Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PERFORMA DAYA TETAS TELUR AYAM BROILER

Dosen Pengampu:

Fitriani Eka Puji Lestari S.Pt., M.Si

Danang Priyamodo S.Pt., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Ahmad Fatih I S J1309211021

Herlan Achmad S J1309211023

M. Eza Alfakhrezi J1309211024

Fajarita Nur Aini J1309211025

M. Zinedine Zidane J1309211026

Yupi Apriyanti J1309211036

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAMPUS IPB SUKABUMI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat
menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler mempunyai peranan
yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Ayam pembibit Broiler (parent
stock) merupakan salah satu mata rantai pola pemuliabiakan unggas yang menghasilkan
ternak komersil (final stock) Hasil utama dari ayam pembibit adalah telur tetas (hatching
egg). Ada beberapa jenis strain ayam pembibit yang dikembangkan di Indonesia, seperti
strain Cobb dan Ross. Perbedaan strain termasuk kedalam faktor genetik yang mempengaruhi
kualitas telur tetas. Pada faktor genetik, kualitas telur dapat berbeda berkaitan dengan gen-
gen yang dimiliki inidividu tiap ternak yang dapat diwariskan. Perbedaan strain ayam dapat
menghasilkan kualitas telur tetas yang berbeda. Pengujian kualitas telur penting untuk
dilakukan karena akan berpengaruh terhadap daya tetas dan performa DOC sehingga penting
dilakukan seleksi. Bagian Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan
oleh peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam komersial yang digunakan
untuk penetasan. Telur tetas yang digunakan dalam proses penetasan adalah telur yang telah
diseleksi. Syarat telur tetas yang baik yaitu sehat dan produktivitasnya tinggi, umur telur dan
kualitas fisik telur (bentuk, berat, keadaan kerabang) (Suprijatna, 2005). Kualitas telur tetas
tergantung dari kualitas induk, kualitas pakan yang dikonsumsi, kondisi kesehatan ayam,
week production, dan suhu (Kholis dan Sitanggang, 2001).
Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur (grading). Grading
adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu telur yang layak ditetaskan atau disebut
Heaching Egg (HE) dan telur yang yang tidak layak ditetaskan (Grade Out). Adapun
ciri/kriteria telur yang layak tetas dan tidak layak tetas, untuk telur yang layak tetas ciri-
cirinya bentuk telur normal yaitu berbentuk oval, warna kulit telur berwarna coklat gelap,
kerabang telur tidak tipis berukuran 0,3 mm dan kulit telur tidak kasar dan bintik-bintik.
Untuk telur yang tidak layak tetas ciri-cirinya telur kotor (dirty), cacat (benjol,lonjong), besar
(jumbo), kerabang tipis, warna tidak seragam, kerabang bintik-bintik kasar dan telur retak.
Dalam proses grading ini terdapat beberapa kendala dalam menentukan telur yang layak dan
tidak layak ditetaskan. Diantaranya, pada saat proses grading masih banyak telur yang
seharusnya tidak layak tetas (Grade Out) masih banyak yang masuk kedalam telur yang layak
tetas (HE). Ini dikarenakan masih kurang telitinya Quality Control (QC) dalam menyeleksi
telur dan kurang teliti dalam mengenali kriteria telur yang layak dan tidak layak.
B. Tujuan
Berdasarkan tujuan praktikum yang kami lakukan yaitu untuk mengetahui performa
telur tetas ayam seperti, mengetahui daya tetas telur, mengetahui fertilitas telur dan
mengetahui bobot telur juga bobot tetas.
BAB II
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan dilakukan di Laboratorium Penetasan kampus Sekolah Vokasi IPB
Sukabumi pada 21 Februari sampai 12 Maret 2023. Pengambilan data dilakukan setiap hari
dengan kegiatan yang dilakukan selama telur berada dimesin tetas adalah pengecekan suhu
mesin, kelembaban, pemutaran telur, kemudian setelah telur selesai menetas dilakukan
evaluasi performa telur tetas yang nantinya dibandingkan dengan studi literatur.
B. Metode Praktikum
Praktikum dilakukan di Laboratorium Sekolah Vokasi IPB University Kampus
Sukabumi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu telur ayam broiler strain cobb
sebanyak 50 butir, dipilih berdasarkan bobot telur, bentuk kerabang, keutuhan kerabang dan
kebersihan kerabang. Sebelum dilakukan penetasan, mesin tetas terlebih dahulu disuci
hamakan menggunakan formalin dan PK dengan kekuatan 3, kemudian dilakukan pengetesan
stabilitas suhu mesin. Telur tetas yang telah dilakukan penyimpanan sesuai dengan perlakuan,
kemudian dimasukkan kedalam mesin tetas dengan suhu mesin tetas 38⁰C. Setiap hari, telur
tetas dilakukan pemutaran posisi dan penambahan air agar kelembabannya terjaga. Setelah
hari ke-18 telur tetas dipindahkan ke mesin hatcher hingga telur menetas.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kegiatan penetasan telur ayam broiler yang kami lakukan, berikut data
yang dihasilkan dari masing-masing kelompok :
Awal Masuk Setting Egg Fertilitas Mati pada peneropongan ke- Menetas %Bobot
Rataan
bobot Jumlah Jumlah Tetas
Kelompok Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Bobot
Rata % % Butir % Butir % % terhadap
Telur Butir Butir Butir Tetas
rata (M1) (M2) bobot telur
1 50 60,06 50 100 38 76 11 26,83 8 19,51 25 60,98 42,53 70,81
2 50 58,84 50 100 38 76 11 26,83 8 19,51 25 60,98 42,53 72,28
3 50 61,8 50 100 49 98,1 0 0,00 7 14,29 35 71,43 46,06 74,53
4 50 58,7 50 100 45 90 1 2 1 2 32 71,11 42.43 72.29
5 50 60.9 50 100 37 74 8 21,26 5 13,51 36 97,29 44.91 73,74
6 50 61,83 50 100 45 90 2 4,44 9 20 34 75,55 42,85 69,3
Rata-rata 50 60,35 50 100 42 84,01 3,66 13,56 6,33 14,8 31,17 72,89 43,55 72,16

1. Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan
dalam suatu periode penetasan. Berdasarkan dari kegiatan penetasan yang dilakukan
didapatkan hasil rata-rata fertilitas telur adalah 84,01%., hal ini berarti masih terdapat
telur infertil yang ada pada telur yang akan ditetaskan. Menurut Nuryati et al. (2014)
menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan
fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah telur yang fertil
yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan atau setelah terjadi penggabungan antara
sperma dan ovum. Fertilitas dapat di hitung dengan cara membagikan jumlah telur yang
tertunas atau fertil dengan jumlah telur yang di tetaskan dan dikalikan 100%.
Faktor lain yang mempengaruhi fertilitas adalah lama penyimpanan telur
kemungkinan belum terjadi kerusakan telur yang berdampak pada kematian embrio
sebelum ditetaskan. Card dan Nesheim (2012) menyatakan bahwa semakin lama telur
disimpan, serabut protein yang membentuk jala (ovumucin) akan rusak dan pecah karena
kenaikan pH akibat terjadinya penguapan karbondioksida. Menurut Meliyati et al. (2012)
mengemukakan bahwa semakin bertambahnya umur telur tetas maka kualitas telur akan
menurun. . Selain itu, dilihat dari warna kerabang telur yang berbeda-beda dapat terjadi
karena umur induk ayam yang berbeda pula. Sehingga diduga pada saat di farm telur
ayam yang inginn ditetaskan disimpan dalam waktu yang berbeda sehingga menghasilkan
banyak telur infertile. Serta salah satu faktor penting yang mempengaruhi fertilitas adalah
sex ratio pada induk ayam. Rasio pada ayam yaitu 1:10.

2. Daya tetas
Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya tetas.
Berdasarkan hasil dari kegiatan pratikum penetasan yang dilakukan didapatkan hasil rata
rata 72,89%, Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian Iriyanti, dkk.
(2007) daya tetas telur ayam yang ditetaskan secara alami yaitu 72,02%. Sistem penetasan
yang digunakan dalam praktikum ini sangat memungkinkan angka yang lebih baik karena
menggunakan mesin tetas modern.
Faktor yang mempengaruhi daya tetas antara lain pakan, bentuk telur, besar telur,
kualitas interior telur, kualitas eksterior telur atau kerabang telur, penyakit dan
penanganan telur tetas kemudian teknis pada saat melakukan seleksi telur seperti berat
telur, bentuk telur, keutuhan kerabang, dan kebersihan kerabang. Menurut Sutiyono, et al.
(2016) Daya tetas dan kualitas telur tetas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain cara penyimpanan, lama penyimpanan, tempat penyimpanan, suhu pada mesin tetas,
suhu lingkungan, dan perlakuan pembalikan selama penetasan.
Kebersihan telur cukup penting terhadap presentase kematian embrio namun tidak
ada kulit telur yang steril sehingga kemungkinan terkontaminasi bakteri tetap dapat
terjadi (Mulyantini, 2014) dan mengakibatkan terjadinya kematian embrio. Kematian
embrio didalam telur banyak terjadi pada pertengahan umur pertumbuhan embrio, hal ini
bisa terjadi akibat suhu penetasan terlalu rendah atau terlalu panas, pemutaran telur yang
tidak benar dan ventilasi yang kurang baik. Sedangkan kematian embrio pada awal umur
pertumbuhan bisa disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan fosfor pada pakan
unggas yang berpengaruh pada pembentukan embrio (Hartono, 2004). Selain itu kematian
embrio juga bisa terjadi karena kegagalan pipping oleh bakal anak karena kurangnya
kelembaban atau adanya suhu yang tidak sesuai di dalam mesin tetas sehingga embrio
gagal menetas ataupun kegagalan absorbi kuning telur oleh embrio sebagai sumber
makanannya. Suhu ideal untuk telur tetas ayam adalah 37°C-38°C dan kelembaban 40 %-
55%.
3. Bobot tetas
Berdasarkan dari kegiatan penetasan yang dilakukan didapatkan hasil rata-rata bobot
tetas adalah 43,7 gr. Sedangkan bobot tetas yang normal adalah 2/3 dari bobot telur
(Sudaryani dan Santoso, 2018), sehingga dihasilkan 40,20 gram dilihat dari hasil
praktikum. Bobot tetas juga dipengaruhi oleh bobot telur tetas, semakin tinggi bobot telur
tetas maka bobot tetas juga akan semakin tinggi, diperkuat oleh suatu penelitian yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat nyata antara bobot telur dengan bobot tetas
yang dihasilkan (Hermawan, 2000). Namun dilihat dari rataan bobot telur tetas yang
digunakan yaitu 43,7 gr ini sudah termasuk kedalam bobot telur tetas yang baik untuk
ayam broiler yaitu minimal 35-45 gr (Direktorat Perbibitan Ternak, 2011). Berarti dapat
disimpulkan ada faktor lain yang mempengaruhi kurangnya bobot tetas seperti
penyimpanan telur, faktor genetik, umur induk, kebersihan telur, dan ukuran telur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kegiatan penetasan telur tetas ayam broiler yang
kami lakukan dapat disimpulkan bahwa dengan rataan bobot telur tetas yaitu 43,7 gram,
fertilitas sebesar 84,7%, daya tetas 72,89% sudah cukup bagus menghasilkan DOC (Day
Old Chick) dengan performa yang baik. Namun banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu
suhu mesin, kelembaban, pemutaran telur, ventilasi, penyeleksian telur (berat telur,
bentuk telur, keutuhan kerabang, dan kebersihan kerabang.

B. Lampiran

early death mid death

late death explode


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai