Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal dari Usaha Peternakan ini dirintis pada tahun 1993 oleh Bpk
H.APPAS MALA & Alm Istri tercinta Hj. Zainab Latief, beserta kedelapan
Putra-putrinya beternak layer dimulai dengan populasi awal 1.000 ekor dan
masih dalam bentuk plasma yang dinaungi oleh H.Azis, dimana waktu itu ilmu
peternakannya masih sangat minim dan akses informasi masih sangat terbatas
sedangkan penyakit ayam dikandang datang silih berganti tapi itu tidak
menyurutkan niatnya untuk terus menggeluti dunia peternakan layer,” dari
tahun ketahun populasi kandangpun terus bertambah.
Usaha peternakan Bpk H.APPAS MALA makin terus melaju dan
melebarkan sayapnya dengan membentuk sebuah Usaha Peternakan Keluarga
Cahaya Mario Brother’s Group, PS & LF. Yang bergelut dibidang usaha Jual
beli telur dan pakan ayam serta membentuk Anggota plasma yang dimana
berawal dari 27 orang plasma.
Seiring dengan bertambahnya waktu Usaha Peternakan Keluarga
Cahaya Mario Brother’s Group, pun terus meningkat yang hingga sekarang
Usaha Peternakan Cahaya Mario Brother’s Group, telah tersebar diberbagai
wilayah kabupaten SIDRAP Cahaya mario Brother’s Group Terus membuka
diri dengan pihak Stakeholder peternakan/ perusahaan Pakan & Obat serta
pihak pemerintah baik untuk penyedian bahan baku, pakan, obat, maupun
servis manajemen & kesehatan yang kerap kali diturunkan untuk melakukan
pembinaan keplasma & peternak mandiri lainnya demi untuk peningkatan
keteranpilan peternak sesuai perkembangan jaman agar lebih mandiri dan
mempunyai daya saing tinggi.
B. Permasalahan
1. Ada gangguan angin yang deras yang masuk kandang.
2. Temperatur pemanas terlalu rendah sehingga anak ayam berkumpul disekitar
pemanas.
3. Temperatur pemanas terlalu tinggi sehingga anak ayam menjauhi pemanas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ayam Petelur
1. Periode Starter
Periode starter adalah anak ayam yang berumur 0 sampai 6 atau 7
minggu, dimana tingkat pertumbuhannya relatif cepat dan merupakan massa
yang menentukan bagi kehidupan selanjutnya.
Pertumbuhan periode starter dipengaruhi seleksi ketat meliputi
keaktifan gerak, nafsu makan baik, pertumbuhan cepat, bobot badan
seragam tingkat kematian rendah, kaki kuat dan mata cerah.
a. Umur 0-35 hari
b. Mencapai susunan kerangkah dan berat badan standar
c. Berat badan 290 gram/ekor pada umur 4 minggu dan pada umur 5
minggu target berat badan 900 gram/ekor
d. Stabilitas suhu pada 32ºC – 25ºC tiap 1 minggu diturunkan 3ºC
e. Pemberian pakan crumbel dengan frekuensi 3 kali sehari
f. Komulatif Fee dan Take 900 gram/ekor
g. Kepadatan kandang 15 kg 1 w/m²
h. Managemen tirai
i. Manageman liter
Kandang anak ayam umur 0-6 minggu, agar anak ayam tumbuh
sehat mereka harus disediakan ruangan yang luas untuk bermain.
2. Penanganan Masa Grower
Periode grower adalah ayam yang berumur 7-13 minggu pada fase ini
kontrol pertumbuhan dan keseragaman perlu dilakukan hal itu berhubungan
dengan sistem reproduksi ayam tersebut. Periode grower secara fisik tidak
mengalami perubahan yang berarti. Perubahan dari ukuran tubuhnya yang
semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder
yang mulai nampak.
Pada periode grower sistem reproduksi ayam mulai tumbuh dan sistem
hormon reproduksi yang mulai berkembang dengan baik, berkaitan dengan

2
berkembangnya sistem reproduksi. Ada faktor yang harus diperhatikan yaitu
faktor ransum dan cahaya, karena kegagalan dalam memperhatikan
keduannya akan berakibat fatal terhadap produksi dimasa bertelur kelak.
Fase grower antara umur 14-20 minggu disebut fase daveloper
(perkembangan). Pemeliharaan fase grower produksi dan program
peremajan dengan melalui forcemolting. Fase daveloper bertambah
sehingga jika ransum yang diberikan maka akan terjadi kegemukan dan
pada saat berproduksi telur pertama yang dihasilkan kecil, sehingga
pengeluaran energi tidak efisien. Pengelolahan fase grower pada ayam
petelur, terbagi kedalam dua kelompok yaitu 6-14 minggu dan umur 14-20
minggu sering disebut dengan fase daveloper.
3. Pemberian air Minum
Pemberian air minum disesuaikan dengan umur ayam dalam hal ini
disesuaikan dengan umur ayam.
a. ke-1 (1-7 hari: 1,8 liter/hari/100 ekor
b. ke-2 (8-14 hari: 3,1 liter/hari/100 ekor
c. ke-3 (15-21 hari: 4,5 liter/hari/100 ekor
d. ke-4 (22-29 hari: 7,7 liter/hari/100 ekor
e. ke-5 (30-36 hari: 9 liter/hari/100 ekor
4. Pengontrolan ayam sakit
Pengontrolan yang baik adalah ternak dilakukan dengan berjalan
disekitar ternak dengan menggunakan indra baik itu penglihatan, ataupun
pendengaran dan lain-lain. Pengontrolan ini bertujuan melihat sejauh mana
perkembangan ternak dan melihat apakah terdapat gangguan atau ternak
seang sakit agar cepat ditangani.
5. Penanganan ayam sakit
Ternak yang sakit dipisahkan dengan ternak yang sehat ( di isolasi)
masalah yang dialami di farm saya (cahaya mario) adalah sering terjadi
kanibalisme (mematuk sesama). Menurut pandangan saya, hal itu terjadi
karena kapasitas kandang melebihi target. Sedangkan menurut pandangan
petugas kandang hal itu terjadi karena dosis pemberian vitamin berlebihan

3
dan juga menyetujui pandangan saya. Ketika ternak kanibalisme yang
menjadi sasaran utama tubuh/sayap yang menyebabkan ternak terluka dan
berdarah. Penanganan ayam yang terluka karena kanibalisme yaitu dengan
mengoleskan disvektor (disinvektan) kebagian tubuh ternak yang luka, hal
itu bertujuan untuk mempercepat pengeringan luka dan mematikan
mikroorganisme lain sehingga tidak terjadi infeksi.
6. Vaksinasi
Program vaksinasi dilakukan pada umur 38 hari (memasuki 6 minggu)
dengan menggunakan metode subcutan (dibawah kulit) sebelum
menggunakan faksin kocok terlebih dahulu berbentuk angka 8 agar tidak
mengental, usahakan memakai secorex yang steril dosis yang digunakan
adalah 0,25/ekor, usahakan saat proses faksinasi tidak ada yang bocor
karena jika bocor maka vaksin tidak akan masuk kedalam tubuh ternak. Jika
hal itu terjadi, maka perlu disuntuik ulang. Efek yang ditimbulkam dari
faksinasi ayam terlihat ngantuk karena merasa ngilu.
Persyaratan dalam faksinasi adalah :
a. Ayam yang divaksinasi harus sehat
b. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat
c. Sterilisasi
7. Perkandangan
a. Bronding house
Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan ayam (DOC)
dilanjutkan pemeliharaan sampai mencapai 6-14 minggu. Kandang yang
digunakan kandang sistem liter dipindahkan dari kandang grower sekitar
14 minggu.
b. Grow lay house
Kandang yang digunakan pada fase pertumbuhan, juga digunakan
sampai akhir bertelur yaitu sejak umur 6 minggu
c. Brood grow
Ayam dipelihara dalam kandang yang sama, sejak ayam dipelihara
umur satu hari sampai akhir bertelur. Kepadatan kandang dapat

4
mempengaruhi pertumbuhan yang baik. Bila kandang telah padat
umumnya menyebabkan pertumbuhan yang lambat. Kanibalisme
efisiensi penggunaan ransum rendah, luas tempat pakan, tempat air
minum, luas lantai perelor dipengaruhi oleh tipe lantai kandang, besar
badan ayam, temperatur lingkungan, ventilasi kandang dan perlengkapan
kandang.
8. Pindah kandang
Ketika umur ayam telah mencapai 6-8 minggu dilakukan pemindahan
kandang baterai (kandang peremajaan) setiap kotak di isi 3 atau 4 ekor
ayam, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam mengontrol ternak dan
program pencahayaan yang sesuai, agar tidak terjadi kematangan sistem
reproduksi ternak dini.
9. Pemberian obat
Ketika ternak memunculkan ciri-ciri gejala kurang sehat maka peternak
harus segera menanganinya sebelum menyebar keternak lain dengan
memberikan obat sesuai dengan jenis penyakit misalnya ketika ayam
terjangkit penyakit berak hijau maka segera diberikan obat dengan jenis
TETRACIDOR.
10. Pencucian Pipa (Tempat Air Minum)
Cuci pipa dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) pada pelaksanaannya
sebelum pencucian pipa terlebih dahulu isi tempat pakan agar debu kapan
tidak masuk kedalam air minum.
11. Meratakan Pakan
Peralatan pakan dilakukan agar pakan tidak berjamur dan ketika ayam
hanya mematuk dibagian itu terus sampaai habis maka memukinkan ayam
malas makan ketika tempat yang disukainya pakannya sudah habis.
Peralatan pakan juga dilakukan untuk memacu konsumsi pakan karena
ayam suka pakan yang baru dan ketika sudah diratakan pakan tersebut
terlihat baru.

5
12. Panen Telur
a. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yg
diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dlm sehari. Hal ini
bertujuan agar kerusakan isi tlur yg disebabkan oleh virus dpt
terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul
10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga
(terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-
16.00.
b. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yg dpt dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur
adalah daging dari ayam yg telah tua (afkir) & kotoran yg dpt dijual utk
dijadikan pupuk kandang.
c. Pengumpulan
Telur yg telah dihasilkan diambil & diletakkan di atas egg tray
(nampan telur). dlm pengambilan & pengumpulan telur, petugas
pengambil harus langsung memisahkan antara telur yg normal dgn yg
abnormal. Telur normal adalah telur yg oval, bersih & kulitnya mulus
serta beratnya 57,6 gram dgn volume sebesar 63 cc. Telur yg abnormal
misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting,
bentuknya lonjong.
d. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yg kotor karena terkena
litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yg terkena litter dpt dibersihkan
dgn amplas besi yg halus, dicuci secara khusus atau dgn cairan
pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan utk telur tetas.
13. Pengontrolan pakan dan air minum
Membersihkan tempat air minum, memberikan minum dan memberi
pakan untuk porsi pagi hari, pada siang hari dilakukan perataan pakan pada
tempat pakan dan mengecek ketersediaan air minum setelah ayam diberi

6
makan, maka petugas akan mengumpulkan telur ayam. Pengumpulan
dilakukan 3 kali dalam sehari.
14. Menjaga Kebersihan sekitar kandang
Kebersihan sekitar kandang harus dijaga untuk mengurangi resiko penyakit.
Sampah limbah lainnya harus dibersihkan dan ditampung pada tempat
sampah yang khusus. Hewan asing juga harus dijaga agar tidak masuk
kelokasi peternakan ayam karena dapat membawa sumber penyakit ayam.
15. Penimbangan
Penimbangan dan seleksi bobot badan dilakukan secara teratur satu
minggu sekali dengan mengambil sampai 5-10% dari jumlah seluruh ayam.
Penimbangaan bobot badan pada periode layer dimaksudkan untuk
mengontrol bobot badan. Penimbangan dilakukan sebelum ayam diberi
makan. Dengan menggunakan timbangan gantung (salter) yang berkapasitas
5 kg, dengan cara mengikat kaki pada posisi kepala ayam berada dibawah.
16. Recording (Pencatatan Produksi)
Recording di sini meliputi pencatatan komposisi ransum, kondisi fisik,
kandungan nutrisi, jumlah ransum yang habis, dan ransum yang tersisa.
ransum yang akan diberikan hendaknya selalu ditimbang, sehingga bisa
diketahui jumlah pakan yang habis. Bandingkan jumlah konsumsi ayam per
harinya dengan standar breeder, sehingga performa ayam bisa dipantau
terus-menerus. Data-data ini sangat bermanfaat untuk menghitung jumlah
pengeluaran dan mengevaluasi performa ayam. Contohnya jika suatu saat
konsumsi turun dibarengi dengan produksi telur yang juga turun, maka
peternak bisa mengambil tindakan penanganan sesegera mungkin.
17. Mencampur Obat Untuk Campuran pakan
Sebelum melakukan pencampuran ada baiknya kita mengetahui komposisi
pakan ayam petelur terlebih dahulu, berikut adalah tabel kadar protein,
lemak dan mineral yang dibutuhkan oleh ayam petelu:
Umur Protein Kalsium Lemak Serat Abu Air Pospor
(Minggu) (%) (%) (%) Kasar (%) (%) (%) (%)
0-4 21 - 23 0.9 - 1.1 4-6 5 8 12 0.6 - 0.8
4-8 19 - 21 0.9 - 1.2 4-7 6 8 12 0.7 - 0.9

7
8 -16 15 - 17 0.9 - 1.1 4-7 6 8 12 0.7 - 0.9
16 - 20 17 - 18 2.0 - 2.5 4-7 6 12 12 0.7 - 0.9
>20 16 - 18 3.5 - 4.0 4-7 7 4 12 0.7 - 0.9

Bahan baku yang diperlukan untuk mencampur pakan sendiri untuk


ayam petelur adalah Konsentrat yang mengandung protein kasar berkisar
antara 33%-37% , Jagung dan Bekatul (Dedak)sebagai sumber energi.
Peternak dianjurkan memilih jagung dan katul kualitas yang baik untuk
menunjang keberhasilan produksi telur, jagung merupakan sumber energi
bagi ayam petelur dan juga sumber xantofil dan karotenoid, yangmana
xantofil berguna untuk pembentukan warna kuning telur (egg yolk)
sedangkan karotenoid sebagai penghasil vitamin A yang membantu untuk
memelihara system immune tubuh sebagai bahan antioksidan.
Untuk Katul pilihlah katul yang halus tidak banyak mengandung sekam
atau gabah dan perlu berhati-hati juga dengan kecurangan yang terjadi di
pasaran. kadang sering kita jumpai katul bercampur dengan sekam giling,
onggok, serbuk gergaji dan tepung kapur yang mengakibatkan kadar nutrisi
pakan menjadi menurun.
18. Pengafkiran
Untuk pembelian bibit ayam petelur, kondisinya hampir sama seperti
saat membeli bibit ayam pedaging yaitu pada saat ayam-ayam tersebut baru
saja ditetaskan, atau saat ayam masih berusia 0 tahun, bedanya dengan ayam
pedaging yang sejak baru saja menetes tersebut, bisa langsung produksi.
Tetapi untuk ayam petelur kita tidak bisa langsung menikmati hasil
produksi telurnya, karena untuk mencapai usia produksi, yaitu saat ayam
siap untuk bertelur, maka ayam petelur memerlukan waktu sampai kira-kira
berusia 4 bulan.
Lalu setelah berumur 4 bulan tesebut, atau pada usia ayam menginjak
remaja, maka biasanya ayam petelur akan mulai siap untuk menghasilkan
telur, dan biasanya produksi telur ini akan bertahan hingga mencapai ayam
mencapai umur 20 bulan, dan setelah mencapai umur 20 bulan, maka

8
produksi telur dari ayam-ayam tersebut secara berangsur-angsur akan
menurun, hingga ayam-ayam tersebut dirasa tidak produktif lagi.
Biasanya setelah ayam berusia 20 bulan atau lebih, meskipun telur
yang dihasilkan sudah tidak sebanyak dulu, tetapi ternyata kebutuhan untuk
pakan masih tetap tinggi, maka dari itu jika masih terus dilanjutkan untuk
merawat ayam yang sudah tua ini, dapat dipastikan bahwa para peternak
akan mengalami kerugian.
Karena itu jika sudah mendekati usia afkir tersebut, maka ayam
petelur akan segera dilakukan peremajaan dengan ayam petelur yang lebih
produktif atau dengan ayam yang usianya lebih muda.
19. Sanitasi kandang
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui
kebersihan. Olleh karena itu untukmemperoleh lingkungan yang bersih,
higienis dan sehat tindakan sanitasi harus dilaksanakan dengan teratur.
Memang harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan
peluang yang sangat besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali
virus yang virulensinya tinggi sejak DOC tiba. Keganasan seperti ini hanya
bisa ditekan dengan tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik.
20. Penanganan ayam sakit
EDS 76 merupakan penyakit ayam petelur menyerang pada periode
pertumbuhan dan periode bertelur. Penyakit ini disebabkan oleh
Hemagglutinating adenovirus. Ayam yang terinfeksi akan mengalami
anemia, hal ini terlihat pucat pada vial dan jengger. Penyakit ini
menimbulkan kerugian pada peternak karena tidak tercapai produksi telur..
Ayam yang terinfeksi EDS 76 tidak terlihat gejala yang spesifik. Secara
umum ayam kelihatan sehat, tetapi produksi telur menurun sampai 40%
selama 4-10 minggu.
1) Gejala awal EDS 76 kehilangan warna kerabang pada telur yang
berwarna coklat. Gejala ini diikuti oleh ada telur yang mempunyai
kerabang tipis, kerabang lembek atau tanpa kerabang sama sekali. Telur
dengan kerabang tipis biasanya bertekstur kasar menyerupai kertas pasir

9
atau bergranula pada salah satu ujungnya
Berpengaruh juga penurunan ukuran telur, sedangkan pada infeksi buatan
ukuran telur tetap normal. Ayam yang terinfeksi Hemagglutinating
adenovirus dapat menurunkan viskositas pada putih telur, yaitu putih
telur bagian luar lebih encer menyerupai air, sedangkan putih telur pada
bagian dalam di sekitar kuning telur normal.
Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung dengan unggas lain
seperti itik dan angsa yang terkena virus EDS 76. Beberapa hasil
penelitian menyatakan bahwa itik dan angsa merupakan inang yang baik
bagi virus EDS 76, artinya keberadaan itik dan angsa dapat mempercepat
proses penyebaran EDS 76 ke unggas lain yang belum tertular.
Perpindahan virus EDS 76 juga bisa melalui pemakaian jarum suntik
telah terkontaminasi.
2) Pencegahan penyakit EDS ayam petelur
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara memilih DOC
dari telur yang induknya tidak tertular EDS 76. Hal ini beralasan bahwa
EDS 76 dapat menular secara vertikal yakni melalui telur.
Namun kebanyakan breeder telah memilah virus EDS 76, sehingga
kemungkinan penularan secara vertikal sangat kecil. Penularan secara
horizontal perlu mendapat perhatian peternak. Hal terkait dapat dilakukan
kegiatan penerapan praktek manajemen yang baik.

Praktek manajemen yang baik adalah seperti sanitasi dan desinfeksi yang
ketat. Disamping itu, peternak dianjurkan untuk tidak menggunakan air
minum dari sumber yang pernah tercemar oleh feses atau leleran tubuh
lain dari itik, angsa dan beberapa jenis unggas lain.
Tindakan lain yang dapat dilakukan peternak untuk mencegah meluasnya
EDS 76 adalah dengan melalui vaksinasi. Saat ini vaksin yang tersedia
adalah vaksin killed atau vaksin in aktif yang diberikan pada ayam dara
dalam kurun waktu 3-4 minggu sebelum bertelur atau pada kisaran umur
14-16 minggu.

10
2. Penyakit Infectious Bronchitis ayam petelur
Infectious Bronchitis (IB) penyakit akut pada ayam petelur menyerang saluran
pernafasan ayam dan sangat mudah menular pada ayam dalam satu kelompok atau
antar kelompok lain.

Cirinya adanya ngorok basah akibat ada cairan dalam trachea, batuk dan bersin.
Pada anak ayam terlihat kesulitan bernafas ditandai dengan pernafasan melalui
mulut sedang pada ayam petelur terlihat ada penurunan produksi telur secara
mendadak.

Penyakit IB cukup serius. Hal ini karena IB dapat menimbulkan gangguan


pertumbuhan, penurunan efisiensi pakan dan merupakan salah satu penyakit
kompleks pada saluran pernafasan. Disamping itu, penurunan produksi telur
dalam jumlah dan mutu dan biaya penyembuhan tinggi.

Virus IB dapat menyebar secara cepat dari ayam yang satu ke ayam lain dalam
suatu kandang. Gejala sakit pada ayam yang terinfeksi dapat dilihat dalam waktu
48 jam. Penularan virus IB dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak
langsung. Penularan secara langsung terjadi melalui leleran tubuh atau feses ayam
sakit kepada ayam lain. Penularan juga bisa melalui udara yang telah tercemar
oleh virus IB.

Penularan secara tidak langsung melalui kandang, alat atau perlengkapan


peternakan, tempat telur, kandang bekas ayam sakit, bangkai ayam sakit.

Kejadian IB pada ayam berlangsung cepat, masa inkubasi 18-36 jam, hal ini
tergantung pada dosis virus dan rute infeksi. Infeksi dapat bersifat asimptomatik
dengan gejala gangguan pernafasan atau berhubungan dengan abnormalitas pada
system reproduksi.

Gejala penyakit IB ayam petelur

11
Gejala penyakit IB berbeda setiap tingkatan umur.

Gejala penyakit IB pada anak ayam :

 Batuk, sesak nafas, ngorok dan keluar lendir dari hidung.


 Mata berair diikuti dengan bengkak sinus.
 Anak ayam terkapar lemah dan lesu serta cenderung berkerumun di bawah
pemanas
 Lendir dan eksudat menyerupai keju terkumpul dalam trakea bagian bawah
dan bronki, kondisi ini dapat menimbulkan kematian
 Penyakit berlangsung selama 5-21 hari dengan angka kematian 0-40%.

Gejala penyakit IB ayam petelur dewasa :

 Produksi telur menurun diikuti dengan perubahan bentuk kerabang telur, yakni
kasar dan lembek.
 Kualitas telur jelek.
 Ayam yang tertular pada akhir dari tahun produksi telur sangat menurun,
berlanjut ke peristiwa ganti bulu.
 Membutuhkan waktu panjang untuk proses penyembuhan.
 Pemeriksaan patologi, ditemukan saluran telur mengeras atau sebagian
menutup menunjukkan petelur palsu.
 Berlangsung penyakit berkisar antara 4-10 hari dengan angka kematian 0,5%.

Pencegahan penyakit IB ayam petelur

Dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengamanan biologis dan


pelaksanaan aspek manajemen kandang secara baik. Pembatasan umur dalam satu
blok pemeliharaan diperlukan untuk menghindari penularan virus IB dari
kelompok umur yang lain.

12
Pencegahan efektif adalah dengan program vaksinasi. Program vaksinasi harus
mempertimbangkan 3 titik kritis yakni type vaksin, waktu dan cara vaksinasi.
Terpenting dari ketiganya adalah waktu yang tepat untuk melakukan vaksinasi.

Penyakit ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan ayam lain yang
sakit dan kotoran. Penularan lain melalui ransum, air minum, kandang, tempat
ransum atau tempat minum, peralatan kandang lain yang tercemar, melalui
pengunjung, serangga, burung liar dan angin atau udara yang dapat mencapai
radius 5 Km.

3. Penyakit ND Ayam Petelur


Gejala penyakit ND ayam petelur :

 Pernafasan seperti bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan


ngorok.
 Sayap terkulai, kaki lumpuh jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan) serta
kepala dan leher terpuntir yang merupakan gejala khas penyakit ini.
 Diare warna hijau, jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ayam petelur
produksinya berhenti, kalau sudah sembuh kualitas telur jelek. Warna, bentuk
tidak normal serta putih telur encer.
Hal demikian disebabkan organ reproduksi tidak dapat berfungsi dengan baik.
Umumnya kematian pada anak ayam. Artinya angka kematian lebih tinggi
pada ayam lebih muda dibanding ayam tua.

Pencegahan penyakit ND ayam petelur

Sejauh ini belum ada obat yang efektif dapat menyembuhkan ayam dari
penyakit ini. Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan
dengan tindakan pencegahan melalui program vaksinasi

13
Ada dua jenis vaksin dapat diberikan yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang telah dilemahkan, diantaranya
banyak digunakan adalah strain Lentogenic terutama vaksin Hitchner B-1
dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan kekebalan dalam kurun
waktu lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih dianjurkan dibanding
vaksin inaktif.

Beberapa penyakit tersebut sering menyerang pada usaha budidaya ternak


ayam petelur. Selain faktor penyakit juga dari segi tata laksana peternakan
seperti pembuatan kandang. Kandang ayam petelur ada beberapa pilihan
salah satunya kandang baterai. Lihat juga bagaimana cara membuat kandang
baterai yang baik disini.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


a. Sidrap Sulawesi Selatan
b. 10 Maret 2018 – 10 Juni 2018

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya fase pertumbuhan ras layer ada 5 yaitu :

14
1. Perstater (broder) merupakan pondasi keberhasilan disetiap fase, dengan
kata lain apabila terjadi kegagalan fase ini maka tidak akan bisa lagi
diperbaiki di fase berikutnya (0-10 hari).
2. Merupakan fase dimana terjadi penyusunan kerangkah tubuh dan untuk
pencapaian berat badan standar (1-5 minggu).
3. Merupakan fase dimana pencapaian berat badan standar dan keseragaman
85% (5-16 Minggu).
4. Layer merupakan fase dimana pembentukan folikel telur persiapan masa
laying (16-18 Minggu).
5. Merupaka fase dimana ayam sudah memproduksi telur (18 Minggu –
afkir).

B. Saran
Adapun saran-saran yang bisa diberikan pada kesempatan ini adalah
1. Diharapkan untuk lebih memperhatikan sejauh mana pengetahuan yang kita
dapat.
2. Harapan peserta prakerin kepada pihak sekolah untuk terus bekerja sama
dengan PT. Cahaya Mario
3. Dan bimbingannya ditingkatkan

15

Anda mungkin juga menyukai