Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

OLEH:
WINONA APRILIA AZZAHRA
D1A022070

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNAKAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2022
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIKA TERAPAN

OLEH:
WINONA APRILIA AZZAHRA
D1A022070

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler


Mata Kuliah Fisika Terapan Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNAKAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2022
LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

PENGUKURAN

Oleh:

NAMA : WINONA APRILIA AZZAHRA


NIM : D1A022070
KELAS :B
PJ KELAS : IQBAL ZULFAHMI RAHMAT

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu hasil produksi biologi dari unggas yang dimanfaatkan manusia
adalah telur. Telur juga sering digunakan sebagai bahan baku ataupun bahan
tambahan dalam pengolahan suatu makanan karena telur mempunyai sifat
fungsional dan kaya akan protein. Hal ini sejalan dengan Bakhtara, dkk (2016) bahwa
kadar protein pada telur unggas dianalisis menggunakan metode Kjeldahl dengan
menghitung kadar nitrogen total dan dikonversikan (faktor konversi 6,25). Dari
penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil kadar protein yang terkandung di
dalam telur ayam ras 6,4506 % ± 0,1418, telur ayam kampung 6,9102 % ± 0,0475,
telur bebek 6,5996 % ± 0,0497, dan telur puyuh 6,5532 % ± 0,0110.
Telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang
sedang tumbuh dan memerlukan protein dalam jumlah cukup banyak. Telur juga
sangat baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil, ibu yang menyusui dan orang
yang sedang sakit. Peningkatan produksi telur sangat mudah dilakukan dengan
menggalakan peternakan ayam jenis unggul (ayam ras) atau jenis unggas petelur
lainnya misalnya itik alabio dan burung puyuh, pada masyarakat. Unggas relatif
mempunyai siklus hidup yang pendek, jauh lebih pendek daripada siklus hidup
ternak besar seperti misalnya lembu, domba ataupun ternak-ternak lainnya..
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Dalam praktikum kali ini saya mengukur
panjang dan lebar dari telur dengan menggunakan jangka sorong. Hasil dari
pengukuran telur menggunakan jangka sorong ini adalah dalam satuan millimeter
(mm). Kriteria telur itik yang baik jika dilihat dari luar yakni dengan melihat
kebersihan dari kerabang telur itu sendiri, kemudian dengan melihat bentuk telur,
dan juga keutuhan dari si kerabang telur. Bentuk telur yang baik yakni telur tersebut
berbentuk oval, jadi ada bagian tumpul dan juga ada bagian runcing, kemudian
kerabang tersebut licin.
1.1 Tujuan
1. Mengetahui panjang dan lebar telur
2. Mengetahui kualitas telur yang baik dengan uji kualitas telur secara sederhana.

1.2 Waktu dan Tempat


Praktikum “Pengukuran Indeks Telur” dilaksanakan secara offline pada Kamis, 20
Oktober2022 pukul 14.50 – 16.50 di laboratorium IPDP (Ilmu Pengetahuan Dasar
Peternakan).

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
2.1.1 Gambar
2.1.2 Tabel
No. Urut telur Panjang telur Lebar telur Indeks telur Keterangan
(cm) (cm)
1. 5,76 4,42 0,77 Telur normal
2. 5,65 4,48 0,79 Telur normal
3. 5,53 4,43 0,80 Telur bulat
4. 6,16 4,40 0,72 Telur normal
5. 5,89 4,55 0,77 Telur normal
6. 5,34 4,64 0,87 Telur bulat
7. 5,51 4,49 0,81 Telur bulat
8. 5,66 4,42 0,78 Telur normal
9. 5,81 4,47 0,77 Telur normal
10. 5,76 4,51 0,78 Telur normal

Rataan 5,71 4,48 0,79


Standar
deviasi

2.2 Pembahasan
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu benda dengan
sesuatu yang ditetapkan sebagai satuan. Hal ini sependapat dengan Muchtadi
(2010) bahwa pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Banyak sekali jenis hewan
yang dapat menghasilkan telur. Yang paling popular adalah telur ayam sehingga
dalam kehidupan sehari-hari istilah telur diasosiasikan dengan telur ayam.
Pada praktikum kali ini adalah melakukan pengukuran Panjang dan lebar
telur menggunakan jangka sorong. Pengukuran yang dilakukan yakni dengan
memberikan nomor pada tiap-tiap telur hingga mencapai nomor ke sepuluh, setelah
itu ukur panjang dan tebal telur dengan menggunakan jangka sorong. Mengukur
panjang telur yaitu mengukur telur mulai dari ujung telur yang runcing hingga ujung
telur yang tumpul. Mengukur lebar yakni dengan mngukur lebar telur mulai dari
samping kanan telur hingga samping kiri telur.
Hasil pengukuran telur yang didapat untuk rataan panjang telur itik yaitu
5,71 mm sedangkan rataan lebar telur itik yaitu 4,48 mm. Kemudian hitung indeks
masing masing telur dengan cara membagi lebar dengan panjang telur. Indeks
telurnya adalah 0,79 mm.
Bentuk telur dipengaruhi oleh bentuk oviduct pada masing-masing induk
ayam, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur
biasanya dinyatakan dengan suatu ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu
perbandingan (dalam persen) antara ukuran lebar dan panjang telur. Telur dapat
dikatakan bulat, normal, dan lonjong dengan menghitung indeks telurnya. Indeks
telur yang ideal adalah telur yang berbentuk oval. Menurut Azizah et al. (2012)
bentuk telur yang paling baik adalah oval. Soekarto (2013) menyatakan bahwa
bentuk telur ideal memiliki nilai indeks telur 0,80. Bentuk telur dengan indeks telur
lebih kecil dari 0,80 disebut telur berbentuk lonjong (biconical dan conical). Telur
dinyatakan berbentuk bulat (elliptical dan spherical) apabila indeks telur lebih besar
daripada 0,80.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Telur adalah salah satu bahan makanan hasil ternak yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat diperlukan dan dibutuhkan
oleh tubuh manusia seperti protein yang tinggi. Telur merupakan sumber protein
yang sangat diperlukan oleh tubuh.
2. Rumus mengukur indeks telur
Indeks Telur = Lebar Telur
Panjang Telur
3. Bentuk telur dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu telur normal, bulat dan lonjong
• Jika indeks telurnya > 0,80 telur berbentuk oval
• Jika indeksnya =0,80 telur berbentuk oval
• Jika indeks telurnya <0,80 telur berbentuk lojong

3.2 Saran
Tidak ada saran karena praktikum ini sudah berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Abdurrahman. 2014. Manajmen Ternak Unggas Kualitas Telur. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Bakhtara, D. D., Rusdi, & Mardiah, A. (2016). Penetapan Kadar Protein dalam Telur Unggas
Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl. Jurnal Farmasi Higea,
8(2):143-150.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Woolton. 2013. Ilmu Pangan. UI Press,
Jakarta.
Djanah, D. 1990. Beternak Ayam. CV. Yasaguna, Surabaya.
Isnanda,F. 2016, PERBANDINGAN KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM RAS STRAIN ISA
BROWN DAN LOHMANN BROWN. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu .Vol. 4(1): 1-5.
Muchtadi, Tien.R., dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabet, Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

TRANSFER PANAS

Oleh :
Nama : Winona Aprilia Azzahra
NIM : D1A022070
KELAS :B
PJ KELAS : IQBAL ZULFAHMI RAHMAT

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat dua buah benda atau zat yang suhunya berbeda berada dalam kontak
termal, maka kalor akan mengalir (berpindah) dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada
kecepatan perpindahan panas yang terjadi. Perpindahan energi kalor ini akan terus
berlangsung hingga kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan temperature.
Daging adalah semua jaringan hewan yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Aberle et al., 2001). Daging
merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia (Rosyidi
et al., 2009). Secara umum, komposisi daging terdiri atas air, lemak, protein, mineral dan
karbohidrat. Kandungan gizi yang lengkap dan keanekaragaman produk olahannya
menjadikan daging sebagai bahan pangan yang hampir tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia (Prasetyo et al., 2013). Biasanya daging selalu dimasak sebelum
dimakan (Segovia et al., 2007).
Pemasakan merupakan proses termal dengan tujuan utama untuk meningkatkan
cita rasa produk pangan. Proses pemasakan meliputi berbagai proses termal yang umum
dilakukan pada skala rumah tangga, seperti perebusan, pemanggangan, penggorengan,
penyangraian, dan metode lain yang mengunakan panas. Pemasakan termasuk dalam
metode pengawetan karena makanan yang matang umumnya dapat disimpan lama
(Estiasih dan Ahmad, 2009). Pemasakan merupakan faktor penting yang dapat memperbaiki
palatabilitas daging (Pearson dan Tauber, 1984). Penggunaan transfer panas untuk
memasak daging sudah meluas bukan saja di kalangan pengusaha tetapi sudah merambah
ke masyarakat menengah ke bawah.
Sedangkan pada penelitian ini, daging diletakkan di dalam air pada temperatur
100⁰C ke dalam backerglass masing-masing sebanyak 200 ml. Selama satu menit daging
direndam air pada temperatur 100⁰C, kemudian diukur temperaturnya. Daging di angkat
setelah satu menit perendaman, kemudian diukur lagi temperaturnya dan mencatat data
hasil pengukuran termperatur daging sebelum dan sesudah direndam.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur transfer panas dan air ke daging dengan lama
perebusan yang berbeda.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum “Transfer Panas” dilaksanakan secara offline pada Kamis, 20 Oktober2022
pukul 14.50 – 16.50 di laboratorium IPDP (Ilmu Pengetahuan Dasar Peternakan).

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
2.1.1 Gambar

2.1.2 Tabel

No Temperatur
Lama Perendaman Daging (⁰C) Transfer Panas Keterangan
(detik) sebelum sesudah (⁰C/Cm³/det)

1 10 detik 23,2⁰ 51,9⁰ 28,7C⁰/1Cm³/10det 2,87⁰C/Cm³/det


2 20 detik 24,4⁰ 33,3⁰ 8,9C⁰/1Cm³/20det 0,46⁰C/Cm³/det
3 30 detik 24,9⁰ 39,7⁰ 14,8C⁰/1Cm³/30det 0,49⁰C/Cm³/det

2.2 Pembahasan

Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur


menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas kedaerah yang lain dari
benda yang sama pada temperatur yang lebih rendah.Koefisien konduktivitas termal k
didefinisikan sebagai laju panas dari suatu benda dengan suatu gradien temperatur. Dengan
kata lain konduktivitas termal menyatakan kemampuan bahan menghantarkan kalor. Nilai
konduktivitas termal penting untuk menentukan jenis dari penghantar, yaitu konduksi
panas yang baik untuk nilai koefisien konduktivitas termal yang besar dan konduksi panas
yang tidak baik memiliki nilai koefisien konduktivitas termal yang kecil (Kreith, 1997).
Konduktivitas thermal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu,
kepadatan dan porositas, serta kandungan uap air. Pengaruh suhu terhadap konduktivitas
thermal sangat kecil. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktivitas thermal
akan meningkat apabila suhu meningkat. Keadaan pori-pori bahan juga akan
mempengaruhi konduktivitas thermal. Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki
oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor
yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu bergantung pada 3
faktor yaitu massa zat, jenis zat, dan perubahan suhu (Holman,1997).
Konduksi thermal merupakan suatu fenomena transport dimana perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi thermal dari satu daerah benda panas kedaerah
yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer darisatu titik ke titik
lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu konduksi, konveksi,dan radiasi. Dalam
penerapannya konduktivitas banyak digunakan pada pelapis bahan penghantar panas
seperti besi, almunium, dll. Bahan yang memiliki konduktivitas rendah dapat menahan kalor
yang berasal dari bahan yang memiliki konduktivitas tinggi seperti pada boiler, dimana
boiler dibuat dengan lapisan bahan yang berbeda beda agar panas yang ada didalam boiler
tidak mengalir keluar dan dapat menjaga kestabilan panas di dalamnya. Selain itu
penerapan konduktivitas juga banyak diterapkan dikehidupan sehari-hari, dimana saat kita
akan menggangkat panci atau kuali panas kita menggunakan lap kain agar panas dari panci
atau kuali tidak langsung membakar tangan kita karna kain juga memiliki konduktivitas
rendah (Chandrasa, 2013).
Praktikum ini dilakukan dengan mengukur temperature daging sebelum dan
sesudah daging dimasukkan ke dalam air dengan suhu 100⁰C dengan lama peredaman yang
berbeda sehingga dapat menentukan transfer panas. Lama peredaman 10 detik tercatat
bahwa daging sebelum dimasukkan ke dalam air dengan suhu 100⁰C adalah 23,2⁰C
sedangkan setelah dimasukkan ke dalam air dengan suhu 100⁰C adalah 51,9⁰. Lama
peredaman 20 detik tercatat bahwa daging sebelum dimasukkan ke dalam air dengan suhu
100⁰C adalah 24,4⁰C sedangkan setelah dimasukkan ke dalam air dengan suhu 100⁰C adalah
33,3⁰C. Lama peredaman 30 detik tercatat bahwa daging sebelum dimasukkan ke dalam air
dengan suhu 100⁰C adalah 24,9⁰C sedangkan setelah dimasukkan ke dalam air dengan suhu
100⁰C adalah 39,7⁰.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Besar transfer panas secara berturut-turut adalah 2,87⁰C/Cm³/det;
0,46⁰C/Cm³/det; dan 0,49⁰C/Cm³/det.
2. Semakin lama suatu benda berada didalam suatu medium yang
temperaturnya tinggi maka transfer panasnya semakin besar

3.2 Saran

Tidak ada saran karena praktikum ini sudah berjalan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Chandrasa, S.2013. Modul Perkuliahan Perpindahan Panas Secara Konduksi.


Universitas Mercubuana. Jakarta.
Holman, J.P, dan jasjfi. 1997. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Kreth, Frank, dan Arko prijono. 1997. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Edisi ketiga.
Erlangga. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

“Mengukur Daya Hantar Listrik Cairan Dengan Elektroanalisa”

Oleh :
Nama : Winona Aprilia Azzahra
NIM : D1A022070
KELAS :B
PJ KELAS : IQBAL ZULFAHMI RAMHMAT

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik adalah salah satu hal yang sering digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Banyak orang yang bergantung terhadap penggunaan listrik untuk mempermudah
pekerjaannya dalam berbagai hal. Setiap listrik sebenarnya memiliki daya hantar
masing-masing. Hal tersebut berfungsi untuk menentukan jumlah arus yang bisa
mengalir pada listrik tersebut.
Alasan listrik bisa mengalih adalah karena keberadaan arus elektron yang
melewati suatu hambatan. Sedangkan arus elektron sendiri didapatkan dari berbagai
bahan yang bisa menjadi ion seperti NaCl (garam dapur). Suatu NaCl dalam bentuk
larutan atau lelehannya bisa menghantarkan arus listrik, sehingga bisa dipakai untuk
menyalakan sebuah lampu LED. Contoh bahan lainnya adalah asam cuka, meskipun
tidak sebaik NaCl dalam menghantarkan arus listrik.
Berbeda dengan larutan di atas, susu tidak bisa dipakai untuk menghantarkan
arus listrik yang selanjutnya disebut dengan nonelektrolit dikarenakan tidak bisa
terionisasi seperti CH3COOH maupun NaCl. Pada setiap bahan yang termasuk ke dalam
elektrolit, bahan tersebut mempunyai kemampuan dalam menghantarkan listriknya dan
disebut dengan daya hantar. Setiap bahan pun juga mempunyai daya hantar yang
berbeda.

1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan mengukur daya hantar listrik dari berbagai
konsentrasi cairan dengan alat elektroanalisa.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum “Mengukur Daya Hantar Listrik Cairan dengan Elektroanalisa”
dilaksanakan secara offline pada Kamis, 20 Oktober 2022 pukul 14.50 – 16.50 di
laboratorium IPDP (Ilmu Pengetahuan Dasar Peternakan).
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

2.1.1 Tabel

No Konsentrasi susu (%) Daya hantar listrik Keterangan


(ampere)
1 25 0,03 A
2 50 0,05 A
3 75 0,06 A
4 X (sampel) 0,02 A

2.1.2 Grafik

0,07

0,06

0,05

0,04

0,03

0,02

0,01

0
5 25 50 75

2.1.3 Perhitungan

Y = a+bx

Y = 0,017 + 0,0006x

0,02 = 0,017 + 0,0006x


0,02-0,017 = 0,0006x

0,003 = 0,0006x

0,003: 0,0006 = x

5=x

2.1.4 Gambar

2.2 Pembahasan

Daya hantar listrik adalah ukuran kemampuan larutan dalam menghantarkan listrik.
Daya hantar listrik berbanding terbalik dengan hambatan listrik (R). Daya hantar listrik
disebut juga konduktivitas. Satuan dari daya hantar listrik adalah Ω−1 𝑐𝑚−1. Konduktivitas
digunakan untuk mengukur daya hantar larutan atau cairan elektrolit. Besarnya
konduktivitas ditentukan oleh konsentrasi elektrolit. Energi listrik dapat ditransfer melalui
materi berupa hantaran bermuatan listrik yang berwujud arus listrik yang berarti bahwa
harus ada pembawa muatan listrik di dalam materi serta adanya gaya yang
menggerakkanpembawa muatan tersebut. Pembawa muatan dapat berupa electron seperti
logam atau dapat juga digunakan ion positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit
dan lelehan garam. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari
baterai, generator atau sumber energi listrik yang lain. Muatan listrik akan berpindah jika
terdapat beda potensial diantaradua tempat tersebut. Arus listrik akan mengalir atau
berpindah dari tempat yang berpotensialtinggi menuju tempat dengan potensial yang lebih
rendah. Arus listrik terjadi didalam suatu larutan karena adanya ion yang bergerak
(Supriyana, 2004).
Cara lain untuk mengelompokkan senyawa selain dengan identitikasi ikatannya
yaitu didasarkan pada daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantarnya, senyawa dibagi
menjadi dua, yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah zat yang dapat
menghantarkan listrik atau zat yang di dalam larutanya akan terdisosiasi atau akan terurai
menjadi ion-ionnya yang menyebabkan kemampuannya untuk menghantarkan listrik.
Ditinjau dari kesetimbangan peruraiannya atau derajat disosiasinya, elektrolit dibagi
menjadi: elektrolit kuat, yaitu zat yang dalam larutannya terdisosiasi sempurna atau
sebagian besar menjadi ion-ion. Zat ini sangat mudah terionisasi dalam larutan, dengan
derajat ionisasi 1 atau mendekati 1, misalnya garam-garam alkali, asam kuat dan basa kuat.
Elektrolit lemah, yaitu zat yang dalam larutannya hanya sebagian kecil terdisosiasi menjadi
ion-ion. Zat ini sukar terionisasi, derajat ionisasinya mendekati 0, misalnya sebagian kecil
garam-garam, asam lemah dan basa lemah (Supriyana, 2004).
Susu tidak bisa dipakai untuk menghantarkan arus listrik yang selanjutnya disebut
dengan nonelektrolit dikarenakan tidak bisa terionisasi seperti CH3COOH maupun NaCl.
Pada setiap bahan yang termasuk ke dalam elektrolit, bahan tersebut mempunyai
kemampuan dalam menghantarkan listriknya dan disebut dengan daya hantar. Setiap
bahan pun juga mempunyai daya hantar yang berbeda.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi dari suatu senyawa mempengaruhi besarnya daya hantar
listrik. Semakin besar konsentrasi, daya hantar listriknya juga akan semakin
besar (berbanding lurus).

3.2 Saran

Tidak ada saran karena praktikum ini sudah berjalan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Supriyana. 2004. Kimia untuk Universitas jilid II. Jakarta: Erlangga.


LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

VISKOMETER

Oleh :
Nama : Winona Aprilia Azzahra
NIM : D1A022070
KELAS :B
PJ KELAS : IQBAL ZULFAHMI RAMHMAT

LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN DASAR PETERNKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair atau fluida disebabkan karena adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Viskositas merupakan pengukuran fluida yang diubah dengan tekanan maupun tegangan.
Besarnya viskositas dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu
zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut
fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas. Diantara
salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair memiliki kekentalan yang
berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan susu kambing dan susu sapi. Alat untuk
mengukur viskositas terbagi dalam dua jenis yaitu ada jenis digital dimana nama alatnya
adalah viskometer dan jenis manual yaitu menggunakan tabung dan bola besi pejal. Metode
manual ini merupakan metode awal yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu
cairan sebelum adanya viskometer.

Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya


gesekan antar lapisan material. Karena itu viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu
cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat.
Viskositas memiliki alat ukur yang disebut. Viskositas banyak terdapat dalam kehidupan
sehari-hari seperti susu ,sirup, minyak goreng dan oli.

Pada praktikum kali ini viskositas akan dibuktikan dengan menggunakan zat cair
berupa susu sapi. Viskositas akan dicari dengan bantuan kaca dan kertas milimeter blok.
Percobaan diakukan sebanyak 4 kali, dimana masing masing percobaan dilkukan selama 30
detik. Sudut kemiringan masing masingpercobaan di buat sama, yaitu 90 derajat.
1.2 Tujuan

1. Menentukan viskositas atau kekentalan zat cair yang ada di kehidupan sehari-hari
2. Mengetahui cara menghitung viskositas atau kekentalan zat cair yang ada di
kehidupan sehari-hari

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum “Viskositas” dilaksanakan secara offline pada Kamis, 20 Oktober 2022


pukul 14.50 – 16.50 di laboratorium IPDP (Ilmu Pengetahuan Dasar Peternakan).
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

NO KONSENTRASI SUSU HASIL


1. 25% 2,9 cm/g/det
2. 50% 1,9 cm/g/det
3. 75% 2,35 cm/g/det
4. 100% 2,2 cm/g/det

2.2 Pembahasan

Dengan Martoharsono (2006) yang menyatakan bahwa viskositas fluida (zat cair)
adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang
bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan
zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak
didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar
partikel zat cair.
Pada praktikum kali ini menggunakan dua macam jenis zat cair yaitu susu kambing
dan susu sapi. Zat-zat cair tersebut mempunyai viskositas atau kekentalan yang berbeda-
beda. Hal ini sependapat dengan Sudarjo (2008) yang menyatakan bahwa setiap zat cair
mempunyai karakteristik yang khas dan viskositas masing-masing, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Dalam praktikum ini susu kambing itu memiliki kekentalan yang
lebih dibandigkan susu sapi, hal itu dibuktikan dengan jarak tempuh masing masing susu,
dimana susu sapi memiliki rataan jarak tempuh 34,72 cm, rataan jarak tempuh susu
kambing 29,55 cm.
Viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.

1.2.1 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Viskositas atau kekentalan zat cair terjadi karena adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.

3. Cara menghitung viskositas zat cair :


Viskositas = Jarak Tempuh
Berat
Waktu Tempuh
3. Hasil praktikum yang dilakukan menunjukan bahwa susu kambing memiliki
viskositas lebih tinggi dibandingkan susu sapi.
4. Dari hasil praktikum dapat kita peroleh hasil yaitu dalam setiap zat cair
mempunyai kekentalan atau viskositas yang berbeda dan perbedaan
kekentalan atau viskositas tersebut dipengaruhi juga oleh suhu. Semakin
tinggi suhu zat cair maka semakin berkurang kekentalan zat tersebut.

3.2 Saran

Tidak ada saran karena praktikum ini sudah berjalan lancar.


DAFTAR PUSTAKA
Lubis. 2018. Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap waktu Jatuh Benda. Jurnal Ilmu
Fisika dan Teknologi. Vol. 2(2) : 26-32.
Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya. Inderalaya.

Anda mungkin juga menyukai