Disusun oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Reproduksi dan
Inseminasi Buatan yang berjudul “Metode Penampungan Semen” ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangandan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan sangat kami harapkan. Yang
dapat bermanfaat dan bersifat membangun bagi kami sehingga makalah ini dapat
dilakukan perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
baik penulis maupun pembaca dalam konteks menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................7
3.2 Saran.....................................................................................................................7
Daftar Pustaka............................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Metode perkawinan pada hewan ternak dibagi menjadi dua, yaitu perkawinan
yang terjadi secara alami dimana pencurahan langsung semen ternak jantan kepada
organ reproduksi betina dengan menaiki ternak betina yang sedang berahi dan
perkawinan yang dilakukan dengan bantuan manusia yang disebut dengan Inseminasi
Buatan (IB) atau lebih dikenal dengan kawin suntik. Inseminasi Buatan (IB)
didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina
dengan menggunakan alat inseminasi yang disebut insemination gun. Prosesnya
secara luas mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen
sampai pada deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina (Hafez, and M.E.
Bellin, 2000).
Baik kawin alam maupun Inseminasi Buatan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Inseminasi Buatan dinilai lebih praktis karena seekor pejantan
memungkinkan untuk mengawini lebih banyak ternak betina dari yang dilakukannya
pada saat kawin alam. Selain itu Inseminasi Buatan mampu mengatasi permasalahan
jarak dan waktu sehingga potensi genetik seekor pejantan unggul dapat tersebar ke
berbagai wilayah. Sebagaimanan Sugoro, I (2009) menyatakan bahwa melalui
teknologi IB potensi genetik pejantan unggul dapat tersebar luas, tidak hanya pada
daerah tempat pejantan itu berada tetapi juga daerah lainnya yang terpisah jarak dan
waktu.
Sehingga semen yang digunakan harus berkualitas yang didapatkan dari pejantan
unggul yang telah diseleksi. Untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang baik
dan sesuai yang diinginkan maka penampungan atau koleksi semen harus dilakukan
dengan baik juga. Diutamakan dilakukan oleh kolektor yang berpengalaman dan
terlatih untuk mendapatkan hasil yang optimal.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penampungan semen atau koleksi semen adalah suatau upaya yang dilakukan
oleh kolektor untuk mendapatkan semen dari seekor pejantan dengan sengaja.
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan.
Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolisme, keturunan, makanan,
umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal
adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung,
cuaca, saranan penampungan termasuk teaster dll (Sufyanhadi, 2012). Maka untuk
mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan memperhatikan
perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya.
Ada tiga metode yang digunakan dalam melakukan penampungan semen, yaitu:
3
2. Vagina Buatan
4
Cara Penampungan :
Untuk mendapatkan semen yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik, perlu
dibuat rangsangan pada sapi jantan yang akan ditampung dengan melakukan
pengekangan terhadap pejantan, dengan jalan membawa pejantan itu mendekati hewan
pemancing lalu membawanya pergi lagi. Membiarkan pejantan itu menaiki hewan
pemancing tetapi tidak ditampung semennya. Pengekangan ini disebut false mount.
Satu false mount meninggikan konsentrasi sperma 50 % dan dua false mount
menyebabkan peninggian konsentrasi dua kali lipat konsentrasi sperma yang diperoleh
tanpa pengekangan (Hale Dan Almquist, 1960 ) Rangsangan ini dapat diulangi satu
atau dua kali.
Pada penunggangan berikutnya baru ditampung semennya.Untuk
mempertahankan libido pemancing harus diganti-ganti (Toelihere,1985) . Pada saat
penampungan, penampung berdiri di samping kanan, memegang vagina buatan pada
tangan kanan dan mengarahkannya kira-kira 45° ke atas pada garis horizontal
pemancing. Penampung harus sabar menunggu pejantan ereksi dan menaiki pemancing.
Waktu untuk menampung harus tepat. Hal ini dapat diperoleh karena pengalaman atau
kebiasaan. Sesudah pejantan berereksi secara sempurna dan menaiki pemancing pada
saat itulah dilakukan penampungan. Dengan telapak tangan kiri yang mengarah ke atas,
preputium digenggam dan penis yang ereksi ditarik kesamping ke arah vagina buatan.
Penis itu sendiri tidak boleh digenggam dan tersentuh karena dapat
menyebabkan pejantan menarik kembali penis ke dalam preputium dan turun kembali,
tetapi kadang-kadang dapat terjadi ejakulasi sebelum penis memasuki vagina buatan.
Ujung penis dikenakan ke mulut vagina buatan. Pejantan harus dibiarkan mendorong
sendiri penisnya ke dalam vagina buatan, karena gerakan ini yang berupa gesekan perlu
untuk ejakulasi. Apabila penampung yang mendorong vagina buatan menutupi penis
yang ereksi, maka kebanyakan pejantan tidak mau berejakulasi .
Ejakulasi ditandai dengan adanya suatu dorongan tiba-tiba ke depan dan
kaki-kaki belakang pejantan terangkat seolah-olah hendak melompati betina. Sesudah
ejakulasi, pejantan bergerak turun dan vagina buatan ditarik perlahan-lahan ke depan.
Setelah penis terlepas ke luar, vagina buatan segera dibalikkan vertical dengan tabung
penampung berada di bawah, lalu lubang ventilasi udara dibuka sedikit. Atau bisa juga
vagina buatan diputar perlahan-lahan membentuk angka 8 supaya semen yang
tertampung dapat turun dan masuk ke dalam tabung penampung . Setelah kira-kira
5
semua semen turun ke dalam tabung penampung, maka tabung penampung dilepas dari
ekor corong karet dan ditutup . Lalu disimpan dalam termos berisi air hangat 37°C.
Semen ini siap dibawa ke laboratorium untuk dievaluasi .
3. Elektroejakulator
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan
dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan
penampungan dengan menggunakan alat ini. Perbedaan utama dari penampungan
vagina buatan adalah volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua
kali lipat lebih besar dari vagina buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya.
Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat dilakukan dengan membuang bagian
yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar setelah dirangsang, kemudian
rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan semen dengan densitas
yang baik.
6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Penampungan semen merupakan cara koleksi semen yang bertujuan untuk
memperoleh lebih banyak volume semen dengan kualitas baik dan nantinya
semen tersebut bisa diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Ada
3 metode dalam penampungan semen yaitu metode pengurutan (Masase), vagina
buatan, dan elektro ejakulator.
3.2 Saran
Dalam proses penampungan semen, keahlian dan pengalaman sangat
dibutuhkan karena untuk menghindari cidera/luka pada ternak maupun kolektor.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ariefin Ade Prasetyo, Taswin R. Tagama dan Dadang M Saleh. 2013. Kualitas Semen
Segar Sapi Simmental yang Dikoleksi Dengan Interval yang Berbeda di Balai
Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907