Anda di halaman 1dari 6

Tugas Praktikum Ke : 10 Hari/Tanggal : Kamis, 29 April 2021

Pengantar Ilmu Nutrisi Tempat Praktikum : Online

Asisten : Lestya Juli Andini (D24170045)

CAFETARIA FEEDING PADA UNGGAS

EFEK BENTUK FISIK RANSUM TERHADAP EFISIENSI


PENGGUNAAN PROTEIN PADA AYAM BROILER

DISUSUN OLEH:

Andi Bau Mawar B04190004


Anisya Saeila Putri B04190010
Imas Rezki Amanah Are B04190039

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada
umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan
Suprijatna 2006). Ayam pedaging atau broiler berperan memenuhi kecukupan
protein asal hewani bagi masyarakat Indonesia (Umam et al. 2014). Keberhasilan
pemeliharaan ayam broiler sangat bergantung pada pakan yang diberikan.
Ayam pedaging menjadi salah satu komoditi ternak unggas yang dapat
diandalkan masyarakat dalam kebutuhan protein hewani. Tingkat kesejahteraan
dan tingkat pendidikan masyarakat pun sangat berpengaruh terhadap pola
konsumsi yaitu pemenuhan karbohidrat menjadi protein. Hal ini menyebabkan
permintaan protein hewani yakni unggas pedaging maupun petelur meningkat.
Bahan-bahan ransum yang berasal dari hewani memiliki banyak keunggulan
dibanding ransum yang berasal dari tumbuhan karena memiliki asam amino yang
lengkap dan mudah diserap oleh tubuh.
Pada masa sekarang, peternakan broiler sangat populer karena kelebihannya
yang hanya dengan 5 – 6 minggu sudah dapat dipanen. Awalnya peternakan ayam
broiler hanya berkembang di pulau Jawa. Namun, semakin majunya teknologi
menyebabkan usaha peternakan ayam broiler dapat ditemukan di setiap provinsi.
Manfaat-manfaat dari membuka usaha ayam broiler yaitu usaha ekonomi
kerakyatan mandiri, mendapatkan daging untuk konsumsi, dan kotorannya dapat
dijadikan sebagai pupuk tanaman.
Kelebihan ternak broiler yaitu memiliki kemampuan berkembang yang cepat,
konsumsi ransum yang efisien, dan biaya produksi yang murah. Efisiensi produksi
ternak dapat ditentukan dari konversi ransum, yaitu jumlah ransum yang
dikonsumsi untuk memproduksi 1 kg berat badan. Semakin kecil rasionya maka
semakin efisien produktivitas ternak tersebut. Pada usaha peternakan, sekitar 60-
70% merupakan biaya ransum dan selebihnya biaya produksi seperti vaksin dan
obat-obatan. Salah satu usaha untuk memperbaiki efisiensi ransum yaitu dengan
pemilihan bentuk partikel size ransum yang disesuaikan dengan umur broiler.
Beberapa variasi bentuk ransum yaitu tepung (all mash), remah (crumble) dan
pellet.
Ransum bentuk crumble memberikan hasil yang lebih baik karena bioaktif
lebih homogen di dalam pakan dan dapat dikonsumsi oleh ternak seluruhnya
(Retnani et al. 2009). Bentuk pellet merupakan bentuk ransum yang diolah
melalui beberapa tahap, yaitu pencacahan, pengeringan, penghalusan pakan
menjadi tepung, kemudian pencetakan, pendinginan, dan pengeringan, selanjutnya
yang terakhir sortasi, pengepakan, dan penyimpanan dalam gudang (Krisnan dan
Ginting 2009). Namun, ayam broiler lebih menyukai ransum berbentuk butiran.
Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai penentuan ransum yang lebih
efisien khususnya pengaruh ukuran bentuk ransum yang digunakan selama
periode pemeliharaan.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
bentuk fisik ransum terhadap efisiensi penggunaan protein terhadap ayam broiler.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5


perlakuan serta 3 ulangan sehingga diperoleh 15 susunan perlakuan, dengan
perlakuan sebagai berikut :
 P1 = Ransum starter berbentuk Tepung
 P2 = Ransum starter berbentuk Fine Crumble
 P3 = Ransum starter berbentuk Crumble
 P4 = Ransum finisher berbentuk Coarse Crumble
 P5 = Ransum finisher berbentuk Pellet
Parameter penelitian yang digunakan ialah retensi protein dan rasio efisiensi
protein. Perhitungan presentase retensi protein ialah sebagai berikut.
KP – (PE − PEn)
RP = × 100%
KP
Keterangan :
RP : Retensi Protein (%)
KP : Konsumsi Protein (g/ekor)
PE : Protein Ekskreta (g/ekor)
PEn : Protein Endogenus
Perhitungan rasio efisiensi protein (REP) ialah sebagai berikut.
𝑃𝐵𝐵
REP = × 100%
𝐾𝑃
Keterangan :
REP : Rasio Efisiensi Protein (%)
PBB : Pertambahan Bobot Badan (g)
KP : Konsumsi Protein (g)

Rekapitulasi hasil penelitian tentang efek bentuk fisik ransum terhadap


efisiensi penggunaan protein pada ayam broiler tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penelitian


Perlakuan Rataan
Konsumsi Retensi Protein PBB Rasio Efisiensi
protein (g) Kasar (%) Protein
Periode
starter
P1 26.39 94.23a ± 0.14 71.38 270.33tm ± 136.63
P2 25.59 92.46ab± 0.11 66.05 258.33tm ± 15.47
P3 25.91 92.34b ± 1.02 62.16 240.00tm ± 20.79
Periode
finisher
P4 23.09 92.71ab ± 1.10 47.97 207.67tm ± 78.68
P5 23.44 92.10b ± 0.33 44.64 190.69tm ± 51.52
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0.05)

Retensi Protein
Retensi protein kasar dapat diperoleh dengan menghitung selisih konsumsi
protein kasar ransum dengan protein kasar yang diekskresikan setelah dikoreksi
dengan protein kasar endogenus. Selama penelitian, semua ternak mendapatkan
perlakuan yang sama, setiap hari selama empat hari ternak mengonsumsi ransum
sebanyak 120 gram/ekor. Konsumsi protein diperoleh dengan jalan persentase
kandungan protein (dari hasil analisis proksimat) dikalikan dengan konsumsi
keringnya.
Salah satu kondisi ransum diantaranya ukuran bentuk fisik ransum yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi penformans (konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum) ayam dan efisiensi dari penggunaan suatu ransum
(penyerapan protein/nitrogen dan energi metabolisme dan efisiensi ekonomis).
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin kecil ukuran ransum
semakin tinggi rataan retensi proteinnya.
Jadi dengan perbedaan bentuk fisik ransum akan mempengaruhi retensi protein
kasar suatu ransum, dimana dapat diketahui bahwa pada fase starter ransum
bentuk fisik tepung dan fine crumble lebih efisien dalam penggunaan protein
kasar dibandingkan dengan ransum berbentuk crumble, sedangkan pada fase
finisher, ransum coarse crumble tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap
pellet.

Rasio Efisiensi Protein (REP)


Rasio efisiensi protein kasar diperoleh dengan cara menghitung pertambahan
bobot badan dibagi dengan konsumsi protein kasar kemudian dikali dengan 100%.
Pertambahan bobot badan disebabkan oleh ketersediaan asam amino pembentuk
jaringan sehingga konsumsi protein kasar ransum berhubungan langsung dengan
proses pertumbuhan. Artinya bahwa protein yang berkualitas baik akan
meningkatkan pertambahan berat badan setiap unit protein yang dikonsumsi.
Konsumsi protein yang tidak berbeda dikarenakan jumlah konsumsi ransum
yang sama, konsumsi yang sama menyebabkan pertambahan bobot badan yang
hampir sama dan bobot badan yang hampir sama di akhir pemeliharaan
menyebabkan rasio efisiensi protein tidak berbeda. Perbedaan bentuk fisik ransum
tidak mempengaruhi rasio efisiensi protein (REP) suatu ransum, dimana dapat
diketahui bahwa rasio efisiensi protein (REP) pada fase starter ransum bentuk
fisik tepung tidak berbeda dengan ransum berbentuk fine crumble, crumble, dan
pada fase finisher rasio efisiensi protein ransum coarse crumble juga tidak
berbeda dengan pellet.

KESIMPULAN

Perbedaan bentuk fisik ransum mempengaruhi retensi protein kasar tetapi tidak
mempengaruhi rasio efisiensi protein (REP) ransum. Bentuk fisik tepung dan fine
crumble pada fase starter lebih efisien dalam penggunaan protein kasar
ditunjukkan oleh nilai retensi protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ransum berbentuk crumble. Sedangkan pada fase finisher untuk ransum coarse
crumble tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pellet.
DAFTAR PUSTAKA

Kartasudjana R, Suprijatna E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta (ID) :


Penebar Swadaya.
Krisnan R, Ginting SP. 2009. Penggunaan Solid Ex-Decanter sebagai Binder
Pembuatan Pakan Komplit Berbentuk Pellet : Evaluasi Fisik Pakan Komplit
Berbentuk Pellet. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor, 13 – 14 Agustus 2009. Hal: 480 – 486.
Retnani Y, Herawati L, Khusniati S. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler starter
bentuk crumble berperekat tepung tapioka, bentonit dan onggok. JITP. 1(2):
88-97.
Umam MK, Prayogi HS, Nurgiartiningsih VMA. Penampilaan produksi ayam
pedaging yang dipelihara pada sistem lantai kandang panggung dan kandang
bertingkat. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24(3): 79-87.

Anda mungkin juga menyukai