Anda di halaman 1dari 35

HATCHERY II

PROSES PENETASAN
DI HATCHERY

Tim Pengampu Praktikum Industri Ternak Unggas


Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Tahun 2022
Penetasan
Keberhasilan penetasan ditentukan
oleh daya tetas dan kualitas DOC
yang dihasilkan
Daya Tetas (Hatchability)
Fertilitas
Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tetas
Farm Hatchery
Nutrisi Induk Sanitasi
Penyakit Penyimpanan Telur
Perkawinan Kerusakan Telur
Kerusakan Telur Manajemen Penetasan (Setter + Hatcher)
Ketepatan BB Induk Jantan + Betina Penanganan DOC
Sanitasi Telur
Penyimpanan Telur
Tahapan Penetasan Meliputi

1. Penerimaan telur tetas


2. Seleksi
3. Fumigasi
4. Penyimpanan telur tetas
5. Pre heating
6. Mesin setter
7. Transfer
8. Mesin hatcher
1. Penerimaan Telur Tetas
• Telur tetas yang berasal dari farm diterima dan dilakukan
seleksi di terminal HE
• Farm egg (telur yang berasal dari farm) diseleksi :
a. Grade out
b. Hatching Egg (HE)
2. Pemilihan Telur Tetas

▪ Asal telur
▪ Fertilitas telur
▪ Besar/bobot telur
▪ Bentuk telur
▪ Keadaan kulit telur
▪ Kebersihan telur
▪ Umur telur
Telur Grade Out
• Meat spot (bintik daging pada kuning atau putih telur)
• Blood spot (bintik darah pada kuning atau putih telur)
• Double egg yolks (terdapat 2 kuning telur)
• Triple egg yolks (terdapat 3 kuning telur)
• Yolkless eggs (tanpa kuning telur)
• Extra calcified (kulit telur tebal)
• Dented eggs shell (kulit tebal dan tidak merata)
• Soft shelled eggs (kulit telur lembek)
• Eggs with bands (bagian tengah telur terdapat lingkaran)
3. Sanitasi dan Fumigasi HE
• Sanitasi telur tetas dilakukan penyemprotan desinfektan
(H202) pada saatserah terima di terminal dan diulang
lebih merata pada saat seleksi per egg tray, kemudian
telur tetas difumigasi.
Fumigasi supaya berfungsi dengan efektif, perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
• Kosentrasi formaldehyde yang terkandung dalam formalin standar 40 %
• Temperatur ruang fumigasi 27- 29℃
• Kelembaban ruang fumigasi 70-75%
• Volume ruang dan jumlah telur
• Sistem sirkulasi dan exhaust fan yang baik
• Waktu fumigasi 15- 20 menit
• Dosis fumigasi dengan kekuatan 1 kali dosis yang dijadikan acuan adalah
PK 21,5 gr + formalin 43 ml pada volume ruang 100 CF atau 2,83 M³.
Untuk dosis per 1 m³ adalah PK 7,6 gr : formalin 15,2 ml
Penyemprotan telur tetas di terminal pada saat penerimaan
telur tetas dan saat seleksi per egg tray akan membantu
meningkatkan RH pada telur dan ruangan fumigasi serta
membuat lembab atau basah permukaan telur sehingga
pada waktu fumigasi gas formaldehyde akan terikat lebih
lama di permukaan telur
4. Penyimpanan Telur Tetas
• Setelah seleksi fisik, telur tetas
dimasukan ke dalam egg
holding (cooling room) untuk
menunggu jadwal masuk ke
dalam setter.

• Penyimpanan telur tetas


sebaiknya dilakukan di ruang
bersuhu rendah, dan
kelembapan 75-80%

• Waktu simpan telur tetas yang


baik maksimal 7 hari, agar tidak
berdampak negatif terhadap
daya tetas dan menyebabkan
bertambahnya waktu yang
diperlukan untuk menetas
• Lama penyimpanan berhubungan dengan suhu
penyimpanan didalam holding room. Semakin lama
penyimpanan telur tetas, suhu didalam ruang
penyimpanan akan semakin rendah.
• Lama proses penyimpanan juga akan berpengaruh
pada hatchability. Karena selama penyimpanan akan
terjadi pertukaran gas, CO₂ akan berdifusi keluar
dari telur, telur juga akan kehilangan kandungan air
selama proses penyimpanan yang akan
mempengaruhi hatcability.
Diagram Temperatur Telur Tetas
LANGKAH YANG DILAKUKAN OPERATOR
SEBELUM TELUR DITETASKAN

• Fumigasi mesin tetas


• Mengatur temperatur dan
kelembaban
• Pengaturan ventilasi
• Peneropongan telur (candling)
5. Pre Heating
• Telur yang berada di holding
room dilakukan pre heating
terlebih dahulu untuk
mencegah heat shock untuk
mencegah kematian embrio.
• Proses preheating yaitu
pemanasan telur sampai
pada suhu antara 24 - 27℃.
Dibutuhkan 6 – 12 jam
proses preheating
Faktor yang memperngaruhi lama waktu setting
adalah:
• Suhu selama inkubasi, variasi pada waktu inkubasi terjadi
karena perbedaan umur dan ukuran telur tetas
• Umur telur tetas, semakin lama penyimpanan akan
memperpanjang masa inkubasi
• Ukuran telur tetas , telur dengan ukuran lebih besar
membutuhkan waktu inkubasi lebih lama
6. Mesin Setter
Yang harus diperhatikan dalam operasi mesin setter adalah
• suhu yang tepat
• kelembapan yang tepat
• pergantian gas yang sesuai
• turning.
Pengendalian Suhu
• Suhu menentukan laju metabolisme embrio dan laju perkembangannya.
• Pada mesin multi-stage, suhu harus tetap konstan. Suhu optimum untuk daya tetas maupun
kualitas anak ayam akan berbeda bergantung tipe inkubatornya. Suhu yang lebih tinggi atau
lebih rendah daripada rekomendasi produsen akan menyebabkan perkembangan lebih
cepat atau lebih lambat dan penurunan daya tetas sebagai akibatnya.
• Pada inkubasi single-stage, suhu dapat diubah untuk pertumbuhan embrio dan peningkatan
produksi panas hewan, dimulai pada suhu yang lebih tinggi dan menurun secara bertahap
sampai pemindahan.
• Keseimbangan yang tidak tepat dalam pemuatan ke multi-stage setter dapat menimbulkan
variasi suhu yang besar. Mesin yang diisi sebagian tidak dapat mencapai suhu yang tepat
dan akan memperpanjang inkubasi, sedangkan pemuatan set ganda dapat menyebabkan
masalah panas berlebih. Kedua kondisi tersebut akan berakibat buruk terhadap daya tetas
dan kualitas anak ayam.
Kelembaban
• Setter biasanya mengambil udara segar dari ruang tempat mereka berada. Udara segar ini
memasok oksigen dan uap lembab untuk menjaga Kelembaban Relatif (RH) yang tepat.
Udara yang meninggalkan setter membuang karbon dioksida dan kelebihan panas yang
dihasilkan oleh telur.
• Pasokan udara ke ruang setter harus 8 cfm (13,52 meter kubik per jam) per 1000 butir telur.
• Semua setter memiliki sumber kelembaban yang bisa mengendalikan berbagai tingkat
kelembaban relatif. Udara segar relatif memasok sedikit uap lembab, dan karena itu untuk
mengurangi beban pada sistem humidifikasi internal, udara yang masuk ke dalam mesin
dipra-humidifikasi (pre-humidified) dahulu agar sesuai dengan kelembaban relatif internal.
Suhu udara ini harus 76-80°F (24-27°C).
• Multi-stage setter memerlukan jumlah udara yang konstan. Hal ini harus disesuaikan agar
kadar karbon dioksida di dalam mesin tidak melebihi 0,4%. Sebagian besar mesin rak tetap
(fixed rack machines) berjalan pada 0,2-0,3% dan mesin buggy (buggy machines) pada 0,3-
0,4%, tetapi kenaikan kadar CO2 ini tidak diperlukan.
Ventilasi
• Sirkulasi udara di ruang setter dan di dalam setter sangat penting untuk
pertukaran gas CO₂ dengan O₂.
• Sirkulasi yg jelek dpt membunuh embrio, karena supply O₂ ke embrio
tdk seimbang dg produksi gas CO₂.
• Desain ventilasi harus memperhatikan :
o Kapasitas suplay oksigen
o Perubahan dan perpindahan gas CO₂
o Suplay kelembaban
o Perubahan dan perpindahan panas
• Direkomendasikan volume udara yg memasuki ruangan setter 5 CFM
per 1000 butir telur (0,14 m3 dan positif air pressure sebesar 10 %) .
Untuk mengukur ini dapat digunakan anemometer.
Turning/Pemutaran
• Telur selama proses inkubasi harus dilakukan pemutaran atau
turning.
• Idealnya turning dilakukan setiap jam sekali dengan sudut
kemiringan 45o dengan system automatic electric.
• Tujuan turning :
o turning dilakukan untuk mencegah embrio menempel pada
membran telur
o membantu perkembangan embrio
o saat embrio berkembang dan produksi panasnya meningkat,
putaran teratur akan membantu aliran udara dan membantu
pendinginan.
7. Transfer Telur
• Telur dikeluarkan pada hari ke-18 dan dipindahkan ke
mesin hatcher. Proses pemindahan harus dilakukan tepat
waktu karena akan mempengaruhi hatchability.
• Saat Transfer dilakukan Candling
8. Mesin Hatcher
• Telur di letakkan kedalam egg basket
• Suhu 37 – 37,5oC
• Kelembaban 65% (membantu proses pipping)
• Merupakan masa Kritis sehingga tidak dilakukan
pembalikan telur
Tahapan Setelah Proses Penetasan
1. Pull Chick
2. Seleksi dan Grading
3. Sexing
4. Vaksinasi
5. Chick Transport
1. Pull Chick
• Pull chick yaitu kegiatan panen anak ayam pada saat telur tetas
selesai dilakukan proses penetasan dan sudah menghasilkan
DOC
• Kriteria dan syarat dilakukan pull chick
o Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
o DOC sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah di sekitar leher
o Pusar sudah menutup rapat dan kering
o DOC bernafas normal dan tidak terengah-engah
o Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap dengan
baik. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempes/lembut dan tidak
keras, akan tetapi kenyal-kenyal.
2. Seleksi & Grading
• Seleksi DOC adalah memilih DOC yang berkualitas dan layak dijual sekaligus melakukan
klasifikasi grade yang telah ditetapkan. Tanda-tanda DOC yang berkualitas baik:
o Pusarnya kering dan tertutup baik
o Sisik kaki bewarna kuning dan cerah dan tidak kering.
o Tingkah lakunya lincah, esponsif dan wana bulu tidak kusam
o Besarnya relatif seragam (uniform). Bobot DOC diperoleh 65 -69 % dari bobot telur awal
(fresh egg)
o Tidak ada cacat fisik ataupun abnormalitas fisik.
o Mata cerah dan terang, pusar bersih dan kering dari yolk sac atau memban yang
menonjol
o Hidung anak ayam bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil menempel. Ini menunjukkan
pernafasaan berjalan baik.
o Cepat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang minor dan mampu
bereaksi normal dengan vaksin aktif yang diberikan.
3. Sexing
4. Vaksinasi
• Vaksinasi yang diberikan untuk layer adalah Marek
• Vaksinasi untuk broiler terdiri dari IBD, ND-IB live dan ND
kill (tergantung pesanan dari farm)
5. Chick Transport
Penanganan Limbah Hatchery

Beberapa contoh limbah


hatchery :
1. Cangkang telur Bisa
2. Embrio mati dimanfaatkan
3. Anak ayam yang terlambat menjadi bahan
menetas pakan ternak
4. Anak ayam yang mati
5. Telur infertil

• Untuk cangkang telur, prosesing yang diberikan hanya pengeringan di bawah sinar matahari
yang dilanjutkan dengan penggilingan untuk menghasilkan tepung.
•Untuk embrio mati, anak ayam yang terlambat menetas, maupun anak ayam mati direbus,
dikeringkan, dan dijemur dengan sinar matahari.
•Sedangkan telur infertil dipecah untuk kemudian dicampur dengan dedak padi, dilanjutkan
dengan perebusan dan pengeringan.
•Semua limbah penetasan telur ini kemudian siap digunakan untuk pembuatan pakan.

Anda mungkin juga menyukai