Anda di halaman 1dari 23

“KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI”

Disusun Oleh :

1. Putu Sania Putri 21089014030


2. Wayan Bisma Adiyasa 21089014031
3. Ni Kadek Gayatri 21089014032
4. I Wayan Oky Pumadi 21089014033
5. Ketut Sukerada 21089014034
6. Komang Yunita Sari 21089014035
7. Ni Ketut Dian Septiani 21089014036
8. Ni Putu Anggel Oktaviani 21089014037
9. Ni Kadek Indah Olivianata 21089014040
10. I Komang Dananda Saputra Nesa 21089014041
11. I Gusti Bagus Wahyu Gananta 21089014042
12. I Komang Agus Suryana Putra 21089014043
13. Gede Eka Darma Kusuma 21089014044
14. Novi Yani 21089014045
15. Ni Kadek Rusmi Ariani Putri 21089014047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/202


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Teori Persalinan Yang
Mendasari Keperawatan Maternitas" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan


Maternitas. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Keperawatan
Maternitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Mochamad Heri,


S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 25 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian sistem reproduksi manusia ............................................................................. 5
2.2 Anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia .................................................................. 5
2.3 Asuhan keperawatan Gangguan sistem reproduksi manusia ........................................... 5
BAB III .................................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme yang bekerja
sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-hidup seperti cairan, hormon, dan feromon
juga merupakan aksesoris penting untuk sistem reproduksi. Tidak seperti kebanyakan sistem organ,
jenis kelamin dari spesies yang telah terdiferensiasi sering memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan ini memungkinkan untuk kombinasi materi genetik antara dua individu, yang
memungkinkan untuk kemungkinan kebugaran genetik yang lebih besar dari keturunannya. Sistem
reproduksi yang melibatkan organ-organ reproduksi pada makhluk hidup digunakan untuk
berkembang biak atau melakukan reproduksi, dengan tujuan untuk melestarikan jenisnya agar tidak
punah. Proses reproduksi manusia terjadi ketika sel telur dari wanita dengan sel sperma dari pria
bersatu dan berkembang di dalam rahim untuk membentuk janin. Dengan kata lain, kemampuan ini
berguna untuk menghasilkan keturunan atau berkembang biak. Beberapa bagian tubuh, baik pada
wanita maupun pria dibutuhkan agar proses ini dapat terjadi yang disebut dengan alat reproduksi atau
alat kelamin. Sistem reproduksi pada pria dan wanita memiliki sistem kerja yang berbeda satu sama
lain. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda dan keunikannya sendiri secara genetik. Ketika
proses reproduksi terjadi melalui hubungan intim, percampuran antara sel sperma dan sel telur akan
menuju pada proses yang disebut dengan pembuahan. Setelah itu, janin akan terbentuk di dalam rahim
antara 36 hingga 40 minggu hingga dilahirkan sebagai bayi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sistem reproduksi manusia?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan sistem reproduksi manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem reproduksi manusia
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sistem reproduksi manusia

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis Menambah wawasan terkait materi sistem reproduksi manusia


2. Bagi Pembaca Memberikan wawasan terkait materi sistem reproduksi manusia

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem reproduksi manusia


Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting
meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan sesorang.Selain itu
Sistem reproduksi adalah kumpulan organ internal dan eksternal yang bekerja bersama untuk
tujuan prokreasi.Oleh karena peran vitalnya dalam kelangsungan hidup spesies, tak sedikit
ahli yang berpendapat bahwa sistem reproduksi adalah salah satu sistem yang paling penting
di seluruh tubuh. Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.Organ reproduksi
yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita.

2.2 Anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia


Anatomi dan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari urai tubuh beserta fungsinya.
Sebagai pun calon tenaga kesehatan sudah menjadi keharusan bahwa setiap pelayanan
kesehatan yang dilakukan harus mengerti terhadap keilmuan dasar Alat kelamin internal
terdiri dari ovarium, saluran rahim (fallopi), uterus (termasuk leher rahim) dan vagina. Alat
kelamin eksternal terdiri dari vulva, yang terdiri dari labia majora, labia minora, klitoris, bola
vestibular, mons veneris (pubis), saluran kelenjar uretra dan peri-uretra.

2.3 Asuhan keperawatan Gangguan sistem reproduksi manusia

• Definisi Endometriosis

Endometriosis merupakan penyakit yang terjadi pada masa belasan tahun sampai
mencapai usia menopause, yang berarti dapat diderita sepanjang kehidupan wanita
(Oepomo, 2007). Definisi yang sekarang dianut ialah endometriosis merupakan
sebukan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) tidak normal mirip–endometrium
(endometrium–like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi
peradangan menahun (Jacoeb dan Hadisaputra, 2009). Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut
endometriosis (Prabowo, 2007). Secara histologis ditemukan kelenjar, stroma mirip–
endometrium atau keduanya, dengan atau tanpa makrofag termuat hemosiderin, dan
dapat berubah mengikuti siklus menstruasi. Sebukan endometriosis bereaksi terhadap
hormon steroid yang sama dengan jaringan endometrium normal. Hormon esterogen
merangsang pertumbuhan jaringan endometriosis dan endometrium ektopik. Jaringan
mirip – endometrium ini memberikan fenomena khas karenadapat memunculka aneka
tampilan visual, meski dapat pula ditemukan pada peritoneum yan kelihatannya
normal (Jacoeb, 2009).Endometriosis pada dasarnya bersifat jinak, tetapi dapat
menginvasi organ-organ dalam tubuh. Ada tiga bentuk utama yang saling berbeda,
yaitu: a) endometriosis peritoneal, b) kista endometriosis ovarium (endometrioma),

5
dan c) endometriosis rektovaginal atau adenomiosis (endometriosis interna). Secara
anatomis, lokasi paling umum terkena endometriosis adalah ovarium dan tuba
fallopii. Lokasi lain yang umum didapatkan endometriosis adalah cul-de-sac anterior
dan posterior, ligamentum sakrouterina, rotundum, latum, dan septum rektovaginal.
Lokasi yang kurang umum didapatkan endometriosis adalah kandung kemih, ginjal,
serosa kolon sigmoid, rektum, serviks, vagina, vulva, umbilikus, dan kantong
hernia inguinal. Sedangkan lokasi yang jarang didapatkan endometriosis adalah lokasi
ekstrapelvis, yaitu: a) pleura, b) paru, c) payudara, d) extremitas, e) parut abdominal,
dan e) daerah perianal (Oepomo, 2012).Etiopatogenesis dari endometriosis sendiri
belum diketahui secara pasti. Beberapa teori mengenai mekanisme endometriosis
dikemukakan, tetapi tidak satupun dari mekanisme tersebut dapat menjelaskan secara
terpadu dan menyeluruh dari kasus-kasus endometriosis (Oepomo, 2012). Dewasa ini
terdapat beberapa teori mekanisme dari terbentuknya endometriosis.

Teori pertama diungkapkan oleh Sampson, yaitu regurgitasi dan implantasi


menstruasi. Menurut Sampson, endometriosis terjadi karena darah menstruasi
mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba fallopii ke kavum peritonii. Dalam darah
menstruasi ditemukan sel-sel endometrium yang masih hidup, sel ini kemudian
mengadakan implantasi di permukaan organ pelvis (Prabowo, 2007). Teori kedua
diungkapkan oleh Robert Meyer, yaitu metaplasia. Menurut Robert Meyer,
endometriosis terjadi karena rangsangan sel-sel epitel yang berasal dari selom yang
dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan
metaplasia dari sel-sel epitel sehingga terbentuk jaringan endometrium (Prabowo,
2007). Teori ketiga mengenai kemungkinan pengaruh induksi, di mana darah
menstruasi memicu sel-sel peritoneum sehingga terjadi perubahan sel-sel asal yang
tidak berdiferensiasi dan mempunyai kemampuan untuk berimplantasi (Baziad,
2003). Teori keempat diungkapkan oleh Dmowski mengenai kemungkinan pengaruh
faktor imunologik, yaitu ditemukannya penurunan imunitas seluler pada jaringan
endometrium wanita yang menderita endometriosis. Pada jaringan peritoneum,
ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat, penurunan aktivitas natural killer cells
dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan-
jaringan endometriosis dan penurunan sistem imunologik tubuh akan menyebabkan
endometriosis tumbuh tanpa hambatan. Makin banyak regurgitasi darah menstruasi,
makinbanyak pula sistem pertahanan tubuh yang terpakai (Baziad, 2003). Teori
kelima mengenai kemungkinan pengaruh faktor genetik, di mana wanita dengan
riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin terkena penyakit ini yang
mempunyai risiko 7 kali lipat pada penderita endometriosis. Ketika diturunkan, maka
penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Teori keenam
mengenai kemungkinan pengaruh lingkungan kavum douglasi, yaitu terjadinya terjadi
perubahan seluler maupun humoral di kavum douglasi. Nyeri menstruasi yang
muncul akibat endometriosis disebabkan oleh prostaglandin. Cairan peritoneum juga
mengandung sitokin dan IL serta TNF- α (Wood, 2008). Teori ketujuh diungkapkan
oleh Halban mengenai kemungkinan penyebaran jaringan endometrium secara
limfogen. Jaringan endometrium tersebut menyebar melalui saluran limfatik yang
mendrainase rahim dan kemudian diangkut ke berbagai tempat pelvis di mana
jaringan tersebut tumbuh secara ektopik. Jaringan endometrium ditemukan dalam
limfatik pada pelvis sampai 20% pada penderita endometriosis (Moore, 2001)

6
• Etiologi
Sampai saat ini etiologi endometriosis yang pasti belum jelas. Beberapa ahli
mencoba menerangkan kejadian endometriosis dengan berbagai teori, yakni teori
implantasi dan regurgitasi, metaplasia, hormonal, serta imunologik.Teori implantasi
dan regurgitasi mengemukakan adanya darah haid yang dapat mengalir dari kavum
uteri melalui tuba Falopi, tetapi tidak dapat menerangkan terjadinya endometriosis
diluar pelvis. Teori metaplasia menjelaskan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom
yang berubah menjadi endometrium. Menurut teori ini, perubahan tersebut terjadi
akibat iritasi dan infeksi atau pengaruh hormonal pada epitel coelom. Dari aspek
endokrin, hal ini bisa diterima karena epitel germinativum ovarium, endometrium,
dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama. Etiologi endometriosis yang
paling umum adalah menstruasi retrograde, yaitu aliran darah menstruasi yang
berbalik. Riwayat keluarga dan dugaan lain sebagai etiologi endometriosis
memerlukan penelitian yang lebih lanjut.

• Manifestasi klinis
Rasa sakit yang luar biasa pada sekitar pinggul dan perut bagian bawah. Gejala
akan terasa paling parah sebelum dan selama siklus menstruasi. Namun, ada juga
yang merasakan sakit sepanjang waktu. Rasa sakit juga bisa muncul saat berhubungan
seks atau setelahnya, serta rasa sakit waktu buang air kecil dan besar.

- Muncul darah pada feses atau urine.


- Perut terasa kembung.
- Volume darah yang berlebihan saat menstruasi.
- Mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi.
- Konstipasi.
- Diare.
- Kelelahan.
- Mual selama periode menstruasi.
Rasa sakit saat buang air besar dan kecil juga dirasakan sebagian pengidap
endometriosis saat buang air besar dan kecil, maupun saat berhubungan intim. Selain
itu, pendarahan di urine atau tinja dan perdarahan menstruasi yang berlebihan juga
bisa terjadi pada pengidap endometriosis.

Pengaruh endometriosis berbeda-beda pada setiap wanita, bahkan pada beberapa


kasus ada yang tidak merasakan gejala sama sekali. Hal yang perlu diperhatikan
adalah rasa sakit luar biasa saat datang bulan. Jika muncul rasa sakit yang tidak biasa,
sebaiknya langsung menghubungi dokter.
• Patofisiologi

Jaringan abnormal pada endometriosis dapat berupa kelenjar endometrium


dan stroma. Endometriosis umumnya terjadi pada ovarium, ligamen uterus,
septrum rectovaginal, kantung Douglas (cul de sac), dan peritoneum pelvis.
Walaupun jarang, endometriosis juga dapat terjadi pada usus besar, usus kecil,
serviks, dan vagina. Apabila endometriosis terjadi pada lapisan miometrium
korpus uteri, kondisi ini disebut dengan adenomiosis Seiring dengan
berjalannya siklus menstruasi, jaringan endometriosis juga dapat meluruh dan

7
menyebabkan perdarahan pada lokasi tersebut sehingga menimbulkan nyeri.
Perdarahan pada ovarium akibat endometriosis dapat memicu terbentuknya
kista berisi darah berukuran 3–5 cm. Kista ini umumnya disebut dengan
“chocolate cysts” karena berisi cairan berwarna coklat yang berasal dari
perdarahan lalu. Walaupun endometriosis kerap menimbulkan infertilitas pada
wanita, hubungan antara kedua kondisi ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Mekanisme yang diperkirakan mendasari hubungan tersebut adalah gangguan
pelepasan sel telur atau pergerakan ovum pada oviduk karena radang dan
aktivitas sitokin

Endometriosis merupakan salah satu kondisi yang sulit untuk didiagnosis


karena gejalanya mirip dengan penyakit pada panggul lainnya.5 Diagnosis
untuk endometriosis umumnya didahului oleh anamnesis dan pemeriksaan
fisik, yakni terdapat dismenore dan nyeri pada daerah panggul. Pemeriksaan
fisik baik secara visual maupun inspekulo umumnya tidak dapat menunjukkan
tanda-tanda endometriosis. Pemeriksaan bimanual dapat membantu dimana
terjadi abnormalitas uterus atau saat perabaan, uterus menjadi nyeri.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengeksklusi kemungkinan
penyebab nyeri panggul lain seperti infeksi, ataupun komplikasi terkait
kehamilan. Pemeriksaan radiologi menggunakan modalitas ultrasonografi dan
magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis endometriosis.5 Ultrasonografi merupakan uji yang
rutin dilakukan untuk menilai skala endometriosis pada pasien. Pemeriksaan
laparoskopi dan histopatologi diperlukan untuk mendapatkan diagnosis
definitif endometriosis.

8
• Pathway

9
• Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis endometriosis diawali dengan anamnesis yang lengkap untuk
mengetahui riwayat menstruasi dan gejala yang timbul. Keluhan seperti nyeri
saat menstruasi, nyeri panggul kronis, nyeri saat berhubungan seksual, dan
infertilitas dapat mengarahkan kecurigaan pada endometriosis. Diagnosis
definitif dapat ditegakkan dengan laparoskopi.

1. Anamnesis

Gejala endometriosis dapat bervariasi sesuai dengan area yang terlibat.


Gejala-gejala tersebut, antara lain dispareunia, dyschezia, disuria, nyeri saat
olahraga, dan mual muntah. Oleh karena endometriosis biasanya terjadi di
uterus, ovarium, dan peritoneum posterior, pasien biasanya datang dengan
keluhan nyeri panggul dan dismenorea, yang terkadang bahkan dapat
memengaruhi aktivitas.
Visual analog scale (VAS) perlu dinilai walaupun tidak langsung
berhubungan dengan keparahan penyakit. Nyeri yang berat dapat memberi
gambaran akan kedalaman infiltrasi. Nyeri biasanya timbul secara siklik
berkaitan dengan menstruasi, yaitu beberapa hari sebelum menstruasi dan
mulai menghilang 1-2 hari setelah menstruasi. Nyeri biasanya membaik
selama kehamilan dan setelah menopause, tetapi dapat kambuh kembali saat
terapi hormon pascamenopause dilakukan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya pasien endometriosis tidak menunjukkan
temuan klinis yang khas. Temuan klinis yang paling umum ditemukan adalah
nyeri tekan pada daerah dengan lesi endometriosis.

Pada pemeriksaan fisik, biasanya pasien endometriosis tidak


menunjukkan temuan klinis yang khas. Temuan klinis yang paling umum
ditemukan adalah nyeri tekan pada daerah dengan lesi endometriosis.

3. Diagnosis Banding

Endometriosis merupakan penyebab dari 15% kasus dengan nyeri


panggul. Oleh karena itu, penyakit dengan gejala nyeri panggul lain perlu
dipertimbangkan pada wanita dengan nyeri panggul kronis yang tidak
merespons terhadap obat antiinflamasi nonsteroid.

10
- Dismenorea Primer
- Kehamilan Ektopik
- Kehamilan Ektopik
- Gangguan Anatomis Organ Reproduksi Wanita
- Penyakit Radang Panggul
- Appendicitis
- Tumor Ovarium
- Kista Ovarium
- Infeksi Saluran Kemih dan Sistitis

4. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa diagnosis banding yang memiliki gejala serupa dengan


endometriosis dapat disingkirkan dengan pemeriksaan penunjang laboratorium
seperti hematologi lengkap, urinalisis dan kultur urine, pewarnaan gram dan
kultur serviks, serta pemeriksaan serum Ca-125. USG transvaginal dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti endometrioma.
Laparoskopi diagnostik merupakan metode utama untuk mendiagnosis
endometriosis. Konfirmasi diagnosis dari sampel histologi direkomendasikan
dengan pengambilan melalui biopsi yang dilakukan setelah laparoskopi.

- Pemeriksaan Laboratorium
- Pencitraan
- Laparoskopi Diagnostik
- Ultrasonography (USG)
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- Biopsi

● Penatalaksanaan

1. Pengobatan medis
Endometriosis jarang terjadi setelah menopause sehingga hanya terjadi
pada wanita yang menjalani terapi sulih hormone. Kehamilan memiliki
efek yang terbatas, bahkan sering kali berefek kuratif pada penyakit ini,
tetapi infertilitas merupakan salah satu gejala penyakit ini, andaipun
wanita menginginkan seorang bayi. Dengan demikian, pengobatan medis
dilakukan dengan menekan fungsi ovarium.

a. Danol (Danazol). Danol dapat digunakan hingga 9 bulan dan jika efek
samping dapat ditoleransi, obat ini meringankan endometriosis.

11
Endometriosis dapat kambuh jika siklus menstruasi normal kembali
terjadi meski beberapa wanita mengalami perbaikan gejala
b. Pil kontrasepsi kombinasi. Pil kontrasepsi ini dapat bekerja efektif untuk
pengobatan kasus ringan, terutama jika kontrasepsi juga diperlukan.
Perdarahan lepas obat dan perdarahan bercak dapat terjadi, tetapi tidak terlalu
bermasalah jika dibandingkan dengan endometriosis yang terjadi
c. Progesterone, noretisteron, didrogesteron, atau medroksiprogesteron asetat
yang diberikan dalam dosis tinggi memiliki efek hormonal yang 24 sama
seperti kehamilan. Efek samping progesterone hampir sama dengan
gejala sindrom pramenstruasi, serta dapat terjadi perdarahan lepas obat
yang mengganggu.
d. Analog GnRH. Obat ini efektif dalam menekan endometriosis, tetapi
hanya dapat diberikan dalam jangka pendek karena beresiko
menimbulkan osteoporosis
e. Terapi pelengkap dan terapi alternatif. Banyak wanita melaporkan
perbaikan gejala dengan mengonsumsi vitamin, unsur renik mineral, atau
ramuan herbal. Terapi pelengkap dan terapi alternatif merupakan area yang
belum “dilirik” untuk diteliti, tetapi manfaat terapi ini dalam pengobatan
sindrom pramenstruasi mendorong penderita endometriosis untuk
mencobanya. Perubahan alam perasaan, vagina kering yang nyeri, dan
nyeri menyerupai kram, dilaporkan berkurang dengan penggunaan minyak
evening primrose. Vitamin B (terutama B6) serta unsur renik, seperti zink
dan magnesium juga terbukti efektif. Tanpa dukungan penelitian ilmiah
ternama, peran efek placebo dalam pengobatan ini tidak diketahui.

2. Pengobatan melalui pembedahan


Teknik yang menggunakan pengobatan ablative local, dengan diaterni atau
laparoskop laser, dikembangkan di beberapa klinik ginekologis dengan laporan
keberhasilan bervariasi. Ooforektomi atau sistektomi ovarium dapat
direkomendasikan. Waktu pemulihan yang diperlukan setelah dilakukan teknik
pembedahan mikro lebih singkat, tetapi peralatan yang diperlukan sangat mahal
dan ketersediaannya terbatas. Akibatnya banyak wanita harus menjalani pembedahan
mayor. Masalah kekambuhan masih tetap ada walaupun terapi supresif sebelum
pembedahan dapat membantu mengurangi masalah tersebut. Histeroktomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir bagi
wanita yang mengeluh nyei dan konsekuensi nyeri tersebut selama beberapa tahun.
Keputusan untuk menjalani pembedahan mungkin membuat pasien lebih tenang,
tetapi akan lebih 25 bijaksana jika sebelumnya petugas kesehatan membantu pasien
mengkaji perasaannya terhadap fertilitasnya.

3. Laparoscopy
Laparoscopy adalah prosedur operasi yang paling umum untuk diagnosis dari
endometriosis. Laparoscopy adalah prosedur operasi minor (kecil) yang dilakukan
dibawah pembiusan total, atau pada beberapa kasus-kasus dibawah pembiusan lokal.
Ia biasanya dilakukan sebagai suatu prosedur pasien rawat jalan. Laparoscopy
dilakukan dengan pertama memompa perut dengan karbondioksida melalui sayatan
kecil pada pusar. Sebuah alat penglihat (laparoscope) yang panjang dan tips
kemudian dimasukan kedalam rongga perut yang sudah dipompa untuk

12
memeriksa perut dan pelvis. Endometrial implants kemudian dapat dilihat secara
langsung. Selama laparoscopy, biopsi-biopsi (pengeluaran dari contoh-contoh
jaringan kecil untuk pemeriksaan dibawah mikroskop) dapat juga dilakukan untuk
diagnosis. Adakalanya biopsi-biopsi yang diperoleh selama laparoscopy
menunjukan endometriosis meskipun tidak adaendometrial implants yang terlihat
selama laparoscopy.

4. Ovarektomi (pengangkatan ovarium)


Tindakan ini hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat
dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil
lagi. Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai
segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih
banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.

● Komplikasi
Komplikasi EndometriosisJika tidak ditangani, endometriosis dapat berkembang
dan menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
1. Gangguan Kesuburan atau Infertilitas
Komplikasi utama yang dapat timbul akibat endometriosis adalah
gangguan kesuburan. Hal ini terjadi karena endometriosis dapat menutup
tuba falopi sehingga menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, penyakit ini bahkan dapat
merusak sel telur dan sperma. Sepertiga sampai setengah penderita
endometriosis diketahui menderita gangguan kesuburan. Meski demikian,
wanita dengan endometriosis ringan sampai sedang masih berpeluang
untuk hamil. Oleh sebab itu, dokter akan menyarankan untuk tidak
menunda memiliki anak sebelum endometriosis makin serius.

2. Kanker Ovarium
Meski sangat jarang terjadi, wanita dengan riwayat endometriosis berisiko
terserang kanker ovarium. Selain kanker ovarium, wanita yang menderita
endometriosis juga berisiko terserang kanker endometrium.

3. Perlengketan atau Adhesi


Pada kondisi ini, jaringan endometriosis membuat sejumlah organ tubuh
saling menempel, misalnya kandung kemih dan usus yang melekat ke
rahim.

4. Kista Ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh di ovarium.
Kondisi ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di
dekat ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan
menimbulkan nyeri parah.

• Pendidikan kesehatan

13
Edukasi dan promosi kesehatan untuk endometriosis berfokus pada pentingnya
melanjutkan terapi selama 6 bulan penuh. Studi yang dilakukan oleh Bonocher et al
melaporkan bahwa olahraga dapat mengurangi nyeri yang diderita oleh pasien
endometriosis setelah dilakukan secara teratur. Namun, terdapat juga studi lain
menghubungkan olahraga dengan peningkatan rasa sakit.Efek samping kadang dapat
timbul walaupun nyeri telah menghilang. Oleh karena itu pasien perlu dimotivasi
untuk tetap menyelesaikan pengobatannya. Pasien juga perlu dijelaskan pentingnya
untuk berobat kembali apabila gejala endometriosis kambuh lagi.Wanita dengan
endometriosis secara keseluruhan memiliki tingkat kekambuhan sekitar 36% dalam
waktu lima tahun setelah operasi pertama. Dalam studi retrospektif, Yang et al
menyatakan bahwa rerata waktu untuk kekambuhan pasien adalah 33 bulan. Jadi,
remaja wanita dengan endometriosis disarankan untuk kontrol ulang setidaknya 3
tahun pertama. American Congress of Obstetricians and Gynaecologists menyarankan
terapi medis bagi wanita dengan endometriosis yang masih menginginkan
kehamilan.asien juga perlu diedukasi tentang gejala berat yang dapat ditimbulkan
oleh endometriosis yang mengobstruksi usus dan ureter.Serta komplikasi dari
endometriosis seperti memiliki 10% lebih tinggi risiko untuk mengidap kanker
ovarium.Dengan adanya edukasi dan promosi kesehatan ini bertujuan untuk
memberikan pendidikan kesehatan agar memiliki pengetahuan tentang penyembuhan
penyakit endometriosis.

• Pengkajian
1) Data

Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa
yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan
3) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Dysmenore primer ataupun sekunder


b) Nyeri saat latihan fisik
c) Dispareun
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h) Hipermenorea
i) Menoragia
j) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.

14
k) Konstipasi, diare, kolik

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
5) Riwayat Obstetri dan Menstruasi

Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang


berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau akhir menstruasi.
6) Pemerikaan fisik

1. Pada pemeriksaan fisik umum

Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah
organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari penyebab nyeri yang letaknya
kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa
pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti granuloma,
abses dan hematom.

2. Pada pemeriksaan fisik ginekologik

Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan. Lesi
endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada
pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada keterkaitan antara stenosis
pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda
positif dijumpai pada pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.16 Hasil pemeriksaaan fisik
yang normal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis, pemeriksaan pelvic sebagai
pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma
ovarium. Status Ginekologis

a. Abdomen:

Inspeksi: perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)


Palpasi: teraba massa di regio suprapubis sebesar telur ayam, dengan konsistensi kistik,
permukaan licin, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi: pekak daerah massa, shifting dullness (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
b. Genitalia:

Inspeksi: vulva dan uretra tenang


Inspekulo: vulva dan vagina tenang, portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup, fluksus (-
), erosi (-), laserasi (-), polip (-), massa (-), fluor albus (-)
c. Pemeriksaan dalam/ bimanual:
- Vagina tenang
- Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup
- Korpus uteri tidak teraba
- Teraba massa kistik di parametrium sinistra
- Kavum Douglass: menonjol

15
7) Review of system

a) Breath : Tachikardi
b) Blood : Anemia
c) Brain : -
d) Bladder : Oliguri
e) Bowel : Konstipasi
f) Bone : Nyeri
g) Reproduction system : Nyeri saat menstruasi dan koitus.

• Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman status infertile.
2. Nyeri akut berhubungan dengan dengan agen cedera biologi, ditandai dengan peluruhan
endometrium dan endometriosis saat menstruasi.
3. Resiko Pendarahan berhubungan dengan iritasi peritoneum

• Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil tujuan Intervensi

1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi


dengan ancaman status keperawatan selama 3x24 jam a) Identifikasi saat tingkat
infertile. ansietas pasien teratasi ansietas berubah (mis.
dengan kriteria hasil: Kondosi, waktu, stressor)
1. Khawatir akibat b) Identifikasi kemampuan
kondisi yang akan mengambil keputusan
dihadapi menurun c) Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku gelisah (verbal dan non verbal)
menurun Terapeutik
3. Pola tidur membaik a) Ciptakan suasana terapeutik
4. Keluhsn pusing untuk menumbuhkan
menurun kepercayaan
5. Verbalisasi menurun b) Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
c) Pahami situasi yang membuat
ansietas
d) Dengarkan dengan penuh
perhatian
e) Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
h) Diskusikan perencanaan

16
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang dialami
b) Informasikan secara factual
mengenal diagnosis,
pengobatan dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif,sesuai
kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Pemberian obat anti ansietas, Jika
perlu
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan dengan agen keperawatan selama 3x24 jam
cedera biologi, ditandai Nyeri akut pasien teratasi a) Identifikasi lokasi,
dengan peluruhan dengan kriteria hasil;
endometrium dan 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
endometriosis saat menurun
frekuensi,kualitas, intesitas
menstruasi. 2. Gelisah menurun
3. Proses berpikir nyeri
membaik
4. Pola napas membaik b) Identifikasi skala nyeri
5. Pola tidur membaik c) Identifikasi nyeri non
verbal
d) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
e) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
f) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
g) Monitor keberhasilan terapi
komplementer
h) Monitor efek samping

17
penggunaan analgetik

Terapeutik

a) Berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang
memberatkan rasa nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan Penyebab Periode


dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan teknik non
farmalogisuntuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Resiko Pendarahan Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam a) Identifikasi penyebab
iritasi peritoneum Resiko pendarahan pasien pendarahan
teratasi dengan kriteria hasil: b) Periksa adanya darah pada
1. Tekanan darah membaik muntah, sputum, feses, urine
2. Denyut nadi apical pengeluaran NGT, dan
membaik drainase luka, jika perlu
3. Suhu tubuh membaik c) Periksa ukuran dan

18
4. Pendarahan vagina karakteristik hematoma, jika
menurun ada
5. Hemoglobin membaik d) Monitor terjadinya pendrahan
(sifat dan jumlah)
e) Monitor nilai hemoglobin dan
hematokrit sebelum dan
sesudah kehilangan darah
f) Monitor tekanan darah dan
parameter hemodinamik
(tekanan vena sentral dan
tekanan baji kapiler atau arteri
pulmonal), jika ada
g) Monitor intake dan output
cairan
h) Monitor koagulasi darah
(prothrombin time(PT),
partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, degdradasi
fibrin, dan jumlah trombosit),
jika ada
i) Monitor deliveri oksigen
jaringan (mis. PaO2 , SaO2,
hemoglobin dan curah
jantung)
j) Monitor tanda dan gejala
pendarahan massif
Terapeutik
a) Istirahatkan area yang
mengalami pendarahan
b) Berikan kompres dingin, jika
perlu
c) Lakukan penekanan atau balut
tekan, jika perlu
d) Tinggikan ekstermitas yang
mengalami pendarahan
e) Pertahnkan akses IV
Edukasi
a) Jelaskan tanda-tanda
pendarahan
b) Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
pendarahan
c) Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan,
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian tranfusi
darah, jika perlu

• Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan


setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan

19
katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan (Potter,
Patricia A & Perry, 2011).

• Evaluasi
Evaluasi keperawatan dinyatakan berhasil jika hasil kriteria keperawatan sesuai
dengan kriteria hasil yang telah di buat dalam rencana keperawatan

S ubjective : yaitu Pernyataan atau keluhan dari pasen


O bjective : yaitu Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
A nalisys : yaitu Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P lanning : yaitu Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis

● Trend dan issue


Endometriosis merupakan penyakit kronis yang menyerang organ reproduksi
wanita. Kondisi ini sering ditandai dengan rasa sakit saat ovulasi dan menstruasi.
Endometriosis adalah kondisi tumbuhnya jaringan dinding rahim (endometrium) di
luar rahim. Endometriosis umumnya tumbuh di sekitar ovarium, saluran tuba, dan
jaringan yang melapisi panggul. Pada kasus yang jarang, jaringan mirip endometrium
dapat ditemukan di luar area organ panggul.

● Terapi Komplementer
Pengobatan komplementer dan alternatif seperti akupunktur, chiropractic, dan obat
herbal,. Berikut adalah beberapa pengobatan endometriosis yang bisa dilakukan, di
antaranya :
a. Terapi Hormon
Mengambil hormon tambahan kadang-kadang dapat menghilangkan rasa sakit dan
menghentikan perkembangan endometriosis. Terapi hormon membantu tubuh
mengatur perubahan hormonal bulanan dengan mendorong pertumbuhan jaringan
yang terjadi ketika menderita endometriosis.

b. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal mengurangi kesuburan dengan mencegah menstruasi dan
penumpukan jaringan endometrium. Pil KB, patches, dan cincin vagina dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit pada endometriosis yang tidak
terlalu parah. Suntikan medroxyprogesterone (Depo-Provera) juga efektif dalam
menghentikan menstruasi. Cara ini menghentikan pertumbuhan implan endometrium
dan mengurangi rasa sakit serta gejala lainnya. Namun, cara ini mungkin bukan
pilihan pertama karena risiko penurunan produksi tulang, penambahan berat badan,
dan peningkatan insiden depresi pada beberapa kasus.

20
c. Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH)
Agonists and Antagonists Terapi GnRH digunakan untuk memblokir produksi
estrogen yang merangsang ovarium. Estrogen adalah hormon yang bertanggung
jawab untuk pengembangan karakteristik seksual wanita. Menghalangi produksi
estrogen mencegah menstruasi dan menciptakan menopause buatan. Terapi ini
memiliki efek samping seperti kekeringan pada vagina dan rasa panas. Mengambil
dosis kecil estrogen dan progesteron pada saat yang sama dapat membantu membatasi
atau mencegah gejala-gejala ini.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang dibahas, saya menarik kesimpulan dan menjadikannya
beberapa point,sebagai berikut Endometriosis adalah kondisi abnormal dimana jaringan
endometrium ditemukan pada lokasi internal selain uterus. Endometriosis adalah kasus jaringan
endometrium (lapisan dinding Rahim) yang tumbuh di luar rahim (implant endometrium).
Endometriosis merupakan jaringan mirip selaput lendir yang menutupi permukaan rongga rahim
(endometrium) yang berada di luar rongga rahim. Penatalaksanaan endometriosis dilakukan
dengan pembedahan, laparoskopi, ovarektomi, dan pengobatan medis.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran dari para pembaca akan sangat bermanfaat bagi kami, agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi, walau demikian semoga makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Giudice, Linda C., Johannes L. H. Evers, & David L. Healy. 2012. Endometriosis
Science and Practice. USA: Wiley Blackwell. Page: 108 & 117

Alodokter, A. (2015, Maret 2). Komplikasi Endometriosis. Retrieved from Alodokter:


https://www.alodokter.com/endometriosis/komplikasi

Alomedika, A. (2012, April 7). Edukasi dan Promosi Kesehatan endometriosis. Retrieved
from Alomedika: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-
ginekologi/endometriosis/edukasi-dan-promosi-kesehatan

Alomedika, A. (2012, May 13). Penatalaksanaan Penyakit obsterik dan Ginekologi


Endometriosis. Retrieved from Alomedika: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-
dan-ginekologi/endometriosis/penatalaksanaan

Dokter sehat, A. (2016, Juli 23). Penyakit Endometriosis. Retrieved from Dokter Sehat:
https://doktersehat.com/penyakit-a-z/endometriosis/
Doktersehat, A. (n.d.). Retrieved from https://doktersehat.com/penyakit-a-z/endometriosis/

Halodoc, A. (2010, Juni 23). Sistem Reproduksi. Retrieved from Halodoc:


https://www.halodoc.com/sistem/reproduksi

23

Anda mungkin juga menyukai