PEMBAHASAN
usaha beternak ayam petelur, diperlukan beberapa alat ukur untuk mengetahui
perfomans ayam petelur salah satunya adalah dilihat dari penyusutannya, ada
mati dan “culling” dalam seminggu dibagi jumlah ayam pada awal minggu
jumlah ayam pada awal bulan dikalikan persen (%). Angka standar
kerugian.
3. Susut (deplesi) ayam dalam 1 periode, umur 20 – 80 minggu atau sampai
ayam afkir :
Jumlah kumulatif ayam mati (standarnya 1/3 bagian) dan “culling”
(standarnya 2/3 bagian) dalam satu periode dibagi jumlah ayam pada awal
periode (sejak Hen Week 5%) dikalikan persen (%). Angka standar
kerugian.
3.2 Mengukur performans ayam petelur dari presentase produksi telur harian
(Hen Day)
total telur yang diproduksi oleh sejumlah ayam dalam kurun waktu tertentu
(Dadang, 2006, Leke 2015). Hen day dapat dihitung dengan cara dihitung
dari jumlah produksi telur yang diperoleh dibagi jumlah ayam yang dipelihara
dikalikan 100%.
menyatakan bahwa ayam petelur unggul dapat berproduksi sampai 70% atau
Sebagai contoh jumlah ayam layer pada pagi hari 1.000 ekor, total
produksi telur dalam satu hari 850 butir, maka Han day-nya 850 butir/1.000
ekor x 100% = 85%. Maka dapat disimpulkan performans ayam petelur masih
baik karena masih pada angka han day yang standar strain yaitu 73 – 88%.
3.3 Mengukur performans ayam petelur dari bobot telur yang dihasilkan
Egg weight adalah bobot telur (kg) dibagi jumlah telur (butir) x 1.000 =
adalah bobot telur (kg) dibagi jumlah ayam x 1.000 ekor (kg/1.000 ekor).
Standarnya 52 – 53 kg/1.000 ekor. (Admin, 2015). Cara lain untuk menentukan
telur tiap harinya dalam bentuk berat telur dibandingkan dengan jumlah ayam
petelur yang ada (North dan Bell, 1990 ; Fenita, Y., 2011).
tingginya suhu dan kelembaban kandang, kepadatan kandang yang terlalu tinggi,
serta intake energi dan protein yang masih rendah di bawah standar, sehingga
kemangkusan maksimal belum bisa dicapai. (Fenita, Y., 2011). Bell dan Weaver
(2002) dalam Fenita, Y. (2011), bahwa kebutuhan protein per hari untuk ayam
Konsumsi ransum yang diberikan ayam ras menjadi salah satu hal
terpenting yang dapat mempengaruhi bobot telur. Kualitas ransum yang kurang
baik akan menghasilkan kualitas telur menjadi rendah. Nutrien dalam ransum
yang dapat mempengaruhi kualitas telur antara lain; protein, mineral, dan vitamin
Di sisi lain rendahnya bobot telur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
menyatakan bahwa konsumsi ransum menjadi salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam
ransum.
Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; sifat genetik, tingkat
dewasa kelamin, ransum, obat-obatan, umur dan bobot ayam. Nilai koefisien
keragaman bobot ayam terhitung 7% dari 400 ekor ternak yang ditimbang
sebelum penelitian. Sejalan dengan pernyataan Hartono dan Kurtini (2015) dalam
Utomo, D. M. (2017) bahwa bobot ayam dan bobot telur mempunyai korelasi
positif, ayam dengan bobot yang lebih berat memproduksi telur yang lebih berat
Untuk strain ayam rataan berat telur yang paling kecil adalah strain Super
Harco yaitu 60.11 gram diikuti stain Dekalb Warren yaitu 60.22 gram dan paling
besar adalah strain Lochmann yaitu 60.97 gram dan hal ini sesuai dengan
dipengaruhi oleh laju produksi dan genetik, dimana penelitian strain ayam berbeda
antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan jumlah bobot telur yang dihasilkan
Standart acuan untuk nilai FCR dari ISA Brown pada umur 30-38 minggu adalah
1.93, artinya 1,93 pakan menghasilkan 1 kg telur. (Utomo, D. M., 2017). Menurut
Admin (2015) FCR total adalah jumlah pakan kumulatif sejak H.W 5% s.d umur
80 minggu/afkir. Misal habis 44.974 kg, dibagi jumlah telur kumulatif 19.934,1
ransum erat kaitannya dengan konsumsi ransum dan produksi telur. Semakin
rendah nilai konversi ransum yang diperoleh, maka semakin efisien ternak. Hal ini
Konversi pakan yang tinggi pada pakan lebih disebabkan karena konsumsi pakan
yang rendah yang menyebabkan kecukupan asupan zat makanan ayam untuk
Kualitas telur umumnya bergantung pada saat sebelum dan atau sesudah
oviposisi telur itu sendiri. Telur ketika berada dalam saluran reproduksi induk
ayam selama lebih dari 24 jam lamanya dan mengalami banyak proses yang
oviposisi antara lain faktor genetik, umur dan berat induk, nutrisi ransum,
Di sisi lain rendahnya bobot telur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
cekaman, dan suhu lingkungan. Saputra dkk., (2016) dalam Utomo, D. M. (2017)
menyatakan bahwa konsumsi ransum menjadi salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam
ransum.
Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; sifat genetik, tingkat
dewasa kelamin, ransum, obat-obatan, umur dan bobot ayam. Hartono dan Kurtini
(2015) dalam Utomo, D. M. (2017) menyatakan bahwa bobot ayam dan bobot
telur mempunyai korelasi positif, ayam dengan bobot yang lebih berat
memproduksi telur yang lebih berat dibandingkan ayam dengan bobot tubuh yang
ringan.
DAFTAR PUSTAKA