PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau
lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial, karena
karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang
mempunyai mutu baik. Jenis domba ini banyak juga diusahakan oleh masyarakat
4
dipedesaan sebagai sampingan saja. Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung
Indonesia adalah ukuran badan kecil, pertumbuhannya lambat, bobot badan domba
jantan 30 kg - 40 kg dan domba betina 15 kg - 20 kg, warna bulu dan tanda –
tandanya sangat beragam, bulunya kasar dan agak panjang, telinganya kecil dan
pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk dan
ekornya kecil dan pendek (Cahyono, 1998).
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya
produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat
dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban
yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang
atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).
Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada
atau tidak ada ayam di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya : gaji pekerja
bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.
Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan
jumlah produksi ayam pedaging yang diusahakan. Semakin banyak ayam
semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan
secara total (Rasyaf, 1995).
Menurut (Lipsey et al., 1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang
berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya
produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap.
Pendapatan adalah jumlah nilai yang diterima dan diperoleh dari hasil usaha.
Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan
dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang
dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Budiono, 1990).
Nuraini (2003) mengatakan, besarnya pendapatan total akan tergantung
kepada banyaknya penjualan produk atau jasa. Dengan demikian maka besarnya
penerimaan pendapatan akan tergantung kepada dua variabel, yaitu variabel harga
dan variabel jumlah yang dijual.
6
2.6 Analisis B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
Ket : K = Keuntungan
Total Revenue = Total penerimaan
Total Cost = Total pengeluaran
Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-
jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama
(Kasmir et al, 2005).
Ampas sagu dapat dijadikan sebagai pakan ternak sumber energi karena
kandungan BETNnya cukup tinggi yaitu 70,35%, namun kurang baik untuk dipakai
sebagai pakan tunggal karena ampas sagu berdasarkan bahan kering mengandung
protein kasar rendah yaitu 3,15% oleh karena itu diperlukan penambahan pakan
sumber protein seperti ampas tahu yang mengandung protein kasar sebesar 27,55%
(Nuraini dkk, 2009).
Ampas mengandung 65,7% pati dan dan sisanya merupakan serat kasar,
protein kasar, lemak, dan abu. Dari persentase tersebut ampas mengandung residu
lignin sebesar 21%, sedangkan kandungan selulosa di dalamnya sebesar 20% dan
sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu. Di sisi lain, kulit batang sagu mengandung
selulosa (57%) dan lignin yang lebih banyak (38%) daripada ampas sagu. Kiat
(2006),
8
2.9 Dedak
Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi
beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian
penutup beras. Hasil yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila
dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi
(Rasyaf, 1992).
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk jenis tanaman palma yang
memiliki multi fungsi karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan. Tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil
kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budi daya tanaman kelapa
melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak kelapa yang
berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas kelapa (Miskiah,
2006).
Pada proses pembuatan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil), daging
kelapa segar yang telah diparut kemudian dikeringkan dan dipres hingga minyaknya
terpisah. Hasil samping dari proses pembuatan minyak kelapa murni ini adalah
ampas kelapa. Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa
berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan ternak. Protein kasar yang
terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan kandungan seratnya yang mudah
dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan ampas kelapa
9
sebagai bahan pakan pedet (calf), terutama untuk menstimulasi rumen (Miskiah,
2006). Hasil analisis proksimat terhadap bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.
protein bungkil kedelai sekitar 48% dan merupakan sumber protein yang amat bagus
sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan
tinggi. Wahyu (1992), kandungan zat nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel
5.
Kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) mempunyai kandungan zat nutrisi cukup
tinggi yaitu mengandung protein 11,45-12,44%, serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar
2,67-4,03% dalam bahan kering. Selain itu mengandung asam amino metionin sebesar
0,4% dan lisin 0,2%. Kandungan proteinnya hampir sama dengan dedak padi, tetapi
serat kasarnya cukup tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan faktor
pembatas untuk menggunakan kulit ari kedelai dalam jumlah besar (Suci dan Sumiati,
10
1995). Lebih lanjut Wiryani (1991) menyatakan hasil analisis kulit ari kacang kedelai
berdasarkan bahan kering terdiri dari protein 11,58%, lemak 2,10%, serat kasar 50,80%
dan abu 2,61%.
2.13 Urea
konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea bila diberikan kepada ruminansia akan
melengkapi sebagian dari kebutuhan protein bagi ternak, karena dapat membantu
kerja mikroorganisme dalam rumen (Anggorodi, 1984). Urea sebagai pakan ternak
berfungi sebagai sumber NPN (Non Protein Nitrogen) dan mengandung lebih
kurang 45% unsur Nitrogen sehigga pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas
rumput yang diberikan kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea
Penggunaan urea tidak bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan kering dan
lebih dari 2 g untuk setiap bobot badan 100Kg ternak (Basri, 1990).
2.14 Mollases
11
Tabel 6. kandungan nilai gizi molases (dalam Bahan kering).
Kandungan Nilai Gizi (%)
Protein Kasar 3,94
Serat Kasar 0,40
Lemak Kasar 0,30
Abu 11,00
BETN 84,40
Sumber : Fahmi (2013)
2.15 NaCL
2.16 Mineral
Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun
berperan penting agar proses biologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral
digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pemebntukan darah,
pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang
berperan dalam proses metabolisme di dalam sel (Setiadi dan Inouno, 1991).
2.18 Probion
Probion adalah bahan pakan aditif ternak yang dapat digunakan secara
langsung sebagai campuran pakan konsentrat atau untuk meningkatkan kualitas
pakan melalui proses fermentasi. Probion merupakan konsorsia mikroba dari rumen
ternak ruminansia yang diperkaya dengan mineral esensial untuk pertumbuhan
mikroba tersebut. Bentuk fisik Probion adalah berupa serbuk sehingga dapat
disimpan dalam jangka waktu lama. Penggunaan Probion sebagai campuran pakan
konsentrat sebanyak 0,3%, atau digunakan dalam proses fermentasi pakan dengan
takaran 3 kg probion dan 3 kg urea untuk setiap satu ton pakan berserat (Haryanto,
2001).
2.19 EM-4
14
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 ekor Domba Lokal
Jantan.
Ulangan P0 P1 P2 P3
(Kontrol) (0,3%) (0,6%) (0,9%)
1 1 1 1 1
2 1 1 1 1
3 1 1 1 1
15
4 1 1 1 1
Keterangan : P0 = Kontrol
3. Bungkil Kelapa 18 18 18 18
5. Bungkil Kedelai 8 8 8 8
7. Urea 2 2 2 2
10. Mineral* 1 1 1 1
16
seperlunya. Semprotkan/percikan larutan garam dapur, urea, tetes tebu, dan
probitiok di atas hamparan bahan pakan berserat. Kemudian diaduk-aduk rata dan
bila diperlukan menambahkan air kembali, sehingga kandungan air mencapai
60%. Takarannya jika dipegang/dikepal bahan pakan basah di tangan, tapi air
tidak menetes. Kemudian masukkan bahan pakan ternak tersebut dalam silo, atau
tempat lainnya, ditekan agar padat, tidak ada udara(anaerob). Kemudian ditutup
rapat selama 3 minggu.
17
3.8 Alur Penelitian
Persiapan kandang dan domba
Persiapan Pakan
Analisi Data
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Murtidjo Bambang A. 1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak
Potong dan
Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Nur Baits, A. 2011. Kriteria Hewan Qurban.
[Online]. http://www.konsultasisyariah.com. (diakses 27 Juni 2015,
jam 20.45 WIB)
20