Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRODUKSI TERNAK UNGGAS

PENETASAN TELUR

Disusun oleh :
Kelompok 7

Delvinki Oksanta A 24032121026


Hadad Hidayat 24032121027

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelasaikan Tugas Makalah Produksi
Ternak Unggas yang berjudul “Pentasan Telur.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusun maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Garut, 20 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
2.1. Penetasan Telur ................................................................................... 6
2.2. Syarat – Syarat Penetasan Telur ......................................................... 7
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Penetasan ............................................. 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 10


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio
sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut
dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila
tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur
konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya
untuk dikonsumsi saja. Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang
menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung
puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas yang
akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami telur pada unggas
itu telah muncul. Misalnya pada ayam buras, sifat mengerami telur tampak jelas sekali.
Pada saat sifat ini muncul, ayam buras tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan
ayam ras yang sifat mengeramnya dapat diatur atau dihilangkan dari induknya.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat
tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang
dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan
telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu
hampir bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh
tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya
dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini,
dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas
ini.

4
5

1.2 Rumusan masalah


Permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan penetasan telur ?
2. Bagaimana cara penetasan telur yang baik ?
3. Bagaimana faktor penetasan telur ?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu penetasan telur
2. Mengetahui syarat penetasan telur yang baik
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur
5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penetasan Telur

Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan
mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
(behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan
populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi.
Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami
(induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas). Kapasitas produksi unggas
sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas
sangat bervariasi tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100 butir telur).
1. Meneteskan telur dengan induk ayam
Pengeraman telur secara alami (dengan induk ayam) untuk memeperbanyak
populasi telah dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam. Saat itu belum ada alat
pengganti induk ayam. Semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada induk
ayam itu sendiri.
Yang perlu disiapkan untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang kelak
akan menghasilkan individu baru. Tempat penetasan ini biasa disebut sarang atau
sangkar. Alasnya terbuat dari rumput atau jerami yang bersih dan lembut. Biasanya
induk akan membuat sendiri sarangnya dengan menggunakan naluri kehewanan nya
dan dapat menentukan baik tidaknya sarang yang telah dibuatnya. Bila hal ini
diabaikan, kegagalan penetasan menjadi lebih besar.
Saat ini campur tangan manusia dalam pembuatan sangkar telah dilakukan,
terutama pada induk ayam yang baru belajar mengerami telurnya (Paimin, 2000).
Penetasan telur secara alami mudah dilakukan karena pengeraman telur sepenuhnya
diserahkan pada induknya sehingga tidak memerlukan pengetahuan khusus, tidak
memerlukan peralatan khusus serta tidak ada ketergantungan terhadap tersedianya
sumber panas. Akan tetapi, kejelekan dari penetasan alami diantaranya adalah

6
7

kapasitasnya kecil, selama mengerami telurnya tidak berproduksi telur serta


memudahkan penularan penyakit dari induk kepada yang baru menetas (Sukardi,
1999).
2. Menetaskan telur dengan alat buatan
Berbeda dengan cara pertama, maka pada cara kedua ini 100% aktivitas
penetasan itu membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak tahu menahu
masalah penetasan. Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas untuk
menetaskan telur tetas melalui aktivitas pengeraman. Selama mengeram hingga
anaknya disapih, ayam atau unggas itu tidak akan bertelur (Rasyaf, 1990).
Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas
atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu
menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang
sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat
menetas (Sukardi, 1999). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu
dengan matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat
kita buat sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas
yang prinsip kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas
matahari maupun panas listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).

2.2 Syarat – Syarat penetasan telur


Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus
memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Suhu dan perkembangan embrio
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C)
dan akan berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C), sesudah telur
diletakan dalam alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung
dan embrio akan terus berkembang sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa
suhu ruang penetasan harus sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu
yang diperlakukan untuk penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit
8

berbeda dengan suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari
pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu ruang penetasan antara99 –
1000F (35 – 41,110C), sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas,
sebaiknya suhu diturunkan sekitar 2 – 30F (0,55 – 1,110C). Adapun suhu yang umum
untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 101 – 1050F (38,33 – 40,550C) atau rata –
rata sekitar 100,40F. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang
diinginkan.
2. Kelembapan dalam induk buatan
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban nisbi yang umum untuk
penetasan telur ayam sekitar 60 – 70 %. Kelembaban juga mempengaruhi proses
metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembaban nisbi terlalutinggi,
perpindahan Ca dari kerabang ketulang – tulang dalamperkembangan embrio lebih
banyak. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan
diperoleh pada kelembaban nisbi mendekati 60%.
Mulai hari pertama hiungga hari kedelapan belas kelembaban nisbi yang
diperlukan sebesar 60%, sedangkan untuk hari – hari berikutnya diperlukan 70%.
Biasanya, kelembaban dapat diatur dengan memberikan air kedalam mesin tetas
dengan cara meletakannya dalam wadah ceper.

2.3 Faktor yang mempengaruhi penetasan


Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus
selama proses penetasan berlangsung adalah :
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan
sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses
penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu pijar
terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas yang
9

dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC), untuk menjaga kestabilan suhu
digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam
ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan
berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1
hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai
menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu 75%.
3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator
selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
c. Mengatur ventilasi mesin tetas.
d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata
pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada
salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur
dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah
diputar menjadi diatas, apabila telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
5. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau
perkembangan embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali
selama penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimulan
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan
mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
(behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Syarat – syarat
penetasan telur : suhu dan perkembangan embrio, kelembapan dalam induk buatan
dan ventilasi.Tata laksana meliputi pemilihan telur dan fumigasi.
Faktor yang mempengaruhi Penetasan yaitu :
- Sumber panas,
- Air,
- Operator,
- Pemutaran telur,
- Peneropongan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gatot, 2009. Penetasan Telur.http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-


telur.html. diakses tanggal 5 Mei 2012.

Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur


Unggas.http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-
penetasan-telur-unggas/. Diakses tanggal 25 Mei 2012.

Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.

Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED.


Purwokerto

http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/05/penetasan-telur.html. diakses tanggal


5 Desember 2013.

11

Anda mungkin juga menyukai