DISUSUN OLEH :
Chaerul Gunawan (60700120043)
Kelas : B
Mata Kuliah : Ilmu Reproduksi Ternak
Dosen Pengampu : Muh. Arsan Jamili, S.Pt., M.Si.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Megetahui dan Maha Bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat-Nya degan suri tauladan-Nya yang baik.
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan
dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang Ilmu Fertilisasi Hingga Proses Kelahiran, semua
ini dirangkup agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah dipahami,
lebih singkat, dan akurat.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk menjadi
lebih sempurna lagi kami membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada kami demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi masyarakat terutama Mahasiswa/i
yang ingin memperluas dan memperdalam pemahamannya mengenai Ilmu
Fertilisasi Hingga Proses Kelahiran.
Terima kasih.
Makassar, 08 Juli 2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB VI PENUTUP............................................................................................... 59
ii
A. Kesimpulan.................................................................................................. 59
B. Saran............................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang dilakukan oleh petani peternak. Umumnya kemampuan ternak untuk
menghasilkan keturunan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu ternak jantan, betina
dan manusia serta lingkungan. Manusia sebagai pengelolah yang sangat
menentukan dalam meningkatkan produktivitas ternak. Ketiga faktor ini
berkaitan erat dalam mengembangbiakan ternak dalam memilih pejantan dan
betina produktif untuk mempengaruhi fertilitas atau kesuburan ternak.
Apabila salah satu faktor tersebut di atas tidak diperhatikan maka akan dapat
menimbulkan kegagalan dalam meningkatkan produktivitas ternak
(Toelihere,1987; Hafez, 2008).
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
3
BAB II
4
merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih.
Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah
permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu
parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma
ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak
sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-
pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal),
tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex
cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-
sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar
dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone
gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone
(FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding
protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang
testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya
hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat
testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan
tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran
kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
5
Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari
persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi
urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapid
an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks
antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis
dengan ciran sekresi darikelnjarkelenjar tambahan dalam urethra
yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan
babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba.
Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa)
spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa.
b) Penis Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan,
membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian
dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada
ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi
penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S”
(sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total
dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda
mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging
licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk
memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam
tubuh kembali.
c) Skrotum dan kauda spermatikus Scrotum, adalah sebuah
kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah
inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua
paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal
yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar
sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang
bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari
beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu
dan kelenjar keringat di dalamnya. Lapisan kedua adalah tunika
dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit kecuali pada
bagian dorsal dari kantong skrotum.
6
d) Epididimis Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar
dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada
permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis.
Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala),
corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis,
nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran
kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran.
c. Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang
bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –
saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra.
Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular,
kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar
cowper. Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi
volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar
– kelenjar tambahan ini mengandung sebuah larutan buffers, zat –
zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan
fertlitas.
a) Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar
seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai
lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur,
berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa
jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15
cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular
pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari
yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar
vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm.
saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat
bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular
memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari
semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama
sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung
beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai
7
pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh.
Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah
fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi
spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan
babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga
mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate
buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen
agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal
ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
b) Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal
yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian
posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan
kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa,
pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada
domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra.
Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun
pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak
yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa
setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana
substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate
mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan
Mg semuanya dalam larutan.
c) Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri
sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan
titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai
ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit
keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi
terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum.
Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi,
sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine
yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini
dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat
8
sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan
sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini
dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam
inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan –
gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah
membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju
kedalam vagina dari babi betina.
2. Sapi Betina
9
Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai yang
berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh
ovarium. Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu
ujungnya menempel pada ovarium sehinga pada saat ovulasi dapat
menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati
ovum menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh
fimbria, kemudian menuju ampula yaitu bagian oviduct yang kedua,
di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan
menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula
merupakan setengah dari panjang oviduct. Ampula bersambung
dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus. Bagian yang
membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich
junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu
(tanduk) sehingga di antara keduanya dibatasi oleh utero tubal
junction.
c. Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk
menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus
digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang
bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding
uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium,
lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut
perimetrium. Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah
cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu uteri ini jumlahnya ada 2 dan
persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri merupakan
bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini
memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan
bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagai tempat
perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri
terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau
leher uterus.
d. Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan
sebagai pintu masuk ke dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot
10
daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang terbentuk dari gelang
penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus
dan kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan
pada spermatozoa menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya
sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup
dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum
kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus
dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and
Bade, 1998). Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus
sehingga menutup kemungkinan untuk masuknya mikroorganisme
ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.
e. Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam
pelvis di antara uterus dan vulva. Vagina memiliki membran mukosa
disebut epitel squamosa berstrata yang tidak berkelenjar tetapi pada
sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa
sel mukosa yang berdekatan dengan cervix. Vagina terdiri dari 2
bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang
kedua adalah portio vaginalis cervixis yang letaknya dari batas
antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan portio vaginalis
cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.
Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma
dideposisikan; berperan sebagai saluran keluarnya sekresi cervix,
uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan saat proses beranak.
Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada
waktunya.
f. Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva
terdiri dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian
dalamnya disebut labia minora. Labia minora homolog dengan
preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog
dengan skrotum pada hewan jantan. Pertautan antara vagina dan
11
vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu pematang
pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial.
Himen tersebut rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan
menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir
ke dalamnya.
g. Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog
dengan gland penis pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral
sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar
badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang
tertutup oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga
mengandung saraf perasa yang berperan pada saat kopulasi. Klitoris
akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris
ini membantu dalam perkawinan.
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel
yang bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau
jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat menolong
mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh. Hormon dapat memberikan
efeknya pada struktur-struktur target dengan cara :
12
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar
endokrin dan disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal
yang dituju atau ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya
dengan sistem tubuh lainnya, sistem reproduksi juga mempunyai hormon
yang memberikan efek dan fungsi dalam perkembangannya.
D. Hormon-Hormon Reproduksi
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar
13
Ovarium, Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan
oleh empat kelenjar tersebut, antara lain :
14
bolisme tubuh, memperpanajang daya hidup spermatozoa dalam saluran
kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.
Hormon Pertumbuhan / Growth Hormone (GH). Hormon pertumbuhan
(Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar hipofisa. Fungsinya antara lain
mengendalikan pertumbuhan & perkembangan, meningkatkan
pembentukan protein, mendorong pertumbuhan umum tubuh,
mempercepat sintesa protein.
Hormon Prostaglandin (PGF2α) Dihasilkan di endometrium dari uterus.
15
Hormone (LTH) laktasi
Neurohipofisis Oksitosin Kontraksi uterus,
kelahiran, penurunan (let
down) susu
Testis Testosteron Spermatogenesis,
mempertahankan sistem
kelamin jantan dan sifat-
sifat kelamin sekunder,
kelakuan kelamin jantan.
Ovarium Estrogen/estradiol Mempertahankan sistem
saluran kelamin betina dan
sifat-sifat kelamin
sekunder, tanda-tanda
birahi/ekstrus, kelakuan
kelamin betina, stimulasi
kelenjar susu, mobilisasi
Ca, dan lemak pada
unggas
Progesteron Implantasi,
mempertahankan
kebuntingan, stimulasi
kelenjar susu
Relaxin Relaksasi serviks uteri,
kontraksi uterus,
pemisahan simfisis pubis
Plasenta Human Chorionic Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
16
Prostaglandin Luteolisis (melisiskan
korpus luteum)
17
Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)
Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang
dikenal sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-
hormon, seperti Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin
juga disekresikan oleh kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan
penyebaran melanin sedangkan Vasopressin mempengaruhi tekanan darah
dan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon-Hormon gonadotropin
18
Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir
pematangan folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH
menyebabkan ovulasi dengan menggertak pemecahan dinding sel dan
pelepasan ovum. FSH dan LH bersifat sinergistik dalam pengaruhnya
terhadap gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang
berimbang sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari
berbagai jenis hewan.
Oksitosin
Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina
sebagai organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-
hormon kelamin jantan dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet
atau sel-sel kelamin. Pada umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi
mempertahankan organ-organ kelamin pelengkap dan sifat-sifat kelamin
sekunder
19
a. Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis
kedalam skrotum pada fetus yang baru lahir,
b. Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari praeputium,
serta pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,
c. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin untuk
menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,
d. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta
ejakulasi,
e. Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan
jantan, misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada
pinggul, jengger ayam dan perubahan suara,
f. Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli
eferentes, epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,
g. Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan
spermatozoa didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang
umur sperma di dalam epididimis, dan
h. Aktifitas metabolik terhadap protein.
20
sulit dipisahkan dari hormon-hormon lsin seperti estrogen. Hal ini disebabkan
progesteron secara normal bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid
lainnya yang menghasilkan hanya sedikit pengaruh khusus jika berdiri
sendiri. Beberapa pengaruh progesteron dapat disebut sebagai berikut:
21
Hormon-hormon plasenta
Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan
tikus. Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia
telah banyak dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon
gonadotropin. Pada kuda, hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-
mangkok endometrium uterus kuda bunting kira-kira 40 sampai 120 hari
masa kebuntingan dan tidak diekskresikan melalui urin tetapi terdapat dalam
konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga disebut Pregnant Mare Serum
Gonadotrophin ( PMSG).
Hormon-hormon uterus
Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena
fisiologik seperti kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran
gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi, kelahiran dan turun susu,
menstimulasi kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus luteum.
22
Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan.
Pada sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi
kebuntingan walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing
parathreoidectomi menimulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan
berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi
kalsium pada tulang.
Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang terjadi
secara otomatis, seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu
tuuh, tingkah laku kawin, serta aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus
merupakan pusat pengolahan dan integrasi informasi yang diterima kemudian
menterjemahkan kepada neurohumoral untuk memberikan respon secara
fisiologis.
23
dalamnya, sedangkan LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan
hormon progesteron tepatnya pada corpus luteum.
24
dihasilkan oleh tubulus seminiferus akan semakin meningkat, disinilah
peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus dalam
menghasilkan spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA
(hipofisa anterior).
25
BAB III
PROSES FERTILISASI
26
biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai pembentukan membran
zigot didalam uterus (Toelihere, 1985).
27
ribuan juta, tetapi yang berhasil sampai ke tempat pembuahan relatif
sedikit, mungkin tidak sampai lebih dari 1000 sel spermatozoa.
Sel telur yang telah dibuahi ini disebut zigot yang segera mengala-
mi proses pembelahan menjadi embrio. Proses pembuahan ini
memerlukan waktu 12 jam pada kelinci, 16-21 jam pada domba, 20-24
jam pada sapi dan sekitar 36 jam. Untuk masuk kedalam sel telur, sel
sperma pertama-tama harus melewati : sel-sel kumulus oophorus bila
masih ada, menembus zona pellusida, selanjutnya selaput (membrana)
vitellin. Sel-sel kumulus dapat dilewati oleh pergerakan sel spermatozoa
sendiri, dan dibantu oleh enzim hyaluronidase untuk melarutkan asam
hyaluronik pada Cumulus oophorus. Enzim tersebut mendepolimerisasi
asam hyaluron-protein. Hambatan selanjutnya adalah zona pellusida,
penembusan ke dalam zona pellusida disebabkan karena sel spermatozoa
memiliki enzim, yang disebut zonalisin. Enzim ini telah diketemukan
pada babi. Sel telur bulu babi, menghasilkan fertisin, bahan ini bereaksi
28
dengan antrif ertilisin yang dihasilkan oleh sel spermatozoa. Reaksi dari
kedua bahan ini menyebabkan sel spermatozoa melekat dengan zona
pellusida dan menembusnya. Setelah menembus lapisan-lapisan tersebut
akrosoma yang telah menjadi longgar selama kapasitasi akhirnya hilang
dan membentuk perforatorium. Mungkin aktivitas suatu enzim tertentu
berhubungan dengan perforatorium yang memungkinkan penerobosan
zona pellusida. Fase terakhir penetrasi sel telur, meliputi pertautan kepala
sel spermatozoa ke permukaan vitellin. Periode ini sangat penting karena
pada saat inilah terjadi aktivasi ovum, yang terangsang oleh pendekatan
sel spermatozoa, sel telur bangkit dari keadaan tidurnya dan terjadilah
perkembangan. Kepala sel spermatozoa dan pada beberapa species juga
ekor dari sel spermatozoa memasuki sel telur. Membran plasma sel
spermatozoa dan sel telur pecah kemudiaan bersatu membentuk selubung
bersama. Sebagai akibatnya, sperma memasuki vitellin dan selubung dari
sel spermatozoa tersebut bertaut pada membran vitellin. Pada alternatif
lain, membran plasma sel spermatozoa dapat pecah kemudian kepala sel
spermatozoa yang telanjang memasuki sel telur.
29
Lamanya fertilisasi jumlah interval waktu dari penetrasi sel
spermatozoa sampai waktu cleavage pertama tidak diketahui secara pasti
pada ternak, kemungkinan besar tidak lebih dari 24 jam. Lama
pembuahan dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan sejak dimulai
masuknya sel sperma ke dalam sel telur sampai dengan dimulainya
pembelahan sigot. Pada mamalia, satu sel spermatozoa diperlukan untuk
pembuahan, oleh karena itu untuk mencegah masuknya sel spermatozoa
yang lain, sel telur mempunyai dua sistem pertahanan, yaitu zona
pellusida dan selaput vitelin. Tahanan yaitu zona pellusida adalah
perubahan zona pellusida akibat melekatnya sel spermatozoa ke dalam
selaput vitelin. Perubahan ini mengakibatkan butir-butir korteks (cortical
granules) yang terdapat pada selaput vitellin dilepaskan ke arah zona
pellusida dengan demikian antara ruang vitelin dengan zona pellusida
terdapat ruangan yang disebut ruangan perivitelin. Ruangan perivitelin
makin lama makin meluas dan permulaan perluasannya dimulai dari
tempat sel spermatozoa masuk.
Secara normal hanya satu sel spermatozoa yang memasuki sel telur.
Sering terlihat banyak sel spermatozoa bergerombol di sekeliling zona
pellusida, tetapi hanya satu sel kelamin jantan yang terdapat dalam sel
30
telur. Dari kenyatan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa zona pellusida
dapat menjalani beberapa perubahan sesudah masuknya sel spermatozoa
petama dan menghalangi pemasukan sel spermatozoa yang berikutntya.
Perubahan ini disebut reaksi zona. Reaksi zona tersebut terdiri dari suatu
perubahan yang menyebar kesekeliling zona. Sel spermatozoa pertama
mengadakan kontak dengan permukaan vitellus merangsang timbulnya
perubahan tersebut yang dibawa oleh oleh beberapa zat yang keluar dari
vitellus ke arah zona. Mungkin zat tersebut dibebaskan dari granula
korteks pada sel telur yang menghilang sesudah sel spematozoa pertama
memasuki sel telur. Sel spermatozoa ekstra yang berhasil menembus
zona pellusida ke ruangan perivitellin disebut sperma suplementer. Pada
beberapa species (domba, anjing) reaksi zona relatif lebih cepat dan
efektif, jarang ditemukan sperma suplemeter kalaupun tidak sama sekali.
Pada babi, spermatozoa ekstra memasuki zona pellusida tetapi secara
nomal tidak dapat melewatinya. Kelinci tidak memperlihatkan reaksi
zona dan di dalam ruang peri vitellin sel telur yang telah dibuahi dapat
ditemukan sampai 200 sperma suplementer.
31
cepat dan efektif. Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi adalah
sebagai berikut :
32
d. Penetrasi zona pelucida Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya
adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses dimana sperma
menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan
dan membentuk protein actin, kemudian inti sperma dapat masuk.
Hal yang mempengaruhi keberhasilan proses ini adalah kekuatan
ekor sperma (motilitas), dan kombinasi enzim akrosomal.
e. Bertemunya sperma dan oosit Apabila sperma telah berhasil
menembus zona pelucida, sperma akan menenempel pada membran
oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal)
di kepala sperma yang mnegandung actin. Molekul sperma yang
berperan dalam proses tersebut adalah berupa glikoprotein, yang
terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk
mengikat membran plasma oosit (membran fitelin), sehingga akan
menginduksi terjadinya fusi.
2. Implantasi
33
implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan keadaan rahim penting pada
proses pelaksanaan transfer embrio. Menjelang terjadi implantasi, zona
pelusida lenyap dengan jalan lisis. Sebelum implantasi, cairan blastosul
mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan ini berasal dari
cairan rahim. Setelah terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat
berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di dalam serum
induk. Tetapi kadar protein dan glukosa fosfor serta klor yang mula-mula
rendah menjadi tinggi, sehingga mencapai kadar seperti di dalam serum
induk. Menurunnya kadar bikarbonat mungkin akibat meningkatnya
kadar ensim karbonik anhidrase di dalam endometrium rahim. Kadar
ensim meningkat menyebabkan asam karbonat terurai menjadi CO2 dan
O2 yang akan dikeluarkan melalui peredaran darah induk. Pelepasan
bikarbonat dari blatosis mempermudah tropoblas melekat pada selaput
lendir rahim, dengan demikian memperlancar implantasi. Setelah zona
pellusida lenyap, sel-sel tropoblas langsung berhadapan dengan epitel
rahim dan sel-sel tersebut berproliferasi. Pada saat itu blastosis berubah
menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa
sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan di bagian tengah
gelembung tersebut.
34
BAB IV
Proses melahirkan bayi adalah peristiwa yang besar, baik bagi manusia
maupun pada hewan ternak, tidak terkecuali pada ternak sapi. Masa
mengandung induk sapi memang mirip dengan waktu mengandung pada
manusia yaitu sekitar sembilan bulan lebih sedikit. Proses kelahiran pedet
atau anak sapi sangat dinanti-nantikan oleh para peternak sapi yang bergelut
dibidang pengembangbiakkan atau breeding. Segala daya upaya, biaya dan
waktu tunggu yang cukup lama seolah terbayar lunas saat anak sapi yang
dilahirkan bisa sehat dan sesuai harapan peternak. Memang secara umum
lebih banyak breeder yang berharap pedet yang lahir adalah pedet jantan, hal
ini lumrah saja karena harga pedet jantan memang jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan harga pedet betina.
35
menjelang beranak, kita pantau vaginanya ... bila air ketubannya sudah
pecah, segera cermati kalau" pedetnya perlu dibantu keluarnya dengan
cara ditarik
Saat kelahiran, angkat kaki depan pedet sehingga kepala pedet ada
dibawah beberapa saat. tali pusat dicuci dengan yodium tinctur/betadine
lalu diika dengan cara disimpilkan ... beri yodium tincur/betadine lagi
10. dekatkan pedet pada induk agar dipijat dan dikeringkan badannya.
berperan dalam memperlancar pembuluh darah
bila induknya tidak mau menjilati, segera kita lap pedet tadi sampai
kering
15 menit kemudian, pedet akan berdiri dan berjalan mencari puting
induknya ...
bila induk tidak mau menyusui, peras air susunya minimal 1liter untuk
pedet.
minimal 0,5 liter di dua jam pertama harus disusukan, sisanya disimpan
dalam pendingin, dilanjurkan dengan 0,5 liter seleihnya 4 jam kemudian
bila sudah lepas kolostrum, dapat dilakukan pembelian pedet > 7 hari ...
dipelihara bersama dengan 1 - 2 pedet lain yang dibeli dari tempat lain.
Apa Itu Distokia? Distokia pada sapi ialah suatu keadaan dimana sapi
mengalami kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi diperkirakan
sebesar 3,3%; tragedi ini lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan
pada sapi potong. Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang gres
pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu
normal, induk yang terlalu cepat dikawinkan, binatang yang kurang bergerak,
kelahiran kembar dan penyakit pada rahim.
36
amnion serta selaputnya masuk ke dalam serviks yang telah rilek dan
akhirnya mudah membuka. Secara hormonal, kontraksi ini timbul karena
pengaruh jumlah estrogen yang meningkat dan penurunan jumlah
progesterone. Kontraksi uterus pada tahap permulaan ini terjadi setiap 10
– 15 menit sekali dan berlangsung lebih kurang selama 15 – 30 detik,
yang makin lama menjadi lebih sering, lebih kuat, dan lebih lama.
Stadium ini pada ternak sapi dapat dilampaui selama setengah jam
sampai dengan satu hari atau 24 jam, namun rata-rata sekitar 2 – 6 jam.
Stadium ini diakhiri dengan membuka dan meluasnya serviks hingga
menyamai luas vagina atau vulva. Dari vulva dapat dilihat kantong
alantois yang menyembul ke luar menyerupai balon atau kantong plastik
berisi air. Pada akhirnya kepala fetus dan kedua kaki depan masuk ke
dalam ruang pelvis.
2. Stadium Pengeluaran Fetus Pada stadium ini perejanan tidak saja karena
adanya kontraksi uterus, tetapi juga dibantu oleh adanya kontraksi urat
daging perut dan diafragma. Stadium ini juga ditandai oleh adanya
reptura kantong allantois dan masuknya fetus ke dalam saluran kelahiran,
serta diteruskan dengan keluarnya fetus melalui vulva. Pada saat kedua
kaki fetus melewati vulva, kantong amnion pecah. Pada saat kepala, bahu
dan pinggul fetus memasuki ruang pelvis. Perejanan berlangsung terus
menerus dan kontraksi abdominal juga semakin meningkat. Perejanan
akan beristirahat sesaat, setelah kepala fetus melewati vulva, dan akan
kembali merejan dengan kuat saat dada dan tubuh fetus lainnya melalui
jalan kelahiran. Proses kelahiran tersebut di atas adalah proses kelahiran
normal (etokia) di mana fetus terletak pada kedudukan longitudinal
anterior dengan kepala tertumpu pada tulang-tulang metacarpal dan lutut
kaki depan lurus. Selain itu termasuk letak normal juga apabila fetus
berada pada kedudukan longitudinal posterior dengan kaki belakang
lurus kejalan kelahiran (letak sungsang). Pada kedua letak tersebut di
atas, fetus dapat lahir dengan sendirinya tanpa bantuan. Sedang posisi
lain diluar posisi tersebut di atas, biasanya berakhir dengan kesulitan
kelahiran (distokia).
37
3. Posisi induk pada saat melahirkan umumnya berbaring, namun tidak
jarang pula anak lahir dalam keadaan induk berdiri, terutama pada
kerbau. Stadium pengeluaran fetus ini dapat berlangsung singkat dan
dapat juga berlangsung lama, tergantung dari kesehatan induk, kesehatan
fetus dan juga sudah berapa kali si induk beranak. Pada ternak yang
sering beranak, umumnya proses kelahiran akan berlagsung lebih cepat
dibandingkan dengan induk ternak yang baru pertama kali beranak. Tali
pusar atau chorda umbilicalis akan putus dengan sendirinya, dan apabila
tali pusar ini terlampau panjang dikhawatirkan dapat terinjak oleh si
anak. Untuk itu, tali pusar dapat digunting dengan gunting yang tajam
dan steril, sisakan lebih kurang 10 Cm kearah perut. Bekas luka potongan
diolesi dengan yodium tincture atau antiseptic lainnya untuk mencegah
terjadinya infeksi. Tali pusar ini akan mongering dengan sendirinya
dalam waktu kurang lebih 2 – 3 minggu kemudian.
4. Stadium Pengeluaran Placenta Merupakan stadium terakhir dari proses
kelahiran, yaitu berupa proses pengeluaran selaput fetus (flacenta) dan
kembalinya uterus seperti semula (inolusi uterus) . Setelah stadium kedua
atau proses pengeluaran fetus selesai, uterus masih tetap kontraksi, hal ini
berguna dalam membantu proses pengeluaran selaput fetus (flacenta).
Proses ini berlangsung beberapa jam setelah kelahiran, yaitu antara 3 – 8
jam. Apabila lebih dari waktu tersebut selaput tidak juga keluar, maka hal
ini dianggap patologik dan terjadilah retention secundinae (selaput fetus
tertahan didalam uterus). Kontraksi uterus yang masih berlangsung,
berfungsi untuk melepaskan placenta anak dari pertautannya dengan
endometrium, dan volume uterus pun berangsur-angsur mengecil. Vili-
vili placenta terlepas dan placenta terdorong kearah serviks. Placenta dan
sisa tali pusar terlihat menggantung di mulut vulva karena beratnya, turut
berperan dalam proses pengeluaran placenta. Kecuali hal-hal tersebut di
atas, peranan hormon estrogen dan oxitocin juga cukup memegang
peranan yang penting. Kedua hormon tersebut mempengaruhi uterus
untuk tetap berkontraksi selama proses pengeluaran placenta. Kesehatan
induk sangat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk proses
38
pengeluaran placenta. Demikian pula sistem pemeliharaan ternak pada
waktu buntingnya. Ternak yang sering dilepas dan bebas bergerak di
padang penggembalaan, proses pengeluaran placentanya semakin
singkat. Sedangkan sapi yang sepanjang tahun selalu dikandangkan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam proses pengeluaran
placentanya. Tahap akhir dari proses pengeluaran placenta, serviks akan
mengeluarkan/ mensekresikan suatu lender yang kental dan lengket yang
berfungsi menutup serviks agar terhindar dari masuknya kuman ke dalam
uterus.
5. Involutio Uterus adalah kembalinya uterus ke dalam semula, setelah
induk ternak melahirkan. Kejadian yang dialami uterus setelah proses
kelahiran anak beserta pengeluaran placentanya adalah proses regenerasi
endostrium, hingga pada suatu saat induk akan segera birahi kembali
setelah partus. Setelah placenta terlepas ke luar, kripta-kripta pada
karunkula menjadi semakin dangkal, dan sisa vili placenta anak terlepas
dan bercampur serum., cairan limfe dan reruntuhan epitel endometrium
yang terdapat di dalam uterus. Pada saat ini, uterus masih tetap
berkontraksi walaupun tidak sekuat dan secepat saat placenta masih ada.
Kontraksi ini menyebabkan cairan yang ada di dalam lumen uterus
keluar. Satu minggu setelah placenta keluar, karunkula hanya berupa
jendolan-jendolan tanpa tangkai yang pada minggu ke empat ukurannya
mengecil sebesar karunkula aslinya, yaitu karunkula uterus yang tidak
bunting. Beberapa peneliti memberikan perkiraan berdasarkan
pengamatannya, bahwa proses involution uteri berlangsung sekitar 45 –
50 hari dan sapi atau induk ternak dapat dikawinkan kembali sekitar 60
hari setelah melahirkan.
39
BAB V
Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna
bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang
berwarna coklat ataupun merah dengan bercak putih, bulu ujung ekor
berwarna putih, bagian bawah dari kaki berwarna putih, dan tanduk pendek
serta menjurus kedepan (Makin, 2011). Sapi FH adalah sapi perah yang
produksi susu paling tinggi dengan kadar lemak susu rendah dibandingkan
Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa
biak yang baik, rata-rata bobot badan sapi FH adalah 750 kg dengan tinggi
dibandingkan bangsa sapi perah lain. Suhu lingkungan yang optimum untuk
sapi dewasa berkisar antara 5-21 oC, sedangkan kelembaban udara yang
baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran
50%-75% (Ensminger, 1995). Di tempat asalnya produksi susu per masa
laktasi rata-rata sebanyak 7.245 liter atau sekitar 20 liter per hari (Putranto,
2006).
B. Susu Segar
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan
bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan
mutu susu segar dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan terbesar susu adalah
air. Lemak susu mengandung vitamin yang hanya larut dalam lemak yaitu
40
vitamin A, D, E dan K (Hasim dan Martindah, 2012). Kadar lemak susu
mulai menurun setelah satu sampai dua bulan masa laktasi. Masa laktasi
dua sampai tiga bulan kadar lemak susu mulai konstan, kemudian naik
sedikit (Sudono et al., 2003). Kandungan gizi yang terdapat dalam susu
macam, yaitu kasein (80%) dan laktoglobulin (20%). Rasa manis susu
karena adanya laktosa berkontribusi sekitar 40% kalori dari susu penuh
(whole milk). Laktosa terdiri atas dua macam gula sederhana yaitu glukosa
dan galaktosa. Secara alami laktosa hanya terdapat pada susu (Hasim dan
Martindah, 2012).
Apabila kita ingin mengenal anatomi ambing pada sapi perah, mari
kita lihat arti dari ambing itu sendiri. Ambing merupakan alat penghasil susu
pada sapi yang dilengkapi suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting.
Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus
41
simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur
ketiga. Normalnya, kuartir belakang lebih besar dari kuartir depan dan
panjang diperah lebih lama dari pada putting pendek. Sifat terpenting
penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar
dihilangkan sebelum pedet mencapai umur satu tahun, hal ini untuk
42
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur
3. Jaringan Penunjang
dan stabilisator ambing, namun kulit ini sangat besar peranan sebagai
salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat
lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar di
43
(kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut melalui
vena. Pada tempat ini darah meninggalkan ambing melalui tiga jalan,
yaitu :
a. Jalan utama pertama tediri atas dua buah vena pudenda externa
b. Jalan utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu :vena
dalam jantung.
jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis. Pada saat
44
melalui vena susu terhenti. Walaupun demikian produksi susu
dalam ambing.
5. Sistem Limfatik
tidak mengandung sel darah merah. Nodula limfe ambing dan nodula
6. Sistem Syaraf
45
Lapisan dalam ambing terdiri atas dua tipe syaraf, yaitu serabut
Fungsi utama dari serabut syaraf simpatis pada ambing adalah untuk
berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar. Puting. Puting
46
epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan
menjadi lobus.
tingkat produksi susu. Estimasi korelasi antara hasil susu dan jumlah
Pubertas. Sampai pedet umur tiga bulan, sistem saluran ambing belum
Setelah tiga bulan, pertumbuhan ambing kira-kira 3,5 kali lebih cepat
terlihat jelas menurun saat fase kebuntingan. Antara umur 9 bulan dan
47
siap kawin. Selama Kebuntingan. Alveoli tidak terbentuk hingga
bagi sapi dengan produksitinggi, karena jika sel ambing tidak ada susu
tidak terbentuk.
48
Walaupun begitu, aktivitas metabolik menurun cepat.Kemudian,
lebih banyak dari padasapi dara. Walaupun penelitian pada sapi perah
49
pada peristiwa reproduksi tertentu saja, misalnya saat pubertas,
dan laktogen plasental sapi. Struktur plasental sapi serupa tetapi lebih
50
untuk sintesis susu terdapatdalam sel ambing yang dibentuk sebelum
melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari sitoplasma
51
Mekanisme pengaturan kelenjar ambing diinisiasi/ distimulus
Ketika laju sekresi susu pada ambing meningkat maka akumulasi susu
tidak tuntas, atau tidak diperah maka akan terjadi degradasi sel
52
aparatus Golgi masing-masing berperan dalam sintesis protein susu,
D. Fisiologi Laktasi
sapi yang diperah secara kontinyu yang ditujukan untuk menghasilkan susu.
Pada sapi perah, kelenjar susu sapi betina mulai berkembang pada waktu
kelamin, maka estrogen yang dihasilkan oleh folikel dalam ovarium akan
1. Hormon-Hormon Laktasi
53
E. Biosintesa Susu
protein susu. Hampir semua asam amino yang diserap dari darah
Sintesa protein dari susu terjadi didalam sel epitel dikontrol oleh
DNA, transkripsi dari Ribonulec acid (RNA) dari DNA, dan translasi
a. Replikasi
54
peranan aktif dan penting di dalam sintesa protein. Translasi
b. Transkripsi
dalam sitoplasma.
lemak susu yang terutama adalah : (1) glukosa, asetat, asam beta
dan (3) beberapa asam palmitat yang disekresi didalam kelenjar susu.
3. Sintesa Laktosa
55
Sebagian besar glukosa dan galaktosa dalam sintesa laktosa
dalam susu. Oleh karena itu dikatakan glukosa adalah sebagai faktor
lactose ini maka susu akan memberi rasa manis serta merangsang
melainkan berasal dari tanah. Mineral yang penting adalah Ca, P, Cl,
transport mineral yang aktif, dalam sel sekresi ambing. Kadar laktose,
56
Na dan K dalam susu biasanya relatif konstan. Ketiga komponen ini
dalam susu.
yang berasal dari darah yang akan masuk ke lumen alveoli. Sel epitil
dalam kasein, pospor, dan sitrat, dan dari 75% tersebut 50% terikat
dengan kasein.
turunnya tidak bertahap atau tidak drastis? Ada 2 hal yang perlu
57
mempertahankan dirinya yaitu pada saat sapi makan sebanyak-
bisa makan secara bebas, bergerak bebas, sehingga tidak bisa makan
2. Susu salah satu fungsi untuk mencegah hypothermia pada anak, yaitu
anak kedinginan.
predator.
2. Anti body
3. Nutrisi
4. Penghangat
58
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin
primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis,
penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu kelenjar vesikula
seminalis, kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.
B. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
Aprily, N. U., Sambodho, P., & Harjanti, D. W. (2016). Evaluasi kelahiran pedet
sapi perah di Balai besar pembibitan ternak unggul dan hijauan pakan ternak
baturraden. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal
Science), 18(1), 36-43.
Ernawan, M., Trijana, E., Ghozali, R., & Kademangan, S. P. S. (2016). Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Laktasi. Jurnal Aves, 10(2), 25-
40.
Kaiin, E. M., Said, S., & Tappa, B. (2008). Kelahiran anak sapi hasil fertilisasi
secara in vitro dengan sperma. Media Peternakan, 31(1).
Lukman, H. Y., Dradjat, A. S., Sumadiasa, I. W. L., Karni, I., & Khairani, K.
(2022). Penanganan Sifat-Sifat Reproduksi Ternak Sapi Bali untuk
Peningkatan Produktivitas Ternak di Kecamatan Pali Belo Bima. Indonesian
Journal of Education and Community Services, 2(1), 138-143.
Nursholeh, N., Firmansyah, F., & Hoesni, F. (2020). Analisis Dinamika Populasi
Ternak Sapi di Provinsi Jambi. Journal of Livestock and Animal
Health, 3(1), 18-22.
60
Riski, P., Purwanto, B. P., & Atabany, A. (2016). Produksi dan kualitas susu sapi
FH laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan, 4(3), 345-349.
Riski, P., Purwanto, B. P., & Atabany, A. (2016). Produksi dan kualitas susu sapi
FH laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan, 4(3), 345-349.
61