Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

FISIOLOGI PERTUMBUHAN TERNAK

“Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler”

Dosen : Prof. Dr. Ir. Luthfi Djauhari M., MSc.

Oleh

Nama : drh. Baluh Medyabrata Atmaja


Nim : 23010119410001

MAGISTER ILMU TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
I. PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan jenis ayam hasil dari budidaya teknologi peternakan yang
memiliki ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan
yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45 hari. Ayam broiler terutama unggas yang
pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya
berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh.
Kelebihan ayam broiler adalah pertambahan bobot badan sangat cepat, dagingnya
empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan relatif
tinggi, hampir sebagian besar dari pakan mampu diubah menjadi daging sedangkan
kelemahannya adalah membutuhkan pemeliharaan yang intensif dan cermat serta relatif lebih
peka terhadap infeksi penyakit.
Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
produktivitas ayam. Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu lingkungan pemeliharaan
menyebabkan terjadinya cekaman panas. Cekaman panas menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuhan ayam broiler. Gangguan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi
pakan dan peningkatan konsumsi air minum selama ayam mengalami cekaman panas.
II. PEMBERIAN RANSUM

Pemberian pakan pada ayam pedaging baik periode starter maupun finisher pada
dasarnya dilakukan dengan metode ad libitum, yaitu metode pemberian pakan dengan cara
ayam makan sepuasnya (selalu tersedia). Berkaitan dengan periode pemeliharaan dan jenis
pakan yang digunakan, pola pemberian pakan pada ayam pedaging dapat dibedakan menjadi :
One feed system, Two feed system dan Three feed system, sebagaimana tertera pada tabel
berikut ini :

Dengan pola pemberian pakan yang berbeda seperti tersebut di atas akan berpengaruh
kepada jenis pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan. Jika mengacu pada pola
pemberian pakan one feed sistem, maka semenjak DOC datang hingga panen menggunakan
pakan starter. Jika mengacu pada pola pemberian pakan two feed sistem, maka selama
pemeliharaan akan menggunakan pakan starter dan grower atau finisher, dan seterusnya.
Penentuan pola pemberian pakan tersebut pada akhirnya tergantung pada keputusan dan
kebijakan peternak masing-masing, dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya.
Konsumsi pakan pada minggu pertama sangat menentukan berat badan di awal
pemeliharaan dan pertumbuhan pada minggu-minggu berikutnya. Pada minggu-minggu
pertama inilah anak ayam (DOC) akan mengembangkan beberapa organ – organ internalnya
seperti paru paru (untuk mengambil oksigen/bernafas), Ampela/empedal/lambung pengunyah
(untuk menghancurkan pakan yang dikonsumsi), hati, pancreas, usus, dan organ-organ sistem
kekebalan.
Untuk mendukung perkembangan organ seperti tersebut di atas harus diupayakan agar
konsumsi pakan standar dapat tercapai yaitu di atas 160 gram. Secara teknis pencapaian
konsumsi pakan (feed intake) standar dapat diupayakan dengan melakukan beberapa
pendekatan : frekuensi pemberian pakan 7 – 9 kali sehari, kebersihan tempat pakan dan minum,
ketercukupan tempat pakan dan minum, tercapainya temperatur ideal dan waktu pelebaran
brooding ring yang tepat
Pemberian pakan pada anak ayam dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
 Untuk anak ayam umur 0-7 hari, pakan ditempatkan di baki (chick feeder tray), sebanyak 2
– 3 genggam per baki. Jika tempat pakan menggunakan kardus bekas DOC, maka jumlahnya
kira-kira 4 – 6 genggam, atau diperkirakan pakan akan habis dalam waktu 2 jam.
 Setelah ayam berumur 7 hari tempat pakan yang digunakan sebagian diganti dengan tempat
pakan yang berbentuk bundar dan digantung (hanging feeder) secara bertahap. Dari 5 buah
tempat pakan 3 diantaranya sudah diganti dengan tempat pakan gantung, hingga pada hari
ke 14 tempat pakan sudah diganti semua dengan tempat pakan gantung. Ketinggian tempat
pakan 2–2,5 cm di atas permukaan punggung ayam.
 Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit bertujuan untuk merangsang nafsu makan
semaksimal mungkin.
 Jika pakan yang tersisa di tempat pakan hanya berupa tepung (sisa pakan), maka pakan harus
segera ditambah (tidak boleh terlambat).
 Sisa pakan yang berupa tepung dikumpulkan menjadi satu dan diayak. (pakan lama hasil
ayakan tidak boleh dicampur dengan pakan yang baru. Tepung hasil ayakan tidak boleh
dibuang ke lantai kandang (ke litter), tapi harus dibakar atau dibuang dibawa keluar jauh
dari kandang.
 Perhatikan bahwa tembolok harus selalu penuh. Saat malam jangan sampai anak ayam
bergerombol (menumpuk) lebih dari 30 ekor di pinggir kandang.
 Jumlah pakan yang dikonsumsi pada minggu pertama akan menentukan berat badan dan
daya tahan tubuh di minggu – minggu berikutnya.

Sedangkan pemberian pakan ayam dewasa harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
 Saat ayam sudah berumur 21 hari dan seterusnya, hindari pemberian pakan pada saat
panas, dengan tujuan untuk mengurangi stres akibat panas.
 Jika pada pukul 11.00 – 14.00 cuaca panas, sebaiknya tembolok ayam berada dalam
keadaan kosong. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tempat pakan sehingga
tidak terjangkau oleh ayam. Pemberian pakan boleh dilakukan kembali bila cuaca dalam
keadaan sejuk (kira-kira mulai pukul 15.00).
 Hindarkan/minimalkan terjadinya pakan yang tercecer di lantai kandang.
III. PERSYARATAN DAN MODEL KANDANG YANG DIGUNAKAN

3.1 Persyaratan Perkandangan :


Lokasi atau letak kandang ayam ras pefaging yang ideal adalah :
1. Lokasi kandang berada di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan atau daerah di
sekitarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya genangan air maupun banjir pada saat
musim hujan.
2. Arah bangunan kandang membujur kearah barat dan timur yakni bagian lebar kandang
berada disebelah barat dan timur dengan tujuan agar kandang memperoleh sinar matahari
cukup banyak, yaitu atap sebelah timur memperoleh sinar matahari sebelum tengah hari dan
atap sebelah barat sesudah tengah matahari.
3. Lokasi kandang dipilih tempat yang teduh tetapi tidak ternaungi oleh pohon dana terkena
sinar matahari pagi serta tidak melawan arah mata angin kencang.
4. Pilih lokasi kandang yang berdekatan dengan sumber air minum. Hal ini penting mengingat
konsumsi air minum bagi ayam broiler sangat tinggi.
5. Sebaiknya lokasi kandang tidak terlalu dekat dengan rumah pemilik tetapi juga tidak terlalu
jauh sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan (kontrol), sebagai acuan jarak
antara rumah pemilik dengan kandang berjarak ± 10 m.
6. Lokasi kandang dipilih tempat yang tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk untuk
menghindari penyebaran polusi udara akibat bau dari kotoran ternak.

3.2 Model Kandang :


Pemilihan model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur
2 minggu atau 1 bulan memakai kandang indukan, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau
3 bulan memakai kandang indukan yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa. Ada beberapa
tipe kandang ayam broiler anatar lain :
1. Tipe panggung, tanpa alas kandang, kotoran langsung jatuh ke tanah.
2. Tipe panggung, dengan menggunakan alas litter.
3. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.

Ukuran kandang yang ideal untuk daerah tropis adalah 8-10 ekor/m2 dengan tinggi
kandang kandang 2,25-2,5 m dan lebar kandang 4- 8 m. Apabila lebih dari angka tersebut, suhu
kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari, sehingga berakibat pada konsumsi
pakan ayam menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan
mudah terserang penyakit, kondisi ini terjadi terutama pada ayam ras pedaging dewasa.
IV. JENIS PENYAKIT YANG SERING DITEMUKAN

Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :


1. Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam
sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang
hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam
berputar-putar yang akhirnya mati. Tindakan pencegahan : ayam yang terserang secepatnya
dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan.
Pengobatan : belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi
kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap
kering.
2. Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus
golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak
tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang
pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung
melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Pengobatan : belum ada obat yang
dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
3. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung
dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai,
mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan
melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat
dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
4. Berak Kapur (Pullorum)
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare
mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur.
Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah
infeksi. Penularan : melalui kotoran. Pengobatan : belum dapat memberikan hasil yang
memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi
kandang. Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan
lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang
kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi
secara rutin dan ventilasi kandang yang baik.
5. Hama Ayam Broiler Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal,
nafsu makan turun, pucat dan kurus. Pengendalian: (1) lakukan sanitasi lingkungan kandang
ayam yang baik dan (2) pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat.
V. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

5.1 Pertumbuhan (data dan uraian tentang konsumsi ransum, bobot badan dan kurva
pertumbuhan)
Tabel 4. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler strain CP 707. Sumber : PT Charoen
Pokphand (2006).

 Konsumsi Ransum
Pakan starter diberikan pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher
diberikan pada waktu ayam berumur empat minggu sampai panen. Konsumsi pakan merupakan
jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Konsumsi pakan tiap ekor
ternak berbeda-beda. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumah makanan yang dimakan oleh
ternak dan bila diberikan ad libitum. Zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan. Besar dan bangsa ayam,
temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi
konsumsi. Bobot badan ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan dan kualitas pakan
dapat mempengaruhi konsumsi.

 Pertambahan Bobot Badan


Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan
bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai
mencapai dewasa. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin,
dan faktor lingkungan. Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan
mengukur pertambahan bobt badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot
badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu.
Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan yang cepat
sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat. Pertambahan bobot badan diperoleh dengan
pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu
misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun.

 Kurva Pertumbuhan

Gambar 1. Pertumbuhan rata-rata bobot hidup (a), karkas tanpa bulu (b), deposisi protein (c)
dan deposisi lemak (d)
Pada masa awal, pertumbuhan ayam berlangsung sangat cepat dan hampir semua
ransum yang terkonsumsi dialokasikan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan ini terjadi karena
broiler mampu mengabsorbsi nutrisi pakan dan mendeposisikannya kedalam tubuh.
Kemampuan penyerapan nutrisi oleh broiler yang diberi pakan dengan kandungan nutrisi yang
sama dalam pendeposisian protein dan lemak (Gambar 1). Bila kita melihat dalam gambar 1
tersebut terlihat bahwa dari umur 1 – 21 hari (fase starter) pertumbuhan bobot badan dan bobot
karkas tanpa bulu antar 2 strain broiler tersebut tidak berbeda jauh, begitu pula dalam
pendeposisian lemak, yang berbeda adalah dalam hal pendeposisian protein. Pada fase starter
ini terlihat percepatan laju pertumbuhan hingga umur 21 hari yang juga disinyalir menjadi titik
infleksi. Selanjutnya saat memasuki umur 22 – 35 hari (fase grower) nampak bahwa laju
pertumbuhan bobot badan menunjukkan perlambatan diiringi dengan laju pendeposisian
protein dan lemak dimana pada usia 35 hari pendeposisian protein mengalami stagnasi
sedangkan lemak masih melaju naik.
Pada fase finisher (umur 36 – 49 hari) berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa
pada umur 36 – 42 hari bisa dikatakan mengalami stagnasi pertumbuhan, yang berlanjut pada
penurunan pertumbuhan dan pendeposisian protein. Berbeda dengan protein, lemak justru tetap
mengalami peningkatan namun peningkatan lemak ini bukan merupakan bagian dari
pertumbuhan.

5.2 Produksi (data dan uraian tentang konsumsi ransum, bobot badan dan FCR)
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, tipe pakan
yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan
suhu lingkungan. Jumlah pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum
atau Feed Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti
jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.
Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan.
Faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi,
kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta
manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor
sosial.
Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat badan.
Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20% untuk pertumbuhan
sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka
dua, maka pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi. Oleh karena itu, ayam broiler
biasanya dipasarkan maksimal pada umur enam minggu.
VI. SIMPULAN

1. Ayam broiler merupakan jenis ayam hasil dari budidaya teknologi peternakan sebagai
penghasil daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45
hari.
2. Pola pemberian pakan pada ayam pedaging dapat dibedakan menjadi : One feed system,
Two feed system dan Three feed system.
3. Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu : Newcastle Disease, Infectious Bursal
Disease, Chronic Respiratory Disease, Pullorum dan Kutu.
4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai