Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG GERMINASI BIJI PEPAYA

PADA RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh

IVON FAUZIAH HERMAINI


23010118140092

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUA
N

Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta jiwa dan tingkat

pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi menyebabkan kebutuhan pangan

semakin meningkat. Salah satu nutrisi yang memiliki peran penting bagi

kebutuhan umat manusia adalah protein. Sumber protein yang lumrah dan mudah

didapatkan adalah dari telur dan daging ayam terutama daging ayam broiler.

Ayam broiler merupakan komoditas ternak popular dan cukup banyak

dibudidayakan sebagai penghasil daging yang diminati, selain karena dagingnya

yang empuk, ukuran yang besar dan padat, daging ayam broiler dari segi ekonomi

relatif murah dan dapat diterima oleh semua golongan. Ayam broiler juga

kelemahan seperti mudah stress yang diakibatkan oleh suhu tinggi, kepadatan

tinggi dan faktor lainya yang menyebabkan menurunnya produktivitas ayam

broiler. Antioksidan sintetik biasa diberikan pada ayam broiler untuk

menaggulangi stress.

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,

dengan cara mengikat radikal bebas serta molekul reaktif sehingga hal tersebut

mampu menghambat kerusakan sel (Nurjanah et al., 2011). Antioksidan terbagi

menjadi dua, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami

banyak terdapat pada bahan seperti tumbuhan, sayuran maupun buah-buahan.

Antioksidan sintetik seperti butil hidroksilanisol (BHA), butil hidroksittoluen

(BHT), propilgallat dan etoksiquin.


Antioksidan sintetik yang diberikan secara terus menerus diyakini dapat

meninggalkan residu dan memberikan efek buruk pada manusia. Hal tersebut

membahayakan konsumen karena pada ternak yang diberikan antioksidan sintetik

memiliki residu dalam daging yang bersifat karsinogenik. Pengaruh buruk ini

mendorong peneliti untuk mencari alternatif atau pengganti antioksidan sintetik

tersebut, mengingat ayam broiler membutuhkan antioksidan sebagai anti stress

yang erat hubungannya dengan performans serta produktivitas ternak.

Antioksidan sintetis yang diberikan ke ternak memang memiliki kelebihan, selain

harganya yang relatif murah juga dapat mengurangi stress pada ternak yang

disebabkan oleh banyak faktor seperti kepadatan kandang atau lingkungan yang

kurang kondusif. Dampak buruk penggunaan antioksidan secara terus menerus

terhadap ternak telah menciptakan respon positif untuk terus mencari alternatif

sumber antioksidan alami dengan tetap mempertahankan nilai dan fungsinya.

Penambahan bahan pakan mengandung antioksidan bertujuan untuk menjaga

status kesehatan dan menghindarkan ayam dari stress sehingga energi dan nutrisi

dari pakan difokuskan untuk produksi yang dapat diukur melalui konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan bobot hidup dan persentase

karkas.

Biji papaya merupakan limbah agrarian yang sering dibuang tanpa

dimanfaatkan lebih lanjut, padahal biji papaya memiliki kandungan flavonoid,

saponin, anthraquinones dan anthocyanosides yang memiliki sifat antioksidan

sehingga sangat cocok digunakan sebagai antioksidan alternatif (Adeneye dan


Olagunju, 2009). Penggunaan biji pepaya dalam ransum dapat berdampak negatif

terhadap kecernaan ransum karena tingginya serat kasar dan antinutrisi seperti

tanin, asam fitat dan oksalat (Sugiharto, 2020), sehingga dibutuhkan metode

pengolahan yang dapat menurunkan kadar antinutrisi tersebut sehingga dapat

digunakan sebagai antioksidan alami.

Germinasi adalah proses tumbuhnya embrio dan komponen komponen

benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal sebagai tanaman

baru (sari et al., 2011).Germinasi merupakan proses penguraian senyawa senyawa

kompleks menjadi lebih sederhana dan mudah dicerna. Metode germinasi

merupakan metode sederhana, murah dan ramah lingkungan yang dapat

meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar serat kasar. Proses germinasi

memiliki kelebihan dapat memperbaiki fraksi serat kasar pada biji-bijian sehingga

menurunkan serat kasar dan mudah dicerna (Malama et al., 2020).

Performans merupakan indikator keberhasilan produktivitas dari

pemeliharaan ayam broiler. Keberhasilan performans diukur dari konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan, bobot hidup dan persentase

karkas. Konsumsi pakan (feed intake) merupakan jumlah pakan yang dihabiskan

oleh ayam atau unggas pada periode waktu tertentu, misalnya konsumsi pakan

setiap hari dihitung dengan satuan gram/ekor/hari (Yuwanta, 2004). Konsumsi

pakan menjadi salah satu indicator yang menentukan pertambahan bobot badan

ayam broiler dalam masa pemeliharaan. Nilai konsumsi pakan dan pertambahan

bobot badan akan dibandingkan untuk mendapat nilai konversi pakan untuk

mengetahui efisiensi penggunaan pakan. bobot hidup dan persentase karkas


merupakan indikator keberhasilan pemeliharaan ayam broiler dimana kemampuan

produksi ayam broiler untuk menghasilkan daging sebagai produk utama. Bobot

hidup dan persentase karkas salah merupakan satu parameter yang menunjukkan

kemampuan pemberian tepung germinasi biji pepaya dalam menjaga performa

produksi ayam broiler tetap optimal.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji performans ayam broiler

yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, bobot

hidup dan presentase karkas yang diberi pakan mengandung tepung germinasi biji

papaya sampai level 5%. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan

informasi mengenai penggunaan tepung germinais biji papaya sebagai pakan

ayam. Hipotesa dalam penelitian ini yaitu suplementasi tepung germinasi biji

papaya pada pakan ayam broiler mampu meningkatkan konsumsi pakan dan

pertambahan bobot badan ayam broiler, memperbaiki konversi pakan,

meningkatkan bobot hidup dan presentase karkas ayam broiler.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam broiler

Ayam broiler merupakan komoditi unggas yang memberikan kontribusi

besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi masyarakat Indonesia.

Ayam broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang

sangat cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu (Umam et al., 2015).

Karakteristik dari ayam pedaging adalah pertumbuhan cepat, dada lebar dengan

timbunan daging yang padat, efesiensi dalam penggunaan ransum sangat baik,

masa panen pendek dan daging berserat lunak (Londok et al., 2017). Ayam broiler

memiliki kelebihan dari sifat genetiknya yaitu pertumbuhannya yang cepat hingga

mampu tumbuh mencapai bobot badan 1,5-2,0 kg dalam masa pemeliharaan 30-

35 hari (Lukito et al., 2019). Ayam broiler juga memiliki kekurangan yaitu mudah

stress sehingga memicu munculnya penyakit dan dapat menurunkan produksi

hingga meningkatnya angka mortalitas (Tamzil, 2014). Ayam broiler Lohmann

MB 202 jantan mencapai bobot badan 1,40 kg dengan konsumsi pakan komulatif

2.120 g/ekor dan FCR I,41 (PT Japfa, 2008).

Fase pertumbuhan ayam broiler terbagi menjadi dua fase yaitu fase satarter

dan fase finisher. Fase starter dimulai pada ayam broiler berumur 1-21 hari dan
fase finsher dimulai pada hari ke 22-35 atau sesuai dengan umur dan bobot yang

diinginkan (Fatmaningsih et al., 2016). Performans ayam broiler dapat dicapai

dengan optimal karena dipengaruhi faktor yang meliputi bibit, pakan, dan

pengelolaan atau manajemen (Nuryati, 2019). Kebutuhan nutrisi tiap fase

pertumbuhan ayam broiler berbeda-beda. Kebutukan protein pada fase starter

sebanyak 23% sedangkan pada fase finisher sebanyak 20%, kebutuhan energy

metabolis pada fase sterter sebanyak 2800-3200 kkal/kg, kebutukan kalsium pada

fase starter sebanyak 1% sedangkan pada fase finisher sebanyak 0,9%, kebutukan

fosfor pada fase starter sebanyak 0,45% sedangkan pada fase finisher sebanyak

0,35% (Sio et al, 2015).

Pakan merupakan aspek yang utama dalam pemeliharaan dan

produktivitas ayam broiler, sehingga harus diperhatikan kulitas dan kuantitasnya.

Selain itu pakan adalah aspek dengan biaya yang paling tinggi pada peternakan

ayam broiler yaitu mencapai 60 – 70%. Kandungan nutrisi dalam pakan harus

seimbang dan mencukupi kebutuhan ternak agar ternak dapat tumbuh dengan

optimal (Tamalluddin, 2014). Pakan yang sering digunakan oleh peternak

merupakan complete feed yang diproduksi oleh perusahaan berdasarkan

kebutuhan nutrisi ternak (Anggitasari et al., 2016).

2.2. Biji Pepaya

Tanaman papaya pada umumnya hanya dikonsumsi buah dan daunnya,

sedangkan bijinya hanya dibuang sehingga menjadi limbah pertanian. Bagian dari

tumbuhan papaya seperti buah, batang dan daun papaya dapat dimanfaatkan,
sedangkan biji papaya masih sedikit dimanfaatkan (Arvind et al., 2013). Biji

pepaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dengan menjadi obat tradisional

seperti sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, kontrasepsi pria,

dan bahan baku obat masuk angina (Warisno, 2003). Biji papaya merupakan

limbah holikultura yang keberadaanya melimpah, mudah ditemukan dan harganya

tergolong murah yang belum banyak digunakan selain itu juga memiliki

kandungan protein yang tinggi sehingga sangat cocok digunakan sebagai pakan

alternative (Lukito et al., 2019). Komposisi biji papaya dalam buah papaya pada

umumnya sebesar 14,3% (Achtami, et al., 2017).

Penggunaan biji papaya sebagai pakan ayam broiler dikarenakan

kandungan nutrisinya yang meliputi 25,1% protein kasar, 45,6% serat kasar dan

8,2% kadar abu (Maisarah et al., 2014).

Selain adanya kandungan nutrisi tersebut, biji papaya juga mengandung

alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, arthraquinones, dan anthocyanosides yang

memiliki sifat antioksidan (Christalina, 2017). Biji pepaya mengandung alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, anthraquinones, dan anthosianosides yang dapat

digunakan sebagai antioksidan alami dan menggantikan antioksidan sintestis yang

dapat meninggalkan residu pada produk daging ayam broiler (Wenno, 2018). Hal

ini sependapat dengan Sugiharto (2020) bahwa Biji pepaya memiliki kandungan

zat aktif yang berupa polifenol, flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin yang

memiliki sifat antioksidan. Antioksidan mampu menetralkan radikal bebas dengan

cara memberikan satu atom protonnya sehingga menjadikan radikal bebas

tersebut menjadi stabil dan tidak reaktif (Christalina, 2017). Antioksidan


merupakan zat yang mampu melawan pengaruh negatif dari radikal bebas yang

dihasilkan sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia

dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh (Solichin, 2014). Kandungan

tanin dalam pakan unggas sebesar 0,33% tidak membahayakan untuk tubuh

unggas. Kandungan tanin dalam pakan unggas yang mencapai 0,5% atau lebih

akan memberikan pengaruh negative yaitu mampu menekan pertumbuhan ayam

broiler dikarena tanin mampu menekan retensi nitrogen dan mengakibatkan

menurunnya daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dapat diserap oleh

vili-vili usus (Widodo, 2005). Kandungan antinutrisi biji pepaya perlu diberikan

penanganan khusus sebelum diberikan ke ternak (lukito 2020) salah satunya

melalui proses germinasi.

2.3. Germinasi

Perkecambahan merupakan proses terbentuknya radikula dan plumula dari

benih/biji. Secara morfologis suatu benih perkecambahan ditandai dengan adanya

radikula dan plumula dari biji (Marthen et al., 2013). Perkecambahan adalah

proses tumbuhnya embrio dan komponen benih yang memiliki kemampuan untuk

tumbuh secara normal sebagai tanaman baru (sari et al., 2011). Germinasi

merupakan awal dari aktivitas pertumbuhan embrio yang dilihat dengan adanya

pecah kulit biji dan munculnya bibit tanaman baru. Kelebihan pengolahan

menggunakan metode germinasi adalah terjaganya asam amino serta tidak

mempengaruhi sifat-sifat organoleptik pada bahan (Ferdiawan et al., 2019)


Perkecambahan mampu mengurangi kandungan senyawa antinutrisi

seperti tanin dan dapat meningkatkan kandungan nutrisi pada bahan yang

dikecambahakan (wulandari et al., 2021). Selama perkecambahan, nilai nutrisi

dan obat dari benih berubah. Perkecambahan dapat menurunkan kandungan

antinutrisi dan antipencernaan seperti protease inhibitor dan lektin, serta

menginduksi akumulasi metabolit sekunder, beberapa di antaranya bersifat

antioksidan (Aguilera et al., 2013). Metode perkecambahan dan fermentasi dapat

merombak kandungan serat bahan (Agato et al., 2018). Peningkatan kandungan

serat kasar pada proses perkecambahan terjadi karena adanya perubahan

polisakarida yang ada pada dinding sel, seperti selulosa, glukosa dan manosa

(Damayanti et al., 2019). Perkecambahan dapat meningkatkan kandungan protein

kasar (Ferdiawan et al., 2019

2.4. Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dihabiskan oleh ayam

atau unggas pada periode waktu tertentu. Konsumsi pakan merupakan aspek

terpenting dalam pembentukan jaringan tubuh yang akan meningkatkan pertambahan

bobot badan (Tobing 2005). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi,

suhu, lingkungan, kesehatan ayam, perkandangan, wadah pakan, kandungan

nutrisi dalam pakan dan stress yang terjadi pada ternak unggas (Widodo, 2009).

Kandungan energi ransum sangat mempengaruhi jumlah konsumsi ransum dengan

hubungan yang terbalik, dimana energi ransum semakin tinggi maka konsumsi
ransum semakin rendah (Amarullah, 2004). Kebutuhan energi ayam broiler

periode starter 3080 kkal/kg ransum pada tingkat protein 24%, sedangkan periode

finisher 3190 kkal/kg ransum pada tingkat protein 21% (Fadilah, 2004). Penelitian

Balqis et al., (2022) penambahan Tepung Daun Pepaya (Carica papaya L.) dan

Multi Enzim dalam ransum dengan taraf 20% mampu meningkatkan konsumsi

ransum ayam broiler (Balqis et al., 2022)

Nilai pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot akhir dan

bobot awal dengan lamanya pemeliharaan (Fahrudin et al., 2016). Faktor

mempengaruhi pertambahan bobot badan antara lain perbedaan jenis kelamin,

konsumsi pakan, lingkungan, bibit dan kualitas pakan (Qurniawan 2016).

Pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas

yang berkaitan dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka

akan mengganggu pertumbuhan (Uzer et al., 2013).

Hasil penelitian Sae (2021) menunjukkan bahwa penambahan kecambah

biji jagung dengan taraf 5% hingga 20% mampu meningkatkan bobot badan ayam

broiler. Penelitian Balqis et al., (2022) pada ayam broiler yang diberi penambahan

Tepung Daun Pepaya (Carica papaya L.) dan Multi Enzim dengan taraf 2,5%

mampu memberikan pertambahan boobt badan paling efektif. Diharapkan

pemberian tepung germinasi bii papaya mampu memberikan efek positif pada

pertambahan bobot badan.

Konversi pakan dapat didefinisikan sebagai ukuran efisiensi pakan karena

menunjukkan kemampuan ternak dalam merubah pakan menjadi produk hasil


dimana dalam ayam broiler dilihat dari bobot badan (Fitro et al., 2015). Konversi

pakan adalah faktor yang digunakan untuk mengetahui efesiensi penggunaan

pakan oleh ternak atau sebagai pengukur seberapa banyak pakan yang digunakan

untuk menghasilkan produk akhir pada ayam broiler berupa daging (Siregar

2017). Konversi pakan digunakan sebagai pengukur produktivitas ternak dan

didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot

badan (PBB) yang diperoleh selama kurun waktu tertentu.

Nilai konversi pakan yang semakin kecil merupakan indikator efisiensi

ransum semakin baik. Sebaliknya, konversi pakan yang semakin besar merupakan

indikator efisiensi ransum semakin buruk (Ali et al., 2019). Nilai konversi pakan

buruk karena banyaknya pakan yang dikonsumsi ayam broiler tidak diimbangi

dengan meningkatnya pertambahan bobot badan. Tingginya nilai konversi pakan

disebabkan serat kasar yang terkandung dalam pakan menyebabkan zat nutrisi

dalam pakan kurang dapat dimanfaatkan oleh ayam sehingga pertumbuhannya

rendah (Wati et al., 2018). Hasil penelitian Sae, (2021) ayam broiler yang diberi

penambahan kecambah biji jagung dengan taraf 20% pada ransum menunjukkan

penurunan nilai konversi ransum yang artinya penggunaan ransum semakin

efektif dan konversi ransum semakin baik. Oleh karena itu, tepung germinasi biji

papaya diharapkan lebih efektif meningkatkan produktifitas yam broiler.

2.5. Bobot Hidup dan Persentase Karkas saran

Bobot badan akhir adalah bobot hidup ayam pada akhir pemeliharaan

yakni umur 35 hari. Bobot hidup menunjukkan produktivitas ayam pedaging


sebagai hasil terhadap ransum yang diberikan (hadi, 2002). Pertambahan bobot

tubuh merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur

pertumbuhan, semakin besar pertambahan berat tubuh akan semakin besar bobot

hidup yang dihasilkan (Saputra et al.,. 2015). Faktor yang mempengaruhi bobot

badan akhir meliputi galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang

mendukung (Nuraini et al., 2018). Konsumsi pakan dapat mempengaruhi bobot

hidup karena konsumsi pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan bobot badan

selama pemeliharaan (Rasyaf, 2004) Bobot hidup dapat mempengaruhi bobot

karkas dan presentase karkas (Dogomo 2018). Faktor pendukung pertumbuhan

ayam broiler adalah 1) pakan yang menyangkut kualitas dan kuantitasnya, 2)

suhu, ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19-21°C,

dan 3) pemeliharaan, menyangkut sistem menajemen yakni pola pemeliharaan

intensif yang berhubungan dengan pola pemberian pakan, perawatan kesehatan

ayam dan kebersihan kandang (Melindasariet al., 2013).

Hasil penelitian Desi (2021) menunjukan bahwa penggunaan kecambah

biji jagung dalam pakan dengan taraf pemberian 5% sampai 20% kecambah tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot hidup ayam broiler. Penambahan tepung daun

papaya dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan akhir ayam

broiler yang disebabkan karena pertambahan bobot badan yang tidak berbeda

nyata akibat konsumsi pakan yang juga tidak berbeda nyata (Putra, 2017).

Pemberian ekstrak daun pepaya sampai 75 ml/liter dalam air minum ayam broiler

tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bobot hidup ayam broiler

(wahdini, 2016)
Bobot karkas merupakan bobot bobot ayam tanpa darah, bulu, kepala,

leher, kaki dan organ dalam (Nuraini et al., 2018). persentase karkas yang tinggi

menunjukan kualitas karkas yang baik. Kualitas karkas dipengaruhi oleh faktor

sebelum pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, jenis ternak, jenis

kelamin, umur dan pakan (Fijanaet al., 2012) Karkas tersusun dari lemak,

jaringan kulit, tulang, daging dan lemak. Konsumsi pakan dan energi berpengaruh

pada komposisi karkas (Imamudinet al., 2012). Tingginya persentase karkas ayam

ras pedaging dipengaruhi oleh bobot hidup. Produksi karkas ditunjang oleh bobot

potong yang dihasilkan dan penanganan dalam proses pemotongan (Harahap et

al.,2020). persentase karkas sangat dipengaruhi oleh bobot hidup yang dihasilkan,

meningkatnya bobot hidup ayam diikuti oleh menurunnya kandungan lemak

abdominal yang menghasilkan produksi daging yang tinggi (Subekti et al., 2012).

persentase karkas ayam ras pedaging umur 5 minggu berkisar antara 65-75 %

(Putra, 2017)

Hasil penelitian Desi (2021) menunjukan bahwa penggunaan kecambah

biji jagung dalam pakan dengan taraf pemberian 5% sampai 20% kecambah tidak

berpengaruh nyata terhadap persentase karkas ayam broiler. Ayam broiler yang

diberi tepung jambu biji sebagai antioksidan menunjukkan adanya peningkatan

signifikan pada persentase karkas (Bikrisima et al., 2014). Pemberian tepung daun

pepaya dalam ransum memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap

persentase karkas (Surah et al., 2020). Pemberian ekstrak daun pepaya sampai 75

ml/liter dalam air minum ayam broiler tidak memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap persentase karkas ayam broiler (wahdini, 2016). Menurut Septiani et al.
(2016) bahwa ada hubungan linier antara protein, energi, dan persentase karkas.

Protein dan energi yang terkandung dalam pakan akan digunakan untuk

memproduksi daging dalam tubuh. Persentase karkas sangat ditentukan oleh bobot

hidup akhir, bobot potong, dan bobot karkas.


BAB III

MATERI METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli tahun 2021. Pemeliharaan

ayam dilakukan di Kandang unggas, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis kandungan nutrient bahan pakan

penyusun ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan, Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan yaitu 260 ekor DOC strain Lohmann dengan bobot

rata-rata 32 ± 1,09 g gram, bahan pakan yang digunakan yaitu jagung giling,

minyak kelapa, bungkil kedelai, DL-Methionine, bentonit, limestone,

monocalcium phospate, premix, chlorine chloride, garam, tepung germinasi biji

papaya, pakan komersial, desinfektan, kapur, obat, vitamin, vaksin newcastle

disease (ND) untuk umur 4 hari, vaksin gumboro untuk umur 11 hari dan vaksin

ND La Sota untuk umur 18 hari.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu thermohygrometer,

timbangan digital, timbangan gantung, kandang, tempat pakan dan minum, jaring

kandang, lampu, instalasi listrik, ember, plastic bag, sprayer. Pemeliharaan


menggunakan kandang dengan ukuran 1 m × 1 m dengan setiap kandang

perlakuan berisi 13 ekor ayam.

3.2. Metode

3.2.1. Rancangan Percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5

ulangan. Masing-masing unit percobaan berisi 13 ekor. Perlakuan yang diberikan

yaitu :

T0 : Ransum kontrol

T1 : Ransum kontrol + 1% Tepung germinasi biji pepaya

T2 : Ransum kontrol + 2,5% Tepung germinasi biji papaya

T3 : Ransum control + 5% Tepung germinasi biji pepaya

Parameter penelitian merupakan konversi pakan, konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan, bobot hidup dan persentase karkas

3.2.2. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui 3 tahap, meliputi persiapan,

pelaksanaan penelitian dan pengamatan parameter.

Tahap persiapan meliputi penyediaan bahan pakan yang digunakan untuk

menyusun ransum. Biji Pepaya diperoleh dari penjual pepaya di pasar

Pucanggading, Semarang. Jenis Pepaya yang digunakan adalah Pepaya Bangkok

sehingga memiliki ukuran biji yang besar dan bulat. Proses germinasi biji papaya

diawali dengan membersihkan kulit ari biji papaya kemudian dilakukan seleksi

pada biji papaya yang tidak layak untuk dikecambahkan. Biji papaya yang lolos
dari seleksi akan di rendam menggunakan air hangat selama 24 jam yang

bertujuan agar mempercepat dormansi pada biji. Biji papaya dimasukkan dalam

botol air mineral yang telah diberi lubang-lubang kecil pada bagian bawah dan

diberi kapas basah di alasnya kemudian ditutup dengan kapas basah kembali, lalu

dibungkus dengan plastic hitam dan digantung di tempat yang terkena sinar

matahari dan ditunggu selama 2 minggu dengan ukuran tunas sekitar 0,5 cm.

pembuatan tepung germinasi biji papaya dilakukan dengan cara mengeringkan

hasil germinasi dibawah sinar matahari langsung dan setelah kering digiling

hingga menjadi tepung.

Penyusunan ransum dilakukan dengan perhitungan kebutuhan nutrienayam

broiler pada fase starter dan finisher. Pembuatan ransum dilakukan dengan

penimbangan bahan pakan sesuai dengan komposisi. Bahan pakan kemudian

dicampur hingga homogen. Jenis bahan pakan dan presentase penggunaan bahan

pakan dalam ransum perlakuan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Bahan Pakan, Persentase Penggunaan Bahan Pakan


Persentase Bahan Ransum
Bahan Pakan
T0 T1 T2 T3
----------------------%-----------------
Jagung Kuning 58,54 58,11 57,32 56,09
Minyak Kelapa Sawit 2,96 2,91 2,88 2,8
Bungkil Kedelai 34,7 34,18 33,5 32,31
Germinasi Biji Pepaya - 1 2,5 5
DL- methionine 0,19 0,19 0,19 0,19
Bentonit 0,75 0,75 0,75 0,75
Limestone 0,75 0,75 0,75 0,75
Monocalcium Phospat 1,3 1,3 1,3 1,3
(MCP)
Premix 0,34 0,34 0,34 0,34
Chlorine chloride 0,07 0,07 0,07 0,07
Garam 0,4 0,4 0,4 0,4
Total 100 100 100 100
Protein Kasar (%) 21,15 21,13 21,12 21,09
Energi Metabolis (Kkal/kg) 3091,50 3087,01 3082,10 3072,67

Penyusunan ransum dilakukan dengan penghitungan berdasarkan kandungan

nutrisi masing-masing bahan pakan hingga sesuai kebutuhan nutrien ayam broiler

pada fase starter dan finisher. Pembuatan ransum dilakukan dengan penimbangan

masing-masing bahan pakan sesuai dengan komposisi pada Tabel 2 kemudian

dicampur hingga homogen.

Tahap persiapan kandang dimulai dengan pembersihan bagian dalam dan

luar kandang menggunakan sabun detergen dilanjutkan dengan pemasangan tirai

plastic di area dinding bagian luar kandang. Penyemprotan desinfektan dilakukan

bertujuan untuk membasmi patogen. Tahap akhir dilakukan pemasangan koran

sebagai alas lantai kandang yang berfungsi agar DOC tidak tersangkut dan

terluka, pemasangan instalasi listrik dan lampu, pemasangan tempat pakan dan

minum, serta termohygrometer.

Tahap pemeliharaan ayam dilakukan selama 35 hari. Pemeliharaan DOC

umur 1 – 14 hari diberikan ransum starter komersial. Pada hari ke 15 dilakukan

pembagian ke 24 pen dengan tujuan agar bobot seragam, tiap perlakuan berisi 13

ekor, dengan total ayam dalam perlakuan adalah 312 ekor. Tahap perlakuan

dengan pemberian pakan ransum tepung germinasi biji papaya dilakukan saat

ayam berumur 15-35 hari. Pemberian pakan dan minum baik saat periode starter

dan finisher dilakukan secara ad libitum.


Selama pemeliharaan dilakukan program vaksinasi sebanyak 3 kali dalam

upaya peningkatan kekebalan tubuh ayam. Vaksin pertama berupa Newcastle

Disease (ND) yang diberikan pada umur 4 hari melalui tetes mata, vaksin kedua

menggunakan vaksin gumboro yang diberikan pada umur 11 hari dan vaksin

ketiga berupa ND La Sota yang diberikan pada umur 18 hari melalui air minum.

Pemeliharaan ayam broiler dilakukan selama 35 hari dan dilanjutkan dengan

pengambilan data serta panen.

3.2.3. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengambilan data dilakukan dengan Penimbangan pakan

dilakukan setiap hari untuk mengetahui total konsumsi pakan rata-rata dan

konversi pakan per minggu dan penimbangan sisa pakan dilakukan satu minggu

sekali. . Penimbangan bobot ayam dilakukan tiap minggu untuk menghitung

pertambahan bobot babdan dan menghitung konversi pakan sampel 2 ekor ayam

diambil secara acak dari setiap unit percobaan untuk mendapatkan karkas.

Penimbangan bobot hidup ayam sebelum menyembelih kemudian dilanjutkan

proses karkasing menggunakan metode Kosher yaitu dengan memotong vena

jugularis, arteri karotis, esophagus, dan trachea. Setelah itu, dilakukan

pembersihan bulu dan organ dalam beserta isi saluran pencernaan dikeluarkan,

dibuang bagian kepala, kaki, leher, dilanjutkan dengan penimbangan bobot

karkas. Penimbangan karkas ayam yang terdiri dari dada, sayap dan paha

dilakukan untuk mendapatkan bobot karkas. Rumus yang digunakan untuk

menghitung masing-masing parameter adalah sebagai berikut:


1. Konsumsi pakan = Jumlah pakan diberikan (g) – Jumlah

pakan sisa (g)

2. Pertambahan bobot badan = Bobot awal – Bobot akhir

Jumlah Pakan(g)
3. Konversi pakan =
Bobot Total Hidup Ayam( g)

bobot karkas
4. Persentase karkas = × 100 %
bobot hidup

3.3. Analisis Data

Data dianalisis ragam pada taraf signifikasi 5%. Model linier yang

digunakan pada penelitian sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan :

Yij : Hasil pengamatan ke-i yang memperoleh perlakuan ke-j

μ : Nilai tengah umum (rata-rata populasi) hasil pengamatan

τi : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

εij : Pengaruh galat percobaan yang memperoleh perlakuan ke-i dan


ulangan ke-j

Hipotesis yang diuji:

H0: τi = 0, tidak ada pengaruh pemberian tepung germinasi biji pepaya

terhadap konversi ransum bobot karkas dan bobot hidup.

H1: τi ≠ 0, terdapat pengaruh pemberian tepung germinasi biji pepaya

terhadap konversi ransum bobot karkas dan bobot hidup.

Kriteria Pengambilan Keputusan:


1. Apabila F hitung < F tabel dengan α = 0,05 maka tidak ada pengaruh

pemberian tepung germinasi biji pepaya terhadap konversi ransum bobot

karkas dan bobot hidup.

2. Apabila F hitung ≥ F tabel dengan α = 0,05 terdapat pengaruh pemberian

tepung germinasi biji pepaya terhadap konsumsi ransum, pertambahan

bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan bobot hidup dan

dilanjutkan dengan uji beda Duncan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata konversi pakan, bobot hidup dan bobot karkas ayam broiler yang

diberi pakan tepung germinasi biji papaya disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis

statistik (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung germinasi

biji papaya sampai 5% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi

pakan, PBB, dan konversi pakan.

Tabel 2. Rata-Rata konsumsi pakan Kumulatif, Pertambahan Bobot Badan (PBB),


konversi pakan
Variabel
T0 T1 T2 T3

Konsumsi pakan
komulatif
(g/ekor) 2840,00
PBB (g/ekor) 1981,00 2898,00 2746,00 2970,00
Konversi pakan 1,44 2075,00 1970,00 1894,00

4.1. Konsumsi Pakan

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan kumulatif berkisar

antara 2840 – 2970 g, nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Fitro et

al., (2015) yang menghasilkan konsumsi pakan kumulatif pada ayam broiler

berumur 5 minggu sebesar 1.860,6 g/ekor.

Hasil analisis statistik (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penambahan tepung

germinasi biji papaya dalam pakan sampai 5% tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap konsumsi pakan. Konsumsi pakan tiap perlakuan setara karena


kandungan energi dalam pakan juga setara karena ayam broiler akan terus makan

sampai kebutuhan energinya terpenuhi. Hal ini sesuai North dan Bell (1990)

menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah

kandungan energi dalam pakan dan keadaan suhu lingkungan. Kartasudjana dan

Suprijatna (2006) bahwa ayam akan mengkonsumsi ransum untuk memenuhi

kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus

makan. Kanungan energi metabolis pada tiap ransum perlakuan yang ralatif sama

menyebabkan konsumsi pakan relative sama.

konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam ransum.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wati et al., (2018) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka konsumsi ransum

semakin menurun, hal ini disebabkan oleh sifat bulky pada serat kasar yang

mengisi saluran pencernaan dan cenderung mengurangi pergerakan makanan

sehingga ternak akan merasa kenyang dan berhenti makan menyebabkan

konsumsi menjadi rendah. Kandungan serat kasar dalam penelitian pada masing-

masing perlakuan berbeda yaitu T0 (8,18%), T1 (9,37%). T2 (9,92%) dan T3

(9,96%). Kandungan serat kasar yang berbeda antar perlakuan, tidak memberikan

pengaruh terhadap konsumsi pakan pada penelitian ini. Perbedaan nilai pada

kandungan serat kasar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi

pakan karena teradinya ferbaikan fraksi serat kasar akibat proses germinasi.

Menurut Ali et al., (2019) penyederhanaan fraksi serat kasar dapat membantu

ayam broiler untuk mencerna serat kasar.


4.2. Pertambahan Bobot Pakan

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot

berkisar antara 1894 - 2075 g, nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan standar

Fitro et al., (2015) bahwa pertambahan bobot ayam broiler berumur 5 minggu

sebesar 1.860,6 g.

Hasil analisis statistik (lampiran 1) menunjukan bahwa penambahan tepung

germinasi bii papaya tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan

bobot badan. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrient dari tiap perlakuan

relative sama. Idayat et al., (2012) menyatakan bahwa Pertambahan bobot badan

ayam broiler dipengaruhi oleh jumlah pakan yang masuk dan kandungan nutrisi

pada ransum tersebut. Menurut Wahyu (2004) menyatakan bahwa pertambahan

berat pada ternak secara keseluruhan berbanding lurus dengan konsumsinya.

Konsumsi ransum yang relatif sama menyebabkan tidak adanya perbedaan

signifikan pada pertambahan bobot badan.

4.3. Konversi Pakan

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata konversi pakan berkisar

antara 1,40-1,57, dimana nilai ini tergolong normal, hal ini sesuai dengan

penelitian Budiarta et al., (2014) yang menyatakan bahwa konversi pakan ayam

broiler pada umur 5 minggu berkisar dari 1,5-1,6. Nilai ini lebih rendah dari
pendapat Syahruddin et al., (2012) bahwa konversi pakan ayam broiler yang

diberi mengkudu sebagai antioksidan untuk mengatasi stress sebesar 2,02-2,42.

Hasil analisis statistic (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penambahan tepung

germinasi biji papaya tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan,

hal ini ditunjukkan dengan nilai konversi pakan yang diberi perlakuan tepung

germinasi biji papaya tidak berbeda secara signifikan. Konsumsi pakan dan

pertambahan bobot badan yang relatif sama menyebabkan nilai FCF yang relative

sama. Menurut Rasyaf (2004) konversi pakan dipengaruhi perbandingan antara

konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan pada waktu yang sama. Hal ini

didukung oleh pendapat Wati et al., (2018) yang menyatakan bahwa Nilai

konversi pakan yang tinggi karena banyaknya pakan yang dikonsumsi ayam

broiler tidak diimbangi dengan meningkatnya pertambahan bobot badan. Konversi

pakan juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi salah satunya adalah serat kasar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Fitro et al., (2015) menyatakan bahwa tingginya

nilai konversi pakan disebabkan serat kasar yang terkandung dalam pakan

menyebabkan zat nutrisi dalam pakan kurang dapat dimanfaatkan oleh ayam

sehingga pertumbuhannya rendah.

Tabel 4. Rata-Rata bobot hidup, bobot karkas


Variabel Perlakuan
T0 T1 T2 T3

Bobot hidup (g) 1981,00 2075,00 1970,00 1894,00


Persentase karkas (%) 66,95 67,71 67,41 69,52
4.2. Bobot Hidup

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata bobot hidup berkisar

antara 1894 – 2075 g. Rataan ini lebih tinggi dari pendapat Subekti et al., (2012)

bahwa bobot hidup ayam yang diberi antioksidan alami dan vitamin C sebagai

anti stress sebesar 1808 g.

Hasil analisis statistik (Lampiran 4) menunjukkan bahwa penambahan tepung

germinasi tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot hidup ayam

broiler. Hal ini disebabkan oleh pemberian tepung germinasi biji papaya tidak

mempengaruhi energi dan protein ransum, hal ini sesuai dengan pendapat Kusuma

et al.,(2014) yang menyatakan bahwa selain konsumsi pakan, bobot akhir ayam

juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dalam ransum. Setiadi et al., (2013)

menyatakan bahwa tingkat konsumsi ransum akan memengaruhi laju

pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk, dan komposisi

tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh

ternak. Kandungan serat kasar yang berbeda dan konsumsi pakan tidak

memeberikan pengaruh pada penelitian ini. Selain kondisi tersebut, bobot hidup

ayam broiler juga dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam pakan, sesuai

pendapat Kinardi (2012) yang menyatakan bahwa meningkatnya taraf serat kasar

dalam ransum akan menurunkan nilai gizi dan energi ransum, sehingga imbangan

energi dan protein yang diserap tubuh menurun.


4.3. Persentase Karkas

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata bobot hidup berkisar

antara 66,95 - 69,52%. Rataan ini sesuai dengan pendapat Puspitasari et al.,

(2019) bahwa persentase karkas ayam broiler yang diberi bonggol jagung pada

ransum menunukkan hasil sebesar 63,14 – 67,72%.

Hasil analisis statisti (Lampiran 5) menunjukkan bahwa penambahan tepung

germinasi biji papaya tidak merpengaruh nyata (P>0.05) terhadap persentase

karkas. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi pada setiap perlakuan sama

Menurut pendapat Setiadi et al., (2013) bagian dari ransum yang sangat

berpengaruh untuk pembentukan karkas adalah kandungan protein ransum.

Kandungan protein dalam ransum diperlukan ternak untuk pertumbuhan jaringan,

perbaikan jaringan dan pengelolaan produksi serta bagian dari struktur enzim,

sehingga protein dikenal sebagai salah satu unsur pokok penyusun sel tubuh dan

jaringan. Selain kandungan dalam pakan, persentase karkas juga dipengaruhi oleh

bobot hidup yang pada penelitian tidak memberikan hasil signifikan, sesuai

pendapat Imamudin et al., (2012) bahwa bobot karkas erat kaitanya dengan bobot

hidup, semakin tinggi bobot hidup maka persentase karkas juga semakin tinggi.

Subekti et al., (2012) bobot karkas yang di hasilkan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar dan konformasi tubuh,

perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta strain yang dipelihara.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Bersadarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

penambahan tepung germinasi biji papaya dengan taraf 1%, 2,5%, 5%

dalam ransum belum mampu mengubah performa produksi ayam broiler.

5.2. SARAN

Pada penelitian lanjutan perlu diberikan cekaman atau stress

seperti kepadatan tinggi pada ayam broiler yang dipelihara untuk

mengetahui efektivitas penggunaan tepung kecambah biji papaya sebagai

antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA

Aguilera, Y., Dueñas, M., Estrella, I., Hernández, T., Benitez, V., Esteban, R. M.,
and Martín-Cabrejas, M.A. 2010. Evaluation of phenolic profile and
antioxidant properties of Pardina lentil as affected by industrial
dehydration. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 58 (18): 10101-
10108.
Akhadiarto, S. (2012). Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta
terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam
broiler. Jurnal sains dan teknologi Indonesia, 12(1): 12-19.
Ali, Najmah., Agustina., dan Dahniar. 2019. Pemberian dedak yang difermentasi
dengan em4 sebagai pakan ayam broiler. Jurnal Ilmu Pertanian. 4(1): 1-4
Amrullah KI. 2004. Nutrisi Ayam pedaging. Bogor. Lembaga Satu Gunung budi
Anggitasari, S., O. Sjofjan., dan I. H. Djunaidi. 2016. Pengaruh beberapa jenis
pakan komersil terhadap kinerja produksi kuantitatif dan kualitatif ayam
pedaging. Buletin Peternakan. 40 (3): 187 – 196.
Aravind, G., Bhowmik, D., Duraivel, S., & Harish, G., 2013, Traditional and
medicinal uses of carica papaya. Journal of Medicinal Plants Studies. 1
(1): 7-15.
Balqis N., M. Sigit., dan M. Akbar. 2022. Pengaruh penambahan tepung daun
pepaya (carica papaya l.) dan multi enzim dalam ransum terhadap
performa produksi ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Cendekia
Peternakan 66-70.
Banso, A. and S. O. Adeyemo. 2007. Evaluation of antibacterial properties of
tannins isolated from Dichrostachys cinerea. Afr. J. Biotechnol. 6: 1785-
1787.
Bikrisima, S. H. L., L. D. Mahfudz., dan N. Suthama. 2014. Kemampuan produksi
ayam broiler yang diberi tepung jambu biji merah sebagai sumber
antioksidan alami. JITP. 3(2): 69-75.
Budiarta, D. H., E. Sudjarwo, dan Nur Cholis. 2014. Pengaruh kepadatan kandang
terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan
pada ayam pedaging. J. Ternak Tropika 15(2) : 31-35
Christalina, I., T. E. Susanto., A. Ayucitra. dan, Setiyad. 2017. Aktivitas
antioksidan dan antibakteri alami ekstrak fenolik biji pepaya. Jurnal Ilmiah
Widya Teknik. 18-25
D. Widianingrum1a , R. Somanjaya1 dan O. Imanudin1. 2018. Performan ayam
broiler yang diberi ransum mengandung fermentasi limbah ikan lele
(clarias sp) menggunakan mol jambu biji merah (psidium guajava l.)
Jurnal Ilmu Ternak, Desember 2018, 18(2):72-78
Damayanti, I. D. A. B., N. W. Wisaniyasa., dan I. W. R. Widarta. 2019. Studi sifat
fisik, kimia, fungsional, dan kadar asam sianida tepung kecambah kacang
koro pedang (Canavalia ensiformis). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.
8(3): 238-247
Desi, F. S. 2021. Penggunaan kecambah biji jagung dalam pakan terhadap bobot
panen, bobot karkas dan berat bulu pada ayam broiler. Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang.
Dogomo, Emanuel. 2018. Bobot dan persentase karkas ayam pedaging yang
diberi tepung kulit buah manggis (garcinia mangostama l.) dalam air
minum. Jurnal fapertanak. 3(1) : 31-47
E. Aprilianti., I. Mangisah., dan V. D. Y. B. Ismadi. 2017. Pengaruh penggunaan
limbah kecambah kacang hijau terhadap kecernaan protein kasar,
kecernaan serat kasar dan pertambahan bobot badan itik magelang.
Agromedia 35, No. 2 33-40.
Fahruddin, A., W. Tanwirah, H. Indrijani. 2016. Konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam lokal Jimmy’s Farm
Cipanas kabupaten Cianjur. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Fatmaningsih, R., Riyanti., K. Nova. 2016. Performa ayam pedaging pada sistem
brooding konvensional dan thermos. .Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu
4(3): 222-229
Ferdiawan, N., Nurwantoro., dan B. Dwiloka. 2019. Pengaruh lama waktu
germinasi terhadap sifat fisik dan sifat kimia tepung kacang tolo (Vigna
unguiculata L). Jurnal Teknologi Pangan 3(2): 349−354
Fitro, R., D. Sudrajat., dan E. Dihansih. 2015. Performa ayam pedaging yang
diberi ransum komersial mengandung tepung ampas kurma sebagai
pengganti jagung. Jurnal Peternakan Nusantara. 1( 1) : 1-8
Harahap, A.E., J. Handoko., dan Rovilaili. 2020. Penambahan tepung limbah
udang dalam ransum basal terhadap karkas ayam pedaging. Jurnal
Peternakan Nusantara 6(1): 21-28
Idayat, A., U. Atmomarsono., dan W. Sarengat. 2012. Pengaruh berbagai
frekuensi pemberian pakan pada pembatasan pakan terhadap performans
ayam broiler. Animal Agricultural Journal. 1( 1): 379 – 388
Imamudin, U., Atmomarsono., dan M. H. Nasoetion. 2012. Pengaruh berbagai
frekuensi pemberian pakan pada pembatasan pakan terhadap produksi
karkas ayam broiler Animal Agricultural Journal. 1(1): 87 – 98
Inyang, C. U. dan U. M. Zakaria. 2008. Effect of Germination and Frementation
of Pearl Millet on Proximate Chemical and Sensory Properties of Instant
Fura a Nigerian Cereal Food. Pakistan Journal of Nutrition. 7(1): 9-12.
K. Subekti, H. Abbas dan K. A. Zura. 2012. Kualitas Karkas (Berat Karkas,
Persentase Karkas Dan Lemak Abdomen) Ayam Broiler yang Diberi
Kombinasi CPO (Crude Palm Oil) dan Vitamin C (Ascorbic Acid) dalam
Ransum sebagai Anti Stress. Jurnal Peternakan Indonesia. 14(3): 447-453
K.M.N. Harahap., E. Erwan., dan R. Misrianti. 2019. Pemanfaatan tepung biji
alpukat (Persea americanamill.) dalam ransum terhadap performa ayam
ras pedaging. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 8(2): 45-57.
Kartasudjana, R. Dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Kestaria., H. Nur., dan B. Malik. 2016. Pengaruh substitusi pakan komersil
dengan tepung ampas kelapa terhadap performa ayam kampung. Jurnal
Peternakan Nusantara 2(1): 43-48
Kurniawan, L. A., U. Atmomarsono., dan L. D. Mahfudz. 2012. Pengaruh
berbagai frekuensi pemberian pakan dan pembatasan pakan terhadap
pertumbuhan tulang ayam broiler. J. Agromedia. 30(2) 14-22
Lombu, W. K., N. W. Wisaniyasa, dan A.A.I.S. Wiadnyani. 2018. Perbedaan
karakteristik kimia dan daya cerna pati tepung jagung dan tepung
kecambah jagung (Zea mays L.). Jurnal ITEPA 7: 43-51.
Londok, J. J. M. R., J. E. G. Rompis., dan C. Mangelep.2017. Kualitas karkas
ayam pedaging yang diberi ransum mengandung limbah sawi. Jurnal
Zootek 37 (1): 1 – 7
Lukito, D. S., Sugiharto., dan Isroli. 2019. Profil eritrosit ayam kampung super
yang diberi pakan mengandung tepung biji pepaya dan daun pepaya yang
difermentasi dengan chrysonilia crassa. Prosiding Seminar Untidar. 1-5.
Maisarah, A. M., R. Asmah and O. Fauziah. 2014. Proximate analysis,
antioxidant and antiproliferative activities of different parts of Carica
papaya. J. Nutr. Food Sci. 4(2): 1-7
Marthen, E. Kaya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan pencelupan dan
perendaman terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes
falcataria L.) Agrologia. 2(1): 10-16
Narsih., Agato., dan R. Sesario. 2018. Penurunan senyawa antinutrisi pada biji
jagung dengan berbagai metoda. Jurnal Teknologi Pangan 9(1): 45-50
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th
edn. Van Northland Reinhold, New York.
Nuraini., Z. Hidayat., dan K. Yolanda. 2018. Performa Bobot Badan Akhir, Bobot
Karkas serta Persentase Karkas Ayam Merawang pada Keturunan dan
Jenis Kelamin yang Berbeda. Sains Peternakan. 16 (2): 69-73
Nuryati, T. 2019. Analisis performans ayam broiler pada kandang tertutup dan
kandang terbuka. Jurnal Peternakan Nusantara 5 (2): 77-86
Pratama, Andry., K. Suradi., Roostita L., Balia, H. Chairunnisa., H. A. W.
Lengkey., D. S. Sutardjo., L. Suryaningsih., J. Gumilar., E. Wulandari., W
Setiadi Putranto. 2015. Evaluasi karakteristik sifat fisik karkas ayam
broiler berdasarkan bobot badan hidup. Jurnal Ilmu Ternak.15(2): 61-64
Puspitasari, D. K., O. Sjofjan., Eko. W. 2019. Pengaruh penambahan tepung
bonggol pisang pada pakan terhadap berat karkas, persentase karkas, dan
lemak abdominal ayam pedaging. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Maret .
2(1): 33-41
Putra, T. G. 2017. Pengaruh penambahan tepung daun pepaya (carica papaya linn)
dalam pakan terhadap bobot badan akhir, bobot karkas dan persentase
karkas ayam broiler. JURNAL FAPERTANAK. 2(2): 58-64.
Qurniawan, A. 2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang
terbuka pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. (Tesis)
Rumiyati, A. James, dan V. Jayasena. 2012. Effect of germination on the nutrional
and protein profile of australian sweet lupin (Lupinus angustifolius L.).
Food and Nutrition Science 3: 621-626.
Sae, Yohanes. 2021. Substitusi kecambah biji jagung sebagai pakan terhadap
penampilan ayam broiler. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Saputra, T. H., K. Novab., dan D. Septinova. 2015. Pengaruh penggunaan
berbagai jenis litter terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak
abdominal broiler fase finisher di closed. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(1): 38-44
Sari, A. A. A., S. Ashar., dan Didik Haryono. 2011. Pengaruh kedalaman tanam
benih terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit durian (Durio
zibethinus Murr.). Diss. Universitas Brawijaya.
Septiani, A. S., O. Sjofjan, dan H. Djunaidi. 2016. Pengaruh beberapa jenis pakan
komersial terhadap kinerja produksi kuantitatif dan kualitatif ayam
pedaging. Buletin Peternakan 40(3): 187-196.
Setiad, R. D., K. Nova., dan S. Tantalo. 2013. Perbandingan bobot hidup, karkas,
giblet, dan lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain
berbeda yang diberi ransum komersial broiler. Jurnal Ilmiah Terpadu. 1(2)
Sio, A. K., Oktovianus R. Nahak T. B., A. A. Dethan. 2015. Perbandingan
penggunaan dua jenis ransum terhadap pertambahan bobot badan harian
(pbbh). Konsumsi Ransum dan Konversi Ransum Ayam. Journal of
Animal Science 1 (1) 1–3
Siregar, D. J. S. 2017. Pemanfaatan tepung bawang putih (allium sativum l)
sebagai feedadditif pada pakan terhadap pertumbuhan ayam broiler. Jurnal
Sains Peternakan 10(2): 1979-5408
SNI. 01-3939-2006. 2006. Standar Pakan Ayam Ras Pedaging Starter.
Solichin, O. V. (2014). Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Biji
Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Dpph (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazil). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN,
1(1).
Solichin, O. V. 2014. Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Biji
Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Dpph (1, 1-diphenyl-2-
picrylhydrazil). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran
UNTAN, 1(1).
Sugiharto S, Widiastuti E, Isroli I, Wahyuni HI, Yudiarti T. 2020. Effect of a
fermented mixture of papaya leaf and seed meal on production traits
and intestinal ecology of the Indonesian indigenous crossbred
chickens. Acta Univ. Agric. Silvic. Mendel. Brun. 68: 707- 718.
Sugiharto S. 2020. Papaya (Carica papaya L.) seed as a potent functional feedstuff
for poultry - a review. Vet. World. 13(18): 1613-1619.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Surah, M., Florencia. N., Sompie., Youdhie. H. S. Kowel., Meity. R. Imbar. 2020.
Pengaruh penggunaan tepung daun pepaya (carica papaya l) sebagai
pengganti sebagian ransum basal terhadap persentase karkas dan
persentase lemak abdomen ayam. Zootec 40 (2) : 756 – 762.
Sutarpa, N.S, dan Sukmawati, N.M.S. 2017. Pengaruh suplementasi tepung daun
pepaya terfermentasi terhadap performans itik bali. Prosiding
Tamalludin, K. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta
Tamzil, M. H. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat dan Upaya
Penanggulangannya. WARTAZOA Vol. 24 (2): 57-66
Tobing V. 2005. Beternak Ayam Broiler Bebas Anti Biotika Murah dan Bebas
Residu. Penebar Swadaya. Jakarta
Umam, M. K., H. S. Prayogi., dan V.M. A. Nurgiartiningsih. 2015. Penampilan
produksi ayam pedaging yang dipelihara pada sistem lantai kandang
panggung dan kandang bertingkat. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 79
– 87
Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam
ransum terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam
broiler. J. Ilmiah Peternakan. 1 (1): 282-288.
Wahdini. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya (carica papaya l.)
terhadap bobot hidup, persentase karkas dan persentase lemak abdomen
pada ayam broiler. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Warisno, Budidaya Pepaya, 2003, Yogyakarta: Kanisius.
Wati, A. K., Zuprizal., Kustantinah., E. Indarto., N. D. Dono., dan Wihandoyo.
2018. Performan ayam broiler dengan penambahan tepung daun calliandra
calothyrsus dalam pakan. Jurnal Sains Peternakan 16(2): 74-79
Wati, A. K., Zuprizal., Kustantinah., E. Indarto., N. D. Dono., dan Wihandoyo.
2018. Performan ayam broiler dengan penambahan tepung daun
calliandra calothyrsus dalam pakan. J. Sains Peternakan 16(2): 74-79
Wenno, D. 2018. Persentase bobot organ dalam ayam broiler yang diberi tepung
biji pepaya dalam ransum dengan level berbeda. JURNAL
FAPERTANAK. 3(1): 1-8
Widodo, W. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. UMM Press,
Malang.
Widodo, W. 2009. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Wulandari, E., M. Djali., dan G. G. R. Wulandari. 2021. Pengaruh waktu dan suhu
perkecambahan terhadap karakteristik tepung kecambah sorgum. Chimica
et Natura Acta. 9(1): 25-35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Statistik Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan


Perlakua Konsumsi Pakan Total Rata-rata
n U1 U2 U3 U4 U5
---------------------------(g)-------------------------------
T0 2860 3100 2860 2740 2640 14200 2840
T1 2860 2920 3050 2830 2830 14490 2898
T2 2960 2650 2740 2740 2640 13730 2746
T3 2960 2980 3230 2740 2940 14850 2970
Total (G) 57270
Rata-rata 2863,5

Derajat bebas (db):


db total = (rt) – 1 = (5×4) – 1 = 19
db perlakuan = (t – 1) = (4 – 1) =3
db galat = t (r – 1) = 4 (5 – 1) = 16

Faktor koreksi = G²
(FK) n

= (57270 )²
20

= 163992645

Jumlah kuadrat = ∑Xi2 – FK


(JK) total
= {(14200)2+(14490)2+……..+(14850)2}–163992645

= 164467700 – 163992645

= 475055

JK perlakuan = ∑Ti 2
– FK
r
= \{( 14200 ) 2 + ( 14490 )2 +( 13730 ) 2 + ( 14850 ) 2 \}

5
163992645
= 134455

Lampiran 1. (lanjutan)

JK galat = JK (X) – JK (T)


= 47505500– 13445500
= 340600

Kuadrat tengah = JK(T)


(KT) perlakuan t-1

= 13445500
4-1

= 44818,33

KT galat = JK(G)
t(r-1)

= 3445500
4(5-1)

= 21287,5

F hit = KT Perlakuan
KT Galat

= 44818,33
21287,5

= 2,105

Analysis of Variance (ANOVA)


Sumber db JK KT F F Tabel
keragaman hitung 5%
Perlakuan 3 134455 44818,33 2,105* 3,24
Galat 16 340600 21287,5
Total 19 475055
3500

3000
f(x) = 19.4893617021276 x² − 81.1489361702125 x + 2878.8085106383
R² = 0.16920526783349
konsumsi pakan

2500

2000

1500

1000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Konsentrasi tepung germinasi biji pepaya

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi tepung germinasi biji papaya terhadap


konsumsi pakan

Y = 19,489X2 – 81,149X + 2878,8


Y’ = (2) (19,489)X – 81,149(1) + 2878,8(0)
Y = 38,978X – 81,149
-38,978X = – 81,149
X = (– 81,149) : (-38,978)
X = 2,081

Y = 19,489X2 – 81,149X + 2878,8


Y = 19,489(2,081)2 – 81,149(2,081) – 2878,8
Y = 19,489(4,330) – 168,871 + 2879,8
Y = 84,387 – 168,871 + 2879,8
Y = 2.794,316
Titik potong (X/Y)
Titik potong (2,081/2.794,316)
R2 = 16,92%
Lampiran 1. (lanjutan)
Rataan Total = G
n

= 57270
20

= 2863,5

Koefisien = √ KT Galat × 100%


varians (CV) Rataan Total

= √21287,5 × 100%
28635

= 5,096%
Lampiran 2. Perhitungan Statistik Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan
Bobot Badan
Perlakua Pertambahan Bobot Badan Total Rata-rata
n U1 U2 U3 U4 U5
---------------------------(g)-------------------------------
T0 1810 2020 2030 1905 2140 9905 1981
T1 1865 2370 2270 1790 2080 10375 2075
T2 2115 2080 2035 1940 1680 9850 1970
T3 1925 2080 1910 1775 1780 9470 1894
Total (G) 39600
Rata-rata 1980

Derajat bebas (db):


db total = (rt) – 1 = (5×4) – 1 = 19
db perlakuan = (t – 1) = (4 – 1) =3
db galat = t (r – 1) = 4 (5 – 1) = 16

Faktor koreksi = G²
(FK) n

= (39600 )²
20

= 78408000

Jumlah kuadrat = ∑Xi2 – FK


(JK) total
= {(9905)2 + (10375)2 + …….. + (9470)2} – 78408000

= 78990550 – 78408000

= 582550

JK perlakuan = ∑Ti 2
- FK
r
= \{( 9905 )2 + ( 10375 ) 2 +( 9850 )2 + ( 9470 ) 2 \}
5

78408000

= 82610
Lampiran 2. (lanjutan)

JK galat = JK (X) – JK (T)


= 582550– 82610
= 499940

Kuadrat tengah = JK(T)


(KT) perlakuan t-1

= 82610
4-1

= 27536,67

KT galat = JK(G)
t(r-1)

= 49994000
4(5-1)

= 3124625

F hit = KT Perlakuan
KT Galat

= 2753667
3124625

= 0,089

Analysis of Variance (ANOVA)


Sumber db JK KT F F Tabel
keragaman hitung 5%
Perlakuan 3 8261000 2753667 0,089* 3,24
Galat 16 49994000 3124625
Total 19 58255000
Lampiran 2. (lanjutan)
Rata-rata Total = G
n

= 396000
20

= 19800

Koefisien = √ KT Galat × 100%


varians (CV) Rata-rata Total

= √3124625 × 100%
19800

= 8,9%
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan
Perlakuan Bobot Relatif Konversi Pakan Total Rata-rata
U1 U2 U3 U4 U5
---------------------------(%)-------------------------------
T0 1,580 1,534 1,408 1,438 1,233 7,195 1,44
T1 1,533 1,232 1,343 1,581 1,360 7,050 1,41
T2 1,399 1,274 1,346 1,412 1,571 7,003 1,40
T3 1,537 1,432 1,691 1,543 1,651 7,856 1,57
Total (G) 29,106
Rata-rata 1,455

Derajat bebas (db):


db total = (rt) – 1 = (5×4) – 1 = 19
db perlakuan = (t – 1) = (4 – 1) =3
db galat = t (r – 1) = 4 (5 – 1) = 16

Faktor koreksi = G²
(FK) n

= (29,10697)²
20

= 42,360

Jumlah kuadrat = ∑Xi2 – FK


(JK) total
= {(7,195)2 + (7,050)2 + …….. + (7,856)2} – 43,360

= 42,699 – 43,360

= 0,339

JK perlakuan = ∑Ti 2
– FK
r
= \{(7,19)2 + (7,05 2 +(7,00)2 + (7,85)2 \}
– 42,36
5
= 0,093
Lampiran 3. (lanjutan)
JK galat = JK (X) – JK (T)
= 0,339 – 0,093
= 0,245

Kuadrat tengah = JK(T)


(KT) perlakuan t-1

= 0,093
4-1

= 0,031

KT galat = JK(G)
t(r-1)

= 0,245
4(5-1)

= 0,015

F hit = KT Perlakuan
KT Galat

= 0,031
0,015

= 2,037

Analysis of Variance (ANOVA)


Sumber db JK KT F F Tabel
keragaman hitung 5%
Perlakuan 3 0,093 0,031 2,037 3,24
Galat 16 0,245 0,015
Total 19 0,339
1.800
1.700
1.600
f(x) = 0.0161675562049982 x² − 0.0551559163816057 x + 1.4421065737204
1.500
Konversi Pakan

R² = 0.275424990631941
1.400
1.300
1.200
1.100
1.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Konsentrasi Tepung Germinasi Biji Pepaya (%)

Gambar 1. Hubungan antara tepung germinasi biji papaya pada konversi pakan

Y = 0,0162X2 – 0,552X + 1,4421


Y’ = (2) (0,162)X – 0,552(1) + 1,4421 (0)
0 = (2) (0,162)X – 0,552
0 = 0,324X – 0,552
-0,324X = -0,552
X = (-0,552) : (-0,324)
= 1,703

Y = 0,0162X2 – 0,552X + 1,4421


Y = 0,0162(1,703)2 – 0,552(1,703) + 1,4421
Y = (0,162)(2,900) – 0,940 + 1,4421
Y = 2,726 – 0,940 + 1,4421
Y = 3,2281
Titik potong (X/Y)
Titik potong (1,703/3,228)
R2 = 27,54%
Lampiran 3. (lanjutan)
Rataan Total = G
n

= 29,10
20

= 1,45

Koefisien = √ KT Galat × 100%


varians (CV) Rataan Total

= √ 0,153 × 100%
1,455

= 8,5%
Lampiran 4. Perhitungan Statistik Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup
Perlakua Bobot Hidup Total Rata-
n U1 U2 U3 U4 U5 rata
---------------------------(%)-------------------------------
T0 1810 2020 2030 1905 2140 9905 1981
T1 1865 2370 2270 1790 2080 10375 2075
T2 2115 2080 2035 1940 1680 9850 1970
T3 1925 2080 1910 1775 1780 9470 1894
Total (G) 39600
Rata-rata 1980

Derajat bebas (db):


db total = (rt) – 1 = (4×5) – 1 = 19
db perlakuan = (t – 1) = (4 – 1) =3
db galat = t (r – 1) = 4 (5 – 1) = 16
Faktor koreksi = G²
(FK) n

= (39600)²
20

= 78408000

Jumlah kuadrat = ∑Xi2 – FK


(JK) total
= {(9905)2 + (10375)2 + …….. + (9470)2} – 78408000

= 78990550 – 78408000

= 582550

JK perlakuan = ∑Ti 2
– FK
r
= \{(9950)2 + (10375) 2 + (9850) 2+ (9470)2 \}

5
78408000
= 82610
Lampiran 4. (lanjutan)
JK galat = JK (X) – JK (T)
= 582550– 82610
= 499940

Kuadrat tengah = JK(T)


(KT) perlakuan t-1

= 82610
4-1

= 2536,67

KT galat = JK(G)
t(r-1)

= 499940
4(5-1)

= 31246,25

F hit = KT Perlakuan
KT Galat

= 2536,67
31246,25

= 0,881279

Analysis of Variance (ANOVA)


Sumber db JK KT F F Tabel
keragaman Hitung 5%
Perlakuan 3 82610 27536,670 0,881 3,24
Galat 16 499940 31246,250
Total 19 582550
Lampiran 4. (lanjutan)
Rata-rata Total = G
n

= 39600
20

= 1980

Koefisien = √ KT Galat × 100%


varians (CV) Rata-rata Total

= √31246,25 × 100%
1980

= 8,92%
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase
Karkas
Perlakuan Bobot Karkas Total Rata-rata
U1 U2 U3 U4 U5
---------------------------(%)-------------------------------
T0 59,94 70,29 71,87 69,86 62,80 334,7862 66,95
T1 66,91 62,70 70,74 69,60 68,60 338,5809 67,71
T2 71,06 72,11 64,12 67,57 62,20 337,0867 67,41
T3 63,42 75,76 68,69 70,14 69,60 347,6365 69,52
Total (G) 1358,09
Rata-rata 67,90

Derajat bebas (db):


db total = (rt) – 1 = (5×4) – 1 = 19
db perlakuan = (t – 1) = (4 – 1) =3
db galat = t (r – 1) = 4 (5 – 1) = 16

Faktor koreksi = G²
(FK) n

= (26909)²
20

= 36204714

Jumlah kuadrat = ∑Xi2 – FK


(JK) total
= {(6639)2 + (7013)2 + …….. + (6593) – 36204714

= 36637871 – 36204714

= 433156,950

JK perlakuan = ∑Ti 2
– FK
r
= \{(6639)2 + (7013)2 +(6664) 2+ (6593) 2 \}

5
36204714
= 22292,950
Lampiran 5. (lanjutan)
JK galat = JK (X) – JK (T)
= 433156,95– 22292,950
= 410864

Kuadrat tengah = JK(T)


(KT) perlakuan t-1

= 433156,950
4-1

= 7431,980

KT galat = JK(G)
t(r-1)

= 410864
4(5-1)

= 25679

F hit = KT Perlakuan
KT Galat

= 7431,98
25679

= 0,283

Analysis of Variance (ANOVA)


Sumber db JK KT F F Tabel
keragaman hitung 5%
Perlakuan 3 22292,95 7431,98 0,283 3,24
Galat 16 4 2
Total 19 433156,950
Lampiran 5. (lanjutan)
Rataan Total = G
n

= 26909
20

= 1345,450

Koefisien = √ KT Galat × 100%


varians (CV) Rataan Total

= √25679 × 100%
1345,45 0

= 11,91%

Anda mungkin juga menyukai