Anda di halaman 1dari 17

3.1.

Proses Penetasan Telur di Mesin Hatcher

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Hatchery Sukabumi 01


memiki 2 ruang hatcher. Unit 1 perusahaan ini memiliki 25 mesin hatcher
masing masing mesin terbagi dalam 2 koridor, mesin hatcher nomor 1 –
13 berada dalam ruang hatcher 1 dan mesin hatcher 14 – 25 berada dalam
ruang hatcher 2.
Telur fertil yang telah diteropong dimasukan kedalam mesin
hatcher, kapasitas mesin hatcher 6 troley basket. Mesin hatcher
dihidupkan 2 – 3 jam pada suhu 98,5oF sebelum telur ditransfer. Basket
hatcher harus kering, bersih dan sudah difumigasi sebelum warming up
dengan dosis forcent fumigant 150 gr dan formalin 300 cc. Temperatur
udara pada koridor ruang hatcher 24oC dengan tekanan udara koridor
ruang hatcher positive dan tekanan udara plenum negative. Temperatur
mesin hatcher rata-rata 98,2oF. Temperatur ruang mesin setter maupun
hacther harus konstan dan dicek setiap jam. Suhu yang berfluktuasi akan
menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Kegagalan ini ditandai
dengan banyaknya telur tetas yang tidak menetas. Kalaupun menetas, bulu
final stock itu lengket oleh cairan omnium. Selain dapat menyebabkan
banyaknya telur yang tidak menetas, temperatur yang terlalu tinggi
ataupun terlalu rendah juga dapat mempengaruhi lamanya waktu tetas
(Sudaryani dan Santosa 2002 ).
Kelembaban pada pada koridor ruang hatcher 60% dan
kelembaban pada mesin hatcher 85%. Pengaruh kelembaban pada proses
penetasan yaitu kelembaban yang rendah menyebabkan anak ayam sulit
memecah kulit telur karena lapisan kulit menjadi keras dan berakibat anak
ayam melekat/lengket di selaput bagian dalam telur dan akhirnya mati.
Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan air masuk
melalui pori-pori kerabang, lalu terjadi penimbunan cairan di dalam telur.
Akibatnya embrio tidak dapat bernapas lalu mengalami kematian

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 1


(Sugiyoto 2011). Pada mesin hatcher ventilasi/dumper dibuka 100%
karena embrio pada telur sudah bernapas dengan sempurna maka perlu
udara segar lebih banyak.

3.2. Pull Chick

Pull Chick atau panen merupakan kegiatan penarikan basket yang


berisi DOC dari mesin hatcher. Pull chick pada Hatchery Sukabumi 01
dilaksanakan pada hari senin, selasa, kamis dan jum’at. Permulaan pull
chick ditandai dengan memperhatikan beberapa kriteria meliputi:
1. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
2. DOC sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah disekitar bulu leher
3. Navel (pusar) sudah menutup rapat dan kering
4. DOC bernapas dengan normal, tidak terengah-engah (panting). Jika
terengah-engah ini suatu indikasi terlambat pull chick
5. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap dengan
baik. Jika perut kempes berarti panen sudah terlambat dan DOC akan
mengalami dehidrasi
6. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempes/lembut dan tidak
keras, akan tetapi kenyal-kenyal.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Boerjan 2012) yang menyatakan
bahwa saat tepat mengawali pull chick yaitu ketika 95% DOC menetas,
bulu DOC sedikit basah di bagian leher. DOC harus segera dipindahkan
dari mesin tetas setelah semua telur menetas dan anak ayam telas 95%
kering bulunya dan DOC sebaiknya tidak diberi pakan apa-apa sebelum 24
jam karena masih memiliki sisa kuning telur dalam tubuhnya (North dan
Bell, 1990). Proses pull chick dapat dilihat pada gambar 1.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 2


Gambar 1. Proses Pull Chick

A. Waktu Pull Chick

Proses Pull Chick yang berlangsung pada unit hatchery


Sukabumi 01 dilakukan pada telur yang telah memasuki masa
inkubasi sekitar 500 – 503 jam. Timing pull chick yang tepat akan
mempengaruhi jumlah culled dan kualitas DOC. Apabila terlambat
menarik DOC pada mesin hatcher, berarti DOC yang menetas awal
menjadi kekurangan cairan.
Untuk kegiatan pull chick peralatan yang dipersiapkan adalah
alat tulis dan form STP (Setting, Transfer, Panen) untuk mendata telur
yang menetas dan yang DIS (death in shell) egg tray 54 butir untuk
telur DIS, meja grading, trolly, box plastik untuk wadah ayam yang
telah dipanen, box kosong di bawah meja grading untuk Cull Chick
dan DOC down grade.

B. Analisa DIS dan Culled Chick

Pada waktu panen saat memindahkan anak ayam ke box akan


ditemui pada basket hatcher beberapa telur yang tidak menetas.
Kumpulkan telur-telur tersebut hitung jumlahnya dan catat per masing-
masing kandang. Data ini akan digunakan untuk evaluasi hasil
penetasan dan rencana perbaikkan ke depan.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 3


Macam-macam telur yang tidak menetas:
1. Telur busuk (tapi tidak meletus)
2. Telur DIS (mati dalam shell)
3. Retak pada saat pelaksanaan transfer, karena handling yang kasar
4. Telur infertil (pengambilan infertil tidak sempurna)
5. Telur pipping (mati atau hidup)
6. Telur late (terlambat menetas dan masih hidup)
Pada waktu panen juga ditemukan beberapa DOC afkir.
Lakukan pemisahan, hitung jumlahnya per masing-masing kandang
agar diketahui penyebab culled chick. Macam-macam culled chicks
yang sering dan umum dijumpai pada waktu pull chick:
1. Black Navel
Temperatur inkubasi terlalu tinggi khususnya pada periode 3 hari
terakhir dan juga pengaruh temperatur yang tinggi di setter.
2. Open Navel
Disebabkan oleh temperatur dan RH yang terlalu tinggi selama di
mesin hatcher.
3. Omphalitis
Ini adalah problem dari kontaminasi microbial akibat sanitasi yang
jelek di hatchery atau juga dari jeleknya kualitas telur.
4. Sticky Chick (Lengket-lengket)
Humidity yang terlalu tinggi pada mesin hatcher. Humidity yang
terlalu tinggi di setter menyebabkan tertariknya kembali cairan
extra embrionic.
5. Spraddled Legs (kaki terbuka dan tidak bisa berdiri)
a. Turning selama di setter tidak terpenuhi
b. Basket hatcher terlalu licin
c. Humidity terlalu tinggi
d. Kekurangan magnesium (mineral) pada breeding farm.
6. Red hocks Pencapaian Egg Weight Loss yang kurang selama proses
inkubasi di setter.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 4


7. Water Belly
a. Temperatur yang rendah di setter
b. Temperatur dan kelembaban yang terlalu tinggi di hatcher
c. Pencapaian Egg Weight Loss yang kurang.
8. Star Gazer (kepala miring atau berputar)
a. Masalah genetik
b. Turning yang tidak terpenuhi
c. Temperatur yang terlalu tinggi di setter.
9. Brian Hernia (otak menjulur pada kepala)
a. Disebabkan oleh level CO2 yang terlalu tinggi di setter
b. Temperatur yang terlalu tinggi di setter.
10. Cross Beak dan Missing Eye
a. Faktor genetik
b. Temperatur yang terlalu tinggi di setter
c. Turning yang tidak sempurna.
11. Pasterior Duplication
a. Turning yang tidak sempurna
b. Penangangan telur yang kasar.
12. Small Chick
a.Telur yang disetting kecil
b. Humidity yang terlalu rendah di setter
c. Temperatur yang terlalu tinggi di setter.
13. String Navel
a. Humidity yang terlalu rendah di setter
b. Temperatur yang terlalu tinggi di hatcher.
14. Mushy Chick (DOC lembek)
Akibat terkontaminasinya yolk sac dan menjadi busuk. Hal ini
disebabkan ayam yang baru menetas pada keranjang hatcher yang
kotor sehingga terkontaminasi bakteri.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 5


15. DOC tidak kering setelah menetas
a. Terlambat menetas
b. Penyerapan yang kurang sempurna pada albumen telur.
16. Pipping
a.Disebabkan oleh tidak meratanya temperatur selama inkubasi
b. Tidak sesuainya temperatur atau humidity
c. Gangguan kesehatan (MG).

C. Grading dan Seleksi DOC

Pelaksanaan grading dan seleksi DOC harus dikerjakan pada


ruangan khusus dengan syarat sebagai berikut :
Suhu : 25-27°C
Kelembaban : 60-70%.
Seleksi DOC adalah pemisahan antara DOC yang berkualitas
dan layak dijual sekaligus melakukan klasifikasi grade yang terdiri
dari Platinum, Gold dan Silver. Pada saat proses seleksi dilakukan
pemisahan antara DOC yang termasuk SC (saleable Chick), Cull chick
dan telur DIS. Seleksi terhadap DOC sangat perlu dilakukan supaya
mortalitas ayam broiler rendah, lebih mudah dikelola, menghemat
biaya pengobatan dan keuntungan yang diperoleh lebih baik
(Direktorat Jenderal Peternakan, 1982).
Telur DIS yang ditemukan pada basket hatcher dikumpulkan
dan taruh pada egg tray yang telah dipersiapkan. Kemudian hitung dan
catat per masing-masing kandang. Pencatatan dilakukan di form STP,
pada saat panen juga ditemukan DOC afkir atau sering disebut cull
chick. DOC afkir dipisahkan dan dimasukkan pada box khusus
kemudian di hitung per masing-masing kandang.
DOC yang berkualitas tidak dapat hanya ditentukan di
hatchery saja tapi juga faktor transportasi, manajemen di farm dan
kualitas pakan serta air sangat menentukan. Tanda-tanda DOC
berkualitas baik:

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 6


1. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik. Jika kondisi DOC cukup
baik, maka tali pusar akan kering dan rontok hanya dalam tempo
beberapa menit setelah menetas. Akan tetapi apabila terjadi infeksi
pada tali pusar yang terjadi akibat kesalahan dalam pengaturan
temperatur dan RH di dalam mesin hatcher, maka pusar DOC tidak
akan menutup sempurna atau bahkan sisa tali pusarnya akan tetap
menggantung. Kondisi demikian ini akan mempermudah terjadinya
infeksi oleh kuman-kuman lingkungan.
2. Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak
kering. Gambaran ini juga menunjukkan perkembangan embrional
DOC berlangsung cukup baik, sehingga diharapkan pertumbuhan
selanjutnya akan baik. Kondisi kaku dapat di jadikan indikator
bahwa DOC dalam keadaan fresh tidak dehidrasi,
3. Sikapnya lincah, responsif dan warna bulu tidak kusam. Kondisi
ini menunjukkan bahwa keadaan fisiologis tubuh DOC tersebut
secara umum cukup baik, sehingga selanjutnya dapat berkembang
dengan baik. Bulu yang tidak kusam dapat menggambarkan
perkembangan fase embrional DOC tersebut berlangsung dengan
baik.
4. Besarnya relatif seragam (uniform). Setting telur tetas yang
mempunyai bobot berbeda cukup jauh akan menghasilkan DOC
dengan bobot yang tidak seragam. Seperti kita ketahui bersama,
bahwa bobot DOC yang diperoleh adalah 67-68% dari bobot telur
awal (fresh egg).
5. Tidak ada cacat fisik ataupun abnormalitas fisik. Cacat secara fisik
akan mengakibatkan pertumbuhan selanjutnya tidak akan berjalan
dengan baik. Cacat fisik mungkin juga menggambarkan adanya
gangguan pada kualitas HE yang disetting.
6. Mata cerah dan terang, pusar bersih dan kering dari yolk sac atau
membran yang menonjol.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 7


7. Hidung anak ayam (nostril) bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil
menempel. Hal ini gambaran bahwa proses pernapasan berjalan
dengan baik.
8. Cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan yang
minor dan mampu bereaksi normal dengan vaksin aktif yang
diberikan. Kondisi tubuh yang prima akan memberikan respon
yang cukup baik terhadap cekaman yang diterima oleh DOC.
Reaksi terhadap cekaman yang berlarut-larut akan menurunkan
daya tahan tubuh ayam, sehingga dengan mudah akan terjadi
infeksi sekunder.
Para peternak tidak hanya mengamati keadaan DOC itu sendiri
seperti disebutkan di atas, akan tetapi ada beberapa indikator yang
biasa mereka gunakan, yaitu:
1. Tingkat mortalitas/kematian, terutama sampai dengan minggu
pertama setelah menetas
2. Keseragaman bobot, sangat diharapkan > 80%
3. Mempunyai zat kebal dari induk yang cukup, terutama terhadap
ND, IB, IBD dan AE
4. Tidak mengandung bibit penyakit yang ditularkan secara vertikal,
misalnya kuman Salmonella pullorum dan Mycoplasma.

Proses seleksi DOC dan grading di unit hatchery sukabumi 01 :


1. Mentata dan meletakkan box-box DOC sedemikian rupa sesuai
mesin dan asal kandangnya. Perhatikan ketinggian tumpukan box
DOC agar mudah menanganinya
2. Buat jarak antar tumpukan box-box DOC agar sirkulasi udara lebih
lancar. Jarak antara baris adalah + 50 – 75 cm sedangkan jarak
antar tumpukan dalam satu baris adalah + 20 – 30 cm
3. Mengkondisikan sirkulasi udara di tengah atau antara baris-baris
tumpukan box-box DOC agar sirkulasi udara lebih lancar dan
merata ke semua box. Jangan meletakkan fan sirkulasi tepat

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 8


langsung di depan barisan box karena tiupan yang langsung
mengenai DOC membuatnya kedinginan dan tidak bisa bernapas
dengan normal
4. Dilakukan seleksi dan grading DOC secara hati-hati. Jangan
pernah melemparkan anak ayam dengan kasar, karena hal ini
membuatnya stress dan menurunkan kualitas DOC. Setiap box
berisi 100 ekor + 2 ekor extra untuk jaminan kematian pada saat
delivery. Gunakan meja seleksi agar mudah mengamati DOC yang
akan diseleksi
5. Pada waktu seleksi perhatikan ketinggian tumpukan box bagian
bawah atau dasar. Pada saat mengawali seleksi tambahkan box-box
kosong pada bagian bawah agar DOC tidak jatuh terlalu tinggi
6. Dilakukan seleksi dan grading dalam satu kali kerja. Pada saat
melakukan seleksi DOC Platinum dari HE platinum lakukan juga
pemisahan grade gold, grade silver dan culled chick pada box-box
yang terpisah
7. Dilakukan seleksi dan grading berdasarkan kelompoknya secara
tuntas, dari per mesin, flock dan kandang-kandangnya
8. Dilakukan pengontrolan secara berkala terhadap hasil seleksian
operator grading yang sudah dipacking. Arahkan operator agar
mengerjakan terlebih dahulu untuk kapasitas 1 Chick Van yang
sesuai grade-nya dan jalur tujuan sesuai permintaan marketing

Gambar 2. Proses Grading DOC

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 9


D. Sampling DOC

Lakukan sampling berat badan DOC dari masing-masing


mesin, flock dan kandang. Khususnya pada setiap perubahan usia
produksi:
1. Usia awal produksi (25-30 minggu)
2. Usia 31-35 minggu
3. Usia> 35 minggu
Tabel 1. Standar Hatching Egg dan DOC
BROILER
GRADE
UMUR BERAT
HE: 25-28 Mgg 48 - < 52 Gr
SILVER
DOC: 30 Gr
HE: 29-34 Mgg 52 - < 56 Gr.
GOLD
DOC: 34 Gr
HE: > 35 Mgg > 56 Gr
PLATINUM
DOC: > 37 Gr

Hal ini penting untuk dilakukan agar diketahui BW DOC dan


uniformitynya. Pelaksanaan pengambilan sample BW DOC secara
rutin:
1. Timbang DOC per ekor untuk masing-masing flock sebanyak 100
ekor
2. Timbang DOC per box 102 untuk masing-masing mesin sebanyak
5 box

E. Sexing

Sexing adalah memisahkan DOC jantan dan betina melalui


feather (bulu) untuk broiler. DOC yang dapat disexing melalui bulu
adalah DOC yang mempunyai tipe pertumbuhan bulu slow feather
(SF) aplikasi sexing
 Jantan
1. Bulu pelindung/penutup (coverts) selalu lebih panjang dari pada
bulu primaries

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 10


2. Bulu primaries dan bulu coverts sama panjang
3. Bulu coverts sedikit lebih panjang dari bulu primaries
4. Bulu coverts jelas terlihat lebih panjang dari bulu primaries
 Betina
1. Bulu coverts selalu lebih pendek dari bulu primaries
2. Bulu primaries sedikit lebih panjang (1/2 – .) dari bulu coverts

Gambar 3. Cara Membedakan Jenis Kelamin DOC

F. Chick yield ( %)

Chick yield adalah presentase berat DOC yang dihasilkan


terhadap berat telur saat setting atau masuk ke mesin setter. Chick
yield dinyatakan dalam satuan persentase ( % ). Chick yang ideal
adalah 67 – 68 % dari berat awal telur tetas ketika mau setting atau
saat setting.
Rumus untuk perhitungan chick yield yaitu :

Bobot DOC
Chick yield= ×100 %
Bobot HE sebelum setting

3.3. Vaksinasi

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 11


Vaksin merupakan agen penyakit seperti virus/bakteri/protozoa
yang sudah dilemahkan sehingga patogenisasinya dapat terkontrol.
Sedangkan vaksinasi merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara
memasukan vaksin kedalam tubuh ayam. Menurut Suprijatna el all (2005).
Vaksinasi pada DOC biasanya dilakukan dengan metodei injeksi subcutan
(pada pangkal leher bagian belakang) atau spray. Vaksinasi dengan injeksi
dilakukan di bawah kulit leher, sebab anak ayam yang baru menetas hanya
memiliki sedikit daging pada dada dan pada paha (Rasyaf ,1995).
Vaksinasi dilakukan sesuai dengan permintaan pelanggan.

Tabel 2. Paket Vaksin Hatchery Sukabumi 01


INJECT SPRAY
Paket
ND Transmune IBD Gentamicyn ND HV ND HV
Vaksin
L-Inaktif IB
Triple A XXX XXX XXX XXX
Triple C XXX XXX XXX XXX
Double D XXX XXX XXX
Double E XXX XXX XXX
ND Kill +
XXX XXX
Genta

A. Penyimpanan Vaksin

Vaksin broiler disimpan dalam lemari refrigerator dengan set


point suhu 2 – 8 °C. Dalam lemari refrigerator vaksin ditata sesuai
dengan jenis vaksinnya. Diberi label identitas vaksin seperti tanggal
prosuksi dan tanggal kadaluarsanya. Dalam penggunaaan vaksin,
vaksin dengan masa simpan lama harus digunakan terlebih dahulu.

B. Penyimpanan Diluent

Diluent disimpan dalam lemari etalase yang berada dalam


ruangan penyimpanan vaksin. Ruang penyimpanan menggunakan set

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 12


point suhu sebesar 25°C. Ruangan penyimpanan di lengkapi dengan
AC untuk menjaga kesetabilan suhu set point. Lemari etalase juga
digunakan untuk menyimpan antibiotik Genta Ject serta NaCl.

C. Persiapan Vaksin Broiler

1. ND Killed
Vaksin ND killed dipersiapkan dengan cara di thawing terlebih
dahulu selama 6-8 jam. Setelah itu vaksin siap untuk digunakan.
2. IBD Live
Persiapan untuk vaskin IBD live yaitu pertama menyiapkan vaksin
IBD live dengan mengeluarkan dari lemari refrigerator. Setelah itu
mencampur diluent dan genta ject (2cc/100 ml diluent). Setelah itu
homogenkan dengan cara menggoyang secara perlahan dan vaksin
siap digunakan.
3. Vaksin Spray
Persiapan pertama yaitu menyiapkan vaksin ND HV,ND IB dan
NaCl sesuai dosis yang akan digunakan. Untuk 1000 dosis,
pencampuran mengguanakan NaCl sebanyal 160 cc. Pencampuran
dilakukan pada gelas ukur dan kemudian dituang pada tabung
vaksin spray.

Tabel 3. Rekomendasi untuk Pelaksanaan Thawing Vaksin untuk Hasil


yang Maksimal
Temperatur Kehilangan Titer Vaksin

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 13


27°C (Betul) 0%
15°C (terlalu dingin) 37%
39°C (terlalu panas) 25%

Satu hal yang terkadang salah di mengerti saat aplikasi


vaksinasi yaitu anggapan bahwa saaat vaksinasi dilakukan, vaksin
harus tetap dikondisikan dingin. Hal ini merupakan kesalah besar.
Oleh karena itu lakukan thawing vaksin (proses peningkatan suhu
vaksin secara bertahap). Tujuan thawing adalah mengkondisikan suhu
vaksin yang sebelumnya 2-8°C mendekati suhu tubuh ayam (41°C)
dengan cara digenggam sampai vaksin tidak terasa dingin lagi,
suhunya sekitar 25-27°C. Setelah proses thawing sesegera mungkin
masukkan vaksin ke dalam botol diluent karena kalau terlambat akan
berefek negative.

Tabel 4. Kehilangan Titer Vaksin setelah Thawing


Periode Waktu setelah thawing Kehilangan Titer Vaksin
5 menit 17%
10 menit 37%
15 menit 57%

D. Aplikasi vaksinasi

1. Catat batch number, kode produksi dan expired date setiap buah
vaksin dan botol diluent yang digunakan
2. Pastikan dengan sempurna bahwa scorex/syringe sudah ditera
untuk dosis per injeksi adalah 0,2 ml
3. Selama vaksinasi sediakan termos/tempat untuk cadangan jarum
pengganti dan kapas yang diberi alkohol
4. Lakukan penggantian jarum maksimal setelah 5.000 dosis atau
lihat kondisinya

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 14


5. Sediakan tempat untuk mengumpulkan botol diluent yang sudah
terpakai yang dilengkapi penutup yang rapat
6. Satu botol diluent berisi 200 ml untuk 1.000 dosis dengan waktu
vaksinasi maksimasl 1 jam
7. Pasang jarum dengan benar dimana bagian lancipnya mengarah ke
atas
8. Lakukan penyuntikan dengan hati-hati pada daerah belakang leher
dibawah kulit (SC = Sub-Cutan)
9. Selalu bekerja dengan tangan dan peralatan yang bersih
10. Bekas botol vaksin ditempatkan pada ember/wadah yang diberi
desinfektan dan air.

E. Vaksinasi pada DOC Broiler

1. Dilakukan vaksinasi IBD transmune, ND live dan ND killed pada


DOC broiler yang kita sebut triple vaksin dengan berbagai macam
paket permintaan dari pelanggan melalui Marketing
2. Bahasan secara rinci dan mendalam mengenai pelaksanaan
hatchery vaksinasi sudah disiapkan panduan buku khusus yang
disiapkan oleh supplayer (CEVA dan Vaksindo).

F. Pelaksanaan Vaksinasi

Pelaksanaan vaksin menggunakan alat yang telah dipersiapkan,


yaitu Dovac dan Desvac.
Dovac
1. Aplikasi secara sub cutan
2. Digunakan untuk vaksin ND kill + IBD live transmune

3. Dosis real ND kill 0,1 cc + IBD live 0,1 cc = 0,2 cc/ekor


4. Dovac disetting untuk 102 ekor
5. Jarum yang digunakan yaitu dengan ukuran 21 G.

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 15


Gambar 4. Pelaksanaan Vaksin Inject Sub Cutan Leher

Desvac
1. Aplikasi secara spray
2. Untuk vaksin ND HV, ND IB
3. Dosis real vaksin adalah 16 cc/spray (untuk 1 box)
4. Ada 4 nozzel spray dalam desvac dengan 4cc/

G. Sterilisasi Peralatan Vaksin

Sterilisasi alat vaksin dilakukan setelah kegiatan vaksin selesai


dilakukan. Proses sterilisasi pada tiap alat yang digunakan berbeda,
berikut adalah rincian dari proses serilisasi alat vaksin.

Tabel 5. Cara Sterilisasi Alat Vaksin

Alat Cara Sterilisasi


 Semprot dengan angin kompresor

Dovac  Semprot dengan alkohol 70 %


 Dilap dengan tissue , keringkan da Simpan
 Cuci dengan ditergen
 Dibilas dengan air bersih
Desvac/sprayer
 Semprot dengan alkohol
 Keringkan dan Simpan di ruang vaksin

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 16


 Bongkar syringe
 Semprot dengan alkohol pada permukaan dan
lubang syringe
Syringe
 Dicelup dengan air hangat
 Keringkan lalu bungkus dengan aluminium foil
 Steam selama 20 menit

PolyTube Semprot alkohol, di celup air hangat dan disimpan

Laporan Praktik Kerja Lapangan 2015 17

Anda mungkin juga menyukai