Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha

NIM : D1A019137
Kelas : D 2019
Ilmu Ternak Unggas
Resume Kuliah Umum
10 April 2021
Hatchery Management : Memaksimalkan Daya Tetas Dan Menghasilkan DOC
Berkualitas

 Hatchery terdiri dari DUA BAGIAN INKUBATOR yaitu Mesin Pengeram (SETTER)
dan Mesin Penetas (HATCHER)
 Berdasarkan Kapasitasnya HATCHERY dibagi menjadi 3 yaitu
- Tipe Kecil (1.000 – 10.000 butir)
- Tipe Sedang (10.000 – 50.000 butir)
- Tipe Besar (> 50.000 butir)
 TOLAK UKUR KEBERHASILAN PENETASAN ( HATCHERY)
adalah berapa banyak telur tetas (hatching Egg/HE) yang menetas dan menghasilkan
jumlah anak ayam (DOC) yang diproduksi dengan kualitas baik.
1. Farm Pembibitan (BREEDING FARM)
- Nutrisi Ayam Bibit (Breeder Nutrition)
Dasar utama yang penting untuk Produksi telur dan berdampak juga pada
daya tetas
 -Penyakit (Disease)
Infeksi penyakit ungags tertentu dapat menyebabkan kelainan bentuk telur
dan atau warna dan ketebalan cangkang telur, serta menurunkan daya tetas.
 -Aktifitas Kawin Ayam (Mating Activity)
Bertambahnya umur ayam akan mempengaruhi aktifitas kawin, kualitas
sperma dan kesuburan. Erat kaitannya dengan Persentase telur fertile
(Persentage of fertile eggs)
 -Penanganan Telur (Eggs Handling)
Termasuk didalamnya cara seleksi telur, sanitasi telur dan cara penyimpanan
telur, semuanya akan mempengaruhi daya tetas telur
 -Bobot Badan Jantan dan Betina (M and F Body Weight)
Ayam bibit yang kelebihan Bobot badan akan kesulitan untuk kawin dan
masalah ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur ayam
2. Manajemen Penetasan (HATCHERY MANAGEMENT))
1. Persentasi Daya Tetas (Persentage of hatchebility)
Jumlah ayam yang menetas (DOC) dari total jumlah telur yang disetting.
Persentage of hatchability = Jumlah ayam yg netas X 100
Jumlah telur yang diinkubasi
2. Persentasi Telur Fertil (Persentage of fertile eggs)
Jumlah telur yang fertil dari total jumlah telur yang disetting.
Persentage of fertile eggs = Jumlah telur yang fertil X 100
Jumlah telur yang diinkubasi
Penyimbanan telur lebih dari 5 hari, daya tetas menurun sebesar 1-2 % per hari .
Hindari terjadinya fluktuasi suhu di ruang penyimpanan telur. Suhu yang berfluktuasi
akan menyebabkan embryo mati dini (Early Embryonic Mortality) dan kualitas DOC
yang jelek (Poor Quality Chick)
✓ Prapemanasan (Pre-warming)
Sebelum HE di masukan Setter, telur harus dikeluarkan dulu dari ruang penyimpanan
telur dan harus dihangatkan (Pre-warming) terlebih dahulu. Manfaat Pra-pemanasan
adalah ;
1. Mengurangi resiko shok embrio
2. Mencegah pembentukan pengembunan pada kerabang, Embun dapat membuat
bakteri menempel pada kerabang dan akan meningkatkan resiko kontaminasi telur
3. Telur yang dipanaskan sebelum masuk inkubasi akan mengurangi variasi suhu
telur pada saat inkubasi. Suhu telur yang sama akan mengurangi telur “menetas’
atau “meledak”
 HE harus dikeluarkan dari Cooling Room 12-18 jam sebelum telur di
setting, telur dibiarkan dalam suhu kamar
✓ PENGOPERASIAN MESIN SETTER (SETTER OPERATION)
✓ MENENTUKAN WAKTU SETTING TELUR (HE)
Waktu Inkubasi (Incubation time) Yaitu waktu yang diperlukan untuk masa inkubasi
dari mulai telur pertama kali masuk dalam incubator sampai menetas. Lamanya 21
hari, tepatnya dikisaran 495 – 508 jam, normalnya sekitar 500 jam = 21 hari kurang 5
jam.
Waktu ini yang digunakan untuk menentukan kapan telur di setting setter,
disesuaikan rencana jam akan turun DOC (Pull Chick) Faktor yang mempengaruhi
waktu inkubasi (Incubation time) :
a) Umur lama penyimpanan telur (umur telur)
b) Suhu Inkubasi
c) Ukuran telur
 MENENTUKAN SUHU DAN KELEMBABAN (Rh)
Suhu Optimal untuk pertumbuhan embryo di dalam telur : 37.7 – 38 º C (100-100,5 º
F). Oleh karena suhu di incubator harus di setting kisaran suhu di atas. Suhu tersebut
harus sama dengan suhu yang diukur di kerabang telur (Eggshell temperature)
• KELEMBABAN
✓ Kelembaban (Rh) di setter sampai umur 18 hari sekitar 50 – 60 % (toleransi 5 –
10%),
✓ Kelembaban (Rh) di Hatcher Rh sekitar 65 % (Toleransi 5 – 10%)
 Telur selama di inkubator akan kehilangan kelembaban (moisture loss) dan
kehilangan ini sangat bervariasi tergantung pada umur ayam breeder, pengaruh
keadaan musim dan ukuran telur.
 MENGATUR VENTILASI (AIR SUPLAY)
Ventilasi pada incubator (setter dan hatcher) penting untuk menyediakan Oksigen
dan mengeluarkan gas karbondioksida. Suplai udara ke dalam incubator paling
sedikit 8,5 m³/ jam per 1000 butir telur

 PEMUTARAN TELUR (EGG TURNING)


 Pemutaran telur (Egg turning) minimal 3 -5 kali dalam satu hari, sejak telur
pertama kali disetting sampai umur 18 hari.
 Memutar telur bertujuan untuk mencegah embryo menempel dalam selaput
kerabang di salah satu sisi telur.
 Pemutaran telur berlawanan arah dengan posisi semula dengan derajat
kemiringan 30 – 40 %.
Suhu terlalu panas selama 24 jam setelah telur ditransfer di hatcher, akan
menyebabkan ayam menetas lebih awal, lubang pusar (navel) besar, ayam
mengalami dehidrasi, kematian di hari ke 7 akan meningkat.

➢ Suhu terlalu rendah pada periode 24 jam setelah telur ditansfer akan
menyebabkan kualitas anak ayam jelek, jendela penetasan menjadi Panjang,
kasus embryo tidak menetas tinggi, meningkat kematian dini
✓ Kelembaban (Rh) di hatcher setelah 24 jam transfer sekitar 52 – 54 %
✓ Jika kelembaban (Rh) di hatcher rendah akan menyebabkan keterlambatan ayam
menetas, kematian akan tinggi di hari ke 7 masa pemeliharaan.
✓ Jika kelembaban (Rh) terlalu tinggi akan menyebabkan organ dalam ayam
terpapar.
✓ Kelembaban yang optimum, selain kualitas ayam menjadi baik, menghindari
cepatnya kuning telur mengering dan mencegah benang hitam dari pusar (Strings
Navel)
Proses penarikan ayam dari mesin hatcher disebut pull chick. Sebelum Pull chick
harus dipastikan semua ayam sudah menetas, pusar dan bulu sudah kering.
✓ DOC diseleksi dan di grading
✓ Dimasukan ke dalam box karton atau plastic, per box 102 ekor

Anda mungkin juga menyukai