Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penetasan Telur

Penetasan adalah proses embrio di telur sampai telur pecah menghasilkan


anak ayam. Penetasan akan dilakukan secara alami oleh ayam induk atau secara
buatan (artifisial) oleh mesin tetas. Telur tetas, yang merupakan telur fertil atau
telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam petelur
komersil, telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh
indukan ayam. Penetasan telur dengan mesin tetas pada prinsipnya adalah
mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Suhu,
kelembaban, dan posisi telur adalah. Penetasan dengan mesin tetas memiliki
kelebihan dibanding dengan penetasan secara alami, yaitu: dapat dilakukan
sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan
anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan (Abarca, 2021).

Pada hakekatnya ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami dengan
induknya sendiri dan secara buatan dengan alat penetas pengganti induk
(Gunawan, 2015), sebagai berikut :
1. Menetaskan telur secara alami.
Proses penetasan telur secara alami perlu mempersiapkan tempat penetasan
yang biasa disebut sarang atau sangkar yang terbuat dari rumput atau jerami
yang bersih dan lembut, biasanya seekor induk ayam dapat mengerami telurnya
sebanyak 10 – 15 butir, tergantung pada besar kecilnya induk ayam itu.
2. Menetaskan telur secara buatan
Menetaskan telur dengan alat dilakukan bila anda ingin memperoleh anak-anak
ayam dalam jumlah banyak, bila dilakukan oleh induk ayam jumlah telur yang
ditetaskan relatif sedikit. Mesin tetas akan membantu ternak dalam
memperluas usahanya, pekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan anak
ayam ini merupakan suatu pekerjaan tersendiri dan memerlukan penguasaan
teknologi yang mengarah pada spesialisasi.

5
6

Serangkain kegiatan-kegitatan yang dilakukan dalam proses penetasan


telur ayam (Sinuhaji, 2017), yaitu :
1. Seleksi telur
Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur (grading).
Grading adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu, telur yang layak
ditetaskan disebut Heaching Egg (HE) dan telur yang tidak layak ditetaskan
(Grade Out). Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas dan telur
yang tidak layak tetas. Ciri – ciri telur yang layak ditetaskan:
a. Berat telur normal yaitu 50 – 60 gram;
b. Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2:3;
c. Warna kulit telur berwarna coklat gelap;
d. Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3mm;
e. Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik – bitnik.
2. Fumigasi telur
Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang
fumigasi, fumigasi dilakukan untuk membunuh kuman penyakit, untuk
menunjang agar fumigasi yang akan kita lakukan dapat berjalan efektif maka
kita harus memperhatikan beberapa hal:
a. Temperatur ruangan fumigasi 27˚-29˚C;
b. Kelembaban 70-75%;
c. Dosis fumigasi (KMnO4 / PK) dan Formalin 1:2) untuk 1 m³;
d. Volume ruangan dan jumlah telur;
e. Waktu fumigasi 15-20 menit.
3. Fumigasi mesin penetas
Salah satu persiapan yang dilakukan sebelum memasuki proses penetasan yaitu
fumigasi mesin tetas. Ruangan alat penetas sebelum digunakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan cara desinfeksi menggunakan disinfektan
yang bertujuan mencegah kontaminasi bakteri melalui mesin tetas
4. Temeperatur mesin penetas
Temperatur pada mesin tetas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses
penetasan, karena itu ketika penetasan menggunakan mesin tetas temperature
mesin tetas harus mengacu pada suhu alami pada saat induk ayam mengerami
7

telur tetas. Pengontrolan suhu yang kurang diperhatikan akan dapat


menggagalkan proses penetasan telur. Panas dalam ruangan mesin tetas harus
selalu dipertahankan sesuai dengan yang dibutuhkan. Temperatur yang terlalu
tinggi pada mesin tetas akan memberi dampak buruk bagi anak ayam yang
dihasilkan, embrio di dalam telur mengalami dehidrasi sehingga day old chick
akan lemah yang dapat menyebabkan kekerdilan dan mortalias yang tinggi.
Prinsip pengoprasian mesin tetas, suhu harus stabil dan dikontrol secara teratur.
Temperatur akan terus meningkat dan menurun ketika telur akan menetas,
temperatur yang ideal didalam mesin tetas pada hari ke - 1 sampai hari ke – 19
adalah 37,50C sampai 37,70C dan pada hari ke -20 sampai ke - 21 adalah
36,10C– 37, 20C.
5. Kelembapan mesin tetas
Banyaknya uap air yang berasal dari telur tetas berpengaruh terhadap
kelembaban di dalam mesin tetas, sehingga pengawasan kelembaban sangat
penting dilakukan pada alat penetas buatan. Kelembaban ideal merupakan
kelembaban yang sangat diperlukan pada penetasan telur, supaya embrio bisa
berkembang dengan baik. Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari
ke - 1 sampai ke -18 adalah 55-60% dan pada hari ke - 19 sampai ke – 21
adalah dinaikkan menjadi 75%
6. Ventilasi
Ventilasi juga memegang peranan penting pada proses penetasan yaitu
mengatur keluar masuknya udara di dalam mesin, ketika karbodioksida
meningkat maka ventilasi akan mengambil oksigenuntuk masuk ke dalam
mesin dan membuang karbodioksida keluar. Ventilasi pada mesin tetas harus
sesuai agar sirkulasi udara di dalamnya berjalan dengan baik sehingga
perkembangan embrio di dalam mesin tetas bertumbuh dengan baik
7. Pemutaran telur
Pemutaran telur yang baik akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan
embrio, sehingga telur yang menetas menghasilkan anak ayam dalam keadaan
normal. Posisi pemutaran telur memegang perananan penting dalam suatu
proses penetasan. Pemutaran telur dengan frekuensi yang baik akan meberikan
hasil yang baik pada hasil akhir penetasan. Pemutaran telur sebaiknya
8

dilakukan satu kali setiap jam, sehingga selama satu hari diperoleh 24 kali
putaran. Pemutaran telur dengan kemiringan 450 akan akan memberikan hasil
yang baik pada proses penetasan.
8. Candling
Candling merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk meneropong
telur dalam penetasan. Candling merupakan kegiatan pemeriksaan embrio
didalam telur yang akan ditetaskan menggunakan bantuan cahaya.
Peneropongan dimulai dengan menyalakan lampu listrik. Peneropongan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan
embrio yang terdapat didalam telur tetas. Telur infertil yang terkena cahaya
lampu akan tampak terang kemerahan saat candling. Selain mengetahui
keberadaan embrio, candling juga berfungsi untuk mengetahui telur fertil dan
infertil, serta telur fertil tetapi embrio mati.
9. Pull chick
Pull chick merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari pengeluaran dan
pengumpulan DOC dari mesin hatcher yang biasa disebut turun ayam, lalu
diteruskan dengan proses seleksi. Sebelum proses pull chick dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan terhadap DOC untuk memastikan keseluruhan
telah mentas dengan kondisi DOC sudah kering. Pada suatu penetasan, seluruh
telur menetas biasanya tidak secara bersamaan. Pelaksaan pada pull chick, anak
ayam yang baru menetas jangan tergesa- gesa dikeluarkan dari mesin tetas hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya cacat pada anak ayam
10. Seleksi anak ayam
pembagian sesuai gradenya. Seleksi anak ayam yang baru menetas
merupakan kegiatan memisahkan anak ayam yang baik dengan yang tidak
baik kondisinya. DOC yang dapat dijual dengan kualitas baik disebut saleable
chick. Anak ayam dengan kualitas baik dapat dikelola dan dikembangkan
lebih lanjut, sedangkan yang buruk harus diapkir. Day old chick yang tidak
layak dijual memiliki kondisi buruk sebagai contoh yaitu DOC pincang, DOC
tidak dapat berdiri dan DOC mata tertutup. Anak ayam yang baru menetas,
yang tidak memenuhi syarat dengan kualitas yang baik harus disingkirkan
atau dibuang.
9

11. Daya tetas


Daya tetas merupakan banyaknya telur fertil yang menetas pada akhir
penetasan yang dinyatakan dalam bentuk persen. Banyak faktor yang
mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya yaitu lama penyimpanan. Telur
tetas jika disimpan dalam waktu yang lama akan mengurangi daya tetasnya.
Daya tetas telur akan menurun seiring dengan penambahan waktu
penyimpanan dan lamanya telur disimpan sebelum ditetaskan. Lama
penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menentukan daya tetas dan
kematian embrio di dalam telur tetas.

2.1.2 Definisi Supply Chain Management

Supply chain adalah suatu sistem yang digunakan perusahaan untuk


pengalokasian barang atau jasa yang dimulai dari penyedian bahan baku hingga
barang jadi (Sarjana, 2021).

Supply chain management adalah suatu proses yang kompleks yang


digunakan untuk mengelola dan mengkoordinasi semua kegiatan yang terdapat
dalam supply chain yang dapat berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan
fungsi dari supply chain management yaitu merencanakan, mengatur, dan dan
mengkoordinasikan semua kegiatan rantai pasok. Pada dasarnya manajemen
rantai pasok memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal,
dan perbaikan layanan (Setiadi et al., 2018).

Supply chain management adalah semua kegiatan yang digunakan secara


efisien yang digunakan untuk mengetahui mulai dari pemasok, produsen, serta
stock gudang yang akan disalurkan ke toko-toko, sehingga barang yang
diproduksi dapat didistribusikan dengan tepat waktu, tepat lokasi, serta dengan
biaya yang sesuai dengan tingkat pelayanan. Jadi suatu perusahaan mempunyai
beberapa management guna untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaannya.
Selain itu, jika suatu perusahaan memiliki managemen yang baik maka akan
mempunyai daya saing tinggi, sehingga bisa leluasa menerapkan beberapa strategi
untuk mempertahankan produknya di pasaran. Untuk disebut sebuah rantai pasok,
minimal terdapat 3 entitas didalamnya (Rakhman et al., 2018):
10

1. Supplier atau pemasok, yaitu penyedia barang atau jasa dimana pembelinya
melakukan bisnis. Pemasok menyediakan bahan, energy, jasa atau komponen
yang digunakan untuk memproduksi produk atau jasa.
2. Producer atau produsen yaitu yang menerima jasa, bahan, pasokan, energy dan
komponen untuk membuat produk jadi.
3. Customer atau pelanggan, adalah yang menerima pengiriman barang jadi untuk
dikirimkan pada pelanggannya.

Pada prinsipnya supply chain merupakan sinkronisasi dan koordinasi dari


aktivitas yang terkain dengan aliran, baik organisasi dalam perusahaan maupun
organisasi diluar perusahaan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini, yang
merupakan gambaran struktur dari suppky chain, yaitu:

STRUKTUR
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPLIER HILIR

SUPLIER MANUFACTUR DISTRIBUTOR RETAILER KONSUMEN

Gambar 2.1 Struktur Supply Chain


(Sumber : Sarjana, 2021)

Dalam supply chain menunjukan adanya rantai yang dimulai dari supplier
hingga sampai yang terakhir adalah customer. Berikut ini merupakan peranan
utama yang terlibat dalam aliran supply chain (Sarjana, 2021), yaitu :
1. Supplier (Chain 1)
Yaitu sumber pemasok bahan pertama. Bahan pertama ini bisa berupa bahan
baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang dan lain-lain. Jumlah
provider bisa sedikit atau banyak, tetapi supplier biasanya sangat banyak.
2. Supplier > Manufacturer (Chain 1-2)
Rantai pertama terhubung dengan rantai kedua, yaitu prosesor atau panel atau
assembler atau prosesor atau dengan cara lain yang memiliki pekerjaan seperti
11

prosesor, pengolah, assembler, dll. Sambungan dengan link pertama sudah


memiliki potensi penghematan yang persentase penghematannya mencapai
40% 60% atau bahkan lebih dengan konsep penghematan jaringan pemasok
dalam persediaan bahan baku, produk setengah jadi dan bahan jadi di pemasok,
produsen dan titik transit.
3. Supplier > Manufacturer > Distributor (Chain 1-2-3)
Produk jadi dibuat oleh produsen yang kemudian dikirim ke pelanggan melalui
distributor atau biasanya membawa sebagian besar rantai pasokan. Produk dari
pabrik melalui gudang pabrik didistribusikan ke distributor atau gudang grosir,
kemudian grosir mendistribusikan jumlah kecil ke pengecer.
4. Supplier > Manufacturer > Distributorn > Retailer (Chain 1-2-3-4)
Pedagang grosir biasanya menyimpan atau menimbunbarang sebelum
mendistribusikannya ke pengecer. Dari sana, ada peluang untuk menghemat
biaya inventaris dan penyimpanan dengan mendesain ulang sampel
pengiriman, dari gudang produsen hingga toko ritel.
5. Supplier > Manufactur > Distributor > Retailer > Customers (Chain 1-2-3-4-5)
Retail otlet meliputi toko, warung, pasar, supermarket, pusat perbelanjaan, dll,
yang kemudian menawarkan produknya kepada pembeli atau pengguna produk
tersebut dengan mengunjungi toko atau kiosnya. Rantai pasokan tidak berakhir
sampai produk yang bersangkutan berada di tangan pelanggan atau pengguna.

Terdapat 4 aliran yang menghubungkan entitas rantai pasok (Apriyani et


al., 2018),yaitu:
1. Aliran informasi yang bolak-balik sepanjang rantai pasok;
2. Aliran produk primer, termasuk bahan material dan jasa dari supplier lewat
entitas perantara yang emrubah ke suatu barang yang didistribusikan ke
pelanggan;
3. Aliran uang dari pelanggan hingga kembali ke supplier bahan baku;
4. Aliran arus balik suatu produk yang dikembalikan untuk diperbaiki, daur ulang,
diproduksi ulang atau dibuang. Dapat didefinisikan juga sebagai perencanaan
dan pengendalian proses memindahkan barang dari titik konsumsi kembali
pada titik asal untuk di perbaiki, pembaruan, daur ulang atau pembuangan.
12

Tujuan dari supply chain management adalah melakukan penyelarasan


antara penawaran dengan permintan secara efektif dan efisien. Adapun dengan
penjelasan (Rizqi et al., 2019), yaitu :
1. Penentuan pada tingkat outcourcing dengan tepat;
2. Mengelola pengadaan barang;
3. Mengelola pemasok;
4. Mengelola hubungan dengan pelanggan;
5. Mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi masalah tersebut;
6. Mengelola resiko.

Dengan adanya pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari


supply chain management adalah untuk memenangkan persaingan pasar dan
mendapatkan apresiasi dari pelanggan. Perusahaan yang menerapkan supply chain
management pada dasarnya ingin mendapat respon yang bagus dari para
konsumenya, maka dari itu adanya performasi dalam supply chain management
(Ekonomika et al., 2013), yaitu :
1. Kualitas (kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan ketepatan pengiriman);
2. Waktu (total penambahan waktu dan total waktu aliran bisnis);
3. Biaya (total biaya pengiriman dan efisiensi nilai tambah);
4. Flesibelitas (jumlah dan spesifikasi).

2.1.3 Prinsip-Prinsip Supply Chain Management

Prinsip supply chain management adalah sinkronisasi dan koordinasi


aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran material produk, baik dalam suatu
organisasi, maupun antar organisasi. Aliran material atau produk dalam suatu
organisasi, misalnya suatu industri manufaktur adalah suatu komleksitas yang
penanganannya membutuhkan campur tangan semua pihak, bukan hanya dilalui
langsung oleh aliran material atau produk secara fisik akan tetapi bagian-bagian
perencanaan produk, manufaktur, pemasaran, akutansi dan lain sebaginya.
Prinsip-prinsip dalam supply chain management yang digunakan dalam
merumuskan keputusan strategis (Rizqi et al., 2019), yaitu :
1. Menyesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang
berbeda.
13

2. Mendengarkan sinyal pasar dan menjadikan sinyal tersebut sebagai pasar


dalam perencanaan kebutuhan, sehingga bisa menghasilkan ramalan yang
konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal.
3. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan
mempercepat konversiny di sepanjang rantai supply chain management.
4. Mengelola sumber-sumber pasokan secara strategis untuk mengurangi ongkos
kepemilikan material maupun produk.
5. Mengembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan supply chain yang
mendukung pengambilan keputusan berhierarki serta memberikan gambaran
yang jelas tentang aliran produk, jasa maupun informasi.
6. Mengadakan pengukuran kinerja secara keseluruhan dengan maksud untuk
meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.

2.1.4 Proses Supply Chain Management

Dalam klasifikasi supply chain management terdapat beberapa kegiatan


utama (Wijaya et al., 2021), yaitu :
1. Perencanaan
Ada beberapa aktivitas yang dilibatkan dalam tahap perencanaan, mulai dari
prakiraan permintaan konsumen, perencanaan pembelian, dan perencanaan
produksi, hingga persiapan tenaga kerja dan transportasi.
2. Pembelian atau Pengadaan
Proses pengadaan biasanya melibatkan beberapa tahap, yakni pengajuan
pembelian, penilaian pengajuan, persetujuan pembelian, dan pemesanan ke
pemasok. Admin bertanggung jawab untuk memeriksa dan mencatat apa saja
yang harus dibeli dan kemudian mengajukannya kepada manajer pembelian.
3. Produksi
Proses produksi merupakan proses di mana seluruh bahan baku akan diolah
menjadi produk jadi. Proses ini biasanya tidak hanya melibatkan tenaga kerja
manusia tetapi juga mesin.
4. Pengelolaan Gudang
Setelah barang selesai diproduksi, maka barang tersebut harus di simpan di
dalam gudang. Pengelolaan gudang terdiri dari proses memasukkan (inbound)
14

dan mengeluarkan (outbound) barang, pengambilan dan pengepakan, cross-


docking, dan stock opname. Setiap barang yang masuk dan keluar harus selalu
dicatat. Stock opname juga harus dilakukan secara berkala agar tidak ada
perbedaan antara jumlah fisik barang yang sebenarnya dan jumlah barang yang
tercatat dalam pembukuan. Seluruh aktivitas di gudang yang memakan waktu
ini dapat diotomatiskan dengan bantuan warehouse management software.
5. Pengiriman Pesanan
Setelah barang pesanan diambil dari gudang dan dikemas, maka langkah
selanjutnya adalah mengirimnya ke pelanggan. Kurir dan transportasi harus
dipersiapkan terlebih dahulu agar barang dapat segera dikirim.
6. Pengembalian Pesanan
Pengembalian pesanan biasanya terjadi ketika konsumen mengajukan
pengembalian yang dikarenakan kerusakan, kekeliruan, atau keterlambatan.
Proses ini melibatkan beberapa aktivitas seperti pemeriksaan kondisi produk,
otorisasi pengembalian, penggantian produk, dan penjadwalan pengiriman,
pengembalian uang.

2.1.5 Manfaat Supply Chain Management

Yang berikutnya ada manfaat dari supply chain management menurut


(Suharto, 2018) yaitu :
1. Tangible Benefit (berwujud)
Manfaat yang didapat adalah pengurangan persedian, melakukan perbaikan
produktifitas, pengurangan biaya, perbaikan manajemen pemasaran, serta dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Intangibel Benefit (tidak berwujud)
Manfaat yang didaptatkan adalah proses perbaikan yang dilakukan secara terus
menerus, melakukan standarisasi, respon konsumen cepat, fleksibel, serta
kinerja bisnis.

2.1.6 Fungsi Supply Chan Management

Yang berikutnya ada fungsi supply chain management menurut (Azizah,


2021), yaitu :
15

1. SCM secara fisik


Supply chain management secara fisik, membeli barang dagang dan
menjualnyaa ke konsumen akhir atau pelanggan. Fungsi pertama ini berkaitan
dengan biaya - biaya fisik, yakni biaya barang dagang, biaya penyimpanan,
maupun biaya transportasi.
2. SCM sebagai media pasar
Supply chain management sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan bahwa apa
yang disuplai oleh para rantai pasok mencerminkan aspirasi pelanggan atau
konsumen akhir tersebut. Fungsi kedua ini berkaitan dengan biaya - biaya
survey pasar, perencaan produk, dan biaya - biaya yang timbul akibat tidak
terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah
supply chain.

2.1.7 Komponen Supply Chain Management

Dalam satu sistem pasti memiliki komponen-komponen yang dapat


mendukung sebuah sistem, begitupula dalam supply chain management menurut
(Supply et al., 2013),yaitu :
1. Production
Bertujuan untuk menghasilkan keinginan pasar, pada waktu yang tepat dengan
volume produksi yang cukup.
2. Inventory
Tingkat persediaan bertindak sebagai penyangga dan juga mengamankan bisnis
dari ketidakpastian permintaan.
3. Location
Pengambilan keputusan dalam memilih lokasi yang optimal dalam berbagai
fasilitas, gudang dan penyimpanan
4. Transportasi
Kebutuhan untuk memindahkan persediaan dari satu tempat ke tempat yang
lain di seluruh supply chain.
5. Informasi
Menekankan pada pengambilan keputusan tentang kebutuhan level dalam
pengumpulan data serta pembagian data.
16

2.1.8 Permasalahan Dalam Supply Chain Management

Supply chain management harus memasukkan permasalahan kedalam


evaluasi (Nurhidma, 2017), yaitu:
1. Distribusi Kongfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas
produksi, pusat distribusi, gudang dan pelanggan.
2. Strategi Distribusi : Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung,
Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ketiga.
3. Informasi : Sistem terintegrasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi
informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan
transportasi.
4. Manajemen Inventaris : Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang
mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5. Aliran dana : Mengatur syarat pembayaran dan metedologi untuk menukar
dana melewati entitas didalam rantai pasok.

2.1.9 Strategi Supply Chain Management

Suatu perusahaan dapat menerapkan sebuah strategi yang bervariasi yang


bertujuan untuk menentukan sebuah alur atau hasil yang sesui dengan yang
diharapkan, sesuai dengan kebijakan perusahaan guna menciptakan keunggulan
supply chain management (Rizqi et al., 2019), yaitu:
1. Cash Before Delivery (CBD), strategi ini artinya perusahaan membayar terleih
dahulu bahan baku yang sudah pesan sebelumnya. Tetapi untuk pengiriman
bahan baku bisa kapan pun, terserah pemilik perusahaan. Tujuan dari strategi
ini digunakan untuk mengantisipasi harga, sehingga tidak menggangu proses
konversi.
2. Berhubungan dengan perakitan (Channel Assembly), merupakan strategi
pemasok yang siap dijual, tetapi sangat berhubungan line perakitan di dalam
proses konversi perusahaan
3. Stok bagi penjual (Drop Shipping), strategi pemasok seperti ini biasanya sudah
mempunyai jaringan kerja yang baik dengan perusahaan yang membutuhkan
bahan untuk konversinya, atau perusahaan sudah percaya dengan bahan baku
tersebut.
17

4. Pemenuh pesanan (blanket Order), merupakan strategi kontrak pemesanan


dalam jangka pendek dengan pemasok, dimana pemasok harus siap sedia
mengirimkan bahan baku kepada pembeli.
5. Pembelian untuk persediaan digudang (Stockless Purhasing), strategi ini
menjadi konservatif dikarenakan pembelian persediaan untuk mengantisipasi
persediaan gudang yang trujuannya hanya untuk berjaga-jaga.
6. Standardization, merupakan strategi pemasok untuk memproduksi bahan baku
sesuai dengan standarisasi.
7. Elektronic Data Interchange (EDI), merupakan jaringan kerja menggunakan
sistem informasi untuk produk yang telah ndistandarisasi, di antara anggota
organisasi perusahaan sejenis.
8. Pembelian Melalui Internet (Internet Purchasing), meripakan strategi yang
mengikuti zaman atau trend yakni menggunakan internet yang meyakinkan
karena alasan waktu dan biaya yang tidak terlalu mahal.

Strategi supply chain management digunakan untuk membantu pencapaian


tujuan perusahaan yang diinginkan dalam strategi perusahaan. Dalam prosesnya
strategi supply chain management mempunyai tiga tujuan diantaranya:
1. Meminimalkan biaya, strategi supply chain management yang berjalan harus
dapat meminimalkan biaya logistik yang terjadi.
2. Nilai berkorelasi bagi profitabilitas rantai pemasok (perbedaan antara
pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan biaya keseluruhan di seluruh
rantai pemasok).
3. Perbedaan antara nilai produk akhir bagi pelanggan dan upaya yang diberikan
rantai pemasok dalam memenuhi permintaan pelanggan.

2.1.10 Kunci Kesuksesan Supply Chain Management

Menelola managemen pemasok yang sukses dimulai dari kesepakatan atas


tujuan bersama, kepercayaan bersama, dengan budaya organisasi yang sejalan
(Rizqi et al., 2019), yaitu :
1. Kesepakatan atas tujuan Bersama
Sebuah rantai pemasok harus mempunyai kesepakatan dan kerjasama yang
baik satu sama lain. Suatu perusahaan harus memahami bahwa pihak yang
18

menanamkan modal pada sebuah rantai pasok adalah pelanggan akhir. Maka
dari itu, perlu adanya timbal balik mengenai misi, strategi, dan sasaran dari
organisasi. Rantai pasok yang berintegrasi menambah nilai ekonomi dan
memaksimalkan isi total produk.
2. Kepercayaan.
Kepercayaan merupakan suatu hal yang paling penting dalam rantai pasokan
yang efektif dan efisien. Semua orang harus bekerja sama dan saling berbagi
informasi, karena hubungan yang dibagun dengan kepercayaan cenderung akan
berhasil.
3. Budaya organisasi yang sesuai
Sebuah hubungan yang positif di antara organisasi pembeli dan pemasok
dengan budaya organisasi yang sesuai dapat menjadi keuntungan nyata dalam
membuat rantai pasok menjadi lebih baik.

2.1.11 Mengukur Performasi Supply Chain Management

Mengukur performa supply chain adalah langkah pertama menuju


perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat
mencapai tujuan perbaikan tersebut. Umumnya ada lima poin penting yang dapat
diukur dalam performa supply chain management (Nurhidma, 2017), yaitu :
1. Pengiriman
Mengacu pada ketetapan waktu pengiriman : persentase pesanan dikirimkan
secara lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur
melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang
pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan.
3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika
mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu
dalam persediaan hanya padad tingkat persediaan dibagi dengan tingkat
penggunaan.
4. Fleksibilitas
19

Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau


bauran produk dengan persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur
total biaya pengirima, termasuk manufaktur, distribusi, biaya persediaan
tercatat, dan rekening membawa piutang.

2.1.12 Saluran Distribusi

Saluran distribusi merupakan suatu struktur yang menggambarkan


alternative penyampaian barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen.
Ada dua saluran distribusi yang dapat dipilih yaitu saluran distribusi langsung dan
saluran distribusi tidak langsung. Hal ini dapat dipertimbangkan sebagai fungsi
yang harus dilakukan untuk memasarkan barang secara efektif.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui saluran distribusi mana yang


paling efisien, apakah saluran langsung atau tidak langsung yaitu dengan rumus:

E = (Biaya distribusi / Penjualan) x 100%


Keterangan:
E : nilai efisiensi (%)
Biaya Distribusi : jumlah biaya yang di keluarkan (Rp)
Penjualan : jumlah penjualan yang dihasilkan pada periode tertentu (Rp)

Adapun saluran distribusi memiliki sebuah bentuk sebagai pembeda antara


saluran distribusi yang satu dengan yang lainnya, yaitu:
1. Saluran distribusi langsung
Dalam distribusi langsung produsen melakukan transaksi langsung kepada
konsumen. Keuntungan dari distribusi langsung adalah ketika produsen
menjual secara langsung kepada konsumen, mereka mempunyai control
terhadap penetapan harga produsen yang ditawarkan. Keuntungan
menggunakan saluran distribusi langsung;
a. Dapat membantu dan menyampaikan sebuah produknya kepada konsumen
dalam pasaran yang lebih luas lagi, sehingga dengan ini perusahaan mampu
mempunyai konsumen yang lebih baik.
20

b. Membantu perusahaan dalam mempresentasikan atau mengenalkan tentang


kualitas produk yang dimiliki serta dapat mengetahui secara langsung
tentang kebutuhan para konsumen.

Kelemahan menggunakan distribusi langsung:


a. Harga produk relative murah
b. Harus berhubungan langsung dengan konsumen yang memiliki karakteristik
yang berbeda – beda.
2. Saluran Distribusi Tidak Langsung
Saluran distribusi tidak langsung yaitu produsen menyalurkan produknya
melalui perantara yang kemudian disalurkan ke konsumen akhir.
a. Keuntungan menggunakan saluran distribusi tidak langsung:
1) Produsen tidak perlu mengeluarkan produknya sendiri kepada konsumen.
2) Produsen tinggal menunggu hasil dari penjualan produk.

b. Kelemahan menggunakan saluran distribusi tidak langsung:


1) Produk yang dipasarkan ternyata rusak menjadi tanggung jawab
perusahaan.
2) Menambah biaya untuk membayar tenaga perantara atau biaya untuk
mendistribusikan produk yang akan dijual.

Terdapat beberapa fungsi distribution channel guna menyalurkan barang


kepada konsumen, yaitu:
1. Informasi
Saluran distribusi bisa menghimpun seluruh informasi penting terkait
konsumen serta kompetitor perusahaan. Sehingga, informasi ini akan sangat
berguna untuk merencanakan dan juga membantu kegiatan pertukaran barang.
2. Negosiasi
Saluran distribusi berguna untuk mencoba membuat kesepakatan harga serta
berbagai syarat lainnya, agar bisa memungkinkan adanya perpindahan hak
milik barang.
3. Pembayaran
Untuk setiap pembeli yang membayar tagihan pada pihak penjual, umumnya
bisa dilakukan melalui bank ataupun dengan lembaga keuangan lainnya.
21

4. Pemesanan
Distribution channel untuk pemesanan berfungsi sebagai pihak distributor yang
akan memesan barang pada perusahaan melalui surat PO atau purchase order.
5. Physical Possession
Dengan perusahaan melakukan kegiatan pengangkutan dan penyimpanan
barang dari mulai proses produksi dari bahan baku hingga barang jadi, maka
barang tersebut akan sampai ke konsumen akhir dengan baik.
6. Promosi
Promosi dalam hal ini berfungsi sebagai penyebaran ataupun pengembangan
komunikasi secara persuasif, dengan meyakinkan pihak konsumen terkait
produk yang ditawarkan.
7. Risk Taking
Saluran distribusi berguna untuk menanggung berbagai risiko dalam
melakukan pekerjaan dari saluran distribusi, untuk itu harus dilakukan lebih
dulu riset pemasaran.
8. Title
Saluran disribusi mampu mendorong adanya kepemilikan barang melalui
badan ataupun pihak kepada badan ataupun pihak lainnya.
9. Keuangan
Saluran disribusi berguna sebagai pemanfaatan dana atas berbagai biaya dalam
proses kegiatan pekerjaan saluran distribusi.

Dengan menghitung biaya produksi dan juga distribusi yang dikeluarkan


oleh perusahaan secara manual, tentunya akan sangat sulit serta membingungkan
dalam menyajikan laporan keuangan terutama pada hal yang berkaitan dengan
biaya masuk dan juga biaya keluar perusahaan. Solusi untuk bisa melakukan
pembekuan yang rapi adalah dengan menggunakan teknologi software akuntansi
yang saat ini sudah banyak berkembang. Teknologi software akuntansi ini mampu
memudahkan Anda dalam membuat laporan keuangan secara real-time, membuat
invoice perusahaan, mengatur berbagai unsur-unsur perhitungan pajak, serta
payroll.

Distribution channel memiliki beberapa tahapan yang harus dilewati,


yaitu:
22

1. Produsen
Produsen adalah pemilik produk yang melakukan penjualan produk ke pihak
distributor, sehingga pemilik pun akan memiliki tanggung jawab dalam hal
menjamin ketersediaan produknya. Selain itu, produsen juga harus memiliki
kesepakatan dengan distributor agar tingkat penyaluran barang bisa terlaksana
secara maksimal.
2. Distributor
Pihak ini memiliki kegiatan pembelian produk secara langsung dari produsen,
dalam menjual produk kepada pihak grosir atau pengecer. Umumnya,
distributor tidak hanya memiliki satu produsen saja. Tujuannya agar barang
tersebut bisa dijual kembali dengan harga yang lebih murah.
3. Sub-Distributor
Sub distributor adalah pihak yang membeli produk dari distributor utama.
Umumnya, pengeluaran pada produk seperti sub distributor ini sudah
ditentukan oleh distributor utama.
4. Grosir
Mereka adalah pengusaha yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara
membeli produk dari pihak distributor lalu dijual kembali.
5. Pedagang Eceran
Pedagang eceran akan melakukan aktivitas jual beli secara langsung pada
konsumen tingkat akhir yang mana umumnya pedagang tersebut akan
melakukan komunikasi secara langsung pada konsumen dan konsumen tidak
akan menjual kembali barang tersebut kembali.
6. Konsumen
Konsumen adalah pembeli tingkat akhir yang menikmati barang ataupun
layanan secara langsung dengan tujuan dan juga kebutuhan pribadi.

Sebagai aktivitas penyaluran barang, tentunya saluran distribusi memiliki


beberapa faktor penentu, yaitu:
1. Pasar
Dalam proses menentukan pasar ataupun penyaluran barang
produksi, distribusi channel bisa didorong oleh faktor penentuan permintaan
pasar.
23

2. Penentuan Barang
Sebagai penentu barang, perusahaan harus bisa melihat dari kualitas barang,
sehingga barang tersebut bisa dinilai apakah berat ataupun tidak. Bila memang
barang tersebut berat, maka pihak produsen harus memikirkan biaya ongkos
kirim dalam distribusinya.
3. Penentuan Perusahaan
Sebagai suatu penelitian perusahaan tentu akan memberikan kemampuan
dalam hal menyalurkan, membeli, dan mengawasi barang sebagai penyediaan
barang
4. Menentukan Perantara
Sebagai penentu perantara, pihak produsen akan memberikan layanan dalam
membeli barangnya kepada konsumen.

Jenis-Jenis Saluran Distribusi


1. Saluran distribusi langsung produsen kekonsumen
Jenis ini umumnya sering disebut sebagai saluran distribusi langsung, yang
mana jalur ini adalah jalur yang paling sederhana dan juga pendek tanpa
adanya perantara apapun. Umumnya, jenis ini ini juga akan menjual barang
secara langsung ke rumah konsumen.
2. Saluran distribusi produsen kepengecer kekonsumen
Untuk jenis yang satu ini, pihak produsen hanya harus melakukan penjualan
besar serta melakukan pengiriman pada pihak pedagang ke pengecer,
setelahnya konsumen akan memberikan langsung kepada pengecer. Contohnya
adalah ini adalah mie, bakso, dan telor yang menjual produknya langsung
kepada pedagang mie ayam bakso.
3. Saluran distribusi produsen kepedagang besar kepengecer kekonsumen
Jenis saluran distribusi ini hampir mirip dengan sebelumnya, namun produsen
hanya melakukan penjualan besar pada pihak pedagang besar. Contoh
sederhananya adalah beras, sayuran, minum, mie instan, dan lain-lain.
4. Saluran distribusi produsen keagen kepengecer kekonsumen
Jenis ini adalah pilihan produsen untuk melakukan penjualan produk kepada
pihak agen, lalu nantinya pihak agen akan melakukan pembinaan kepada pihak
pengecer. Contoh dari saluran ini adalah perdagangan barang impor.
24

2.1.13 Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah suatu teori umum tentang


pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari
perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. AHP menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki.
Hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan,
yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat
diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu
bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis.

Terdapat prinsip-prinsip dasar yang wajib dipenuhi dalam penerapan


metode AHP (Widya et al., 2018), yaitu :
1. Decomposition adalah suatu usaha untuk memecahkan masalah secara utuh
menjadi suatu unsur-unsur kedalam bentuk hirarki proses pengambilan
keputusan, dimana pada setiap unsur yang saling berkaitan. Struktur hirarki
keputusan tersebut dapat dikatagorikan sebagai sebuah lengkap dan tidak
lengkap.suatu hiraki keputusan dapat disebut lengkap apabila unsur-unsur pada
suatu tingkatan memiliki hubungan terhadap semua unsur yang ada pada
tingkatan berikutnya, sementara hirarki keputusan tidak lengkap kebalikan dari
hirarki lengkap. Bentuk struktur dekomposisi seperti gambar berikut :

TUJUAN

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

(Sumber : Albertus, 2021)


Gambar 2.2 Hirarki Model AHP
25

2. Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan


kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkatan di atasnya. Comparative judgement merupakan inti dari
penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari
elemen-elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam
bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan
memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala
preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkkan tingkat yang
paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan
tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

Tabel 2.1 Skala Penilai Perbandian Berpasangan


Intensitas Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama penting
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada
3
elemen yang lain
Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen
5
lain
Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada
7
elemen lain
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lain
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang
2,4,6,8
berdekatan
(Sumber : Albertus, 2021)

3. Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector


metode untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan
keputusan.
4. Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen
vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh
suatu composite vector tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan
keputusan.

Yang berikutnya adalah langkah-langkah penerapan AHP (Albertus, 2021)


sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menetukan tujuan, melakukan penyusunan hirarki dengan
menetapkan tujuan sistem pada level paling atas
2. Menetukan prioritas elemen
26

a. Membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingan secara


berpasangan dengan sesuai kriterianya.
b. Pengisian bilangan dengan tujuan mempresentasikan kepentiangan relatif
dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
a. Menjumlahkan nilai pada setiap kolom
b. Membagi niliai setiap kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
mendapatkan nilai normalisasi matrik
c. Menjumlahkan setiap nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk memperoleh nilai rata-rata
4. Mengukur konsistensi
a. Mengalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen yang
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif kedua, dan
seterusnya
b. Jumlah setiap baris
c. Hasil yang didapatkan dari penjumlahan baris dibagi elemen prioritas relatif
yang bersangkutan
d. Penjumlahan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya
disebut λmaks
5. Menghitung Consistency Index (CI), dengan rumus :

CI = (λmaks − n)/n

Dimana :
n = Banyaknya elemen
6. Menghitung Consistency Ratio (CR), dengan rumus :

CR = CI/IR
Dimana :
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
IR = Index Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hirarki, dengan cara rasio konsitensi (CI/CR) kurang
atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungannya dapat dinyatakan benar
27

8. Berikut ini terdapat tabel daftar indek random konsistensi yang dapat digunaka
dalam mengitung konsisten hirarki, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Indek Random Konsisten


n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
(Sumber : Albertus, 2021)

2.1.14 Kerangka Berfikir

Dari hasil tujuan penelitian dan batsan penelitian maka didaptkan


kerangka berfikir dalam penelitian ini, yaitu :

CV. Merky Farm

Aliran Proses Penetasan dan Distribusi DOC

Ketepatan
Pengiriman DOC

Metode Supply Chain Management

Metode Analisis Hierarki


Proses

Usulan Perbaikan

Kepuasan Pelanggan

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir


(Sumber : Hasil Olah Data Penulis)
28

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam Penelitian ini terdapat penelitian terdahulu untuk menjadi suatu


referensi, yaitu :

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu


Judul
Kesimpulan Metode Persamaan Perbedaan
Penelitian
Analisa Terdapat Supply Menggunakan Perbedaan
Pengaruh pengaruh Chain metode Supply pada waktu,
Supply Chain signifikan dan Management Chain dan tempat
Management positif antara Management. penlitian
Terhadap supply chain
Keunggulan managemn
Bersaing dan terhadap
Kinerja keunggulan
Perusahaan bersaing, dan
(Suharto, 2018) penerapan supply
chain
management
dapat
meningkatkan
kinerja
perusahaan
Analisis Sampai periode Supply Menggunakan Perbedaan
Perancangan produksi bulan Chain metode Supply pada waktu,
Supply Chain Januari 2020, Management Chain dan tempat
Management toko-toko yang Management. penlitian
Pada Produksi menjual
Minuman Sari minuman sari
Buah UKM buah yang
Larasati diproduksi oleh
(Jannah et al., UKM Produk
2020) Minuman Sari
Buah KWT
Larasati merasa
puas terhadap
kualitas dari
minuman sari
buah serta
tertarik dengan
kemasan terbaru
yang lebih
kekinian. Hal ini
diungkapan pula
oleh konsumen
yang terbiasa
mengkonsumsi
produk minuman
sari buah dari
UKM Produk
29

Judul
Kesimpulan Metode Persamaan Perbedaan
Penelitian
Minuman Sari
Buah KWT
Larasati. Selain
kualitas produk
minuman sari
buah,
pendistribusian
yang lebih baik
membuat UKM
Produk Minuman
Sari Buah KWT
Larasati
tidak pernah
mengalami
keterlambatan
pasokan ke toko-
toko.
Analisis Pemilihan Supply Menggunakan Perbedaan
Perencanaan pemasok di PT. Chain metode Supply pada waktu,
Supply Chain Kylo Kopi Management Chain dan tempat
Management Indonesia dengan Management penlitian
Pada PT. Kylo prinsip agen
Kopi Indonesia tunggal Rekayasa
(Wijaya et al., Kopi untuk
2021) menyediakan
logistic Kopi
yang disini
berupa bubuk
kopi. Sedangkan
faktor yang
berpengaruh
terhadap
perencanaan
logistik yaitu
kualitas produk
dari pemasok,
harga yang
kompetitif,
kredibilitas
perusahaan
pemasok,
efisiensi waktu,
efisiensi lokasi,
serta efisiensi
biaya.
Pendistribusian
logistik dari
PT.Kylo Kopi
Indonesia
dilakukan
30

Judul
Kesimpulan Metode Persamaan Perbedaan
Penelitian
terpusat dimana
pasokan setelah
diterima dari
Rakayasa Kopi
kemudian
didistribusikan ke
outlet-outlet kopi
Dalam
mendistribusikan
kopi ke outlet-
outlet kopi juga
dapat membantu
konsumen dalam
proses pembelian
kopi.
Perkembangan Indonesia Supply Menggunakan Perbedaan
Supply Chain menempati Chain metode Supply pada waktu,
Management peringkat 46 dari Management Chain dan tempat
Pada Era negara-negara di Management penlitian
Revolusi dunia untuk
Industri kategori kinerja
(Sarjana, 2021) dari logistic
performance
index dengan
rata-rata biaya
logistic adalah
24-26% dari PDB
atau setara Rp.
3500 T.
Implementasi Penyeleksian Supply Menggunakan Perbedaan
Supply Chain pemasok dan Chain metode Supply pada waktu,
Management distributor di Management Chain dan tempat
Pada UMKM perusahaan tenun Management penlitian
Tenun Tresoro Motive Weafing
Jepara (Azizah, masih
2021) menggunakan
sistem manual,
sehingga
manager tidak
bisa menentukan
atau menyeleksi
serta memonitor
pemasok dan
distributor secara
real time relatif
tepat dan akurat.
Dengan adanya
sistem baru yang
telah terkomput-
erisasi,
31

Judul
Kesimpulan Metode Persamaan Perbedaan
Penelitian
diharapkan dapat
meringankan
pekerjaan dan
efisiensi waktu
manager dalam
menyeleksi
pemasok dan
distributor yang
ada. Serta dengan
adanya sistem
terkomputerisasi
tersebut dapat
memonitor
pemasok dan
distributor.
Sistem baru
mampu memberi
rekomendasi
kepada manager
mengenai
pemasok dan
distributor
terbaik
berdasarkan
kriteria yang
telah ditetapkan
oleh perusahaan.
(Sumber: Penelitian Terdahulu)

Anda mungkin juga menyukai