Anda di halaman 1dari 25

PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGKIL KEDELAI DAN

LACTOBACILLUS PLANTARUM PADA RANSUM


TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN PRODUKSI
DAGING AYAM BROILER

USULAN PENELITIAN

Oleh :

ACHMAD IZZA MAULANA


23010118120006

PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGKIL KEDELAI DAN
LACTOBACILLUS PLANTARUM PADA RANSUM
TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN PRODUKSI
DAGING AYAM BROILER

Oleh:

ACHMAD IZZA MAULANA

23010119130240

Disetujui oleh:
Dosen Wali Pembimbing Utama

Ir. Bambang Sulistiyanto, M.Agr.Sc., Ph.D. Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si.


NIP.19620216 198103 1 004 NIP. 19890216 198103 1 004

Usulan Penelitian ini telah terdaftar di Program Studi S1 Peternakan


No. Registrasi :
…............................. Tanggal :
….............................

Ketua Program Studi S1 Peternakan Pembimbing Anggota

Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Prof. Ir. Vitus Dwi Y. B. I., M.S., M.Sc.,
Ph.D., IPU. NIP. 19610912 199003 2 002 NIP. 19580204
198603 1 00
Judul : EFEK PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGKIL KEDELAI DAN
Lactobacillus plantarum DALAM RANSUM TERHADAP
KECERNAAN PROTEIN, MASSA DAGING DAN Ca DAGING
AYAM BROILER

LATAR BELAKANG

Ayam broiler merupakan ternak unggas yang memiliki modifikasi gen

dengan pertumbuhan cepat, dipanen dalam waktu cepat, dan memiliki konversi

pakan yang rendah. Karakteristik ayam broiler adalah memiliki pertumbuhan yang

cepat dan konversi pakan yang rendah (Razak et al., 2016). Dalam industri

peternkan, Antibiotic Growth Promotor (AGP) biasanya ditambahkan dalam

ransum untuk meningkatkan pertumbuhan, memperbaiki efisiensi pakan, menekan

angka mortalitas serta meningkatkan produktivitas ayam broiler. Namun, jika

AGP digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan efek negatif bagi

keamanan pangan karena meninggalkan residu pada karkas ayam serta

menimbulkan resistensi pada beberapa mikroorganisme baik terhadap antibiotik

(Widhi dan Saputra. 2018). Pelarangan Antibiotic Growth Promotor (AGP)

tercantum pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor

14/Permentan/PK.350/5/2017 pasal 16 yang didalamnya menyatakan bahwa

penggunaan Antibiotic Growth Promotor sebagai feed additive dilarang. Salah

satu solusi sebagai alternatif pengganti pemberian antibiotik sintesis pada ayam

broiler yaitu dengan menggunakan prebiotik dan probiotik untuk meningkatkan

Kesehatan ayam dan kualitas daging tanpa residu.


Penambahan prebiotik dan probiotik (simbiotik) melalui penelitian yang

sudah dilaksanakan terbukti bahwa dapat meningkatkan kualitas daging ayam

broiler (Abdurrahman dan Yanti, 2018). Hal ini dibuktikan dengan mekanisme

simbiotik yang membuat kondisi pencernaan lebih maksimal dalam menyerap

nutrien yang ada pada pakan serta memberikan kekabalan pada sistem pencernaan,

sehingga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan (Krismiyanto et al.

2021)

Prebiotik adalah suatu substrat tidak dapat dicerna tapi secara selektif

dimanfaatkan oleh mikroorganisme pada inang yang dapat menimbulkan efek

peningkatan kesehatan (Gibson et al. 2017). Prebiotik bekerja dengan beberapa

cara, yang pertama adalah menjadi tempat menempel bakteri patogen sehingga

tidak menempel langsung dan menginfeksi permukaan vili usus. Oligosakarida

merupakan salah satu dari jenis prebiotic yang dapat meningkatkan produktivitas

ayam broiler. Prebiotik oligosakarida ini dapat ditemukan pada limbah pengolahan

kedelai yaitu bungkil dan kulit kedelai yang sering disebut sebagai soybean

oligosakarida (SOS) (Krismaputri et al. 2019).

Bungkil kacang kedelai adalah limbah pabrik hasil pengolahan kacang

kedelai yang memiliki kandungan oligosakarida yang berpotensi menjadi prebiotic

(Wijayanti et al. 2019). Oligosakarida memiliki kinerja di dalam pencernaan

unggas yaitu tidak dapat dicerna oleh vili usus, namun dapat difermentasi oleh

bakteri menguntungkan yang ada dalam saluran pencernaan. Dan dengan system

simbiotik pemberian probiotik yaitu L. plantarum dapat memberikan efek yang

lebih baik daripada diberikan secara terpisah kepada ayam, karena bakteri probiotik

dan bakteri endogenus juga dapat memanfaatkan prebiotik (Abdurrahman et al.

2016).
TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara ilmiah

pengaruh pemberian soybeand oligosakarida (SOS) serta multi enzim (Probiotik)

pada kualitas daging ayam dan persentase karkas ayam broiler. Kualitas yang diuji

dalam hal ini ialah kualitas kimia berupa kandungan protein, lemak, kolesterol

dalam daging.

MANFAAT

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengetahui


informasi formulasi pakan mengenai pemberian SOS dan multi enzim yang tepat
untuk meningkatkan kualitas daging serta persentase karkas ayam broiler.

HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitia ini adalah pemberian SOS dan multi enzim yang
ditambahkan dalam pakan mampu membantu meningkatkan kualitas daging ayam
broiler dan persentase karkas secara keseluruhan.
.
TINJAUAN PUSTAKA

Ayam broiler adalah salah satu ternak unggas yang dipelihara dan

dimanfaatkan untuk diambil dagingnya. Ayam broiler memiliki karakteristik yaitu

pertumbuhan yang cepat, FCR yang baik, masa panen pendek, timbunan daging

baik serta menghasilkan daging yang berserat lunak (Wona et al., 2019). Ayam

broiler memiliki bobot hidup yang berkisar antara 1,5 – 2,2 kg dalam waktu 5-8

minggu (Pratama et al., 2015). Strain ayam broiler yang terkenal di Indonesia

yaitu Cobb, Ross, Lohman, Hubbard, dan Hybro PG (Rosikin, 2017). Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler adalah pakan, temperature lingkungan

dan sistem pemeliharaan (Situmorang et al., 2013). Zona Thermo netral (ZTN)

atau suhu lingkungan yang optimal pada ayam broiler berkisar antara 20 – 250 C

dan kelembaban sekitar 50 – 70% (Saputro et al., 2017). Ayam Broiler memiliki

performa yang berbeda tergantung pada pertambahan bobot badan, konsumsi dan

konversi ransum. Standar performa produksi ayam broiler strain CP 707 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produktivitas Broiler Menurut Umur


Umur Bobot Badan Konsumsi Feed Conversion Ratio
(minggu) Ransum (FCR)
(g)
1 175 150 0,857
2 486 512 1,052
3 932 1167 1,252
4 1467 2105 1,435
5 2643 3283 1,602
Sumber : PT. Charoen Pokphand dalam Umiarti (2020)
Ransum

Ransum adalah campuran dari berbagai bahan pakan yang diformulasikan

agar kandungan nutrien seimbang (Subekti, 2009). Broiler sangat efisien dalam

mengubah ransum menjadi daging sehingga sangat berpengaruh dalam

menentukan keberhasilan pemeliharaan broiler (Situmorang, et al., 2013). Nutrien

yang dibutuhkan ayam broiler meliputi protein kasar, lemak, vitamin, karbohidrat,

mineral, dan lain-lain. (Nugroho et al., 2012). Pakan yang diberikan pada ayam

broiler harus berkualitas, yakni mengandung nutrisi yang sesuai dengan

kebutuhan. Pemberian pakan pada ayam broiler di sesuaikan dengan kebutuhan

nutrien ayam broiler serta berdasarkan umur atau fase pertumbuhan (Marwansyah

et al., 2019). Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien ransum

pada setiap fase pertumbuhan ayam. Fase pertumbuhan ayam broiler meliputi fase

starter (0 - 3 minggu) dan fase finisher (3 minggu - panen). Kebutuhan nutrien

ayam broiler dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan nutrien Ayam Broiler


Nutrien Starter Finisher
Energi Metabolis (kkal/kg) 1 3200 3200
Protein Kasar (%)2 Min 20 Min 19
Serat Kasar (%)2 Maks 5,0 Maks 6,0
Lemak kasar (%)2 Maks 5,0 Maks 5,0
Kadar Air (%)2 Maks 14,0 Maks 14,0
Abu (%)2 Maks 8,0 Maks 8,0
Lisin (%) 1 1,10 1,10
Metionin (%)1 0,50 0,38
Kalsium (%)1 1,00 0,90
Phospor (%)1 0,45 0,35
Sumber :1National Research Council (1994); 2Badan Standarisasi Nasional (2015)
Protein adalah unsur nutrisi yang penting dalam perhitungan kebutuhan

dan formulasi ransum broiler, yang secara jelas perlu diperhitungkan secara teliti

akan keseimbangan energi-protein dalam penyusunanya. protein dibutuhkan untuk

tumbuh dan berkembang, sehingga dapat dikatakan sebagai nutrisi vital dalam

tubuh hewan (Herlinae et al, 2020). fungsi lain berupa Pertumbuhan bulu dan

jaringan, regenerasi jaringan rusak dan guna mendukung produksi sangat

diperlukan adanya protein (Widodo et al., 2015). Kebutuhan protein kasar untuk

broiler periode starter dan finisher minimal 20% dan 19% (Standar Nasional

Indonesia, 2015). Deficiency protein pada fase starter bisa menyebabkan

pertumbuhan terhambat (kerdil), sebaliknya, bila terlampau tinggi pada fase

finisher dapat menyebabkan pembengkakan biaya produksi akibat efficiency

penggunaan nutrisi.

Bungkil Kacang Kedelai

Bungkil kacang kedelai adalah salah satu bahan pakan penyusun

ransum broiler yang berasal dari industri pengolahan kacang kedelai (Noviadi,

2010). Bungkil kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan pakan penyusun ransum

unggas berfungsi sebagai sumber protein. Kandungan protein kasar BKK 46-48% (Palupi

et al., 2014), dengan kandungan protein kasar seperti ini BKK mampu memenuhi

kebutuhan protein unggas sampai 50%.


Nutrien BKK
Energi Metabolis (kkal/kg) 1 2240
Protein Kasar (%)2 44
Lisin (%) 1 2,6
Metionin (%)1 0,50
Kalsium (%)1 0,32
Phospor (%)1 0,67
Sumber : Sinurat (1999)

Lactobacillus Plantarum Sebagai Probiotik untuk Unggas

Probiotik dan prebiotic dapat digunakan untuk meningkatkan prodiktivitas

ayam petelur dengan menambahkannya pada bahan pakan agar memaksimalkan

kebutuhan nutrientnya. Penambahan probiotik pada ransum adalah alternatif dalam

mendukung pengendalian mikroorganisme patogen pada tubuh inang, peningkatan

produktivitas pemeliharaan ternak (Mentari, 2018). Probiotik secara umum ialah

bakteri yang dapat merangsang mikroflora usus dan memodifikasi lingkungan

saluran pencernaan dengan cara positif serta meningkatkan performa pertumbuhan

dan efisiensi pakan ayam petelur. Probiotik yang sering dikenal umumnya

merupakan kelompok bakteri asam laktat (BAL) dan termasuk mikroorganisme

yang disebut sebagai food grade microorganism, salah satunya yaitu Lacobacillus

plantarum (Kartini, 2020). Lactobacillus plantarum memenuhi persyaratan sebagai

probiotik yaitu dapat menghambat mikrooganisme patogen, tahan pada pH rendah

yaitu antara 2-3, dapat hidup pada kadar empedu 0,5 % dan tumbuh pada suhu 15

oC (Aritonang et al., 2007).

Massa Kalsium dan Protein Daging, Kaitannya dengan Kecernaan Protein

Dalam menentukan kecernaan nutrien dari ransum adalah dengan

menghitung jumlah nutrien ransum yang dikonsumsi dikurangi dengan jumlah

nutrien yang dikeluarkan melalui ekskreta (Sukaryana, et al., 2011). Kecernaan

protein merupakan cerminan dari tinggi rendahnya nilai efisiensi penggunaan

nutrien dari ransum yang dikonsumsi broiler (Sukaryana, et.al., 2011). Angka
kecernaan protein pada broiler di daerah tropis mencapai 60- 85%, dan tinggi

rendahnya angka kecernaan tergantung pada kandungan protein dalam ransum dan

konsumsi protein (Boangmanalu, et.al., 2016). Kecernaan protein sangat berkaitan

dengan kesehatan saluran pencernaan yang kaya akan bakteri asam laktat (BAL)

dan menghasilkan short chain fatty acid/SCFA (Fanani et.al., 2016). Saluran

pencernaan yang sehat dapat meningkatkan sekresi enzim pencernaan yang

kemudian berdampak pada ketersediaan nutrien dalam menunjang produktivitas

broiler (Fanani et.al., 2016).


MATERI DAN METODE

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September – November 2022 di

Kandang Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang

yang terletak di lingkungan kampus FPP. Analisis sampel pakan dan ekskreta

untuk kecernaan protein dan kandungan Ca dilaksanakan di Laboratorium Ilmu

Nutrisi Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,

Semarang.

Materi

Ternak yang akan digunakan dalam penelitian yaitu ayam broiler umur 8

hari yang berjumlah 200 ekor. Jumlah kandang yang akan dipersiapkan adalah 24

kandang koloni serta 1 kandang untuk isolasi. Ayam dipelihara dalam kandang

koloni yang berjumlah 24 petak dengan ukuran 1 × 1 × 1 meter yang masing-

masing diisi 8 ekor ayam. Peralatan kandang yang akan digunakan yaitu tempat

pakan 25 buah, tempat minum 25 buah, lampu bohlam 60 watt 25 dan 40 watt 25

buah, thermohygrometer 2 buah, timbangan digital 3 buah, spray, nampan, selang,

sapu, ember. Bahan yang digunakan yaitu bungkil kacang kedelai dan ransum

sumber protein mikropartikel. Ransum yang diberikan tersusun dari beberapa

bahan diantaranya yaitu jagung, bekatul, bungkil kedelai mikropartikel, tepung

ikan mikropartikel, CaCo3, Premix, Lisin dan Metionin. Komposisi Bahan pakan

dan Kandungan Nutrien ransum tercantum pada tabel 4.


Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Ransum dengan Sumber
Protein Mikropartikel dan Kandungan Nutrien Ransum

Bahan Pakan Komposisi (%)


Jagung Giling 50,51
Pollard 16,74
BKK 21,90
MBM 10,00
CaCO3 0,30
Premix 0,25
Lisin 0,10
Metionin 0,20
Nutrien Kandungan Nutrien
Energi Metabolis (kkal/kg)* 3034,58
Protein Kasar (%)** 21,73
Serat Kasar (%)** 4,42
Lemak Kasar (%)** 3,40
Kalsium (%)** 1,444
Fosfor (%)** 0,73
Metionin (%) 0,48
Lisin (%) 1,15
Arginin (%) 1,33
Keterangan : * = Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Balton
** = Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

Metode
Metode yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari tahapan berikut ini,

Rancangan penelitian, tahap persiapan, tahap pemeliharaan, pengambilan data, dan

analisis data

Tahap Persiapan

Persiapan awal berupa pembuatan petak kandang sejumlah 25 buah, dengan

masing masing petak berukuran 1x1 m, area kandang dibersihkan menggunakan air

mengalir yang dicampur detergen. Pembersihan kandang dilanjut dengan fumigasi

dan persiapan bahan pakan. persiapan lain berupa estraksi SOS dari bungkil kedelai

dilakukan sebelum fase pemeliharan. SOS didapatkan melalui hasil estraksi bungkil
kedelai di laboratorium Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan dan

Pertanian Univesitas Diponegoro, Semarang.

Estraksi dimulai dengan mencampurkan bungkil kedelai+aquades+ethanol

dengan perbandingan 200 gram bungkil dicampur 250 ml aquades dan 750 ml

ethanol. Bungkil yang telah tercampur dengan larutan ethanol + quades tersebut lalu

dipanaskan di waterbath dengan suhu konstan 80 C selama 30 menit, perhitungan

waktu pemanasan terhitung ketika larutan sampel sudah mendidih yang ditandai

dengan gejolak larutan. Selama 30 menit tersebut dilakukan pengadukan secara

terus menerus untuk memastikan larutan homogen dan bungkil terestraksi dengan

baik. campuran tersebut lalu didinginkan dengan cara memasukan gelas beker

kedalam wadah yang terisi air. Campuran lalu difiltrasi menggunakan kertas saring

atau kain untuk memisahkan substrat SOS dengan sisa substrat. Hasil saringan yang

sebagian besar berupa campuran larutan ethanol+SOS tersebut lalu dilakukan

pendinginan di lemari pendingin selama kurang lebih 1x24 jam. Pendinginan

bertujuan untuk mengendapkan SOS sehingga terkumpul didasar larutan.

Endapan SOS yang sudah terpisah lalu dimasukan kedalam loyang oven

yang telah dilapisi kertas oven untuk dilakukan pengovenan. Suhu oven diatur

konstan 500 C untuk menghindari subtrat SOS mengalami karamelisasi mengingat

SOS merupakan salah satu gugus gula, dimana ketika suhu mencapai titik tertentu

gugus gula akan mengalami karamelisasi yang membuat hasil estraksi kurang

maksimal. SOS yang sudah kering oven lalu ditumbuk menggunakan mortar dan

alu hingga halus. SOS tersebut dikumpulkan menjadi satu kedala plastik zip untuk

menghindari kerusakan.
Tahap Pemeliharaan Ayam Broiler

Pemeliharaan ayam broiler akan dilakukan selama 35 hari dengan target


bobot

1,5 kg. Ternak yang akan dipelihara sebanyak 200 ekor yang dipelihara dalam

kandang koloni kemudian pada umur 32 hari sebanyak 20 ekor ayam broiler akan

dipindahkan ke kandang battery untuk total koleksi. Penimbangan bobot badan

ayam akan dilakukan permingu mulai awal pemeliharaan pada umur 8 hari. Ayam

broiler umur 1-7 hari diberi pakan komersial untuk masa adaptasi kemudian pada

umur 8-35 hari ayam diberi pakan penelitian dan ditambahkan ekstrak bungkil

kedelai serta Lactobacillus plantarum sesuai dengan perlakuan. Hal-hal yang

akan dilakukan selama penelitian yaitu pemberian pakan dan minum,

penimbangan dan pencatatan sisa pakan setiap pagi, penimbangan bobot badan

ayam broiler setiap satu minggu sekali serta pencatatan suhu dan kelembaban

lingkungan setiap pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB, dan 18 WIB. Total koleksi

dilakukan selama 4 hari pada hari ke 32, 33, 34, dan 35. Total koleksi dilakukan

dengan menggunakan indikator Fe2O3.

Tahap Pengambilan Data

Parameter yang diukur adalah kecernaan protein dan bobot badan ayam

broiler. Pengukuran kecernaan serat kasar, energi metabolis murni, laju

digesta,

dilakukan dengan menggunakan metode total koleksi pada ayam yang berumur

32, 33,34 dan 35 hari. Total koleksi dilakukan dengan menggunakan indikator

Fe2O3. Ayam broiler dipelihara dalam kandang battery untuk memudahkan


proses total koleksi. Ayam broiler diberi ransum yang telah ditambahkan ekstrak

mannan bungkil sawit yang dicampur dengan Fe2O3 sebanyak 0,5% dari

konsumsi ransum harian.


Kecernaan serat kasar akan diukur dengan melakukan analisis

laboratorium mengenai kadar serat dalam pakan dan ekskreta. Rumus yang

digunakan untuk pengukuran kecernaan serat kasar dihitung berdasarkan rumus

(Wahju, 1997) sebagai berikut :

KonsumsiProtein PK ekskreta terkoreksi


Kecernaan serat kasar (%) = × 100%
Konsumsi Protein

Keterangan :

PK yang dikonsumsi = kadar protein kasar ransum x jumlah konsumsi

Protein ekskreta = jumlah ekskreta x PK ekskreta

Protein urin = 30% x protein ekskreta (Muller, 1982)

PK ekskreta terkoreksi = PK ekskreta – PK urine

Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang

diterapkan yaitu :

- T0 : Ransum Basal

- T1 : Ransum Basal + L. Plantarum 1,2%

- T2 : Ransum Basal + Soybean Oligosakarida 0,15%

- T3 : Ransum Basal + Soybean Oligosakarida 0,3%

- T4 : Ransum Basal Mikropartikel + SOS 0,15% + L. plantarum 1,2%

- T5 : Ransum Basal Mikropartikel + SOS 0,3% + L. plantarum 1,2%


Analisis Statistik

Data yang diperoleh akan diuji menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada taraf 5 %

kemudian apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata maka akan

dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui nilai tengah antar perlakuan.

Model linier adititf yaitu:

Yij = μ + τi + εij ;

i = perlakuan (1,2,3,4,5)

j = ulangan (1,2,3,4)

Keterangan :

Yij = Kecernaan Protein, energi metabolis murni, laju digesta dan

produksi daging ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

μ = nilai tengah kecernaan protein kasar, produksi daging

τi = pengaruh aditif dari perlakuan penambahan L. plantarum dengan SOS ke-i

εij = perlakuan galat percobaan pada kecernaan protein kasar, produksi

daging ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i


Hipotesis Statistik

H0 = τ1 = τ2 =...= τ4 = 0 ; tidak ada pengaruh perlakuan penambahan L.

plantarum dengan SOS terhadap kecernaan protein, dan produksi daging

ayam broiler .

H1 = minimal ada satu τi ≠ 0 ; minimal ada satu perlakuan penambahan L.

plantarum dengan SOS yang mempengaruhi kecernaan protein, dan produksi

daging ayam broiler.

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

- F hitung < F tabel 5% : perlakuan tidak berpengaruh nyata sehingga H0

diterima dan H1 ditolak.

- F hitung ≥ F tabel 5% : perlakuan berpengaruh nyata sehingga H0 ditolak

dan H1 dierima kemudian dilanjutkan uji Duncan.

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Adaptasi
3 Perlakuan
4 Pengambilan
Data
5 Pengolahan
Data

Keterangan:
1 = Minggu I 3 = Minggu III
2 = Minggu II 4 = Minggu IV
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Z. H., Y. B. Pramono, dan N. Suthama. 2016. Feeding effect of inulin


derived from dahlia tuber combined with Lactobacillus sp. on meat protein
mass of crossbred kampong chicken. J. of the Indonesian Tropical Animal
Agriculture, 41(1): 37–44.

Badan Standarisasi Nasional. 2015. Standar Nasional Indonesia: Pakan ayam ras
pedaging. SNI 8173.1 Badan Standarisasi Nasional. 2015. Standar Nasional
Indonesia: Pakan ayam ras pedaging. SNI 8173.1

Gibson, G. R., Hutkins, R., Sanders, M. E., Prescott, S. L., Reimer, R. A., Salminen, S. J.,
Reid, G. 2017. Expert consensus document: the international scientific
association for probiotics and prebiotics (ISAPP) consensus statement on the
definition and scope of prebiotics. Nature Reviews Gastroenterology &
Hepatology, 14(8): 491–502.

Herlinae, H., Yemima, Y., & Aristayani, T. 2020. Pengaruh berbagai campuran ransum
komersial, jagung kuning dan dedak padi fermentasi dengan kadar protein
yang berbeda terhadap penampilan ayam Broiler fase finisher. J. ILMU
HEWANI TROPIKA, 9(1): 23-28

Krismaputri, M. E., N. Suthama, dan Pramono, Y. B. 2019. Pemberian prebiotik soybean


oligosakarida dari ekstrak bungkil dan kulit kedelai terhadap perlemakan
dan bobot daging pada ayam broiler. J. Pengembangan Penyuluhan
Pertanian, 13(24): 99-105

Krismiyanto, L., M. Mulyono, N. Suthama, A. A. Wicaksono, M. Muslimah, R. Z.


Setiawan, A. Hanif dan F. I. A. F. Ridwan. 2021. Penambahan Probiotik
dalam Ransum Mengandung Protein Mikropartikel dan Lemak Tinggi
Terhadap Profil Lemak Darah dan Kualitas Daging Broiler. Jurnal Ilmu
Ternak Universitas Padjadjaran, 21(1): 50-57.

Marwansyah, A. J., I. N. Miwada dan A. W. Puger. 2019. Manajemen pemberian pakan


ayam broiler parent stock fase layer di pt. Charoen pokphand jaya farm unit
8 probolinggo jawa timur. J. Peternakan Tropika, 7(1): 340- 345.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy


Press, Washington DC.
Noviadi, R. 2010. Pengaruh Substitusi Bungkil Kacang Kedelai dengan Tepung Daun
Singkong dalam Ransum terhadap Penampilan Produksi Broiler. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 10(1): 45-51.

Palupi, R., L. Abdullah, dan D. A. Astuti. 2014. Potential and utilization of Indigofera sp
shoot leaf meal as soybean meal substitution in laying hen diets. JITV,
19(3): 210-219.
Pratama, A., Suradi, K., R. L. Balia, H. Chairunnisa, A. H. W. Lengkey, D. S. Sutardjo,
dan W. S. Putranto. 2015. Evaluasi karakteristik sifat fisik karkas ayam
broiler berdasarkan bobot badan hidup. J. Ilmu Ternak, 15(2): 61-64.

Razak, A. D., K. Kiramang, dan M. N. Hidayat, 2016. Pertambahan bobot badan,


konsumsi ransum dan konversi ransum ayam ras pedaging yang diberikan
tepung daun sirih (Piper Betle Linn) sebagai imbuhan pakan. J. ilmu dan
industri peternakan, 3(1):135-147.

Rosikin, K. 2017. Pengaruh Imbangan Protein Dan Energi Pakan Terhadap Produktivitas
Ayam Broiler Strain Cobb 500 Dan Lohman Mb 202 Periode Finisher
(Doctoral dissertation, Universitas Madura).

Saputro, B., P. E. Santosa, dan T. Kurtini. 2014. Pengaruh cara pemberian vaksin nd live
pada broiler terhadap titer antibodi, jumlah sel darah merah dan sel darah
putih. J. Ilmiah Peternakan Terpadu, 2(3): 43-48

Sinurat, A. P. 1999. Penggunaan bahan pakan lokal dalam pembuatan ransum ayam
buras. J. Wartazoa, 9(1): 12-20.

Situmorang, N. A., L. D. Mahfuds dan U. Atmomarsono. 2013. Pengaruh pemberian


tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam ransum terhadap efisiensi
penggunaan protein broiler. Anim. Agric. J. 2 (2): 49 – 56.

Subekti, E. 2009. Ketahanan pakan ternak Indonesia. Mediagro 5 (2): 63 – 71.

Umiarti, A. T. 2020. Manajemen Pemeliharaan Broiler. Pustaka Larasan, Bali

Widhi, A. P. K. N., dan I. N. Y. Saputra. 2021. Residu Antibiotik Serta Keberadaan


Escherichia Coli Penghasil ESBL pada Daging Ayam Broiler di Pasar Kota
Purwokerto. J. Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(2): 137-142

Wijayanti, D. A., N. Suthama, dan Y. B. Pramono. 2019. Efisiensi Penggunaan Protein


Pada Ayam Broiler Yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Soybean
Oligosakarida Sebagai Sumber Prebiotik (The Effects Of Feeding Soybean
Oligosaccharides Derived From Extract Soybean Meal And Soybean Hull
On Weight Of Carcass, Protein Meat And Water Holding Capacity In
Broiler Chickens). J. Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 13(23): 53-59

Wona, L. W., N. P. F. Suryatni, dan J. F. Theedens. 2019. Pengaruh pemberian larutan


daun tempuyung (sonchus arvensis) dalam air minum terhadap performa
ayam broiler. J. Peternakan Lahan Kering, 1(1): 60-66.

Anda mungkin juga menyukai