Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

MIKROPENIS DAN PENATALAKSANAANNYA

Pembimbing:

Dr. Nanok Edi Susilo, SpBA

Oleh:

Labiqotul Lubabah Ahasmi

106103003449

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan Judul


“Mikropenis dan Penatalaksanaannya”
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu bedah
di RSUP Fatmawati periode 22 November 2010 – 28 Januari 2011

Jakarta, Desember 2010

(dr. Nanok Edi Susilo, SpBA)

ii
KATA PENGANTAR

“Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Adapun judul makalah ini adalah ”Mikropenis dan Penatalaksanaanya.” Dalam


penyusunan makalah ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan
yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan dan kendala yang harus dilewati.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nanok Edi Susilo, SpBA selaku
pembimbing makalah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR................................................................................................ iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PERKEMBANGAN GENITALIA EKSTERNA PRIA ......................................... 2


B. FUNGSI SISTEM ENDOKRIN ........................................................................... 3
C. PUBERTAS NORMAL........................................................................................ 4
D. PERUBAHAN FISIS PRIA PADA MASA PUBERTAS ..................................... 9
E. PERTUMBUHAN TESTIS .................................................................................. 10
F. PERTUMBUHAN PENIS, RAMBUT PUBIK...................................................... 10
G. PERUBAHAN SUARA ....................................................................................... 11
H. GANGGUAN PUBERTAS ................................................................................. 11
I. DEFINISI MIKROPENIS...................................................................................... 12
J. PENYEBAB.........................................................................................................16
K. KOMPLIKASI...................................................................................................... 17
L. PENATALAKSANAAN....................................................................................... 17

BAB III DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Mikropenis adalah suatu kelainan pada pria berupa pertumbuhan penis lebih
kecil.daripada yang seharusnya. Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila
panjang penisnya kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran penis pria normal
pada usia tertentu. Acuan ukuran yang dapat dipakai adalah apabila ukuran penis
kurang dari 2 cm saat kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm di masa pubertas
dan 10 cm di akhir masa pubertas atau saat dewasa. Hal ini dapat disebabkan karena
faktor hormonal sejak seorang anak masih di kandungan, salah satunya adalah
kekurangan hormone androgen pada kehamilan dini.

Sebetulnya dari literatur, mikropenis dapat ditemukan pada 0,6 % populasi.


Namun di Indonesia karena masalah penis sering dikaitkan dengan mitos yang salah
dan agak tabu dan malu diungkapkan, sulit didapat data yang pasti dan sering juga
masalah alat kelamin ini malah dibawa berobat ke tempat yang salah. 1

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan genitalia eksterna pada pria

Perkembangan genitalia eksterna pada pria berada di bawah pengaruh hormone


androgen yang disekresi oleh testis janin dan ditandai oleh cepat memanjangnya
tuberkulum genital yang kini dinamakan phallus (penis). Bersama dengan pemanjangan
ini, phallus menarik lipatan uretra ke depan sehingga membentuk dinsing lateral sulkus
uretra. Sulkus ini terbentang sepanjang permukaan kaudal penis tetapi tidak mencapai
bagian paling distal, yang dikenal sebagai glans. Lapisan epitel yang melapisi sulkus ini
berasal dari endoderm dan membentuk lempeng uretra.

A. Gambar skematik perkembangan genitalia eksterna pria pada 10 minggu.


Perhatikan sulkus uretra yang dalam diapit oleh lipatan uretra. B. Potongan melintang

vi
melalui skrotum selama pembentukan uretra pars kavernosa. Sulkus urogenitalis
dijembatani oleh lipatan uretra. C. Perkembangan uretra pars kavernosa. D. Pada bayi
baru lahir.
Sumber : Sadler,TW.Embriologi Kedokteran Langman.Edisi ketujuh.Jakarta:EGC.2000.

Pada akhir bulan ke-3, kedua lipatan uretra menutup di atas lempeng uretra,
sehingga membentuk uretra pars kavernosa. Saluran ini tidak berjalan hingga ke ujung
penis. Bagian uretra yang paling distal ini dibentuk pada bulan ke-4 ketika sel-sel
ectoderm dari ujung glans menembus masuk ke dalam dan membentuk sebuah korda
epitel yang pendek. Korda ini kemudian memperoleh rongga, sehingga membentuk
orifisium uretra eksternum.

Tonjol-tonjol kelamin pada pria yang dikenal sebagai tonjol skrotum mula-mula
terletak di daerah inguinal. Pada perkembangan selanjutnya, tonjol ini bergerak ke
kaudal dan tiap-tiap tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan
skrotum dipisahkan satu sama lain oleh sekat skrotum. 1

B. Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrim terdiri dari kelenjar – kelenjar yang mensekresikan hormon
yang membantu memelihara dan mengatur fungsi – fungsi vital seperti (1) respon
terhadap stess dan cedera, (2) pertumbuhan dan perkembangan, (3) reproduksi, (4)
2
homeostasis ion, (5) metabolisme energi, (6) respon kekebalan tubuh.
Tanpa sistem endokrin akan terjadi gangguan pertumbuhan dan mencapai
kedewasaan demikian juga infertilitas. Yang paling banyak terpengaruh adalah aksis
hipotalamus – hipofisis – gonad.1,2
Karakteristik fisiologis dari aksis hipotalamus – hipofisis adalah adanya irama.
Irama merupakan gambaran umum pada banyak produksi hormon, dan irama ini
berasal dari struktur otak. Gonadotropin, hormon tropik kelenjar hipofisis anterior
yang mengatur fungsi gonad, mempunyai siklus atau irama yang berbeda. Pada
laki–laki, pelepasan gonadotropin yang sama ini tidak mempunyai sifat siklik, dan
terjadi secara konstan.1,2,3

vii
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar – kelenjar yang mensintesis dan
mensekresi zat yang disebut hormon. Hormon menyebabkan perubahan fisiologik
dan biokimia yang menjadi perantara berbagai pengaturan seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya. 1,2,3
Hormon dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar berdasarkan pada
mekanisme pengiriman sinyal dan interaksi dengan reseptor sel target, yaitu (1)
steroid dan tironin (larut dalam lemak) berdifusi melewati membran sel target dan
bergabung dengan tempat reseptor intrasel, dan akhirnya mengirim sinyal mRNA
untuk mensintesis beberapa protein; (2) polipeptida dan ketekolamin (larut dalam
air) bergabung dengan permukaan sel target, yang kemudian menggunakan
messenger kedua (biasanya AMP siklik) dan akhirnya merubah beberapa fungsi sel
target. 1,2,3
Hormon steroid adalah hormon kortisol, aldosteron, gonad dan kolekalsiferol
(vitamin D). Hormon tironin yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Contoh hormon
polipeptida adalah hormon pelepasan hipotalamus, hormon tropik hipofisis, hormon
paratiroid (PTH), kalsitonin, insulin, dan glukagon. Epinefrin dan norepinefrin dalah
contoh katekolamin. 1,2,3

C. Pubertas Normal
Pubertas adalah suatu periode dengan ciri – ciri seks sekunder mulai
berkembangan kemampuan reproduksi seksual mulai didapat. 6 Hal ini termasuk
dalam pertumbuhan dan maturitas dari karakteristik seksual primer yaitu gonad dan
genital, serta seks sekunder yaitu rambut sexual, perkembangan payudara pada
1,2,3
perempuan dan perubahan suara.

viii
Gambar 1. Anatomi sistem gonadotropin dan susunan gambar sekretorik FSH dan
LH pada masa pubertas.

Hipofisis dibagi menjadi lobus anterior dan posterior. Pembuluh darah


menghubungkan hipothalamus dengan kelenjar hipofisis anterior, pembuluh darah
ini berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan karena itu dikenal sebagai
sistem portal. Sistem portal merupakan saluran yang sangat penting karena
memungkinkan pergerakan hormon pengelepasan dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis. 2,4
Hipothalamus akan mengeluarkan hormon GnRH (Gonadotropin releasing
hormone), kemudian merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon
FSH (Folicle stimulating hormone) dan LH (Luitenizing releasing hormone) dengan
sel targetnya di testis, yaitu tubulus seminiferus dan sel interstisium sel leydig. 2,4,5

Pada masa prapubertas, kadar kedua hormon ini tidak terlalu tinggi, namun
pada masa pubertas terjadi lonjakan peningkatan aktivitas hormonal, terutama
hormon seks.1,2,3,4,5
Hormon hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior dijelaskan dalam
tabel dibawah ini.

ix
Tabel. 1. Ringkasan Hormon Utama
Kelenjar Hormon Sel Taget Fungsi Utama
Endokrin

Hipothalamu Hormon yang Hipofisis anterior Mengontrol pengeluaran hormon –


s melepaskan dan hormon hipofisis anterior
menghambat (TRH,
CRH, GnRH, GHRH,
GHH, PRH, PIH)

Pituitary Vasopresin Tubulus ginjal Meningkatkan reabsorbsi H2O


Posterior (antidiuretik) Arteriol Menimbulkan vasokonstriksi

Oksitosin Uterus Meningkatkan kontraktilitas


Gl. Mamaria Menyebabkan pengeluaran susu

Pituitary TSH (Thyroid – Sel folikel tiroid Merangsang sekresi T3 dan T4


Anterior stimulating hormone)

ACTH Zona fasikulata dan Merangsang sekresi kortisol


(Adrenocorticotropic retikularis adrenal
Hormone)

GH (growth hormone) Tulang dan jaringan Merngsang pertumbuhan tulang dan


lunak jaringan lunak; anabolisme protein,
metabolisme lemak dan konservasi
glukosa

FSH (Follicle Wanita (Folikel ovarium) Mendorong pertumbuhan dan


stimulating hormone) perkembangan folikel, merangsang
Pria (tubulus sekresi estrogen
seminiferus) Merangsang produksi sperma

LH (Luiterizing Wanita (Folikel ovarium Merangsang ovulasi, perkembangan


hormone) dan korpus luteum) korpus luteum, dan sekressi estrogen
Pria (sel interstisium dan progesteron
leydig ditestis) Merangsang sekresi testosteron

Prolaktin Gl. mamaria Mendorong perkembangan


payudara, merangsang sekresi air
susu.

x
Tabel. 2. Ringkasan Hormon Utama (Lanjutan)

Kelenjar Hormon Sel Taget Fungsi Utama


Endokri
n

GONAD

Wanita : Estrogen Organ seks wanita, Mendorong perkembangan folikel,


ovarium (estradiol) tubuh secara berperan dalam pengembangan
Progesteron keseluruhan karakteristik seks sekunder,
merangsang pertumbuhan uterus
Tulang dan payudara
Uterus Mendorong penutupan epifise
Mempersiapkan rahim untuk
kehamilan

Pria: Testosteron Organ seks pria, Merangsang produksi sperma;


Testis tubuh secara bertanggung jawab untuk
keseluruhan perkembangan karakteristik seks
sekunder; meningkatkan dorongan
Tulang seks
Meningkatkan lonjakkan
pertumbuhan masa pubertas;
mendorong penutupan epifisis

Testis Inhibin Hipofisis anterior Menghambat sekresi FSH (follicle


dan stimulating hormone)
Ovarium

Sumber: Lauralee, sheerwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke sistem.2001

xi
Gambar 2. Aktivasi aksis hipothalamus – hipofisis – gonad

Aktivitas gonadotropik pada masa fetus meningkat, namun menurun paska


kelahiran hingga masa prapubertas. Melonjaknya aktivitas gonadotropik melonjak pada
1,2,3,4,5,7
masa pubertas hingga dewasa.

Gambar 3. Mekanisme Feedforward dan feedback pada aksis hypothalamo –


pituitari- gonad.

xii
Terdapat mekanisme feed back negatif pada poros hipotalamus-hipofisis-gonad
yang mengatur fungsi reproduksi laki-laki dan perempuan. Mekanisme feed back
negatif diketahui dengan adanya penurunan sekresi FSH dan LH apabila terdapat
kenaikan testosteron. FSH berpengaruh pada sel Sertoli dalam tubulus seminiferus
dalam proses spermatogenesis. Sedangkan LH berpengaruh pada sel interstisial
menstimulasi sekresi testosterone. Testosteron memberi efek inhibisi yang nyata
terhadap LH dan hanya sedikit memberi efek inhibisi pada FSH. Efek inhibisi
testosteron terhadap FSH dan LH dapat terjadi Secara tidak langsung dengan
mempengaruhi hipotalamus sehinggga terjadi penurunan frekwensi sekresi GnRH yang
kemudian berpengaruh pada hipofisis. Secara langsung dengan mempengaruhi pars
1,2,3,4,5,6,7
anterior hipofisis, sehingga terjadi penurunan sekresi hormon FSH dan LH.

D. Perubahan fisis pria pada masa pubertas

Gambar 4. Pacu Tumbuh

Pada masa pubertas antara laki – laki dan perempuan berbeda. Pada
perempuan, pubertas timbul lebih awal, yaitu usia 10 tahun, dan berakhir pada usia
rata – rata 14 tahun. Sedangkan pria perkembangan testisnya masih terus
berkembang hingga antara usia 15 – 16 tahun. 8

xiii
E. Pertumbuhan Testis
Masa pubertas pria bermula dengan mulai bertambah besarnya testis, rata –
rata pada umur 11.5 tahun, dengan rentang antara 9,5 – 13,5 tahun. Pengukuran
testis dilakukan dengan orkidometer Prader, suatu rentetan ukuran testis yang diberi
angka 1 sampai 25. 8

Gambar 5. Arkidometer

Pada bayi ukurannya 1, pada awal pubertas 4, dan pada masa dewasa pada
umumnya diatas 10. Jadi ukuran testis di atas 4 dapat dianggap sudah masuk
dalam masa pubertas (angka–angka tersebut menyatakan volume testis dalam ml). 8

F. Pertumbuhan penis, rambut pubik, rambut ketiak dan janggut


Hampir bersamaan dengan pacu tumbuh, penis dan rambut pubik mulai
tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantil ke bentuk dewasa dalam waktu
lebih kurang 2 tahun. Rambut pubik tumbuh bertahap yang dinyatakan dalam 5
tahap, yaitu: P1 belum ada rambut sama sekali; P2 mulai tampak rambut halus; P3
rambut makin kasar dan lebar; P4 sudah hampir penuh; P5 bentuk dewasa sampai
pusar (diamond shaped), biasanya tercapai pada umur 15 – 16 tahun. 8

xiv
Rambut ketiak biasanya baru tumbuh kalau rambut pubi sudah mencapai P4.
Kumis dan janggut biasanya baru tumbuh setelah rambut ditempat – tempat lainnya
tumbuh. 8

Gambar 6. Perkembangan genital dan rambut pubis pada laki – laki

G. Perubahan suara
Perubahan suara pada pria remaja terjadi sebagai akibat bertambah
panjangnya pita suara yang mengikuti pacu tumbuh laring. Hal ini terjadi bila proses
pubertas sudah berlangsung beberapa waktu. 8

H. Gangguan Pubertas
Pada masa pubertas yang paling berpengaruh adalah aktivitas aksis
hipothalamus – hipofisis – gonad. Mekanisme skematik atas terjadinya gangguan
pubertas dijelaskan oleh tabel dibawah ini, yaitu:

xv
Gambar 7. Gambaran skematik aksis hipothalamus- Pituitari – Gonad.

Pada pasien dengan hipogonadisme dapat terjadi keterlambatan


perkembangan organ seksual dan tanda seks sekunder pada pria.
Hipergonadotropic hipogonadisme primer disebabkan oleh kerusakan testis, dimana
kadar testosteron rendah sedangkan gonadotropin meningkat, sedangkan
Hipotalamik hipogonadisme disebabkan oleh sekresi gonadotropin yang tidak
mencukupi sehingga hormon seksuat tidak terbentuk. 1,5,7,9,11,12

I. Definisi Mikropenis

Suatu keadaan yang ditandai dengan pembentukan anatomi penis yang normal,
namun panjang dari peregangan penis dibawah 2,5 standar deviasi berdasarkan usia.
Panjang peregangan normal penis pada anak yang baru lahir adalah 3.5cm (-2.5
standar deviasi yaitu 1.8cm). Pengukuran panjang penis dilakukan dengan
meregangkan penis secara maksimal pada bagian yang lembeknya. Pengukurannya
dengan menggunakan sebuah penggaris dan dilakukan penekanan kembali di ramus
pubik, hingga menekan lapisan lemak suprapubik. Peregangan penis dilakukan
dengan cara menggenggam kepala penis diantara ibu jari dan jari telunjuk.
Pengukuran panjang penis dari dorsum penis hingga ujung dari kepala penis, namun
tidak termasuk frenulumnya jika ada. Kecermatan pada pemeriksaan dan pengukuran

xvi
sangat penting dalam menentukan kehadiran mikropenis pada anak laki – laki.
Mikropenis harus dibedakan dengan “hidden penis”, dimana pada “hidden penis”
adalah normal penis namun terhalang karena lapisan lemak suprapubik atau suatu
2,3,4,5,6,7
anomali kongenital yang ditandai dengan penis yang seperti membungkuk.
Pasien dengan mikropenis diklasifikasikan dalam 4 kategori besar, yaitu:
1. Hipogonadotropik hipogonadisme.
Yang ditandai dengan abnormalitas aksis hipotalamus – pituitari berupa
inadekuat dari produksi androgen. Kelainan yang termasuk dalam kategori ini yaitu,
Kallmann’s syndrome, Prader Willie syndrome, Laurence–Moon syndrome, Rud’s
syndrome, dan suatu kondisi defiiensi multipel hormon pituitari. 2,3,4,5,6,7

xvii
Etiologi Hipogonadotropik Hipogonadisme
2. Hipergonadotropik hipogonadisme
Ditandai dengan kegagalan gonad primer. disebabkan oleh kerusakan
testis, dimana kadar testosteron rendah sedangkan gonadotropin meningkat.
Kondisi yang termasuk kedalam kelainan ini yaitu Klinefelter syndrome dan

xviii
kelainan lain pada polisomi kromosom X ,Robinow syndrome, trisomy 21,
Noonan’s syndrome, dan Laurence–Moon syndrome.2,3,4,5,6,7

Gambar 9. Etiologi Hipergonadotropik Hipogonadisme


3. Kegagalan aktivitas androgen termasuk pada insensitivitas androgen parsial
ringan.
4. Mikropenis idiopatik. Subjek dalam kategori ini memiliki kerja fungsi hipotalamus –
pituitari – gonad yang normal. Jarang sekali terjadi suatu keadaan ketidak hadiran
seluruh bagian penis yang disebut aphallia. 2,3,4,5,6,7

xix
J. Penyebab

Mikropenis terjadi jika perangsangan androgen tidak cukup untuk menumbuhkan


genitalia eksterna. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh hipogonadisme primer atau
disfungsi hipotalamus atau hipofisis. Menurut definisi, panjang penis 2,5 SD di bawah
rata-rata kalau diukur pada permukaan dorsal dari pubis ke ujung dan penis ditarik
memanjang.

Pengaruh gonad terhadap perkembangan genitalia eksterna pada laki-laki

Mikropenis dapat diakibatkan oleh zat kimia yang disebut endocrine disrupter
chemicals (EDC) yang dapat mengganggu atau mengubah fungsi endokrin sehingga
terjadi penghambatan kerja androgen, terutama mengganggu substansi yang
bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan perkembangan karakteristik
sekunder laki-laki. Salah satu contoh EDC adalah zat yang terdapat di dalam pestisida
kimia seperti diklorodifenil-trikoloetan (DDT). Zat pengganggu tersebut dapat bereaksi
dengan estrogen atau reseptor androgen serta sebagai senyawa antagonis yang
melawan hormon endogen. Dalam dunia kedokteran mikropenis tidak dapat disamakan
dengan penis tersembunyi (concealed penis) yang diakibatkan malposisi penis (salah
letak) meskipun keduanya menunjukkan abnormalitas ukuran penis. Dalam kasus
seperti ini concealed penis, penis tetap memiliki badan uretral, corporal dan kelenjar
yang normal namun letaknya terhalang oleh lemak suprapubis.

xx
K. Komplikasi

Komplikasi mikropenis dibagi atas komplikasi medis dan psikologis. Komplikasi


medis bisa berupa masalah hormon tergantung dari penyebabnya atau dari efek
pengobatan hormon yang berlebihan, apabila diobati oleh yang tidak mengerti.
Sedangkan komplikasi psikologis bervariasi dari yang paling ringan yaitu gangguan
male seksual role sampai berlanjut ke dewasa seperti penolakan untuk hubungan
seksual.

L. Tatalaksana

Untuk pengobatan mikropenis, dapat ditempuh terapi sejak dini, bahkan sejak
bayi menggunakan intramuscular testosterone atau gel dihidrotestosteron topikal.
Terapi yang dilakukan sebaiknya sebelum masa pubertas atau sebelum berusia 14
tahun. Terapi diberikan 4 kali setiap 3-4 minggu dengan total sebanyak 4 suntikan.
Terapi ini memiliki beberapa efek samping seperti seringnya terjadi ereksi memacu
penutupan lempeng tulang, dan memacu pubertas apabila terapi diberikan secara
berlebihan. Apabila terapi hormone tidak berhasil dilakukan, pengobatan yang dapat
ditempuh adalah bedah orchiopexy. Bedah ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor fisiologis, teknis dan risiko apabila operasi diadakan terlalu
dini. Secara fisiologis, waktu yang tepat untuk melakukan operasi ini adalah saat
kelahiran sampai usia 6 bulan. Usia 6-12 bulan, bayi mulai memiliki kesadaran diri dan
kewaspadaan akan dipisahkan dengan ibunya. Kewaspadaan ini meningkat pada usia
1-3 tahun sehingga apabila anak pada usia tersebut dioperasi maka harus didampingi
ibunya. Pada usia 3-6 tahun, akan lebih mudah untuk melakukan operasi namun di atas
usia 6 tahun, mereka mulai cemas dengan operasi kelamin yang akan dijalani. Secara
teknis, orchiopexy dapat dilakukan oleh ahli pediatric dengan bantuan bius yang baik.

Evaluasi pasien dengan micropenis harus diarahkan ke arah diagnosis sedini


dan terapi secepat mungkin.Bayi harus dimonitor dengan baik. Berpotensi kondisi
berbahaya seperti hipotiroidisme, hipocortisolemia, kekurangan hormon pertumbuhan,
dan diabetes insipidus, harus dikecualikan dan diobati. Tingkat plasma FSH, LH, dan

xxi
testosteron harus ditentukan. Pemeriksaan kadar GnRH dan atau hCG dapat
membantu mengegakkan etiologi.
Kemampuan respon penis terhadap hormon androgen dapat dinilai dengan
pemberian testosteron atau hCG pada bayi baru lahir. Pengobatan dengan testosteron
intramuskular pada bayi atau anak – anak telah direkomendasikan untuk memperbaiki
penampilan dari penis dan untuk memfasilitasi pelatihan toilet. Pengobatan ini diberikan
setelah usia dua atau tiga bulan, berupa 25mg testosteron enanthate per bulan untuk
dua sampai empat bulan. Berdasarkan konsensus internasional, tujuan utama terapi
testosteron adalah untuk mengganti kadar testosteron sedapat mungkin seperti
konsentrasi pada kondisi fisiologis. Pengukuran akurat dari penis harus dilakukan,
sekali terdapat respons penis, maka pengobatan perlu dihentikan. Jika tidak ada
respon yang diperoleh, maka perlu dipertimbangkan kembali pengulangan pengobatan.
Efek samping pada pengobatan ini sangat minimal, termasuk percepatan sementara
pada pertumbuhan, dan kemajuan dari usia tulang dan efek samping lainnya yang
disebabkan terap testosteron. Terapi penggantian pubertas mungkin diperlukan dalam
beberapa individu. 2,3,4,5,6,7

Sumber: Pediatric Endocrinology. Fifth edition. Vol 2.Informa Healthcare. New


York:2007

xxii
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler,TW.Embriologi Kedokteran Langman.Edisi ketujuh.Jakarta:EGC.2000.


Bab 15. Sistem urogenital. Hal 286-310
2. Lifshitz Fima. Pediatric Endocrinology.Hypogonadism at adolescence : Lack or
delay of sexual development?. Third edition, revised and expanded.1996
3. Prince A. Sylvia, Wilson M. Lorraini. Patofisiologi: konsep klinis proses – proses
penyakit. Alih bahasa, Brahm U. Pendit [et.al]; editor edisi bahasa indonesia,
Huriawati Hartanto [et.al]. Edisi 6. Jakarta:EGC.2005. Bab 10. Hal 1202 – 12.
4. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan. Ilmu
Kesehatan Anak XLVI. Current Management of Pediatrics Problems. Jakarta: 5 –
6 September 2004. Bab 2. Masalah Pubertas Sehari – Hari. Hal. 10 – 21.
5. Sherwood lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Bab 18.
Prinsip endokrinologi kelenjar endokrin sentral. Hal 625
6. Winters, J. Stephen. Contemporary Endocrinology. MaleHypogonadism basic,
clinical, and Therapeutic principles. Humana Press.2004
7. Brook G.D Charles, Brown S Rosalind. Handbook of clinical Pediatrics. First
published,2008. Diakses dari http://www.blackwellpublishing.com
8. Brämswig Jürgen, Dübbers Angelika. Disorder Of Pubertal Development.
Continuing Medical Education. Dtsch Arztebl Int 2009; 106(17): 295–304
9. Widley, LS, Byrd GM, Biro FM. Pubertal Growth and Maturation. Center for
Continuing Education in Adolescent Health, Division of Adolescent Medicine.
Childern Hospital Medical Center. 1996
10. Lifshitz, fima. Pediatric Endocrinology. Fifth edition. Vol 2. Growth, Adrenal,
Sexual, Thyroid, Calcium and Fluid Balance Disorder. Informa Healthcare. New
York:2007.

xxiii

Anda mungkin juga menyukai