Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI ANATOMI DAN FISIOLOGI SPERMA PADA PRIA &


MENGIDENTIFIKASI PROSES SPERMATOGENESIS PADA PRIA

Dosen Pengampu: Lidia Lushinta, M.Keb

Disusun Oleh Kelomok 2:

Ade Putri Rahayu P07224221001

Alqoraima Adelina Akino P07224221002

Bela Fitria P07224221005

Devinkhan Saharra P07224221009

Dina Setyawan P07224221012


Eulalia Lestari Tamba P07224221014

Khoiria Oktaviani P07224221023

Merisa Dwi Hijriah P07224221026

Nurafifah Agus P07224221028

Nuril Aina Zeira Putri P07224221029

Rahmi Nuri Suroyya P07224221030

Zunnurain Aulia Fatimah P07224221037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SAMARINDA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun makalah tentang “Mengidentifikasi
anatomi dan fisiologi sperma pada pria & mengidentifikasi proses spermatogenesis pada pria”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas Anatomi dan
Fisiologi serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai
“Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi sperma pada pria & mengidentifikasi proses
spermatogenesis pada pria” .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman anggota
kelompok yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
lebih membuka wawasan berpikir bagi kami dan orang lain yang telah membacanya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan
lebih baik.

Samarinda, 28 Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulis ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Definisi Spermatozoa (sperma) .................................................................................... 3

2.2 Struktur Spermatozoa .................................................................................................. 3

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Spermatozoa ............................................ 4

2.4 Kualitas dan Fungsi Sperma ........................................................................................ 5

2.5 Pemerikaan Sperma ...................................................................................................... 6

2.6 Faktor pengganggu motilitas sperma ......................................................................... 10

2.7 Spermatogenesis ......................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14

3.3 Kesimpulan ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Spermatozoa adalah sel sperma laki-laki yang berfungsi dalam proses fertilisasi.
Tidak seperti kebanyakan sel yang membentuk organisme multiseluler, sel sperma
terdiri atas kepala sperma dan satu buah ekor sperma yang memungkinkan sel sperma
dapat bergerak secara bebas. Pada bagian kepala, sel sperma mengandung sedikit
sitoplasma dan padat akan kromosom. membran plasma sperma yang berfungsi untuk
melindungi sel sperma dari gangguan dari luar. Bagian kepala sperma terdapat nukleus
yang tersusun atas DNA (deoxyribonucleic acid) sebagai inti, dan link histones yang
selama proses spermatogenesis digantikan fungsinya oleh protamin. Nukleus
dibungkus oleh sel Nuclear Envelope (NE) yang tersusun dari Nuclear Pore Complex
(NPC) yang dilepaskan selama proses spermatogenesis. Selanjutnya terdapat lapisan
terakhir yang berguna melindungi nukleus, yaitu Perinuclear Theca atau yang sering
disebut Matrix Perinuclear.

Pengaruh kepadatan sel tidaklah merupakan suatu yang pasti, karena


konsentrasi sel tidak memiliki arti penting dalam proses pernafasan dan glikolisis.
Pengaruh konsentrasi sel terhadap konsumsi oksigen tidaklah disebabkan oleh jumlah
oksigen yang terbatas dalam konsentrasi lebih padat, tetapi karena konsentrasi ion
kalium yang lebih tinggi yang merupakan penghambat alamiah dan terdapat dalam
pengatur metabolisme. Daya tahan sperma yang baik sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan fertilisasi, karena semakin baik daya tahan sperma maka semakin banyak
sperma yang mampu mencapai sel telur sehingga kemungkinan keberhasilan fertilisasi
semakin besar. pH sperma yang basa sangat berbeda dengan pH normal vaginal yang
asam, sehingga perbedaan pH ini sangat berpengaruh terhadap daya tahan sperma. Daya
tahan sperma dapat dinilai dengan melihat kelangsungan hidup sperma dari durasi
motilitas sperma, jika terdapat banyak sperma yang IM maka dilanjutkan dengan
melihat vitalitas sperma.

Pemeriksaan sperma merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk


mengetahui kualitas sperma seseorang untuk dapat melakukan pembuahan.
Pemeriksaan sperma dilakukan mulai dari secara makroskopis, mikroskopis hingga
pemeriksaan secara kimia. Sebelum melakukan pemeriksaan sperma, terlebih dahulu
subjek diberikan edukasi cara pengambilan sampel. Subjek harus melakukan puasa
mengeluarkan sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan
masturbasi. Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama terputus (koitus interuptus)
karena dapat mengganggu hasil yang sebenarnya. Penampungan sampel harus
menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut lebar dan berulir. Sampel yang
diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika dilakukan penundaan, stabilitas
sampel hanya 1 jam setelah liquefasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Spermatozoa (sperma)?


2. Apa yang dimaksud dengan Struktur Spermatozoa?
3. Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Spermatozoa?
4. Apa yang dimaksud dengan Kualitas dan Fungsi Sperma?
5. Apa yang dimaksud dalam Pemerikaan Sperma?
6. Apa saja Faktor pengganggu motilitas sperma?
7. Apa yang dimaksud dengan Spermatogenesis?

1.3 Tujuan penulis

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Oedema

2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui Definisi Spermatozoa (sperma)
2) Untuk mengetahui Struktur Spermatozoa
3) Untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Spermatozoa Untuk
mengetahui jenis-jenis oedema
4) Untuk mengetahui cara Pemerikaan Sperma
8. Untuk mengetahui Faktor pengganggu motilitas sperma.
9. Untuk mengetahui deSpermatogenesis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Spermatozoa (sperma)

Spermatozoa adalah sel sperma laki-laki yang berfungsi dalam proses fertilisasi. Tidak
seperti kebanyakan sel yang membentuk organisme multiseluler, sel sperma terdiri atas kepala
sperma dan satu buah ekor sperma yang memungkinkan sel sperma dapat bergerak secara
bebas. Pada bagian kepala, sel sperma mengandung sedikit sitoplasma dan padat akan
kromosom. Seperti sel kelamin lainya, sel sperma bersifat haploid dan mengandung setengah
kromosom khas dari spesies tersebut (Chu, 2013).

Gambar 1. Spermatozoa

2.2 Struktur Spermatozoa

Struktur sperma secara umum terdiri dari kepala sperma dan ekor sperma (flagellum).
Baik bagian kepala hingga bagian ekor diselubungi oleh membran plasma sperma yang
berfungsi untuk melindungi sel sperma dari gangguan dari luar. Bagian kepala sperma terdapat
nukleus yang tersusun atas DNA (deoxyribonucleic acid) sebagai inti, dan link histones yang
selama proses spermatogenesis digantikan fungsinya oleh protamin. Nukleus dibungkus oleh
sel Nuclear Envelope (NE) yang tersusun dari Nuclear Pore Complex (NPC) yang dilepaskan
selama proses spermatogenesis. Selanjutnya terdapat lapisan terakhir yang berguna melindungi
nukleus, yaitu Perinuclear Theca atau yang sering disebut Matrix Perinuclear. Matrix
perinuclear ini tersusun atas pelindung kaku yang terdiri dari disulfida obligasi yang stabil dari
protein struktural dan digabung dengan berbagai molekul protein lainnya. Matrix perinuclear
dapat dibagi menjadi tiga segmen yang memiliki peranan yang unik dalam fertilisasi selain
melindungi kepala sel sperma (Jonge, 2006).

Gambar 2. Struktur Spermatozoa

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Spermatozoa

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme spermatozoa antara lain temperatur,


konsentrasi semen, fosfat anorganic , pH, kation dan anion, tekanan osmose hormon, zat anti
bakteri dan gas. Spermatozoa yang didinginkan dibawah temperatur badan menunjukkan
motilitas menurun dan berhenti sama sekali bila temperatur berada beberapa derajat di atas titik
beku. Walaupun motilitas sperma berhenti sama sekali, metabolisme berlangsung terus secara
perlahan-lahan (Susilawati, 2011).

Pengaruh kepadatan sel tidaklah merupakan suatu yang pasti, karena konsentrasi sel
tidak memiliki arti penting dalam proses pernafasan dan glikolisis. Pengaruh konsentrasi sel
terhadap konsumsi oksigen tidaklah disebabkan oleh jumlah oksigen yang terbatas dalam
konsentrasi lebih padat, tetapi karena konsentrasi ion kalium yang lebih tinggi yang merupakan
penghambat alamiah dan terdapat dalam pengatur metabolisme (Susilawati, 2011).
2.4 Kualitas dan Fungsi Sperma

Secara umum, fungsi utama sperma adalah untuk pembuahan secara alamiah. Untuk
mampu lakukan pembuahan tentunya sperma harus memiliki kualitas yang baik, penilaian
kualitas sperma dapat dilihat dari fungsi organ hingga fungsi hormonal sel sperma itu sendiri.
Untuk menilai kualitas sperma, dapat dilakukan tiga penilaian, yaitu :

1. Daya tahan Spermatozoa

Daya tahan sperma yang baik sangat dibutuhkan untuk keberhasilan fertilisasi, karena
semakin baik daya tahan sperma maka semakin banyak sperma yang mampu mencapai sel telur
sehingga kemungkinan keberhasilan fertilisasi semakin besar. pH sperma yang basa sangat
berbeda dengan pH normal vaginal yang asam, sehingga perbedaan pH ini sangat berpengaruh
terhadap daya tahan sperma. Daya tahan sperma dapat dinilai dengan melihat kelangsungan
hidup sperma dari durasi motilitas sperma, jika terdapat banyak sperma yang IM maka
dilanjutkan dengan melihat vitalitas sperma (Nieschlag, 2010).

2. Fungsi flagel
Flagel berfungsi untuk melakukan pergerakan, sperma juga menggunakan flagel untuk
melepaskan diri dari epitel oviduk. Flagel sperma juga berperan saat terjadinya pembuahan
karena berfungsi ketika sperma melakukan penetrasi oopharus cumulus dan zona pelusida.
Penilaian dapat dilakukan dengan melihat motilitas sperma, dan juga dapat dilakukan dengan
penilaian morfologi sperma (Nilani, Eswaramohan and Balasubramaniam, 2012).

Gambar3 Flagel
3. Komponen sitoplasma

Komponen sitoplasma mempengaruhi morfologi kepala sperma, sehingga untuk menilai


kualitas komponen sitoplasma dapat dilakukan dengan menilai morfologi sel sperma melalui
sediaan kering dengan pengecatan Giemsa.

2.5 Pemerikaan Sperma

Pemeriksaan sperma merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk mengetahui
kualitas sperma seseorang untuk dapat melakukan pembuahan. Pemeriksaan sperma dilakukan
mulai dari secara makroskopis, mikroskopis hingga pemeriksaan secara kimia. Sebelum
melakukan pemeriksaan sperma, terlebih dahulu subjek diberikan edukasi cara pengambilan
sampel. Subjek harus melakukan puasa mengeluarkan sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel
dilakukan dengan melakukan masturbasi. Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama
terputus (koitus interuptus) karena dapat mengganggu hasil yang sebenarnya. Penampungan
sampel harus menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut lebar dan berulir. Sampel
yang diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika dilakukan penundaan, stabilitas
sampel hanya 1 jam setelah liquefasi (Cheesbrough, 2006).

Sperma ketika diejakulasikan akan berwarna putih keruh dan kental, sperma
biasanya akan mengalami liquefasi (penurunan kekentalan) dalam waktu kurang dari 60 menit
akibat adanya fibrinolysis (Cheesbrough, 2006).

Sampel sperma harus ditangani dengan baik dan aman, karena sampel sperma memiliki risiko
agen infeksi berbahaya yang sangat tinggi diantaranya Human Immunodeficiency Virus (HIV),
Virus Hepatitis dan Virus Herpes Simplex (WHO, 2010). Parameter pemeriksaan sperma,
yaitu:

1. Penilaian makroskopis
a) Warna sperma normal putih keruh seperti cairan kanji. Warna putih yang terlalu
pekat menunjukan adanya konsentrasi sel sperma yang berlebih atau terdapat
sel leukosit dalam sampel. Warna kekuningan menandakan adanya indikasi
infeksi. Warna merah kecoklatan menandakan adanya perdarahan atau adanya
luka sehingga terdapat darah pada cairan sperma (hemospermia).
b) Kekentalan diukur untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sperma untuk
mencapai fase optimal pergerakan sperma. Pemeriksaan kekentalan sperma
dilakukan dengan menggunakan pipet tetes dan mengukur panjang tetesan yang
terbentuk. Pengukuran kekentalan sperma dilakukan setelah sampel sperma
terliquefasi.

2. Pengukuran volume sperma

Pengukuran volume sperma bertujuan untuk melihat apakah jumlah ejakulat


dalam batas normal atau tidak, pada umumnya volume sperma normal adalah 3ml sampai
5ml. Pengukuran volume sperma dilakukan dengan menuangkan sampel sperma kedalam
gelas ukur yang bersih dan dilakukan pengamatan jumlah volume sampel sperma
(Nieschlag, 2010).

3. Pengukuran pH sperma

Pengukuran pH sperma cukup dilakukan dengan menggunakan kertas indikator


pH. Biasanya nilai pH sperma menunjukan angka 6,0 sampai 7,0. Jika nilai pH terukur >8,0
maka kemungkinan terjadi infeksi atau wadah penampungan sperma yang kurang bersih.
Apabila nilai pH sperma yang terukur <6,0 maka dipastikan sampel hanya mengandung
sekret prostat saja atau azoospermia, kejadian ini biasanya terjadi pada kasus obstruksi
epididimis, gangguan duktus derefen, fesikula seminalid atau saluran ejakulasi (Nieschlag,
2010).

4. Pemeriksaan preparat basah


a. Motilitas

Pengujian motilitas sperma bertujuan untuk mengetahui persentase sperma yang


bergerak dengan bebas setelah sampel mengalami liquefasi. Untuk melakukan
pengujian motilitas sperma, diteteskan 10-50μl dan ditutup dengan cover glass
berukuran 20x20 mm. Dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran mulai
10x objektif untuk melihat penyebaran sperma yang merata pada preparat.
Kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40x objektif untuk menilai motilitas
sperma (Cheesbrough, 2006). Motilitas sperma dapat dikelompokkan menjadi
(Nieschlag, 2010):
1) PR = Progresif yang artinya sel sperma memiliki kecepatan pergerakan
yang konstan dan arah gerakan yang lurus dan teratur dengan arah
pergerakan yang luas.
2) NP = NonProgresifyangartinyaspermamemilikigerakanyangtakberaturan
dan arah yang tidak beraturan pula, arah pergerakan sempit (diam
ditempat).
3) IM = Immotil yang artinya tidak bergerak, terdapat kemungkinan sel
sperma yang cacat flagel atau sel sperma mengalami kematian

b. Vitalitas sperma

Pemeriksaan vitalitas sperma dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan


motilitas sperma. Banyaknya sel sperma yang Immotil dikonfirmasi dengan uji vitalitas
sperma untuk melihat persentase sel sperma yang hidup dan mati. Pemeriksaan vitalitas
sperma dilakukan dengan membuat preparat basah. Preparat basah dibuat dengan
memipet 50μl sampel sperma dan ditambahkan dengan eosin 0,5% sebanyak 50μl.
Penambahan eosin bertujuan untuk mewarnai sel sperma secara supravital. Preparat
yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x. Sel sperma yang
hidup akan ditunjukan dengan sel yang tidak terwarnai eosin 0,5% dan sperma yang
mati ditunjukan dengan sel yang terwarnai eosin (Cheesbrough, 2006).

c. Hitung jumlah sperma

Perhitungan jumlah sperma digunakan sebagai prognosis karena mencerminkan


keberhasilan pembuahan saat melakukan hubungan intim dengan pasangan. Selain itu
hitung jumlah sperma juga dapat digunakan sebagai cerminan sistem duktus dan
epididimis tempat cadangan sperma bekerja dengan baik. Perhitungan jumlah sperma
penting dilakukan karena mencerminkan tingkat pengenceran oleh cairan kelenjar
aksesori dari sel sperma yang dipancarkan dari epididimis melalui uretra pada saat
ejakulasi. Hitung jumlah sperma diukur untuk menghitung jumlah total sperma dalam
ejakulasi, yang diperoleh dengan mengalikan konsentrasi sperma dengan volume air
mani.

Perhitungan jumlah sperma dilakukan dengan menggunakan kamar hitung,


biasanya digunakan kamar hitung Improved Neubauer. Sebelum dilakukan
perhitungan, terlebih dahulu sperma diencerkan dengan menggunakan reagen hitung
sperma atau dapat juga digunakan aquades, dengan besar pengenceran sebanyak 20x.
Selanjutnya sperma yang telah diencerkan dimasukan kedalam kamar hitung dan
diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x objektif.

d. Pemeriksaan morfologi sperma

Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan untuk menganalisis struktur sel


sperma dominan yang mampu diproduksi oleh testis. Pemeriksaan ini mengevaluasi
keadaan kepala sel sperma dan ekor sperma. Pada laki-laki normal, bentukan sel sperma
normal akan banyak ditemukan pada sampel sperma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara membuat hapusan sperma kemudian di cat dengan menggunakan cat giemsa dan
diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x objektif.

e. Fertilisasi

Kesuburan adalah multi-faktorial, dengan kata lain ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi kemampuan untuk berhasil melakukan pembuahan, dan tidak semua
dari segi medis. Untuk menemukan penyebab masalah kesuburan, penting untuk
melihat setiap aspek kesehatan, emosi dan gaya hidup. Fungsi utama sperma adalah
melakukan pembuahan terhadap sel telur, proses pembuahan secara alami terjadi pada
tuba falofi. Ovulasi yang optimal biasanya terjadi pada pertengahan siklus menstruasi
atau yang sering disebut masa subur (Glenville, 2013).

Pada saat wanita memasuki masa subur, terjadi perubahan suhu tubuh dan
sistem kerja hormon dalam tubuh sehingga produksi lendir vagina jadi lebih banyak.
Lendir vagina yang diproduksi selain berfungsi sebagai pelumas saat melakukan
hubungan seksual namun berfungsi juga untuk mempermudah masuknya sperma dan
mencapai rahim, selain itu lendir ini juga dapat melindungi sel sperma dari lingkungan
vagina yang asam. Ketika sel sperma berada didalam organ reproduksi wanita, sel
sperma akan mengalami perubahan fisiologis atau yang lebih sering disebut dengan
kapasitasi. Setelah melakukan kontak dengan sel telur, sperma mengalami
hyperactivation, sel sperma yang mengalami hyperactivation ukuranya akan bertambah
besar dan motilitas menjadi semakin kuat. Selain itu, sel sperma juga akan
mengeluarkan enzim litik dari akrosoma yang mempermudah sel sperma untuk masuk
dari permukaan sel telur. Kontak antara sperma dan sel telur dimediasi oleh ligan dan
reseptor spesifik pada permukaan setiap gamet, ligan ini memfasilitasi jika satu sel
sperma berhasil masuk kedalam sel telur maka sel sperma lain tidak dapat masuk
kedalam sel telur. Setelah sel sperma berhasil masuk ke sel telur, perkembangan
akanberkelanjutan ke embryogenesis.

2.6 Faktor pengganggu motilitas sperma

Gangguan motilitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya energi
yang dihasilkan oleh mitokondria, terlalu banyak zat koagulasi dalam semen sehingga
menghalangi gerakan spermatozoa, dan kerusakan struktur normal terutama pada ekor (flagel)
yang merupakan satu-satunya alat gerak spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang dimaksud
dapat berupa kerusakan tingkat ultrastruktural seperti kerusakan membran pembungkus ekor
spermatozoa dan kerusakan aksonem.

2.7 Spermatogenesis

Proses pembentukan dan pematangan spermatozoa dimulai dengan pertumbuhan


spermatogonium menjadi sel spermatosit primer. Sel – sel ini membelah secara mitosis menjadi
dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi
empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah
protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses
spermatogenesis sangat tergantung pada hormonal tubuh. Proses ini berlangsung dalam testis
dan lamanya sekitar 65 sampai 72 hari dan terjadi bersamaan pada waktu yang berbeda di
berbagai wilayah testis untuk produksi dan ketersediaan sperma dewasa.

Produksi sperma adalah proses yang terus menerus , dimulai pada masa pubertas dan
berlanjut sepanjang hidup yang terjadi di tubulus seminiferus. Spermatozoa dilepaskan dari
tubulus seminiferus ke dalam epididimis mengalami pematangan pasca testicular. Sebelum
pembuahan terjadi, spermatozoa harus menjalani perubahan biokimia lebih lanjut melalui
reaksi kapasitif dan akrosom. Metode Pengukuran secara langsung spermatogenesis kinetika
in vivo menunjukkan bahwa keseluruhan proses produksi sperma lebih pendek dari yang
diperkirakan sebelumnya. Metode kinetika in vivo dapat mengkarakterisasi hubungan antara
spermatogenesis dan kualitas semen pada infertilitas pria, termasuk pengukuran efek paparan
gonadotoksik serta intervensi medis dan bedah (Sandro c. Esteves, Ricardo Miyaoska, 2015).
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon sebagai berikut:

a. Testosteron

Hormon Testosteron bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks sekunder


pria seperti pertumbuhan kumis dan jenggot, pertambahan masa otot dan perubahan
suara. Hormon testosteron di produksi di testis, yaitu sel leydig yang berperan penting
bagi tahap pembelahan sel – sel germinal untuk membentuk sperma dan berfungsi
merangsang perkembangan organ seks primer serta mendorong spermatogenesis.

b. Luteinizing Hormon/ LH

Luteinizing Hormon dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH


adalah merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron pada masa
pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun, yang berdampak pada peningkatan tinggi dan
berat badan serta pertambahan panjang penis dan testis.

c. Follicle Stimulating Hormone/ FSH

Follicle Stimulating Hormone dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH


berfungsi merangsang sel sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pematangan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis
terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

d. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel – sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel
sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan
estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. e.
Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon


pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

e. Hormon Gonadotropin

Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon gonadotropin


berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar dapat
mengeluarkan hormon FSH dan LH.
1. Semen dan Plasma semen

Semen atau ejakulat disebut juga mani, cairan putih, air mani, atau pejuh adalah
cairan yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh organ seksual jantan. Fungsi
utama semen adalah untuk mengantarkan sel-sel sperma untuk membuahi sel telur yang
dihasilkan oleh individu betina. Cairan semen yang utama terdiri dari cairan vesica
seminalis (60%). Cairan pertama kali yang keluar dari ejakulat adalah kelenjar
bulbourethalis dimana cairan ini mensekresikan larutan yang bersifat alkali bersama
glycoprotein untuk melumasi serta membersihkan saluran sperma ketika keluar dari ductus
ejakulatorius dan uretra, cairan kedua adalah cairan dari epididimis, ductus deferent
berkontraksi bersama mengeluarkan spermatozoa dan cairan prostat. Enzim pembekuan
dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen cairan vesika seminalis membentuk koagulum
yang lemah, yang kemudian larut dalam 15-20 menit berikutnya karena lisis oleh fibrinogen
yang dibentuk dari profibrinogen prostat. Seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400
juta sel spermatozoa pada saat ejakulasi.

Plasma seminal merupakan campuran sekresi dari epididimis yang berguna


mensekresikan Glyceylphosphorylholine (GPC). Plasma seminal terdiri dari berbagai
komponen biokimia seperti glukosa, kolesterol, protein, metabolit, enzim intraseluler,
antioksidan dan unsur mineral yang penting untuk fungsi sperma serta metabolisme .
Plasma seminal tidak hanya mengangkut spermatozoa tetapi juga memberikan
perlindungan dan nutrisi pada spermatozoa selama pergerakan selanjutnya ke saluran
reproduksi wanita. Komponen biokimia dan enzim pada plasma seminal berfungsi sebagai
penanda biologis untuk kualitas mani dalam fungsi sperma, integritas dan kerusakan.
Korelasi positif antara parameter mani dan beberapa nilai biokimia seperti glukosa, Ca,
ALP dan LDH memainkan peran kunci dalam kapasitasi dan pergerakan spermatozoa ke
depan.

2. Analisis Semen

Analisis semen merupakan satu langkah pemeriksaan pertama yang dilakukan


untuk mengetahui apakah seorang pria memiliki masalah kesuburam (infertilitas). Analisis
semen mencakup evaluasi dari parameter makroskopis dan mikroskopis (Keel, 2006).
Analisis semen adalah prosedur standar untuk mengukur semen dan parameter berbagai
sperma meskipun masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap potensi kesuburan
diantaranya adalah pH ejakulat, viskositas, warna dan bau. Konsentrasi sperma, motilitas
dan morfologi umumnya dianggap tiga yang paling penting dalam parameter pemeriksaan
masalah infertilitas. Parameter ini terbukti sangat berguna dalam diagnosis masalah
kesuburan antara pasangan serta prediksi suksesnya ART, Assisted
ReproductiveTechnology (ART) adalah analisis sperma
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tidak seperti kebanyakan sel yang membentuk organisme multiseluler, sel sperma
terdiri atas kepala sperma dan satu buah ekor sperma yang memungkinkan sel sperma dapat
bergerak secara bebas.

Seperti sel kelamin lainya, sel sperma bersifat haploid dan mengandung setengah
kromosom khas dari spesies tersebut Struktur sperma secara umum terdiri dari kepala sperma
dan ekor sperma (flagellum). Baik bagian kepala hingga bagian ekor diselubungi oleh membran
plasma sperma yang berfungsi untuk melindungi sel sperma dari gangguan dari luar. Untuk
mampu lakukan pembuahan tentunya sperma harus memiliki kualitas yang baik, penilaian
kualitas sperma dapat dilihat dari fungsi organ hingga fungsi hormonal sel sperma itu sendiri.

Daya tahan Spermatozoa Daya tahan sperma yang baik sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan fertilisasi, karena semakin baik daya tahan sperma maka semakin banyak sperma
yang mampu mencapai sel telur sehingga kemungkinan keberhasilan fertilisasi semakin besar.

Daya tahan sperma dapat dinilai dengan melihat kelangsungan hidup sperma dari durasi
motilitas sperma, jika terdapat banyak sperma yang IM maka dilanjutkan dengan melihat
vitalitas sperma (Nieschlag, 2010).

Penilaian dapat dilakukan dengan melihat motilitas sperma, dan juga dapat dilakukan
dengan penilaian morfologi sperma. Pemerikaan Sperma Pemeriksaan sperma merupakan
suatu hal yang penting dilakukan untuk mengetahui kualitas sperma seseorang untuk dapat
melakukan pembuahan.Sampel sperma harus ditangani dengan baik dan aman, karena sampel
sperma memiliki risiko agen infeksi berbahaya yang sangat tinggi diantaranya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), Virus Hepatitis dan Virus Herpes Simplex (WHO, 2010).

Pengukuran volume sperma Pengukuran volume sperma bertujuan untuk melihat


apakah jumlah ejakulat dalam batas normal atau tidak, pada umumnya volume sperma normal
adalah 3ml sampai 5ml. Pengukuran volume sperma dilakukan dengan menuangkan sampel
sperma kedalam gelas ukur yang bersih dan dilakukan pengamatan jumlah volume sampel
sperma
Banyaknya sel sperma yang Immotil dikonfirmasi dengan uji vitalitas sperma untuk
melihat persentase sel sperma yang hidup dan mati. Sel sperma yang hidup akan ditunjukan
dengan sel yang tidak terwarnai eosin 0,5% dan sperma yang mati ditunjukan dengan sel yang
terwarnai eosin Perhitungan jumlah sperma penting dilakukan karena mencerminkan tingkat
pengenceran oleh cairan kelenjar aksesori dari sel sperma yang dipancarkan dari epididimis
melalui uretra pada saat ejakulasi.

Hitung jumlah sperma diukur untuk menghitung jumlah total sperma dalam ejakulasi,
yang diperoleh dengan mengalikan konsentrasi sperma dengan volume air mani. Pemeriksaan
morfologi sperma Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan untuk menganalisis struktur sel
sperma dominan yang mampu diproduksi oleh testis.

Lendir vagina yang diproduksi selain berfungsi sebagai pelumas saat melakukan
hubungan seksual namun berfungsi juga untuk mempermudah masuknya sperma dan mencapai
rahim, selain itu lendir ini juga dapat melindungi sel sperma dari lingkungan vagina yang asam.

Setelah melakukan kontak dengan sel telur, sperma mengalami hyperactivation, sel
sperma yang mengalami hyperactivation ukuranya akan bertambah besar dan motilitas menjadi
semakin kuat. Selain itu, sel sperma juga akan mengeluarkan enzim litik dari akrosoma yang
mempermudah sel sperma untuk masuk dari permukaan sel telur. Kontak antara sperma dan
sel telur dimediasi oleh ligan dan reseptor spesifik pada permukaan setiap gamet, ligan ini
memfasilitasi jika satu sel sperma berhasil masuk kedalam sel telur maka sel sperma lain tidak
dapat masuk kedalam sel telur.
DAFTAR PUSTAKA

crayonpedia.org/mw/D._Pembelahan_Meiosis_Pada_Manusia_12.1#2._Oogenesis.C2
.A0

Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Cetakan Ke III. Jakarta.

grandmall10.wordpress.com/2010/03/20/spermatozoa/ unduh 17 Maret 2011 10.09


AM

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai