Anda di halaman 1dari 29

OM

SWASTIASTU
Semoga Pikiran Baik Datang Dari Segala Penjuru
NAMA ANGGOTA
KELOMPOK 2

★ Febyanti Mellinia ★ Yosefa Sastriani


(P07134019106) (P07134019111)

★ Ni Putu Resmini ★ I Gusti Ayu Mira Mahayani


(P07134019108) (P07134019130)

★ Anak Agung Ngurah Dwi Tisna Adi Putra


(P07134019146)
Teropong Telur
Ayam Bertelur
MATERI YANG DIBAHAS

01 02 03 04
TUJUAN DAN DASAR TEORI PRINSIP ALAT DAN
MANFAAT BAHAN

05 06 07 08
PROSEDUR INTERPRETASI PEMBAHASAN KESIMPULAN
KERJA HASIL
01
TUJUAN DAN MANFAAT
TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana syarat telur tetas yang baik
untuk ditetaskan yang dibedakan berdasarkan tanda-tanda
exterior dan cara penyimpanannya
2. Untuk mengetahui bagaimana Candling (Peneropongan)
pada telur ayam bertelur
3. Untuk memproduksi telur tetas dengan daya tetas dan
fertilitas yang tinggi.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan operasional
penetasan dengan baik sehingga dapat diperoleh daya
tetas yang baik
5. Untuk mengetahui waktu pemutaran telur

MANFAAT
6. Mahasiswa memahami tentang bagaimana Candling
(Peneropongan) telur tetas bertelur
7. Mahasiswa mampu untuk menetaskan telur menggunakan
mesin tetas semi otomatis
8. Mahasiswa bisa mengetahui permasalahan yang ada pada
penetasan telur
9. Mahasiswa bisa menjadi terampil untuk menetaskan telur
02
DASAR TEORI
1. Persiapan Penetasan
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja seperti pada induk ayam pada saat
mengerami telur. Mesin tetas diusahakan memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrio anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan
parameter biologi yang meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara. Pada alat penetasan semua faktor-
faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi
penetasan.
• Sebelum digunakan peralatan penetasan di bebas-hamakan dahulu. Semua alat dicuci bersih dan disemprot dengan
obat pembasmi hama. Juga bisa digunakan alkohol 70% untuk bahan penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan
dimasukkan dalam ruang penetasan
• Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetekan antara temperatur 99-102 oF dengan cara mengatur jarak dengan
memutar gagang pelatuk pada switch diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai
(temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol
• Begitu juga untuk kelembaban udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh dan dimasukkan ke dalam alat
penetas. Diatur kelembabannya antara 55-60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam
bak. Untuk lebih mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan dibiarkan sampai kelembaban konstan
• Telur biasanya tidak bisa langsung dapat dimasukkan ke dalam alat penetasan, mengingat ada periode tertentu untuk
persiapan penetasan telur. Untuk itu diperlukan waktu penyimpanan sebelum penetasan. Masa penyimpanan
sebaiknya tidak lebih dari 7 hari, karena penyimpanan yang melebihi waktu tersebut akan menurunkan prosentase
penetasan telur tetas
2. Telur
Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan
tertentu. Telur tetas mempunyai struktur tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk perkembangan embrio
sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat tergantung pada keadaan telur tetas dan penanganannya. Telur tetas
yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur dengan bentuk bulat atau tgerlalu lonjong merupakan telur abnormal
sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas.

3. Candling (Peneropongan)
Peneropongan telur atau candling merupakan kegiatan pemeriksaan bagian dalam telur dengan bantuan cahaya. Alat
yang digunakan untuk meneropong telur adalah egg candler (teropong telur). Tujuan dari peneropongan telur tetas
adalah untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio yang ada di dalam telur. Biasanya peneropongan
dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14. Peneropongan telur dilakukan dengan menggunakan kertas di tempat terang atau
telur diletakkan di atas kaca yang di bawahnya diberi sinar lampu (tetapi harus dijaga agar lampu dibawah kaca tidak
menimbulkan panas pada kaca secara berlebihan). Dapat pula telur didekatkan ke sinar lampu kemudian diteropong
dengan menggunakan gulungan kertas. Jika di dalam telur terlihat urat atau tunas, berarti telur tersebut fertil atau bisa
menetas. Sementara itu, telur yang tampak kosong atau bening kemungkinan besar tidak bisa menetas dan harus diafkir.
4. Proses Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam.
Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Telur
yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari
peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur komersil. Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin
tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga
posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan
secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan
anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur.

5. Tahap Akhir Penetasan


Tahap akhir dari penetasan adalah evaluasi penetasan. Hal-hal yang dievaluasi meliputi fertilitas, mortalitas dan daya
tetas. fertilitas adalah perbandingan antara telur fertil dengan telur yang ditetaskan dan dinyatakan dalam persen.
Mortalitas adalah jumlah embrio yang mati selama proses penetasan dan dinyatakan dalam persen. Daya tetas adalah
jumlah telur yang menetas dari sekelompok telur fertil yang dinyatakan dalam persen.
Daya tetas menurut Shanaway (1994), dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

b) Penyimpanan telur
Penyimpan paling lama 1 minggu. Penyimpanan diatas 4 hari
a) Berat telur menyebabkan Daya tetas menurun sebesar 25 % setiap hari. Untuk
Berat telur yang terlalu besar atau terlalu kecil telur baru, penyimpanan pada temperatur 21-230C menyebabkan
menyebabkan menurunya daya tetas. Berat telur physiological zero, artinya embrio dalam kondisi tidak mengalami
yang ditetaskan harus seragam dengan bangsa pertumbuhan. Temperatur optimum, untuk penyimpanan telur adalah
dan tipenya A. sebesar 16-18 0C dengan RH 75-80%.

d) Kelembaban
c) Temperatur Kelembaban yang baik dalam mesin tetas dari hari ke 1 sampai hari
Temperatur penetasan merupakan salah satu ke 18 yaitu antar 50 – 60%, tetapi setelah hari ke 18 kelembaban
faktor yang sangat penting, temperatur yang tersebut sebaiknya dinaikan menjadi 75%. Pada mesin tetas
tidak tepat akan menyebabkan rendahnya daya tradisional pengaturan kelembaban ini dapat diatur dengan
tetas. Dalam mesin tetas yang udaranya menempatkan luas permukaan yang berbeda dari baki tempat
digerakan oleh kipas untuk ventilasi maka penyimpanan air. Pada mesin tetas yang modern, pengaturan
temperatur penetasan antara hari ke satu kelembaban ini sudah diatur secara otomatis.
sampai dengan hari ke 18 yaitu sekitar 990 F –
1010 F. Setelah hari ke 18, temperatur
penetasan sebaiknya diturunkan 2 – 30 F (970 F e) Ventilasi
– 990 F). Perlu dicatat bahwa temperatur mesin Embryo memerlukan O2 dan mengeluarkan CO2 selama dalam
tetas ini selama dipergunakan harus konstan. perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak maka
Bila terjadi fluktuasi yang tinggi akan mortalitas embryo akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur yang
menurunkan daya tetas. rendah. Volume CO2 yang diperlukan berkisar antara 0,5 – 0,8% ;
kebutuhan O2 sekitar 21% dan kecepatan udara didalamnya 12 cm /
menit.
f) Posisi Telur Selama Penetasan dan g) Nutrisi induk
Pembalikan Defisiensi pada induk dapat menyebabkan gangguan pada
Posisi dan pembalikan telur selama dalam pertumbuhan dan menyebabkan kematian embrio.
penetasan sangat penting diperhatikan agar
diperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur
selama dalam penetasan, bagian tumpul h) Kesehatan Induk
hendaknya diletakan sebelah atas. Pembalikan Apabila induk tidak sehat maka dapat mengganggu transfer nutrien
telur biasanya dilakukan dengan memutar 450 ke dalam telur, sehingga embrio kekurangan nutrien. Akibat
kekiri atau kekanan dengan total pemutaran 900 selanjutnya dapat menurunkan daya tetas.
dan hasilnya cukup memuaskan.
i) Infeksi bakteri/ virus
Infeksi bakteri/virus pada telur dapat menyebabkan kematian embrio

Jumlah pemutaran telur dalam penetasan telur


secara komersial, cukup 3 sampai 4 kali per hari
dari mulai telur dimasukan kedalam mesin tetas
sampai hari ke 18. Pemutaran ini bertujuan agar
permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat
pada membran kulit telur yang akan menurunkan
daya tetas.
6. DOC (Day Old Chick)
DOC(day old chick), anak ayam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang
baik merupakan modal awal yang sangat penting. DOC yang baik ditandai dengan kriteria sebagai berikut :
a. Berat badan memenuhi berat ideal, yaitu 35 g atau sesuai berat badan standar, yaitu tidak kurang dari 32 g. Berat
badan DOC berkorelasi positif terhadap laju pertumbuhan ayam.
b. Berperilaku gesit, lincah, dan aktif mencari makan. Jika dipegang akan bereaksi, kotoran tidak lengket di dubur.
c. Posisi dalam kelompok selalu tersebar.
d. Rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus, lembut dan mengkilap.
e. Mata bulat dan cerah.
03
PRINSIP
Penetasan ada 2 cara yaitu penetasan menggunakan indukan ayam
(penetasan alami) dan penetasan dengan bantuan mesin tetas
(penetasan buatan). Prinsip dari penetasan buatan sama dengan
penetasan alami yaitu menciptakan kondisi temperatur, kelembaban
dan sirkulasi udara agar embrio berkembang dengan baik dalam
telur, sehingga telur dapat menetas. Pada Mesin tetas semi otomatis
juga mempunyai prinsip yang sama akan tetapi alat ini dilengkapi
dengan tuas pemutar diluar mesin penetas. Rak telur biasanya
didesain sedemikian rupa sehingga pada saat pemutaran sesuai
dengan apa yang diinginkan.
04
ALAT DAN BAHAN
ALAT
• Mesin tetas tipe semi otomatis
• Egg candler (lampu teropong) untuk melihat
telur yang sedang dieramkan tersebut fertil
atau tidak
• Semprotan (sprayer)
• Desinfektan/antiseptik
• Box anak ayam untuk menampung sementara
pada saat anak ayam dikeluarkan dari mesin
tetas

BAHAN
• Telur Tetas
• 350 ml formalin dan forcent
fumigant sebagai bahan
fumigasi dalam mesin tetas
05
PROSEDUR KERJA
A. Seleksi Telur
• Memilih telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu kecil, tidak retak, dan kerabang telur tidak tipis.
• Memberi nomor dan kode pada telur di dua sisi.
• Menimbang telur dan mencatat sesuai dengan nomor.
• Mengukur panjang dan lebar telur untuk menghitung indeks telur.
• Menempatkan telur dengan posisi bagian tumpul di atas dan yang lancip di bawah.

B. Fumigasi
Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi selama 10 menit. Bahan yang digunakan
untuk fumigasi adalah formalin dan forcent fumigant. Dosis yang digunakan yaitu 350 ml formalin dan 175 gr untuk
ruangan dengan luas 6,5 m³.

C. Penyimpanan
Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room untuk dilakukan penyimpanan sementara selama
3-4 hari dan apabila disimpan lebih dari 7 hari dapat menurunkan daya tetas. Pastikan suhu di dalam ruang penyimpanan
yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan penyimpanan adalah menunda embrio untuk berkembang dan
penyeragaman embrio agar embrio menetas secara serentak.

D. Preheat
Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang terbuka agar tetap mendapat oksigen dari udara luar sehingga telur
yang dari ruang penyimpanan dalam kondisi basah akan menjadi kering. Telur di preheat selama 12 jam yaitu dari jam 5
sore sampai jam 4 pagi.
E. Setting Egg
Masukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat. Setting egg dilakukan 4 kali dalam 1 minggu yaitu hari Senin,
Selasa, Kamis dan Jumat. Jumlah mesin setter ada 6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200 butir telur. Masa
pengeraman telur berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan kelembaban di mesin setter yaitu 99-106 ºF dan
50 %.

F. Transfer dan Candling (Peneropongan)


• Ketika telur tetas berusia 18 hari saat di mesin setter. Maka, pindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher.
• Untuk mengetahui apakah telur yang dieramkan tersebut fertil, infertil, dan explode sudah bisa dilihat dengan
candling (peneropongan). Transfer dan candling dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan
Sabtu.

G. Hatcher
• Pada hari ke 19 telur-telur tersebut dipindahkan kebagian hatcher dengan Suhu hatcher 98 ºF dengan kelembaban
50 %
• Pada hari ke 21, keluarkan anak ayam dari mesin tetas setelah 95% bulunya kering.
• Tempatkan anak ayam pada tempat atau ruangan pemanas (240 C) dan tidak diberi makan atau minum.
06
INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan Tabel 1 diatas, hasil candling di PT. X Jombang
rata-rata selama 3 periode dapat diketahui bahwa telur yang
fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur explode 0,2 %.
Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik. Mahfudz
(2006) menyatakan bahwa fertilitas telur yang baik mencapai
81,85 %.

Sesuai Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata selama 3


periode daya tetas di PT. X Jombang mencapai 80,2 %. Nilai
tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993) menyatakan
bahwa daya tetas yang baik 75 %. Bobot DOC ayam ras
petelur rata-rata adalah 41,3 gr. Hasil ini menunjukkan berat
DOC yang memenuhi standart. Bobot DOC ayam ras petelur
minimum 33 gr.
07
PEMBAHASAN
1. Penerimaan Telur Tetas
Telur dari kandang dikirim ke unit penetasan dan diterima oleh petugas grading. Telur tetas yang diterima oleh petugas
grading diperiksa dan dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang
diterima, nomor kandang, dan umur induk. Langkah selanjutnya telur dilakukan seleksi untuk memilih telur yang layak
untuk ditetaskan. Telur sebenarnya sudah dilakukan seleksi di kandang tetapi di unit penetasan dilakukan seleksi ulang
lagi. Tujuan dilakukan seleksi ulang ini adalah untuk memisahkan apabila ada telur yang retak atau pecah akibat dari
goncangan di mobil. Telur yang memenuhi syarat untuk ditetaskan adalah telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu
kecil, tidak retak, dan kerabang telur tidak tipis.

2. Fumigasi Telur
Tetas Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi selama 10 menit. Tujuan dari fumigasi
adalah untuk meminimalisir dan mencegah berkembangnya mikroorganisme yang ada pada telur terutama di kerabang
telur. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah formalin dan forcent fumigant. Dosis yang digunakan yaitu 350 ml
formalin dan 175 gr untuk ruangan dengan luas 6,5 m³.

3. Penyimpanan Telur
Tetas Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room untuk dilakukan penyimpanan sementara.
Telur tetas disimpan selama 3-4 hari dan apabila disimpan lebih dari 7 hari menurunkan daya tetas. Raharjo (2004)
menyatakan bahwa telur tetas yang disimpan lebih 7 hari menurunkan daya tetas. Suhu di dalam ruang penyimpanan
yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan penyimpanan adalah menunda embrio untuk berkembang dan
penyeragaman embrio agar embrio menetas secara serentak.
4. Preheat
Preheat adalah penyesuaian suhu telur terhadap suhu mesin setter. Perbedaan suhu dan kelembaban di ruang
penyimpanan dengan di mesin setter yang sangat jauh jadi telur sebelum masuk ke mesin setter harus di preheat dahulu
untuk menghindari adanya cekaman pada telur. Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang terbuka agar tetap
mendapat oksigen dari udara luar sehingga telur yang dari ruang penyimpanan dalam kondisi basah akan menjadi
kering. Telur di preheat selama 12 jam yaitu dari jam 5 sore sampai jam 4 pagi.

5. Setting Egg
Setting egg adalah memasukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat. Setting egg dilakukan 4 kali dalam 1
minggu yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat. Jumlah mesin setter ada 6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200
butir telur. Masa pengeraman telur berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan kelembaban di mesin setter
yaitu 99-106 ºF dan 50 %.

6. Transfer dan Candling


Transfer adalah kegiatan pemindahan telur tetas dari mesin setter ke mesin hatcher. Kegiatan transfer dilakukan
bersamaan dengan candling. Transfer dan candling dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.
Transfer dan candling dilakukan ketika telur tetas berumur 18 hari saat di mesin setter. Sesuai hasil candling di PT. X
Jombang rata-rata selama 3 periode dapat diketahui bahwa telur yang fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur
explode 0,2 %. Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik.
7. Hatcher
Hatcher adalah mesin tetas yang berfungsi untuk menetaskan telur selama 3 hari yaitu mulai umur 19-21 hari. Telur tetas
hasil dari candling terdapat telur yang fertil, infertil, dan explode. Telur yang fertil saja yang dimasukkan ke dalam
keranjang hatcher, setelah itu telur dimasukkan dalam hatcher. Suhu hatcher 98 ºF dengan kelembaban 50 %.

8. Evaluasi Hasil Penetasan


Evaluasi hasil penetasan penting dilakukan agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan suatu penetasan untuk
meningkatkan kualitas hasil tetas. Evaluasi hasil penetasan meliputi daya tetas, fertilitas dan bobot DOC yang
dihasilkan. Sesuai Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata selama 3 periode daya tetas di PT. X Jombang
mencapai 80,2 %. Nilai tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993) menyatakan bahwa daya tetas yang baik 75 %.
Bobot DOC ayam ras petelur rata-rata adalah 41,3 gr. Hasil ini menunjukkan berat DOC yang memenuhi standart. Bobot
DOC ayam ras petelur minimum 33 gr.
KESIMPULAN
Penetasan adalah suatu proses perkembangan embrio di dalam telur
hingga menetas menghasilkan anak ayam. Penetasan ada 2 cara
yaitu penetasan secara alami dan penetasan buatan. Penetasan
dengan menggunakan mesin tetas yang harus diperhatikan yaitu
manajemen penetasannya, apabila manajemen penetasan berjalan
dengan baik, maka telur akan menetas dan menghasilkan anak ayam
yang berkualitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Metode yang digunakan adalah observasi, praktik,
wawancara dan diskusi, dokumentasi serta studi literatur. Tahapan
proses penetasan telur ayam di PT. X antara lain penerimaan telur
tetas, fumigasi, penyimpanan telur tetas, preheat, setting egg,
transfer dan candling, hatcher, serta penanganan DOC (day old
chick) pasca menetas. Manajemen penetasan di PT. X Jombang
sudah berjalan dengan baik karena proses penetasan sudah
dilakukan sesuai prosedur. Fertilitas, daya tetas, dan bobot DOC
yang didapat selama periode magang mencapai 92 %, 80,2 % dan
41,3 gr.
LINK VIDEO
https://youtu.be/26jpNKcykII
ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai