Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler atau ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging. Keunggulan yang dimiliki oleh ayam broiler
adalah kecepatan pertambahan bobot badan atau produksi daging dalam waktu yang
relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu,serta konverensi pakan yang kecil
(Putra et al., 2018). Ayam broiler umumnya dipanen atau dipasarkan pada bobot
hidup antara 1,3 – 1,6 kg per ekor dengan umur panen 5 – 6 minggu (Ratnasari et al.,
2015).
Karakteristik ayam pedaging yang bersifat tenang, bentuk tubuh besar, bulu
merapat ke tubuh dan berwarna putih, pertumbuhan cepat, kilut berwarna putih dan
produksi telur rendah (Saryanto & Suprijatna, 2014). Hal ini membuat ayam broiler
banyak diminati oleh peternak untuk dibudidayakan, selain itu daging ayam broiler
mengandung protein hewani yang berkualitas tinggi, harga relatif murah, dan mudah
diperoleh sehingga dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam
(Dahlan & Hudi, 2011)
Menurut (Agus, 2016), pemeliharaan ayam broiler memerlukan perencanaan
dan manajemen yang baik agar dapat memperoleh produksi yang optimal. Beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain adalah
pemilihan bibit yang berkualitas, ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas,
manajemen lingkungan yang baik, dan manajemen kesehatan yang efektif.
2.2 Manajemen Pemeliharaan
Ayam broiler yang dipelihara dengan sistem intensif, dimana sekelompok ayam
ditempatkan dalam satu bangunan kandang, membuat ruang geraknya menjadi sangat
terbatas. Maka untuk memenuhi kebutuhan pokok ayam yang dipelihara dalam
lingkungan terbatas tersebut, agar dapat tumbuh dengan cepat dan sehat, menuntut
adanya perlakuan manajemen pemeliharaan yang memadai dengan segala aspek
teknis-nya, secara terpadu dan komprehensif. Manajemen pemeliharaan ayam broiler,
memiliki beberapa aspek yang sangat diperlukan, dan sangat penting untuk
diterapkan secara baik dan terpadu, agar ayam yang dipelihara dapat tumbuh sehat
dan berproduksi maksimal (Tim PT. Romindo Primavetcom, 2005) meliputi beberapa
aspek, seperti manajemen pakan, manajemen kesehatan, dan manajemen lingkungan :
2.2.1 Manajemen Pakan
Manajemen pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan
ayam broiler. Menurut (Sjofjan, 2018), pakan yang diberikan harus memiliki kualitas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ayam broiler. Kualitas pakan dapat dilihat
dari kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan, seperti protein, lemak, serat,
dan mineral. Selain itu, ketersediaan air bersih dan segar juga merupakan faktor yang
sangat penting dalam manajemen pakan ayam broiler.
Pemberian pakan untuk ayam broiler adalah full feed (ad libitum) artinya
tabung tempat pakan ayam tidak boleh kosong. Pemberian pakan yang efisien, baik
dari segi harga maupun cara pemberian sangat memberi pengaruh kepada keuntungan
maupun kerugian bagi peternak. Kandungan nutri yang terkandung pada pakan juga
harus diperhatikan oleh peternak agar pertumbuhan ayam dapat maksimal, pada fase
starter kandungan nutrisi kadar protein kasar 20 – 23%, serat kasar 5%, dan energi
metabolis 3.000 kkal/kg, sedangkan pada fase finisher mengandung protein kasar 18
– 22%, serat kasar 5,5%, dan energi metabolis 2.900 kkal/kg (SNI, 2015).
2.2.2 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan ayam broiler meliputi tindakan pencegahan dan
pengobatan penyakit. Pemeliharaan kesehatan ayam broiler dapat dilakukan dengan
melakukan pencegahan melalui program kesehatan seperti memberikan vaksinasi
pada ayam broiler yang berisiko terkena penyakit tertentu, seperti Newcastle Disease
(ND) dan Infectious Bronchitis (IB). Selain itu, penerepan biosekuriti dan
pengendalian hama serta penyakit juga menjadi faktor penting dalam manajemen
kesehatan ayam broiler.
Biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuknya penyakit ke dan dari peternakan. Elemen dari biosekuiriti adalah tindakan
isolasi, pengawasan lalulintas dan sanitasi kandang dan peralatan(Umiarti, 2020).
Untuk mencapai tujuan dari biosekuriti tersebut, beberapa hal penting sangat perlu
untuk diperhatikan dan dilakukan oleh semua pelaku yang bergerak dibidang
peternakan. Beberapa hal penting yang berhubungan dengan aspek biosekuriti,
diantaranya mengenai ; penetapan lokasi peternakan; mengatur lalu lintas ternak dan
sarana peternakan lainnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengatur lalu
lintas orang yang keluar masuk areal peternakan.
2.2.3 Manajemen Lingkungan
Manajemen lingkungan ayam broiler meliputi pengaturan suhu dan kelembaban
udara yang tepat serta pengendalian gas, bau, dan debu di kandang. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi ayam broiler sehingga
dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produksi ayam broiler. Pada pemeliharaan
ayam broiler dengan sistem kadang open house, manajemen lingkungan harus
diperhatikan dengan memastikan udara bisa keluar masuk melalui ventilasi sehingga
sirkulasi didalam kandang menjadi lebih baik (Umiarti, 2020).
2.3 Evaluasi Produksi
Evaluasi produksi dilakukan untuk mengetahui performa produksi dan analisis
usaha ayam broiler yang telah dipelihara, beberapa faktor yang daapat mempengaruhi
performa ayam broiler adlah mortalitas, konsumsi pakan, bobot badan akhir, FCR
(feed conversion ratio), IP (indeks performa) (Suasta et al., 2019):
2.3.1 Mortalitas
Mortalitas atau persentase kematian adalah jumlah ayam yang mati dan diafkir,
jumlah ayam yang mati dan afkir diperoleh dari hasil pengurangan jumlah total ayam
yang dipelihara dengan jumlah total ayam yang dijual.
2.3.2 Konsumsi pakan
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu
tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan zat nutrisi lain, konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan
oleh ternak (Qurniawan et al., 2017). Faktor utama yang mempengaruhi konsumsi
pakan adalah kandungan energidalam pakan dan keadaan suhu lingkungan ( Arum et
al., 2017).
2.3.3 Bobot badan akhir
Bobot badan selama satu periode pemeliharaan ayam ras pedaging dipengaruhi
oleh kualitas pakan yang dikonsumsi, karena ayam ras pedaging membutuhkan nutrisi
yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan pada jaringan tubuh. Pakan yang
dikonsumsi oleh ayam ras pedaging sangat menentukan pertambahan bobot badan
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi suatu usaha peternakan. Bobot badan akhir
adalah rata – rata total berat ayam yang dijual dibagi dengan jumlah total ayam yang
dijual ( Arum, et al., 2017).
2.3.4 FCR
Feed Conversion Ratio (FCR) adalah rasio antara konsumsi pakan dengan
pertambahan berat badan ayam broiler. Menurut (Prasetyo et al., 2018), faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai FCR ayam broiler antara lain kualitas pakan, kesehatan
ayam, suhu dan kelembaban kandang, serta jenis pakan yang digunakan. Menurut
Allama et al., (2022) bahwa nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa
efisiensi penggunaan pakan yang baik, karena semakin efisien ayam mengkonsumsi
pakan untuk memproduksi daging. Indeks konversi ransum akan naik apabila
hubungan antara jumlah energi dalam formula dan kadar protein disesuaikan secara
teknis. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum dan
pertambahan bobot badan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai FCR yaitu
kualitas day old chick (DOC), kualitas nutrisi, manajemen pemeliharaan dan kualitas
kendang (Nugraha et al., 2017) .
2.3.5 IP
Indeks Performa Ayam Broiler mencakup parameter berat badan akhir,
konsumsi pakan, mortalitas, dan efisiensi pakan. Menurut (Kusumawati et al., 2019),
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Indeks Performa Ayam Broiler antara lain
genetik ayam broiler, kualitas pakan, manajemen pemeliharaan ayam broiler, dan
kondisi lingkungan. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui
keberhasilan pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks
performa (IP) adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui
performa ayam ras pedaging. Faktor IP digunakan sebagai acuan karena selain
mempertimbangkan bobot badan, konversi pakan, deplesi dan lama pemeliharaan
sudah cukup lengkap untuk menilai (Sjofjan 2008; ( Arum et al., 2017) ). Semakin
besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi pemeliharaan ayam dan semakin
efisien penggunaan pakan. Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan
siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah presentase ayam yang hidup
selama pemeliharaan( Arum et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Adytia Nugraha, Y., Nissa, K., Nurbaeti, N., Muhammad Amrullah, F., & Wahyu
Harjanti, D. (2017). Pertambahan Bobot Badan dan Feed Conversion Rate Ayam
Broiler yang Dipelihara Menggunakan Desinfektan Herbal. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 27(2), 19–24. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.02.03
Agus, A. (2016). Pengaruh penggunaan minyak atsiri bunga cengkeh pada pakan
terhadap performa ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak Dan Veteriner, 21(4), 235–
241.
Allama, H., Sofyan, O., Widodo, E., & Prayogi, D. H. S. (2022). Pengaruh
penggunaan tepung ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dalam pakan terhadap
penampilan produksi ayam pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 22(3), 1–8.
http://jiip.ub.ac.id/
Arum, K. T., Cahyadi, E. R., & Basith, A. (2017). Evaluasi Kinerja Peternak Mitra
Ayam Ras Pedaging. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan,
5(2), 78–83. https://doi.org/10.29244/jipthp.5.2.78-83
Dahlan, M., & Hudi, N. (2011). Studi manajemen perkandangan ayam broiler di
dusun wangket desa kaliwates kecamatan kembangbahu kabupaten lamongan.
Jurnal Ternak, 02(01).
Kusumawati, D., Sudibya, G. Y., & Sari, T. P. (2019). Pengaruh manajemen
pemeliharaan terhadap indeks performa ayam broile. Jurnal Ilmu Terna Dan
Veteriner, 24(1), 1–7.
Prasetyo, L. H., Sutopo, S., & Purwanto, B. P. (2018). Pengaruh suhu dan
kelembaban terhadap konsumsi pakan dan FCR ayam broiler. Jurnal Ilmu
Veteriner, 23(1), 15–20.
Putra, C. G. N., Maulana, R., & Fitriyah, H. (2018). Otomasi Kandang Dalam Rangka
Meminimalisir Heat Stress Pada Ayam Broiler Dengan Metode Naive Bayes.
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (J-PTIIK)
Universitas Brawijaya, 2(1), 387–394.
Qurniawan, A., Arief, I. I., & Afnan, R. (2017). Performans Produksi Ayam Pedaging
pada Lingkungan Pemeliharaan dengan Ketinggian yang Berbeda di Sulawesi
Selatan (BROILER PRODUCTIONS PERFORMANCE ON THE DIFFERENT
BREEDING ALTITUDE IN SOUTH SULAWESI). Jurnal Veteriner, 17(4),
622–633. https://doi.org/10.19087/jveteriner.2016.17.4.622
Ratnasari, R., Sarengat, W., & Setiadi, A. (2015). Analisis Pendapatan Peternak Ayam
Broiler Pada Sistem Kemitraan Di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.
Animal Agriculture, 4(April), 47–53.
Saryanto, & Suprijatna. (2014). Aguaculture Management Broiler Finisher Phase in
PT. Surya Unggas Mandiri Tambiluk Village Petir Districts Serang regency,
Banten. Universitas Diponegoro.
Sjofjan, A. (2018). engaruh penambahan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus)
dalam pakan terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ayam broiler. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia, 4(2), 68–73.
SNI, B. S. N. (2015). Pakan ayam ras pedaging (broiler) ─ Bagian 2 : masa awal
(starter). Badan Standarisasi Nasional Indonesia SNI, 9.
Suasta, I. M., Mahardika, I. G., & Sudiastra, I. W. (2019). Evaluasi Produksi Ayam
Broiler Yang Dipelihara Dengan Sistem Closed House. Majalah Ilmiah
Peternakan, 22(1), 21. https://doi.org/10.24843/mip.2019.v22.i01.p05
Tim PT. Romindo Primavetcom. (2005). Manajemen Pemeliharaan Broiler.
Umiarti, A. T. (2020). Manajemen Pemeliharaan Broiler.

Anda mungkin juga menyukai