Oleh
2032111045
[FISWAN 4B]
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan praktikum yang
telah diberikan dengan judul “PEMERIKSAAN ANALISIS SPERMA” selesai
tepat pada waktunya.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbandingan Sperma Normal dan Abnormal ........................................ 14
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Pengamatan Sperma ................................................ 15
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
daerah akrosom kecil atau besar (<40% atau >70% dari daerah kepala),
kepala ganda, atau kombinasi dari beberapa defek.
b. Defek pada leher dan midpiece : penyisipan asimetris midpiece ke
dalam kepala, tebal atau tidak teratur, tajam membungkuk, normal
tipis, atau kombinasi dari beberapa defek.
c. Defek ekor : pendek, hairpin halus, tajam bersudut, lebar tidak teratur,
tergulung, atau kombinasi dari beberapa defek.
d. Sitoplasma droplet : ini dikaitkan dengan spermatozoa abnormal
dihasilkan dari proses spermatogenesis yang rusak. Spermatozoa
ditandai dengan tumpukan sitoplasma yang bentuknya tidak teratur,
besarnya sepertiga atau lebih dari ukuran kepala sperma, sering juga
dikaitkan dengan defek midpiece.
2.2 Spermatogenesis
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 6 Maret 2023 pada pukul
07.30-09.30 WIB di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, cell counter,
preparat kaca dan cover glass mikroskop, mikropipet dan tip, pipet tetes, gelas
ukur, mikrotube, dan neubauer chamber sedangkan bahan yang digunakan
adalah larutan george, kertas pH universal dan sampel sperma segar.
4) Imotilitas/tidak bergerak.
Misalkan menghitung basofil adalah kategori pertama, eosin
kategori kedua, miloid kategori ketiga dan jufenil kategori
keempat. Ketika mengamati motilitas sperma dalam mikroskop
kita dapat menekan satu tombol yang sesuai dengan kategori
tersebut, misalnya jika mengamati motilitas type 1 kita dapat
menekan tombol 1 lalu kita menemukan 2 lagi motilitas type 1
dan menemukan motilitas type 3 atau imotilitas dan type 2.
Disini kita bisa melihat jumlah masing-masing type motilitas
serta total yang sudah dihitung. Apabila sudah mencapai total
100 maka alat akan berbunyi dan kita dapat menghentikan
hitungan. Kemudian penghitungan sperma motil, apabila
melihat sperma dengan motilitas 1, lalu tekan di tombol yang
sesuai.
- Perhitungan Konsentrasi Sperma
Untuk melakukan pengukuran ini, terlebih dahulu lakukan
pengenceran sampel semen sebanyak 1 banding 20 yaitu
dengan menambahkan 50ul sampel semen ke dalam 950ul
larutan george. Pertama ambil 950ul larutan george lalu
masukkan ke dalam mikrotube kemudian ambil larutan semen
sebnayak 50ul lalu masukan ke dalam tube yang telah diisi
larutan george lalu homogenkan. Lalu teteskan larutan yang
telah diencerkan ke dalam neubauer chamber dan kita tutup
menggunakan cover glass. Setelah ditutup, diamkan selama 5
menit agar sel spermatozoa mengendap, pengendapan sel
spermatozoa tersebut akan memudahkan kita untuk
mengobservasi. Lalu melakukan pengamatan dibawah
mikroskop cahaya yang sudah disambungkan ke computer.
sperma
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan sperma yang telah dilakukan, sesuai dengan tabel
diatas secara garis besar sperma tersebut normal. Pada uji makroskopik yang
telah dilakukan meliputi warna, bau, volume, PH, likuifaksi dan viskoskitas
didapatkan hasil pada warnanya berwarna putih mutiara, berbau khas,
memiliki volume 1,6cc, ph nya 7-8, likuefaksi telah cair sempurna dan
viskisitsa cepat. Sedangkan pada uji mikroskopik tidak disebutkan hasilnya.
Pada pemeriksaan makroskopik, indikator warna sperma yang normal
adalah putih mutiara atau putih kelabu, menurut Strasinger et al 2014 semen
yang normal memiliki warna putih kelabu, tampak translusen dan memiliki
bau basi yang khas. Sedangkan warna sperma yang abnormal yaitu jernih
karena konsentrasi sperma yang rendah, putih kekeruhan menunjukkan adanya
leukosit dan infeksi di dalam saluran reproduksi. Variasi warna merah
16
berhubungan dengan adanya sel darah merah pada sperma. Warna kuning
disebabkan oleh adanya kontaminasi urin dan obat-obatan.
Pada indikator bau menunjukkan bau yang khas dan tidak menyengat, hal
ini merupakan ciri-ciri urin yang normal. Menurut Oka, 1998 sperma yang
baru keluar mempunyai bau yang khas dan spesifik, untuk mengenal bau
sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman membaui sperma. Bau
sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin yang dikeluarkan
oleh kelenjar prostat.
Pada indikator volume, dikatakan normal apabila volume semen berkisar
antara 2ml sampai 5ml. Peningkatan volume dapat dilihat setelah periode
abstinensia yang lama. Penurunan volume disebabkan oleh seringnya
berhubungan dengan terjadinya infertilitas dan mungkin menunjukkan fungsi
yang tidak baik dari salah satu organ penghasil semen, terutama vesikula
seminalis (Strasinger et al 1998).
Pada indikator pH yaitu didapatkan hasil 7-8, hal tersebut merupakan salah
satu ciri dari sperma yang normal. Menurut Gandosoebrata R, 2016. pH
normal semen bersifat basa dengan rentang 7,2 hingga 8,0. Peningkatan Ph
menunjukkan infeksi di dalam saluran reproduksi. Sedangkan penurunan ph
berhubungan dengan peningkatan cairan prostat, obstruksi duktus
ejakulatorius atau vesikula seminalis yang kurang berkembang.
Pada indikator likuifaksi didapatkan hasil cair dengan sempurna. Menurut
Strasinger, 2010 spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan
dan harus mencair dalam 30 hingga 60 menit setelah pengumpulan. Kegagalan
likuifaksi yang terjadi dalam waktu 60 menit dapat disebabkan oleh adanya
kekurnagan enzim prostat.
Pada indikator viskositas diapatkan hasil menggumpal dan sangat kental.
Menurut Strasinger et al 1987 Viskositas spesimen mengacu pada konsistensi
cairan dan mungkin berhubungan dengan likuifaksi spesimen. Spesimen yang
mengalami likuifaksi secara tidak lengkap bersifat menggumpal dan sangat
kental. Spesimen semen yang normal harus mudah ditarik ke dalam pipet dan
membentuk tetesan kecil yang tidak tampak menggumpal atau berserabut
ketika jatuh dari pipet akibat gravitasi. Tetesan yang membentuk benang lebih
17
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum ini, sampel sperma yang telah dikeluarkan
harus sesegera mungkin diitindak agar tidak mengurangi kualitas sperma.
Saat melakukan praktikum tetap memperhatikan keselamatan dan aturan yang
ada di laboratorium dan diharapkan memakai alat pelindung seperti jas lab dan
gloves agar praktikum berjalan dengan lancar, jika praktikum sudah dilakukan
bersihkan kembali alat-alat laboratorium yang digunakan agar tetap steril dan
dapat digunakan kembali, sampah bekas praktikum harap dibuang dengan
benar agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Guyton CA, Hall JE. 2007. Textbook of medical physiology. 11th Edition.
Rachman LY et al. Editor. Jakarta: ECG. 798-98p.
Ismail A and Nasr A (2013). Semen analysis: Indispensable, yet non-ideal. Middle
East Fertility Society Journal, 18 (4): 287-88.
Sherwood L. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8 th. Edition. Ong OH,
Mahode AA, Rahmadani D. Editor. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 782-
803p.
Singh A, Agarwal A (2011). The role of sperm chromatin integrity and DNA
damage on male infertility. The Open Reproductive Science Journal, 3:
64-71.
20
Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014. Urinalysis and Body Fluid. 6th Edition. Ward
MM. Editor. United State: FA Davis Company. 204-13p
WHO. 2010. WHO Laboratory Manual for The Examination and Processing of
Human Semen. 5th Edition. Switzerland: 7-44p
21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Sementara