surat jalan
 Cek usia, strain, tanggal produksi, nomor kandang, nomor induk, dan berat
HE
 Penempatan diurutkan sesuai dengan nomor kandang dan strain agar tidak
tercampur
 Grading

2.5 Grading
Grading adalah proses pemilihan telur sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Telur yang layak tetas disebut HE (Heatching Egg) dan yang tidak
layak tetas disebut (Great Out). Telur merupakan salah satu sumber protein
hewani disamping daging, ikan, dan susu. Secara umum telur terdiri atas tiga
komponen pokok yaitu : kulit telur atau cangkang (11% dari bobot tubuh).
(Suprapti, 2002).

5
Grading adalah kegiatan memilih HE yang seragam bentuknya dan
besarnya. Dan juga untuk memisahkan telur yang retak, yang layak setting dan
tidak layak setting (Great Out). Great Out adalah telur yang tidak layak tetas.
Terdiri dari :

 Abnormal atau lonjong


 Tipis Bintik berpasir
 Kotor
 Retak
 Pecah
 Jumbo
 Kecil
Tujuan Grading adalah :
 Untuk memilih HE yang layak setting atau tidak layak setting
 Menyeragamkan strain
 Menyeragamkan usia
 Menyeragamkan berat
 Menyeragamkan masa koleksi
Telur yang baik berbentuk oval,bentuk telur dipengaruhi oleh faktor
genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki
bentuk yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara
kontiniu bertelur dengan bentuk tidak sempurna, yaitu berbentuk benjol-
benjol, ceper, bulat pada ujungnya dan sebagainya. Ketidaksempurnaan
bentuk yang sama akan ditemukan pada setiap telur yang dihasilkan induk,
beberapa diantaranya bersifat genetis dan yang lainya karena ketidaknormalan
oviduk (Suprijatna dkk., 2010).

Bentuk dari telur juga akan mempengaruhi bobot tubuh DOC, ukuran
besar telur berpengaruh pada ukuran besar anak ayam yang baru menetas
(Gillespie, 1992).

6
Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktifitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi
untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu,
bentuk telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat 35 –
50 gram (Suprijatna, 2005).

2.6 Fumigasi
Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar
dari bakteri yang bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses
penetasan. Fumigasi telur sangat penting karena kerabang telur mengandung
banyak bakteri maupun parasit karena pada proses penetasan, baik temperatur
maupun kelembaban sangat sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang,
sehingga bakteri dan kapang yang hidup pada proses penetasan akan
berkembang biak dengan cepat (Mahfudz, L.D., 1998).
Fungsi fumigasi adalah untuk mensterilkan HE atau membunuh bakteri
yang dilakukan selama 10 – 15 menit menggunakan formalin dan Fumigan.
Formalin dan fumigan menghasilkan gas formaldehida. Kandungan
formalinnya adalah 37%.
Fumigasi dilakukan pada saat telur akan diletakan di dalam mesin tetas
dengan teknik dan dosis fumigasi yang sesuai, fumigasi telur tetas yang tidak
tepat dapat merusak kutikula telur, sehingga penguapan telur dengan
densifektan (KMnO4 sebanyak 17,5 gram dan formalin 40% sebanyak 35 ml)
merupakan salah satu cara mengurangi kerusakan kutikula (Srigandono,
1997).
Fumigasi yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
embrio, sehingga perlu pelaksanaan fumigasi telur yang tepat. Diantara
penyebab embrio mengalami mati dini yaitu karena penyimpanan telur yang
kurang baik, terlalu lama dan dosis fumigasi yang terlalu tinggi (Nuryati,
2002).

7
2.7 Pre-Warming
Pre-Warming sering disebut juga Pra-Penghangatan yaitu suatu proses
sebagai masa transisi HE dari cooling room menuju setter sebelum setting.
Dilakukan selama 2-4 jam ditentukan lama penyimpanan. Misalnya :
 Untuk penyimpanan 1-3 hari prewarmingnya 3-5 jam
 Untuk penyimpanan 1-6 hari prewarmingnya 6-9 jam
 Untuk penyimpanan /> 7 hari – /> 12 Jam
Fungsi Pre-Warming yaitu :
 Untuk menghindari stres embrio
 Untuk menghindari shock embrio
 Memperingan beban kerja mesin
 Memastikan bahwa HE sudah tidak berkeringat.
 Untuk mencapai suhu ruangan
2.8 Setting
Setting adalah proses penataan telur tetas di dalam mesin setter sesuai
dengan kode setting. Saat dilakukan setting sudah tidak ada pengembunan jadi
keadaannya tidak berembun. Kegiatan ini dilakukan petugas khusus dengan
mengikuti prosedur khusus sanitasi yang berlaku (Nurimansyah, 2020).
Setting adalah proses masuknya telur ke dalam setter melalui proses pre-
warming dimasukkan ke dalam ruang setter (ruang incubator). Telur di setting
berdasarkan kandang, kualitas telur, dan umur induk ayam. Suhu ruang setter
37,5°C dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas di dalam setter dilakukan
selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran satu jam sekali. Sudut pemutaran
telur 90° dan kemiringan 45°, bila telur tidak diputar, maka kuning telur akan
melekat pada satu sisi kerabang telur dan berakibat pada kematian embrio
(Sudaryani dan Santoso, 2003).

2.9 Transfer dan Candling


Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher saat
umur embrio 18 hari. Candling dilakukan sebelum masuk ke mesin hatcher,
berfungsi untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan explode. Telur
explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian telur kurang

8
baik dan mesin tetas kotor. Transfer telur tetas dan candling dilakukan dengan
cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat mati akibat perubahan suhu
telur yang drastis. Telur yang sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy
hatcher yang berbentuk keranjang (Suyatno, 1999).

Candling adalah proses peneropongan telur menggunakan cahaya untuk


melihat perkembangan embrio dalam telur. Telur infertil akan tampak terang
saat candling. Telur yang nampak terang saat proses candling sebenarnya
tidak hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang embrionya mengalami mati
dini, akan tetapi pada proses candling semua telur tampak terang disebut
sebagai telur infertil karena penampakannya sama (Nuryati, 2002).

Candling dilakukan setelah telur melewati masa kritis pertama. Masa kritis
merupakan waktu yang sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan embrio selama telur ditetaskan. Masa kritis pertama yang
terjadi pada hari ke 1 hingga ke 3 setelah telur dimasukkan ke dalam mesin
tetas (Sudjarwo, 2012).

2.10 Pull Chick

Pull chick adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin
hatcher ke ruang pull chick. Pulling the hatch adalah proses pengeluaran dan 9
pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruangan pull chick pada hari ke – 21
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

DOC sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin setelah kondisi bulunya


sudah kering 95%, kemudian dilakukan seleksi DOC bertujuan untuk
mendapatkan anak ayam yang berkualitas baik. Ciri-ciri DOC yang baik yaitu
berat badan kurang dari 32 gram, berperilaku gesit, lincah dan aktif mencari
makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi didalam kelompok selalu
tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus,
lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah (Sudarmono, 2003).

9
Pull Chick adalah kegiatan untuk mengeluarkan atau memanen DOC dari
dalam mesin hatcher. Dilakukan sesuai jam setting, lama penetasan HE adalah
504 jam +/- 3 jam. Ciri-ciri DOC yang baik :
 Mata cerah
 Gerakan lincah
 Tidak cacat
 Sank kaki berwarna kuning cerah
 Pusarnya menutup rapat
 Bunyinya nyaring
 Secara visual DOC seragam
2.11 Distribusi
Pendistribusian DOC setiap pelanggan harus mengambil DOC dari satu
kelompok, jadi DOC yang diterima pelanggan relatif seragam, meliputi :
 Srain atau jenis
 Mesin
 Fisik
 Usia induk
 Pull chick
Pendistribusian yang baik, packing atau pengemasan DOC dilengkapi
data-data yang sesuai dengan yang tertera di box DOC. Data tersebut meliputi
strain, jumlah, tanggal menetas. Box DOC harus sesuai standar kebutuhan
seperti ventilasi, kepadatan dan keselamatannya, selain itu alat transportasi
pengiriman DOC dilengkapi dengan peralatan ventilasi untuk menjaga
kenyamanan anak ayam selama dalam pengiriman DOC segera setelah
packing selesai (Rasyaf, 1995).

10
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Sejarah Perusahaan


CV. Mulya Jaya merupakan perusahaan milik keluarga yang didirikan oleh
pasangan suami istri H. Nurkholis dan Hj. Popong Fatimah pada bulan
Agustus 2011 silam.
Perusahaan ini dirintis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
daging ayam. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat Periangan
Timur khususnya dan Indonesia umumnya, permintaan akan daging ayam
meningkat sangat signifikan, sehingga peluang bisnis daging ayam broiler
sangat bagus dan berkembang cukup pesat.
Dengan modal awal kurang lebih Rp. 100.000.000,- CV. Mulya Jaya
mulai menjalankan aktifitas bisnisnya, secara bertahap CV. Mulya Jaya mulai
bermitra dan memproduksi sendiri dengan peternak wilayah kecamatan
Panumbangan.
Mulya Jaya makin eksis, dengan kepemimpinan seorang laki-laki
kelahiran Ciwalen 40 tahun silam didampingi istrinya yang terus mendorong
dan memotivasi agar bangkit dan bertahan serta di bantu oleh seluruh element
yang ada di perusahaan CV. Mulya Jaya sampai saat ini masih berdiri kokoh.
Bakat bisnis H. Nurkholis menurun dari ibu dan bapaknya yang mempunyai
usaha jual kain, sedangkan istrinya Hj. Popong Fatimah menurun dari ayahnya
H. Udin Saepudin pemilik Tanjung Mulya PS.
Mengantisipasi kebutuhan DOC, CV. Mulya Jaya sekarang sudah
mempunyai 5 Breeding Farm Parent Stock yang berlokasi di Bojong,
Cikarohel, Arsala dengan populasi ± 40.000 ekor yang menghasilkan rata-rata
telur perhari 30.000 butir. Mulya Jaya PS juga sudah mempunyai 4 mesin
yang mempunyai kapasitas 15840 butir telur satu kali setting. Sekarang CV.
Mulya Jaya hatchery mencut dan landeuh bekerja sama dengan CJ atau
SAMSUNG, yaitu PT. Super Jaya Unggas.

11
Identitas perusahaan yang ditempati selama PKL
Nama perusahaan : CV. Mulya Jaya Hatchery Mencut
Tahun didirikan : 2011
Pendiri perusahaan : H. Nurkholis dan Hj. Popong Fatimah
Direktur perusahaan : H. Nurkholis
Jumlah karyawan : 11 orang
Kepala Unit : Rendiana Alif Suhendra
Administrasi : Sopia Larasati
Operator : Gugun, Asep, Rahmat, Arif, Yayat, Tedi, Hana,
Irwan dan Ade.
3.2 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan praktik dimulai pada tanggal 01 Agustus 2020 sampai dengan
tanggal 30 September 2020 di Mulya Jaya Hatchery Mencut.
3.3 Alamat Perusahaan
Mulya Jaya Hatchery Mencut terletak di Dusun Manganti RT.04 RW.05
Desa Sindangmukti Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Provinsi
Jawa Barat.
3.4 Penempatan Kerja dan Waktunya
Penempatan kerja selama PKL di CV. Mulya Jaya penulis mengikuti
prosedur perusahaan tentang penempatan kerja, dimana berkesempatan
mengikuti tahapan-tahapan dimulai dari telur datang sampai menetas menjadi
DOC. Tugas yang dilaksanakan sebelum menjadi DOC, telur tetas mengalami
sanitasi dan fumigasi mulai dari seleksi di kandang hingga selama proses
penetasan.
Tabel 1. Jadwal kegiatan PKL

Hari Waktu Kegiatan


Senin 08.00-16.00 Grading & Perakitan BOX
Selasa 06.00-15.00 Pull chick & Packing Distribusi
Rabu 05.00-15.00 Transfer & Candling
Kamis 08.00-16.00 Grading & Perakitan BOX
Jumat 06.00-15.00 Pull chick & Packing Distribusi
Minggu 05.00-15.00 Transfer & Candling

12
3.5 Uraian Tugas yang Dilaksanakan
Tahap-tahap menetaskan telur di industry CV. Mulya Jaya Hatchery Mencut
dan PT. Super Unggas Jaya dapat diuraikan sebagai berikut :
3.5.1 Biosecurity
Fungsinya : untuk menjaga atau sterilisasi sebelum masuk area
hatchery sesuai dengan SOP agar tidak terjadi kontaminasi dari area
luar.
3.5.2 Penerimaan HE
Fungsinya : untuk penurunan telur tetas dan penyusunan HE sesuai
kandangnya agar tidak tercampur.
3.5.3 Grading
Fungsinya : untuk memilih HE yang seragam bentuknya dan besarnya.
Dan juga untuk memisahkan telur yang retak, yang layak setting dan
tidak layak setting (Great Out).
3.5.4 Fumigasi
Fungsinya : untuk mensterilkan HE atau membunuh bakteri yang
dilakukan selama 10 – 15 menit menggunakan formalin dan fumigan.
3.5.5 Pre-Warming
Fungsinya : untuk menyamaratakan suhu HE agar mengurangi shock
embrio.
3.5.6 Setting
Fungsinya : agar HE yang sudah di grading tertata sesuai kode serinya
dan tidak tercampur dengan HE yang sudah lama di mesin setter.
3.5.7 Transfer dan Candling
Sistem candling di CV. Mulya Jaya Hatchery/PT. Super Unggas Jaya
yaitu dengan sistem “Mono Candling”dimana telur di candling dulu
lalu di transfer. Fungsinya : untuk menganalisa telur dengan lebih
teliti.

13
Tabel 2. Contoh Data Recording Transfer dan Candling

Total Infertil Explode Fertil


Mesin AGE HH
Setting % Q % Q %
1 30 1 3253 616 18,93 34 1,04 2603 80,01
30 2 5058 187 3,69 16 0,31 4855 95,98
27 3 1856 255 19,12 6 0,32 1595 85,93
29 4 534 113 21,16 8 1,49 413 77,34
29 5 675 0 0 0 0 0 0
29 6 2640 346 13,10 19 0,71 2275 86,17
29 7 1824 139 7,62 9 0,49 1676 91,88
Total 15840 1656 10,45 92 0,58 13417 84,70

Rumus mencari estimasi BOX :


Estimasi Box = Fertil – Estimasi DIS – Estimasi Culling
= 13.417 – 8% – 1%
= 13.417 – 1.267 – 158
= 11.992
Estimasi Box = 11.992 : 102
= 117 Box

3.5.8 Pull Chick


Fungsinya : untuk mengeluarkan atau memanen DOC dari dalam
mesin hatcher.
3.5.9 Packing dan Distribusi
Alur kegiatan packing distribusi di industri CV. Mulya Jaya
Hatchery/PT. Super Unggas Jaya, yaitu :
1) Kegiatan distribusi diawali dengan perakitan box. 1 box biasanya
menghabiskan waktu 3 menit . Untuk pemula biasanya 5 sampai
menit.

Dalam box sudah terdapat :

14
 Nama perusahaan yang memproduksi
 Alamat perusahaan pusat
 Logo perusahaan
 Bebas pullorum
 Grade dan strain DOC
 Berat minimal DOC
 Kode selektor
 Kode produksi
 Waktu
 Tanggal tetas
 Tipe
 Isi
 Logo SNI
2) Setelah perakitan box disteples, terdapat 12 titik yang akan di
steples. Empat titik sebelum pull chick, enam titik setelah pull
chick. Perakitan box dilakukan satu hari sebalum pull chick.
3) Menerima DO dari sales, setelah pihak hatchery menerima laporan
actual setelah adanya pull chick. Pendistribusian DOC disesuaikan
DO dari sales, sebelum DOC di muat ke dalam mobil. Mobil dicek
terlebih dahulu, pastikan semuanyan baik.
4) Kapasitas muat mobil 180 box, supir harus menandatangani surat
jalan di tempat tujuan.
3.6 Alat dan Bahan yang digunakan di Hatchery
 Egg buggy : Tempat menyimpan telur dalam mesin setter.
 Mesin Setter : digunakan untuk mengerami telur ayam selama 1-19 hari.
 Mesin Hatcher : digunakan untuk menetaskan telur melanjutkan dari
mesin setter pada hari ke 18 sampai panen.
 AC (Air Conditioner) : digunakan untuk mendinginkan telur di cooling
room.
 Egg tray : digunakan untuk menyimpan telur.
 Senter Candling : untuk menerangi telur ketika dilakukan candling/mono
candling.

15
 Trolley (roda) : digunakan untuk membawa tray besar.
 Sepatu boat : digunakan untuk mencegah kulit kaki dari iritasi.
 Box DOC : digunakan untuk menyimpan DOC.
 Masker : digunakan untuk melindungi hidung dari debu.
 Blower : digunakan untuk membantu sirkulasi.
 Tong besar : digunakan untuk menyimpan kerabang telur.
 Alat kebersihan : untuk membersihkan ruangan dalam dan luar mesin.
 Sancin dan selang : digunakan untuk menyemprotkan air.
 Air : untuk mencuci peralatan yang digunakan di hatchery.
 Detergen : sebagai campuran air dengan formalin untuk membersihkan
ruangan.
 Basket Egg : untuk menyimpan telur dalam mesin hatcher.
 Formalin : digunakan untuk memberi warna kuning pada bulu DOC.
 Siller : untuk mendinginkan air
 Torn : untuk penyimpanan air
 Ventilasi/Dumper : untuk menarik oksigen diluar (terdapat pada mesin
setter dan hatcher).
3.7 Prosedur Pelaksanaan
Selama PKL di CV. Mulya Jaya Hatchery kegiatan pull chick dilakukan 2
kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Biasanya pull chick
dimulai dari pukul 06.00-07.30. Alur pull chick di industri ini yaitu :
 Penarikan trolley dari mesin hatcher
Untuk penarikan atau pengeluaran trolley dari mesin hatcher biasanya
dilakukan oleh mekanik.
 Trolley dibawa ke tempat pull chick
 Basket dipindahkan ke meja pull chick
 DOC dipindahkan ke wadah seleksi

 Pemisahan cangkang
Cangkang dipisahkan ke dalam tong biru.

16
 Pemisahan telur DIS
Untuk telur DIS dipisahkan ke tray plastik yang berisi 36 butir.
 Pemisahan DOC culling
Untuk DOC culling dipisahkan ke dalam basket putih.

Tabel 3. Contoh Data Recording Pull Chick 14 Agustus 2020

Total
TGL HH Age INF Q EXP Q FERT Q DIS Q Hatc Q Cull Q SC Q
Setting
14/8 1 27 9362 960 10,25 87 0,93 8315 88,82 469 5,00 7846 83,80 94 1,00 7752 82,80
2 27 6478 589 9,09 63 0,97 5826 89,94 335 5,17 5471 84,45 65 1,00 5406 83,45
2 27 2378 218 9,17 22 0,93 2138 89,91 74 3,11 2064 86,79 24 1,00 2040 85,78
3 28 3931 334 8,50 39 0,99 3558 90,51 153 3,89 3405 86,61 39 1,00 3366 85,62
4 28 5353 473 8,84 49 0,92 4831 90,25 188 3,51 4643 86,73 53 1,00 4590 85,74

Dari data tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Jumlah telur yang di setting : 31.680
2. Jumlah infertil pada saat candling : 2.574
3. Jumlah explode pada saat candling : 260
4. Jumlah telur yang dimasukkan ke mesin hatcher : 24.668
5. Jumlah telur DIS pada saat pull chick : 1.219
6. Jumlah DOC culling : 275
7. Jumlah DOC yang layak dipasarkan (SC) : 23.154
8. Jumlah telur yang menetas (HATC) : 23.429
9. Daya tetasnya : 73,95 %
Jadi kegiatan pull chick pada Jumat 14 Agustus 2020 jumlah DOC yang
dapat dipasarkan 23.154 ekor yaitu 224 box grade standar/BM (Bibit Muda)
dan 3 box grade B.

Tabel 4. Contoh Data Recording Pull Chick 4 September 2020

17
Total
TGL HH Age INF % EXP % Fert % DIS % Hatc % Cull % SC
Setting
4/9/2020 1 52 8935 1084 12,13 90 1,01 7761 86,86 429 4,8 7332 82,05 90 1,00 7242
2 52 5231 626 11,97 52 1,05 4550 86,98 112 2,1 4438 84,84 52 1,00 4386
3 53 1674 200 11,95 17 1,02 1457 87,04 115 6,8 1342 82,63 16 1,00 1326
3 53 1666 200 12,00 17 1,02 1449 86,97 107 6,4 1342 80,55 16 1,00 1326
4 53 6508 809 12,43 65 1,15 5624 86,42 357 5,4 5267 80,93 65 1,00 5202
5 53 7666 949 12,38 77 1,00 6640 86,62 342 4,4 6298 82,15 76 1,00 6222

Dari data tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jumlah telur yang di setting : 31.680


2. Jumlah infertil pada saat candling : 3.868
3. Jumlah explode pada saat candling : 238
4. Jumlah telur yang dimasukkan ke mesin hatcher : 27.481
5. Jumlah telur DIS pada saat pull chick : 1.462
6. Jumlah DOC culling : 315
7. Jumlah DOC yang layak dipasarkan (SC) : 25.704
8. Jumlah telur yang menetas (HATC) : 26.019
9. Daya tetasnya : 82,13 %
Jadi kegiatan pull chick pada Jumat 4 September 2020 jumlah DOC yang
dapat dipasarkan 25.704 ekor yaitu 248 box grade Super Premium dan 4 box
grade B. Untuk pemasaran keluar kota DOC diberi agar-agar sebagai tambahan
mineral untuk daya tahan tubuh DOC.
Macam-macam DOC culling di industri CV. Mulya Jaya Hatchery/PT.
Super Unggas Jaya, yaitu :
1) Black navel (Pusar hitam)
Penyebab Black navel yaitu temperatur inkubasi khususnya pada
periode 3 hari terakhir dan temperatur yang tinggi di mesin setter.
2) String navel (Benang di pusar)
Penyebab String navel yaitu humidity yang terlalu rendah di setter,
temperatur yang terlalu tinggi di hatcher.
3) Red hocks (kaki merah)
Penyebab Red hocks yaitu pencapaian weight loss yang kurang
selama proses inkubasi di setter.
4) Kriting

18
Penyebab kriting yaitu temperatur tinggi di setter, faktor genetic
dan nutrisi.
5) Cross beak (Paruh silang)
Penyebab Cross beak yaitu temperatur tinggi di setter, turning
yang tidak sempurna, faktor genetic dan nutrisi.

Grade ayam yang ada di industri CV. Mulya Jaya Hatchery/PT. Super
Unggas Jaya, terdiri dari :
 Grade Super Premium
Ditandai dengan tutup box berwarna kuning yang bertuliskan CJ.
Untuk ayam grade ini hanya khusus umur induk 36-65 mgg.
 Grade BM
Ditandai dengan tutup box yang bergambar DOC berwarna biru.,
yang membedakannya dengan grade super ialah ukuran DOC yang kecil-
kecil. Untuk ayam grade ini khusus umur induk 25-29 mgg.
 Grade B
Ditandai dengan tutup box yang berwarna coklat polos. Untuk
ayam grade ini biasanya turunan dari grade Super Premium (SP) atau
grade BM. Di industri CV. Mulya Jaya Hatchery/PT. Super Unggas Jaya
apabila kegiatan pull chick hanya mendapatkan 1-4 box saja.

Untuk DOC yang afkir dimasukkan ke dalam basket yang sudah disiapkan
dan akan disatukan ke dalam tong biru bersama kerabang telur kemudian
dibuang ke TPA. Setelah pull chick, mesin hatcher beserta basket DOC
dibersihkan dengan menggunakan detergen dan formalin agar bakteri-bakteri
yang ada didalamnya mati.

3.8 Sanitasi, Hygiene, dan Keselamatan Kerja

19
3.8.1 Sanitasi
Sanitasi adalah sebuah program kebersihan yang bertujuan untuk
mencegah kontaminasi. Sanitasi yang dilakukan di industri CV.
Mulya Jaya Hatchery/PT. Super Unggas Jaya, yaitu :
1) Sanitasi ruangan kegiatan dan peralatan sebelum dan sesudah
kegiatan dengan menggunakan detergen dan formalin.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
3.8.2 Hygiene
Hygiene adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk
menjamin keamanan pangan di semua tahap rantai pangan.
Di CV. Mulya Jaya untuk hygiene sangat terjaga, seperti peralatan
yang tersedia disana sangat diperhatikan kebersihannya.
3.8.3 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dimana tidak ada resiko di
dalam bekerja. Keselamatan kerja di industri CV. Mulya Jaya
Hatchery/PT. Super Unggas Jaya, yaitu :
1) Selalu menjaga kebersihan badan.
2) Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan di hatchery.
3) Mengenakan pakaian kerja lengkap. Terutama memakai masker
ketika sedang melakukan kegiatan pull chick.
3.9 Masalah yang Dihadapi dan Pemecahan Masalah
Masalah yang dihadapi :
1) Kontaminasi
2) Jumlah infertil tinggi
Pemecahan Masalah :
1) Sanitasi lebih ditingkatkan lagi
2) Menggunakan Clinafarm Smoke
3) Pengecekan mesin secara berkala
4) Suhu cooling room disesuaikan dengan masa penyimpanan

BAB IV

20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama penulis PKL di industri CV. Mulya Jaya Hatchery/PT. Super
Unggas Jaya pull chick dilakukan satu minggu 2 kali yaitu pada hari Selasa
dan Jumat. Biasanya pull chick dimulai dari pukul 06.00-07.30. Pull chick
dilakukan sesuai dengan alur yang sudah ada di industri.
Untuk DOC yang afkir dimasukkan ke dalam basket yang sudah disiapkan
dan akan disatukan ke dalam tong biru bersama kerabang telur kemudian
dibuang ke TPA. Setelah pull chick, mesin hatcher beserta basket DOC
dibersihkan dengan menggunakan detergen dan formalin agar bakteri-bakteri
yang ada didalamnya mati.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan :
1) Ketika melakukan seleksi telur perhatikan bentuk serta warna kerabang,
karena bentuk dan warna kerabang sangat mempengaruhi tingkat fertilitas
telur itu sendiri.
2) Temperatur mesin serta kelembabannya juga harus diperhatikan kembali
karena sangat berpengaruh terhadap kualitas DOC yang akan ditetaskan.

DAFTAR PUSTAKA

21
Krisnawati, Ina “Laporan Praktek Industri Dalam Rangka Pendidikan Sistem
Ganda Di CV. Mulya Jaya Hatchery Landeuh”. SMK Nurul Huda 2016.

Setiawan, Reni “Laporan Praktek Industri Dalam Rangka Pendidikan Sistem


Ganda Di CV. Mulya Jaya Bangkit Pratama Hatchery”. SMK Nurul Huda
2016.

Yuliani, Maulida “Laporan Praktek Industri Dalam Rangka Pendidikan Sistem


Ganda Di PS. Tanjung Mulya Hatchery Bedor”. SMK Nurul Huda 2017.
http://eprints.undip.ac.id/52334/3/Bab_II.pdf
http://mufidahzaen.blogspot.com/2016/05/laporan-pkl-2016.html
http://aningachmad.blogspot.com/2014/11/laporan-pkl-manajemen-penanganan-
hasil.html
https://docplayer.info/63567272-Bab-ii-tinjauan-pustaka-hingga-menetas-yang-
bertujuan-untuk-mendapatkan-individu-baru-cara-penetasan.html
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/RADITYA%20IMAM%20PAMBUDI
%20H3409021.pdf

Lampiran 1. Identitas Siswa

22
Nama : Hana Arinal Haque
NIS : 181910041
Kelas : XII.1 ATU
Sekolah : SMK Nurul Huda Panumbangan Ciamis
Alamat : Dsn. Cikerenceng tonggoh, RT/RW. 21/08,
Ds. Mekarwangi, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis.
Tempat tanggal lahir : 6 Februari 2004
Agama : Islam
Pendidikan : - SDN 2 MEKARWANGI (2009-2015)
- SMPN 2 SUKAMANTRI (2015-2018)
- SMKS NURUL HUDA (2018-2021)

Lampiran 2. Daftar Hadir Praktik Kerja Lapangan (PKL)

23
24
25
Lampiran 3. Jurnal Praktik Kerja Lapangan (PKL)

26
Lampiran 4. Keterangan Nilai Praktik Kerja Lapangan

27
Lampiran 5. Foto Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Gambar 1. Mesin Setter Gambar 2. Mesin Hatcher

Gambar 3. Cooling Room

Gambar 4. Biosecurity Gambar 5. Perakitan BOX

28
Gambar 7. Penyusunan HE sesuai
Gambar 6. Penerimaan HE Hen House

Gambar 8. Kegiatan Grading

Gambar 9. Telur Crack Gambar 10. Telur Abnormal

29
Gambar 11. Kegiatan Fumigasi

Gambar 12. Pree-Warming Gambar 13. Kegiatan Setting

Gambar 15. Telur Infertil


Gambar 14. Kegiatan Mono Candling

30
Gambar 16. Telur Explode

Gambar 18. Pemberian agar-agar pada


Gambar 17. Kegiatan Pull Chick
DOC

Gambar 19. Kegiatan seleksi DOC Gambar 20. DOC Culling

31
Gambar 21. Kegiatan Packing Gambar 22. Kegiatan Distribusi DOC

Gambar 23. Sanitasi Ruangan Gambar 24. Sanitasi Peralatan

Gambar 25. Senter Candling Gambar 26. Tong

32
Gambar 27. Basket DOC Gambar 28. Basket HE

Gambar 29. Box DOC Gambar 30. Egg tray

Gambar 31. Meja Grading


Gambar 32. Fumigan

33

Anda mungkin juga menyukai