USULAN PENELITIAN
Oleh :
ROIDAH ‘AFRO’
23010118120006
Oleh:
ROIDAH ‘AFRO’
23010118120006
Disetujui oleh:
Dosen Wali Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Bambang Sukamto S.U. NIP. Prof. Dr. Ir. Bambang Sukamto S.U.
19530216 198103 1 004 NIP. 19530216 198103 1 004
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. drh. Fajar Wahyono, M.P
NIP. 19610912 199003 2 002 NIP. 19580204 198603 1 003
JUDUL : PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGKIL SAWIT DALAM
RANSUM MENGANDUNG PROTEIN MIKROPARTIKEL TERHADAP
KECERNAAN SERAT KASAR DAN ENERGI METABOLIS PADA AYAM
BROILER
LATAR BELAKANG
Ayam broiler adalah salah satu ternak unggas yang memiliki tingkat efisiensi
broiler. Namun, penggunaan AGP secara terus menerus dalam jangka panjang dapat
meninggalkan residu pada karkas ayam serta menimbulkan resistensi pada beberapa
dilarang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan sebagai alternatif pengganti
prebiotik dari ikatan mannan yang berasal dari bahan alami baik dari
prebiotik murni (true prebiotic). Hal tersebut disebabkan karena adanya fungsi lain
dengan membloking fimbriae pada bakteri sehingga tidak dapat menempel pada
usus. Bahan yang memiliki potensi sebagai sumber mannan serta dapat dijadikan
bahan baku dalam pembuatan imbuhan pakan yang berupa prebiotik adalah bungkil
Bungkil sawit adalah limbah pabrik hasil pengolahan dari kelapa sawit yang
sebagai bahan pakan unggas (Pasaribu, 2018). Bungkil sawit memiliki kandungan
mannan yang tinggi sehingga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan
digunakan sebagai feed suplements seperti prebiotik baru yang dapat digunakan
untuk mikroflora bakteri yang berada pada sistem pencernaan unggas. Mannan
membantu merombak serat kasar yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga
lebih mudah untuk dihidrolisis serta mampu meningkatkan kecernaan serat kasar
(Nisa et al., 2020). Kecernaan serat kasar dan ketersediaan energi metabolis saling
berkaitan dengan laju digesta. Kecernaan serat kasar yang meningkat dapat
baik serta penyerapan nutien lebih optimal sehingga pertambahan bobot badan
meningkat.
TUJUAN
metabolis murni, laju digesta dan pertambahan bobot badan pada ayam broiler.
MANFAAT
bungkil sawit dalam ransum sumber protein mikropartikel terhadap kecernaan serat
kasar, energi metabolis murni, laju digesta dan pertambahan bobot badan ayam
broiler.
HIPOTESIS
sawit dalam ransum sumber protein mikropartikel terhadap kecernaan serat, energi
metabolis murni, laju digesta dan Pertambahan Bobot Badan sehingga diharapkan
broiler.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam broiler adalah salah satu ternak unggas yang dipelihara untuk diambil
cepat,penggunaan ransum yang efisien, masa panen pendek, timbunan daging baik
Keunggulan yang dimiliki ayam broiler yaitu pertumbuhan cepat sehingga memiliki
waktu panen yang singkat, konversi pakan rendah sehingga pakan lebih efisien
untuk diubah menjadi daging, keseragaman baik dan memiliki kualitas daging yang
lebih baik (Tamaluddin, 2012). Ayam broiler dapat mencapai bobot hidup yang
berkisar antara 1,5 – 2,2 kg dalam waktu 5-8 minggu (Emma et al., 2013). Strain
ayam broiler yang terkenal di Indonesia yaitu Cobb, Ross, Lohman, Hubbard, dan
2013). Zona Thermo netral (ZTN) atau suhu lingkungan yang optimal pada ayam
broiler berkisar antara 20 – 250 C dan kelembaban sekitar 50 – 70% (Sugito et al.,
Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh unggas, dapat dicerna
baik sebagian atau seluruhnya serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Pakan
adalah komponen produksi yang memerlukan biaya hingga 70% dalam industry
peternakan unggas (Sinurat, 2012). Nutrien yang dibutuhkan ayam broiler meliputi
protein kasar, lemak, vitamin, karbohidrat, mineral, dan lain-lain. (Nugroho et al.,
2012). Pakan yang diberikan pada ayam broiler harus berkualitas, yakni
mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pakan pada ayam
broiler di sesuaikan dengan kebutuhan nutrien ayam broiler serta berdasarkan umur
atau fase pertumbuhan (Marwansyah et al., 2019). Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan kebutuhan nutrien ransum pada setiap fase pertumbuhan ayam. Fase
pertumbuhan ayam broiler meliputi fase starter (0 - 3 minggu) dan fase finisher (3
minggu - panen). Kebutuhan nutrien ayam broiler dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan nutrien ayam broiler
Bungkil sawit adalah hasil ikutan dari proses pemisahan minyak sawit yang
sangat melimpah, namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan unggas
(Pasaribu, 2018). Kandungan nutrien Bungkil sawit dapat dilihat dalam Tabel 3.
polisakarida mannan yang tinggi. Komponen mannan pada bungkil sawit adalah
komponen polisakarida yang memiliki formasi linier dan memiliki bentuk seperti
kristal karena terdapat ikatan B(1-4) yang sulit untuk didegradasi (Jaelani, 2007).
Mannan memiliki fungsi khusus yaitu dapat meningkatkan respon kekebalan dan
sawit mencapai 68,9% (Nahrowi et al. 2005). Kandungan mannan yang tinggi
harga pakan akan semakin mahal sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan pakan yang menjadi sumber protein. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengolah bahan pakan sumber protein menjadi
yang diolah dengan tujuan memiliki ukuran partikel dalam kisaran mikrometer
(Harumdewi, 2018). Penggunaan bahan pakan sumber protein seperti tepung ikan
dan bungkil kedelai yang efisien dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
(Ain et al., 2020). Bahan pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil
kalsium (Suthama dan Wibawa, 2016). Ukuran mikropartikel pakan berkisar antara
0,2 – 5000 µm (Nasrullah, 2010). Ukuran partikel pakan memiliki efek sangat
penting untuk proses pensernaan serta penyerapan protein dalam hidolisis nutrien
(Sari et al., 2019), Penggunaan protein mikropartikel guna mengoptimalkan
efisiensi pakan dapat didukung dengan pemberian aditif alami sehingga kombinasi
tersebut dapat menghasilkan daging ayam broiler yang sehat, memiliki kandungan
kecernaan diantaranya yaitu tingkat pemberian pakan, spesies hewan, suhu, laju
perjalanan makanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi
pakan, kandungan serat kasar bahan pakan, defisiensi zat makanan dan pengolahan
kecernaan adalah untuk menentukan jumlah zat yang dapat diserap oleh saluran
pencernaan yang dapat dilakukan dengan mengukur pakan yang dikonsumsi dengan
jumlah pakan yang dikeluarkan dalam bentuk ekskreta (Moningkey et al., 2019).
Semakin tinggi kecernaan nutrien maka semakin tinggi pula manfaat dari ransum
yang dapat dikonsumsi sehingga dapat berpengaruh terhadap bobot badan ternak
Serat kasar tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian
besar tidak mampu untuk dicerna oleh unggas serta memiliki sifat pengganjal
(Wulandari et al., 2013). Serat kasar bermanfaat untuk membantu gerak peristaltic
et al., 2012). Kadar Serat Kasar yang terlalu tinggi akan menyebabkan pencernaan
nutrien yang semakin lama. Serat kasar memiliki sifat voluminous sehingga dapat
serat kasar pada unggas dapat mencapai 20 – 30% yang terjadi di caecum dengan
enzim selulase yang berfungsi sebagai pemecah serat kasar (Suprijatna, 2010).
Kandungan serat kasar yang tinggi akan mengakibatkan ransum lebih sulit dicerna
(Mangisah et al., 2006). Faktor yang dapat mempengaruhi kecernaan serat kasar
diantaranya yaitu konsumsi pakan, kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun
Laju Digesta
Saluran pencernaan pada unggas relative pendek sehingga laju digestanya relative
lebih cepat. Lama ransum yang berada pada saluran pencernaan unggas yaitu 2- 4
jam (Setyowati et al., 2012). Faktor yang mempengaruhi laju digesta diantaranya
yaitu jenis ternak, umur ternak, kadungan serat kasar pada ransum serta suhu
komposisi ransum terutama kandungan serat kasar. Kandungan serat kasar yang
singkat pula proses pencernaan dalam saluran pencernaan (Moningkey et al., 2019).
Laju digesta yang terlalu singkat akan menyebabkan waktu yang tersedia bagi
(Prawitasari et al., 2012). Nilai laju digesta adalah nilai yang dapat dihitung dengan
selisih waktu saat ransum berindikator atau tanpa indikator diberikan dengan waktu
ketika ekskreta dengan indikator atau tidak dengan indikator pertama kali keluar,
Energi Metabolis
Energi metabolis adalah energi yang dihasilkan dari selisih Gross energy
(GE) dengan energi pada ekskreta yang mengalami pembuangan panas dan dapat
digunakan ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan tubuh, aktivitas fisik
dan mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal (Sugiyono et al., 2015). Nilai
energi metabolis terbagi menjadi 3 yaitu energi metabolis semu dari energi bruto
pakan dikurangi energi bruto ekskreta, energi metabolis terkoreksi nitrogen yang
dikoreksi dengan pengurangsn nitrogen 8,22 kkal dan energi metabolis murni dari
energi bruto pakan dikurangi energi bruto ekskreta kemudian dikoreksi dengan
al,. 2013). Faktor yang mempengaruhi energi metabolis diantaranya yaitu konsumsi
pakan, kandungan energi, jenis ternak, umur dan kemampuan ternak untuk
melakukan metabolisme tubuh (Pangestu et al., 2018). Faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap energi metabolis diantaranya yaitu daya cerna bahan pakan
atau ransum. Daya cerna yang rendah mampu menyebabkan energi yang hilang
dalam bentuk ekskreta lebih banyak sedangkan daya cerna yang tinggi mampu
menyebabkan energi yang hilang dalam bentuk ekskreta sedikit (Sukaryana, 2010).
Konsumsi ransum pada ayam broiler dipengaruhi oleh kandungan energi
yang terdapat di dalam ransum, ketika kebutuhan energi sudah terpenuhi maka
ayam akan berhenti makan. Ayam broiler akan mengkonsumsi ransum lebih banyak
ketika kandungan energi metabolis pada ransum rendah (Sawadi et al., 2016).
Kebutuhan energi metabolis pada ayam broiler berkisar antara 2961 – 3070 kkal/kg
Pertambahan bobot badan adalah kenaikan bobot badan yang dicapai seekor
ternak pada periode tertentu yang dapat menjadi salah satu kriteria untuk mengukur
dapat diketahui tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan. Pertambahan bobot badan
tiap minggu diperoleh dengan menimbang ayam per minggu kemudian dapat
dengan lama pemeliharaan (Herlina et al., 2015). Pertambahan bobot badan dapat
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2021 di Kandang Fakultas
Jurang Blimbing. Analisis sampel ransum dan ekskreta untuk kecernaan serat dan
Materi
Ternak yang akan digunakan dalam penelitian yaitu ayam broiler umur 8 hari
yang berjumlah 200 ekor. Jumlah kandang yang akan dipersiapkan adalah 20
kandang koloni serta 1 kandang untuk isolasi. Ayam dipelihara dalam kandang
diisi 10 ekor ayam. Peralatan kandang yang akan digunakan yaitu tempat pakan 21
buah, timbangan digital 1 buah, spray, nampan, selang, sapu, ember. Bahan yang
digunakan yaitu mannan bungkil sawit dan ransum sumber protein mikropartikel.
Ransum yang diberikan tersusun dari beberapa bahan diantaranya yaitu jagung,
Lisin dan Metionin. Komposisi Bahan pakan dan Kandungan Nutrisi ransum
Metode
Tahap Persiapan
Pembuatan ekstrak mannan bungkil sawit adalah tahap awal dari pelaksanaan
et al. (2016) Bungkil sawit yang sudah dalam bentuk tepung direbus dalam aquades
suhu ruangan. Hasil endapan yang telah diperoleh kemudian dikeringkan dan
dihaluskan menggunakan blender menjadi tepung.
dengan menggunakan metode Suthama dan Wabawa (2018) yaitu diawali dengan
menggiling bahan pakan sumber protein tepung ikan dan bungkil kedelai. Langkah
Pemeliharaan ayam broiler akan dilakukan selama 35 hari dengan target bobot
1,5 kg. Ternak yang akan dipelihara sebanyak 200 ekor yang dipelihara dalam
kandang koloni kemudian pada umur 32 hari sebanyak 20 ekor ayam broiler akan
ayam akan dilakukan permingu mulai awal pemeliharaan pada umur 8 hari. Ayam
broiler umur 1-7 hari diberi pakan komersial untuk masa adaptasi kemudian pada
umur 8-35 hari ayam diberi pakan penelitian dan ditambahkan ekstrak mannan
bungkil sawit sesuai dengan perlakuan. Hal-hal yang akan dilakukan selama
penelitian yaitu pemberian pakan dan minum, penimbangan dan pencatatan sisa
pakan setiap pagi, penimbangan bobot badan ayam broiler setiap satu minggu sekali
serta pencatatan suhu dan kelembaban lingkungan setiap pukul 06.00 WIB, 12.00
WIB, dan 18 WIB. Total koleksi dilakukan selama 4 hari pada hari ke 32, 33, 34,
murni, laju digesta dan pertambahan bobot badan ayam broiler. Pengukuran
kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju digesta dilakukan dengan
menggunakan metode total koleksi pada ayam yang berumur 32, 33,34 dan 35 hari.
dipelihara dalam kandang battery untuk memudahkan proses total koleksi. Ayam
broiler diberi ransum yang telah ditambahkan ekstrak mannan bungkil sawit yang
dicampur dengan Fe2O3 sebanyak 0,5% dari konsumsi ransum harian. Kecernaan
serat kasar akan diukur dengan melakukan analisis laboratorium mengenai kadar
serat dalam pakan dan ekskreta. Rumus yang digunakan untuk pengukuran
kecernaan serat kasar dihitung berdasarkan rumus Tilman et al. (1998) sebagai
berikut :
laboratorium terhadap kandungan gross energy dalam ransum dan eksreta. Energi
metabolis murni akan dihitung dengan menggunakan rumus Sibbald (1976) yaitu
sebagai berikut :
(GEf × X) - (YEf - YEc)
Energi Metabolis Murni =
X
Keterangan :
perlakuan )
endogenous).
Laju Digesta
Indikator yang digunakan yaitu Fe2O3. Langkah yang akan dilakukan yaitu
mengamati ekskreta berwarna merah yang pertama kali keluar kemudian mencatat
waktunya. Nilai laju digesta didapatkan dari rata–rata selisih waktu pemberian
berindikator
Pertambahan bobot badan adalah selisih antara bobot badan akhir dan bobot
badan awal. Pertambahan bobot badan akan diketahui dengan penimbangan bobot
sebagai berikut :
diterapkan yaitu :
Analisis Statistik
(RAL) dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada taraf 5 %
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui nilai tengah antar perlakuan.
Yij = μ + τi + εij ;
i = perlakuan (1,2,3,4,5)
j = ulangan (1,2,3,4)
Keterangan :
Yij = Kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju digesta dan
μ = nilai tengah kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju digesta dan
εij = perlakuan galat percobaan pada kecernaan serat kasar, energi metabolis
murni, laju digesta dan pertambahan bobot badan ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
Hipotesis Statistik
terhadap kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju digesta dan
BIS yang mempengaruhi kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju
JADWAL KEGIATAN
Keterangan:
1 = Minggu I 3 = Minggu III
2 = Minggu II 4 = Minggu IV
DAFTAR PUSTAKA
Ain, O. N., N. Suthama dan B. Sukamto. 2020. Pemberian ransum dengan protein
dan kalsium mikropartikel ditambah lactobacillus acidophilus atau
acidifier terhadap ketahanan tubuh dan bobot karkas broiler. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia 15(4): 348-354.
Anindita, F., S. Bahri dan J. Hardi. 2016. Ekstraksi dan karakterisasi glukomanan
dari tepung biji salak (Salacca edulis Reinw.). Jurnal Riset Kimia 2(2).
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Standar Nasional Indonesia: Pakan ayam ras
pedaging. SNI 8173.1
Daud, M. 2006. Persentase dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi probiotik
dan prebiotik dalam ransum (the carcass percentage and carcass quality of
broilers given probiotics and prebiotics in the ration). Jurnal Ilmu Ternak
Universitas Padjadjaran 6(2).
Daud, M.J., M.C. Jarvis. A. Rasidah, 1993. Fibre of PKC and its potential as poultry
feed. Proceeding.16th MSAP Annual.Conference, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Emma, W. S. M., O. Sjofjan dan E. Widodo. 2013. Karakteristik usus halus ayam
pedaging yang diberikan asam jeruk nipis dalam pakan. J.
Veteriner. 14(1): 105-110.
Herlina, B., R. Novita dan T. Karyono. 2015. Pengaruh jenis dan waktu pemberian
ransum terhadap performans pertumbuhan dan produksi ayam
broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 10(2): 107-113.
Hidanah, S., E. M. Tamrin, D. S. Nazar dan E. Safitri. 2013. Limbah tempe dan
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya
cerna serat kasar dan bahan organic pada itik petelur. Jurnal
Agroveteriner. 2 (1) : 71-79.
Idris, Moh., S.,A.F. Mohammad, Dahlan Ismail. 1998. Utilization of oil palm by-
products as livestock feed dalam Proc National Seminar on Livesock and
Crop Integration in Oil palm: “Towards Sustainable”. A. Darus, M.T.
Dolmat dan S. Ismail (eds). 12-14 May 1998, Johor-Malaysia.
Nahrowi, Wiryawan K G, and Tafsin M (2005) Isolasi dan sifat fisik kimia
Polisakarida mengandung mannan dari bungkil sawit dan dinding sel
Penicillium Spp [Isolation and chemical physical properties of
polysaccharides containing mannan from palm kernel cake and cell walls.
Makalah Seminar. Malang.
Nur’aini. 2017. Ekstrak Mannan dari Bungkil sawit sebagai Pengendali Bakteri
Salmonella thypimurium pada Ayam Broiler. Program Studi Ilmu
Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Thesis).
Patterson JA. 2005. Prebiotic feed additives: rationale and use in pigs. Adv Pork
Prod 16: 149-159.
Ramon, E dan J. Firison. 2012. Pengaruh lama periode starter terhadap konsumsi
pakan, berat hidup ayam broiler. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu, Bengkulu.
Suprijatna, E. 2010. Strategi pengembangan ayam lokal berbasis sumber daya lokal
dan berwawasan lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Unggas Lokal
ke IV. Hal : 55 – 79.