Anda di halaman 1dari 4

2.

10 Kerangka Pemikiran
Salahsatu faktor yang menjadi tolak ukur suatu keberhasilan penetasan
telur itik adalah daya tetas telur. Suhu dan kelembaban di dalam mesin tetas yang
kurang diperhatikan dapat mengakibatkan kematian embrio, karena embrio
membutuhkan suhu dan kelembaban yang optimal untuk tumbuh dan
berkembang. Menurut Rasyraf (1995) menyatakan bahwa suhu yang ideal
penetasan adalah antara 38,30C - 40,50C. Sedangkan kelembaban di dalam mesin
tetas antara 60%-70%. Kematian embrio yang terjadi biasanya disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu, penyimpanan telur lebih dari tujuh hari, telur dalam
kondisi kotor sehingga mudah terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melaluli
pori-pori. (Rasyaf, 1990). Selain itu, kematian

embrio

dapat terjadi karena

prosedur penetasan yang tidak sesuai seperti, temperatur inkubator terlalu


tinggi atau terlalu rendah, penyimpanan telur yang terlalu lama, telur tidak
diputar. Akibatnya embrio tidak dapat tumbuh normal dan akhirnya mati
(Putri, 2009).
Pembasahan

telur

berfungsi

untuk

menambah

kelembaban

dan

menstabilkan suhu yang di butuhkan embrio di dalam telur sehingga mampu


meminimalisir persentase kegagalan dalam menetaskan telur

di dalam mesin

tetas.
Penyemprotan telur itik dengan air bersuhu 25 0 C yang di campur dengan
vitamin B komplek menghasilkan daya tetas 82,7-84,3%, fungsi vitamin B
kompleks mampu mengoptimalkan pertumbuhan embrio sehingga daya tetas
dan bobot tetas bisa meningkat dan mengurangi kematian embrio. (Srigandono,
1991).
Penggunaan air bersuhu 300 C dimaksudkan agar embrio di dalam telur
tidak mengalami stres selama penyemprotan berlangsung karena terjadinya
penurunan suhu yang signifikan dari suhu ruangan penetasan 38,30 C. Formalin
yang dicampurkan dalam air berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang
mengganggu pertumbuhan embrio di dalam telur itik.
Pembasahan telur dengan cara penyemprotan mengakibatkan kelembaban
pada kerabang telur rendah karena air yang menempel pada pori-pori telur sedikit,

sehingga udara atau oksigen yang dibutuhkan embrio untuk bernapas masih dapat
terpenuhi melalui pori-pori telur. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya
kematian embrio yang mempengaruhi hasil penetasan.
Pembasahan telur dengan cara pencelupan mengakibatkan kelembaban
pada kerabang telur tinggi, sehingga air masuk ke dalam pori-pori telur yang
dapat menutupi atau menghalangi oksigen yang dibutuhkan oleh embrio di dalam
telur yang dapat mengakibatkan kematian embrio, pada umumnya kelembaban
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan telur cepat menetas tetapi anak itik yang
dihasilkan lemah atau tidak layak jual.
Kedua perlakuan tersebut dilakukan satu hari sekali, yang dimulai pada
umur penetasan 4 hari sampai dengan hari ke 25 pada pukul 05.00 pagi di saat
proses pembalikan telur berlangsung, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi
goncangan pada telur yang dapat mengakibatkan kalaza telur terputus.

Kerangka Pemikiran
Telur Itik Tetas

Kelembaban Kurang di
Perhatikan

Penyebab
Mikroorganisme
Suhu dan kelembaban

Kegagalan Dalam
Menetaskan Telur

Daya tetas rendah


Anak itik tidak layak jual
Daya hidup embrio kecil
Mortalitas tinggi
Jangka menetas lebih lama

P1

P0

P2

Hasil Penetasan
Daya tetas tinggi
Anak itik layak jual
Daya hidup embrio baik
Mortalitas rendah
Jangka waktu menetas
berdekatan atau seragam

Keterangan :
P0

Tanpa Adanya Penyemprotan Atau Pencelupan Telur

P1

Pencelupan Telur dengan air hangat 300 C yang dicampur formalin.

P2

Penyemprotan Telur dengan air hangat 300 C yang dicampur formalin.

2.11 Hipotesis
1. Penyemprotan dan pencelupan telur itik dengan air hangat 300 C yang
dicampur dengan formalin berpengaruh terhadap hasil penetasan.
2. Penyemprotan telur itik dengan air hangat 300 C yang dicampur dengan
formalin memperoleh hasil yang lebih baik di bandingkan pencelupan telur.

Anda mungkin juga menyukai