ABSTRAK
Limbah udang memiliki kandungan protein yang berikatan dengan kitin dan sulit untuk
dicerna oleh ternak unggas sehingga perlu dilakukan proses fermentasi menggunakan Bacillus
licheniformis, Lactobacillus sp. dan Saccharomyces cerevisiae. Penelitian mengenai “Pengaruh
Ransum Mengandung Limbah Udang Produk Fermentasi Terhadap Bobot Karkas dan Lemak
Abdominal Ayam Kampung” dilakukan untuk mengetahui penggaruh penggunaan limbah
udang produk fermentasi yang menghasilkan bobot karkas dan lemak abdominal optimal pada
ayam kampung. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan ransum yaitu ransum tanpa limbah udang fermentasi (R0), ransum dengan 5% (R1),
10% (R2), 15% (R3), dan ransum dengan 20% (R4) limbah udang fermentasi yang diberikan
pada 125 ekor ayam kampung di dalam 25 unit kandang dan dipelihara hingga umur 8 minggu.
Peubah yang diamati adalah bobot karkas dan bobot lemak abdominal. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa limbah udang dapat digunakan hingga 10% untuk mendapatkan bobot
karkas yang optimal dan tidak berpengaruh terhadap bobot lemak abdominal.
Kata Kunci: ayam kampung, karkas, lemak abdominal, limbah udang fermentasi,
ABSTRACK
The shrimp waste contains proteins that bind to chitin and difficult to digest by poultry.
It’s necesary to do a fermentation process using Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp. and
Saccharomyces cerevisiae. Research about “The Influence of Feed Containing Fermented
Shrimp Waste Product to Carcass Weight And Abdominal Fat on Local Chickens” conducted
to determine the effect of fermented shrimp waste product that results the most optimal value
of carcass weight and abdominal fat on local chickens. The method was used completely
randomized design (CRD) with 5 treatmen namely feed without fermented shrimp waste (R0),
feed with 5% (R1), 10% (R2), 15% (R3), and feed with 20% fermented shrimp waste ( R4)
yang given to 125 local chikens in 25 units of cage and maintained until 8 weeks of age. The
measured parameters was carcass weight and abdominal fat weight. Conclusion of this research
is the shrimp waste can be used up to 10% to obtain optimum carcass weight and did not affect
the weight of abdominal fat.
PENDAHULUAN
Budidaya ayam kampung merupakan usaha yang sangat menjanjikan, dilihat dari
permintaannya yang setiap tahun terus meningkat. Peningkatan kebutuhan daging ayam
kampung di Provinsi Jawa Barat terlihat fluktuatif seperti pada data statistik Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 jumlah kebutuhan daging ayam
yaitu 25.698.083 kilogram (kg), 26.263.582 kg, 25.358.819 kg, 27.320.486 kg, 25.683.423 kg,
dan 27.149.266 kg (Dirjen Peternakan, 2014). Perlu adanya peningkatan produksi ayam
kampung agar selalu memenuhi permintaan masyarakat yang mungkin secara tidak diduga
meningkat pesat hingga tidak sanggup dipenuhi oleh produksi daging di Indonesia.
Guna menunjang pertumbuhan ayam kampung dalam industri peternakan diperlukan
pakan yang berkualitas agar dalam proses produksi dihasilkan karkas yang mampu memiliki
bobot yang optimal. Kebutuhan pakan dalam industri peternakan merupakan salah satu hal
yang penting untuk menunjang hasil produksi suatu budidaya peternakan. Banyaknya
kebutuhan ransum dalam budidaya ayam kampung menjadikan tingginya biaya untuk
penyediaan pakan oleh karena itu, perlu adanya efisiensi usaha ternak pada pembuatan pakan
dengan manajemen pakan yang baik seperti dalam pemilihan jenis-jenis bahan pakan yang
efisien untuk diolah menjadi ransum. Syarat dalam pemilihan bahan pakan adalah terdapat
dalam jumlah banyak, tidak bersaing dengan konsumsi manusia, dan memiliki harga yang
terjangkau.
Problem utama dalam pembuatan ransum ayam adalah bahan pakan sumber protein
seperti tepung ikan yang harganya relatif mahal dan menyebabkan tingginya biaya pembuatan
ransum ayam. Guna mengatasi permasalahan tersebut diperlukan bahan pakan sumber protein
alternatif yang memiliki kadar protein tinggi dengan harga yang relatif murah dan tersedia
seperti limbah udang. Di Indonesia dari 170 usaha pengolahan udang mempunyai kapasitas
produksi sekitar 500.000 ton per tahun. Berdasarkan total produksi udang sekitar 80 - 90 %
diekspor dalam bentuk udang beku tanpa kepala dan kulit. Bobot kepala dan kulit ini mencapai
60 - 70 % dari bobot yang utuh, sehingga volume limbah kepala dan kulit udang yang dihasilkan
mencapai 203.403 - 325.000 ton per tahun (Rosyidi dkk., 2009). Banyaknya ketersediaan
limbah udang di Indonesia ini menjadi potensi yang besar dalam pemanfaatan limbah sebagai
bahan pakan alternatif untuk meningkatkan kualitas karkas ayam kampung.
Kendala dalam penggunaan limbah udang adalah protein dan mineral yang terikat kuat
dengan kitin sehingga sulit dicerna oleh enzim pencernaan unggas khususnya ayam kampung.
Penggaruh Ransum Mengandung Limbah Udang………………………Abdus Sobri Asyidiqi
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penggolahan secara biologis terlebih dahulu agar protein dan
mineral yang berikatan dengan kitin dapat terurai sehingga bisa dicerna oleh ayam kampung.
Teknologi fermentasi limbah udang merupakan salah satu alternatif dan murah untuk
meningkatkan nilai nutrisi limbah udang. Proses fermentasi limbah udang dapat dilakukan
melalui dua tahapan yaitu deproteinasi dengan menggunakan Bacillus licheniformis, dan
demineralisasi dengan Lactobacillus sp. serta Saccharomyces cerevisiae. Setelah adanya
deproteinasi dan demineralisasi protein dan mineral yang terikat dengan kitin dapat terpisah
sehingga protein dapat dicerna oleh ayam kampung.
Penggunaan limbah udang produk fermentasi diharapkan dapat menggantikan atau
mengurangi penggunaan tepung ikan dalam ransun ayam sebagai sumber protein. Kandungan
protein dalam ransum yang juga bersumber dari fermentasi limbah udang juga menunjang
pembentukan jaringan untuk pertumbuhan ayam sehingga menghasilkan karkas yang
berkualitas. Kriteria karkas yang berkualitas dapat dilihat dari bobot karkas yang tinggi dan
lemak abdominal yang rendah. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh serta tingkat penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap
bobot karkas dan lemak abdominal optimal pada ayam.
Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4
……………….…… % ……………………….
LUF 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00
Dedak Padi 28,00 26,75 24,75 23,00 18,00
Jagung Kuning 58,00 58,00 58,00 58,00 60,00
Bungkil Kedelai 4,75 2,50 2,25 1,50 0,00
Tepung Ikan 8,00 6,50 3,75 1,25 0,00
Tepung Tulang 0,75 0,75 0,75 0,75 1,00
CaCO3 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00
Jumlah 100 100 100 100 100
Keterangan : Hasil perhitungan berdasarkan Tabel. 1
LUF = Limbah Udang Fermentasi
R0 = Ransum kontrol yaitu, ransum yang tidak mengandung
limbah udang produk fermentasi.
R1 = Ransum yang mengandung 5% limbah udang produk fermentasi.
R2 = Ransum yang mengandung 10% limbah udang produk fermentasi.
R3 = Ransum yang mengandung 15% limbah udang produk fermentasi.
R4 = Ransum yang mengandung 20% limbah udang produk fermentasi.
Nutrien R0 R1 R2 R3 R4 Keperluan*
EM (kkal/kg) 2755 2770 2781 2792 2838 2750
PK (%) 15,08 15,03 15,05 15,03 15,18 15
LK (%) 6,66 6,70 6,54 6,43 6,09 4,0-7,0
SK (%) 4,89 4,97 5,08 5,19 4,92 3,0-6,0
Ca (%) 1,05 1,27 1,39 1,54 2,03 0,9-1,1
P (%) 0,58 0,65 0,68 0,72 0,84 0,7-0,9
Lysin (%) 0,97 0,95 0,90 0,86 0,86 0,6
Methionin (%) 0,35 0,38 0,40 0,42 0,45 0,25
*) Widodo (2010)
Penggaruh Ransum Mengandung Limbah Udang………………………Abdus Sobri Asyidiqi
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 macam perlakuan ransum dan diulang sebanyak 5 kali. Ransum
perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah ransum tanpa penggunaan limbah udang
fermentasi (R0), ransum mengandung 5% limbah udang fermentasi (R1), ransum mengandung
10% limbah udang fermentasi (R2), ransum mengandung 15% limbah udang fermentasi (R3),
ransum mengandung 20% limbah udang fermentasi (R4). Ransum dibuat berdasarkan
kandungan protein kasar 15% dan energi metabolis 2750 kkal/kg (Widodo, 2010).
20% pada ransum perlakuan menunjukkan hasil yang signifikan (P<0,05) terhadap bobot
karkas ayam kampung.
Hasil Uji Duncan yang menunjukkan bahwa perlakuan ransum yang tidak mengandung
limbah udang fermentasi 0% (R0), tidak berbeda nyata dengan ransum yang mengandung
limbah udang fermentasi sebanyak 5% (R1) dan 10 % (R2), akan tetapi menghasilkan bobot
karkas yang nyata lebih tinggi (P<0,05) dengan perlakuan ransum yang mengandung limbah
udang fermentasi sebanyak 15% (R3) dan ransum yang mengandung limbah udang fermentasi
sebanyak 20% (R4). Hasil diatas menunjukkan bahwa penggunaan limbah udang fermentasi
sampai 10% tidak memberikan efek negative terhadap bobot karkas.
Rataan bobot karkas yang berbeda dari setiap perlakuan disebabkan pengaruh
penggunaan berbagai tingkat limbah udang fermentasi di dalam ransum. Semakin tinggi
penggunaan limbah udang fermentasi memperlihatkan bobot karkas yang semakin menurun
karena dalam limbah udang terdapat kandungan zat kitin yang tidak bisa dicerna oleh alat
pencernaan unggas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mirzah dkk. (2008), bahwa
penggunaan limbah udang fermentasi yang semakin tinggi dalam ransum menyebabkan
penurunan pertambahan bobot badan ayam yang mengakibatkan semakin menurunnya bobot
karkas seperti yang diutarakan oleh Karouglu dan Durdag (2005), bahwa produksi karkas
sangat berhubungan dengan bobot hidup.
Fermentasi limbah udang menggunakan bakteri Bacillus licheniformis, Lactobacillus
sp. dan Saccharomyces cerevisiae menunjukkan bahwa limbah udang dapat digunakan dalam
kadar yang lebih besar dari pada limbah udang tanpa diolah. Hal ini disebabkan dalam proses
deproteinasi menggunakan Bacillus licheniformis dapat meningkatkan kadar protein kasar
seperti dalam Abun dkk. (2016) yang mengatakan bahwa penggunaan Bacillus licheniformis
dalam proses deproteinasi limbah udang selama 2 hari menunjukkan kadar protein kasar paling
tinggi yaitu sebesar 47,19%. Tingginya kadar protein kasar pada limbah udang dapat
mendukung pertumbuhan ayam kampung sehingga menghasilkan bobot karkas yang tinggi dan
pertumbuhan jaringan, laju pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bobot hidup yang dicapai
juga tinggi sehingga dapat menghasilkan bobot karkas yang juga tinggi seperti yang diutarakan
oleh Karouglu dan Durdag (2005), bahwa produksi karkas sangat berhubungan dengan bobot
hidup, semakin rendah bobot hidup maka akan semakin rendah bobot karkas begitu pula
sebaliknya. Selain itu dalam Abun dkk. (2016), menyatakan bahwa degradasi ikatan kitin
dengan protein pada limbah udang menggunakan Bacillus Licheniformis yang juga diikuti
dengan penggunaan Lactobacillus sp. untuk melepas mineral yang terikat bersama protein yang
Penggaruh Ransum Mengandung Limbah Udang………………………Abdus Sobri Asyidiqi
pada tubuhnya bahkan Yaman (2010) menyebutkan bahwa ayam kampung memiliki
kandungan lemak abdominal yang sangat rendah, oleh karena itu tidak terlihat secara signifikan
perbedaan lemak abdominal pada setiap perlakuan dalam penelitian yang dilakukan. Umur
ayam yang digunakan masih pada tahap starter atau masih pada masa pertumbuhan, menurut
Deaton dan Lott (1985) pada periode pertumbuhan awal, lemak yang disimpan dalam tubuh
jumlahya sedikit namun pada pertumbuhan akhir, proses penimbunan lemak berlangsung cepat
dan lemak akan disimpan dibawah kulit, di sekitar organ pencernaan antara lain empedal, usus
dan otot.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa limbah udang produk fermentasi berpengaruh terhadap bobot karkas, tetapi tidak
berpengaruh terhadap bobot lemak abdominal ayam kampung dan penggunaan limbah udang
produk fermentasi sampai dengan tingkat 10% menghasilkan bobot karkas yang optimal pada
ayam kampung.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen fakutas peternakan terutama Prof.
Dr. Ir. Hj. Tuti Widjastuti, MS. dan Dr. Ir. Abun, MP. sebagai dosen pembimbing atas ilmu dan
luang waktu yang diberikan selama bimbingan untuk menyelesaikan penulisan skripsi dan telah
memberi kesempatan untuk mengikuti penelitian tentang pemanfaatan limbah udang. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, dan kepada sahabat yang telah
membantu dan mendoakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah selalu merahmati
kita dan selalu menuntun dalam jalan kebaikan dan kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abun, 2008. Biokonversi Limbah Udang Windu (Penaeus monodon) oleh Bacillus
licheniformis dan Aspergillus niger serta Implementasinya terhadap Performans
Broiler. Disertasi, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Abun, T. Widjastuti, dan K. Haetami. 2016. Effect of Time Processing at Steps of Bioprosess
Shrimp Waste by Three Microbes on Protein Digestibility and Metabolizable Energy
Products of Native Chicken. AgroLife Scientific Journal 5 : 209-213
Amrullah IK. 2004. Nutirisi Ayam Broiler. Seri Berternak Mandiri. Bogor: Lembanga Satu
Gunung Budi.
Deaton J. W. and B. D. Lott. 1985. Age and Dietary Energy Effect on Broiler Abdominal Fat
Deposition. Poultry Sci. 64: 2161-2164
Penggaruh Ransum Mengandung Limbah Udang………………………Abdus Sobri Asyidiqi
Direktorat Jenderal Peternakan, 2014. Populasi Ternak (000 ekor), 2008 – 2013. Tersedia :
http://www. bps. go. id/linkTabelStatis/view/id/1506. Diakses Tanggal 08 September
2015, Pukul 07. 30 WIB.
Fouad AM, El-Senousey HK. 2014. Nutritional factors affecting abdominal fat deposition in
poultry: A review. Asian-Australasian J Anim Sci. 27:1057- 1068.
Mirzah. 2008. Pengaruh Level Penggantian Tepung Ikan dengan Limbah Udang yang Diolah
dengan Filtrat Air Abu Sekam dalam Ransum Ayam Buras. Padang: Fakultas Peternakan
Universitas Andalas. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33: 209-2017
Tumuva E, Teimouri A. 2010. Fat deposition in the broilerchicken: A review. Sci Agric Bohem.
41:121-128.
Widodo, Eko. 2010. Teori dan Aplikasi Pembuatan Pakan Ternak Ayam dan Itik. Jurnal
Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.