Anda di halaman 1dari 7

Nama : Andi Nurdiansyah

NIM : I2D222005

A. Penetasan telur
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan
mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour)
induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas
biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Penetasan telur ada
dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan
(mesin tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir
telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas mesinnya.
Menetaskan telur dengan alat tetas buatan. Pada cara ini 100% aktivitas
penetasan itu membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak tahu menahu
masalah penetasan. Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas untuk
menetaskan telur tetas melalui aktivitas pengeraman. Selama mengeram hingga anaknya
disapih, ayam atau unggas itu tidak akan bertelur.
Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas
atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu
menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang
sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat
menetas. Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu dengan matahari
dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat sendiri.
Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip
kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari
maupun panas listrik ataulampu teplok.
Mengapa penetasan telur perlu dilakukan ?
Karena ada jenis unggas yang mempunyai naluri atau sifat mengeram sedikit atau
bahkan tidak punya sifat itu seperti itik, ayam arab, dan puyuh. Kalau menggunakan jasa
menthok atau lainnya maka perlu tambahan biaya untuk pemeliharaan menthok tersebut.
Jumlah telur yang mampu dierami induk terbatas sehingga menyulitkan
manajeman pemeliharaan. Jika mempunyai 10 ekor induk. Saat sekarang ada yang
menetas, tiga hari kemudian ada yang menetas lagi, dua minggu ada yang menetas lagi,
bahkan ada yang menetas mungkin satu-dua bulan lagi. Betapa kacaunya model
pemeliharaannya karena harus punya beberapa kandang pembesaran.
Agar produksi dari seekor induk lebih banyak. Hal ini disebabkan umur untuk
berproduksi berkurang dengan adanya sifat mengeram dan mengasuh anak. Sehingga
yang semula seekor induk hanya mampu berproduksi telur hanya 60-75 butir/tahun dapat
meningkat menjadi 100-120 butir/tahun.
Sebagai sarana pencegahan penyakit. karena di dalam proses penetasan buatan
terdapat program penyucihamaan telur dan ruangan mesin tetas dengan desinfektan.
Kalau penyucihamaan dilakukan dengan benar maka dapat memutus jalur penyebaran
penyakit yang merugikan dapat merugikan.
B. Syarat – Syarat Penetasan Telur
Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus
memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Suhu dan perkembangan embrio
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C)
dan akan berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C), sesudah telur
diletakan dalam alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung
dan embrio akan terus berkembang sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa
suhu ruang penetasan harus sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu
yang diperlakukan untuk penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit
berbeda dengan suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari
pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu ruang penetasan antara99 –
1000F (35 – 41,110C), sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas,
sebaiknya suhu diturunkan sekitar 2 – 30F (0,55 – 1,110C). Adapun suhu yang umum
untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 101 – 1050F (38,33 – 40,550C) atau rata –
rata sekitar 100,40F. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang
diinginkan.
2. Kelembapan dalam induk buatan
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban nisbi yang umum untuk
penetasan telur ayam sekitar 60 – 70 %. Kelembaban juga mempengaruhi proses
metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembaban nisbi terlalutinggi,
perpindahan Ca dari kerabang ketulang – tulang dalamperkembangan embrio lebih
banyak. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan
diperoleh pada kelembaban nisbi mendekati 60%.
Mulai hari pertama hiungga hari kedelapan belas kelembaban nisbi yang
diperlukan sebesar 60%, sedangkan untuk hari – hari berikutnya diperlukan 70%.
Biasanya, kelembaban dapat diatur dengan memberikan air kedalam mesin tetas
dengan cara meletakannya dalam wadah ceper.
3. Ventilasi
Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) melalui pori – pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin
tetas harus cukup tersedia oksigen.
Jika kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
akan mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian kadar karbondioksida akan
meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar oksigen menurun sekitar 0,5%. Peningkatan
kadar karbondioksida yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya
teteas telur. Jika kadar karbondioksida meningkat 1%, maka kematian embrio dapat
meningkat. Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%, embrio akan mati sebelum
menetas. Penigkatan kadar karbondioksida yang masih diperbolehkan adalah sebesar
0,5 – 0,8%, dengan kadar optimum 0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981),
perimbangan udara dalam mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5% gas
CO2 dan 21% O2.
Jangka waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing – masing spesies
unggas berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan, semakin besar ukuran tubuh dari
masing – masing spesies semakin besar pula ukuran telurnya dan semakin lama
jangka waktu yang diperlukan untuk menetaskan telurnya. Jangka waktu yang
diperlukan untuk penetasan telur pada masing – masing spesie dapat dilihat pada tabel
berikut :

Spesies Periode penetasan


(hari)

Ostrich 42

Angsa 35

Itik manila 35

Kalkun 35

Itik 28

Puyuh bobwhite 24

Ayam 21

Puyuh Jepang 17

Burung merpati 17

Sumber. (Sukardi, 1999).

C. Tata laksana Penetasan Telur
Keberhasilan penetasan telur sangat tergantung pada manajemen penetasan. Hal –
hal yang perlu diperhatikan pada tatalaksana penetasan adalah :
1. Sesuai dengan kegunaannya, telur dibedakan menjadi dua macam, yaitu telur
Konsumsi dan telur tetas. Telur konsumsi umumnya berasal dari unggas yang
tidak dikawinkan, sehingga didalamnya tidak terkandung embrio (infertil). Jika
telur tersebut dierami, maka telur tersebut tidak dapat menetas, telur tetas adalah
telur yang berasal dari induk yang dikawinkan, sehingga Pemilihan telur
didalamnya terdapat embrio yang dapat berkembang bila kondisi lingkungannya
sesuai. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teluryang akan ditetaskan
adalah :
a. Asal telur ; telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang
dikawinkan.
b. Besar telu ; telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya
tetas yang rendah. Disamping itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi
positif dengan bobot tetas, sehingga telur yang kecil akan menghasilkan bobot
tetas yang kecil, demikian pula sebaliknya.
c. Bentuk telur ; telur mempunyai bentuk oval (bulat telur) dengan dua ujung
yaitu ujung tumpul dan ujung lancip. Telur yang normal memiliki indeks telur
sekitar 74%.
d. Kerabang telur ; kerabang telur disamping penting sebagai sumber mineral
untuk pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan
fisik serta mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur
sehingga daya tetasnya rendah.
2. Fumigasi
Telur yang baru diambil dari kandang telah tercemar mikroba yang
populasinya tergantung pada tingkat kebersihan telur. Fumigasi merupakan upaya
untuk membasmi mikroba tersebut. Fumigasi dengan menggunakan gas
formaldehyde digunakan secara luas pada perusahaan penetasan telur, karena
disamping mudah dilakukan, gas tersebut mempunytai daya basmi terhadap
mikroba yang tinggi ( Sukardi, 1999).
Persiapan penetasan
Dengan melakukan sanitasi / membersihkan mesin tetas dari segala kotoran,
kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan KMnO4 dan Formalin 40%,
dengan perbandingan untuk 1 m³ diperlukan KMnO4 6 gram dan Formalin 40% 12
ml.
 Wadah/bak air diisi dengan air hangat-hangat kuku (38,5ºC), setelah itu bak
air dimasukkan dalam mesin tetas.
 Hidupkan mesin tetas dan stabilkan suhu dalam mesin tetas hingga
mendapatkan suhu yang konstan pada skala 101ºF. Cara mengatur suhu
dengan merubah kedudukan skrup termostat, apabila suhu belum mencapai
101ºF lampu sudah mati maka skrup pada termostat diputar ke kiri sampai
menyala, atau sebaliknya apabila suhu sudah mencapai 101ºF tetapi lampu
belum mati maka skrup pada termostat diputar ke kanan sampai lampu mati.
Pekerjaan ini di ulang-ulang hingga diperoleh suhu 101ºF, kemudian tunggu
selama 24 jam, apabila sudah tidak berubah lagi maka mesin tetas sudah
siap digunakan.
 Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan
45 derajat, dan bagian ujung tumpul berada diatas.
 Penambahan kelembaban, untuk telur itik perlu dilakukan penambahan
kelembaban dengan pengabutan air pada telur maupun dalam mesin atau
telur di basahi dengan air hangat dilakukan setiap pembalikan telur.
Penanganan DOC
Setelah DOC menetas mencapai umur satu hari, DOC dipindahkan ke
kandang box dan diberi pemanas sebagai ganti induk itik dan diberi pakan starter,
pemeliharaan selanjutnya seperti memelihara itik unggas pada umumnya, untuk itik
seyogyanya pemberian pakan dicampur air (sedikit basah).
D. Faktor yang mempengaruhi Penetasan.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus
selama proses penetasan berlangsung adalah:
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan
sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses
penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu
pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas
yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC), untuk menjaga kestabilan
suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan
mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan berlangsung
tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25
hari adalah yang ideal antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai
menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu 75%.
3. 3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama
penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
c. Mengatur ventilasi mesin tetas.
d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada
permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada
salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi
telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang
bawah diputar menjadi diatas, apabila telur diberdirikan bagian yang tumpul harus
diatas.
5. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan
embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama
penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25.

Anda mungkin juga menyukai