Di susun oleh :
Dosen Pembimbing :
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa yang hingga saat ini masih
berkenan menyatukan roh dan jasad kita dalam keadaan sehat waláfiat.sholawat serta salam tak
lupa kita sanjungkan kepada baginda kita nabi besar, nabi agung, nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju manusia manusia yang berfikir.
Dengan mengucap “BISMILLAHIRRAHMAANIRAHIIM” kami bermaksud menyusun
makalah ini untuk memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah FLEBOTOMI DAN
PENGELOLAAN SPESIMEN 2 yang Dalam hal ini penyusun mencoba meramu dari berbagai
literature menjadi sebuah makalah.
Makalah yang membahas mengenai “PEMERIKSAAN SPERMATOZOA DAN
NANAH (PUS) “ ini bertujuan agar penyusun khususnya serta seluruh rekan mahasiswa atau
mahasisiwi dapat lebih memahami tentang pengelolaan spesimen pada pemeriksaan
spermatozoa dan nanah (pus).
Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
walaupun demikian tentu masih ada kekurangan. Untuk itu penyusun menerima dengan tangan
terbuka kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah ini, dan makalah-
makalah berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Spermarozoa
2.1 Anatomi Spermatozoa
2.2 Fisiologi
2.3 Tahap-tahap spermatogenesis
2.4 Pengumpulan spesimen
2.5 Pemeriksaansperma
Nanah (pus)
3.1 Nanah (pus)
3.1.1 Definisi Nanah ( PUS)
3.1.2 Pengumpulan Sampel
3.1.3 Isolasi dan identifikasi mikroorganisme pus
3.1.4. Uji Laboratorium Diagnostik
3.1.5.Pengamatan Morfologi kuman
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem reproduksi tidak berperan dalam homestatis dan tidak esensial bagi
kelangsungan individu, namun sistem ini tetap berperan penting dalam kehidupan seseorang.
Sistem reproduksi pada pria memiliki fungsi esensial yang menghasilkan sperma
(spermatogenesis) dan menyalurkan sperma ke wanita. Organ reproduksi primer pada pria terdiri
dari sepasang testis. Pada kedua jenis kelamin, gonad matur akan menghasilkan garnet
(gametogenesis) yaitu spermatozoa pada pria dan ovum pada wanita. Gonad juga akan
menghasilkan hormon testosteron pada pria, serta hormon estrogen dan progesteron pada wanita
(Sherwood L. 2016)
Sperma ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi
sekret dari kelenjar prostat, kelenjar lain dan spermatozoa. Diamping pemeriksan pemeriksaan
lain, pemeriksaan sperma penting dalam masalah fertilitas dan infertilitas.
Analisa sel spermatozoa adalah pemeriksaan yang di lakukan pada pria untuk menilai
adanya gangguan pada sperma. Data dari populasi berdasarkan studi menunjukkan bahwa 10-
15% pasangan di dunia mengalami infertilitas. Dimana diperkirakan kontribusi pria sekitar 25-
30% pada semua kasus infertilitas. Di Afrika, prevalensinya sangat tinggi, di sub-Sahara mulai
dari 20% sampai 60% dari pasangan. Namun di Asia khususnya di Indonesia masih belum
diketahui secara pasti gambaran dari keadaan infertil tersebut. Dari tingginya angka infertilitas di
dunia, ini merupakan salah satu penyebab morbiditas psikologi seperti stres dan depresi pada
pasangan yang mengalaminya. Dengan analisa sperma nantinya akan di dapat gambaran dari
kondisi pria dan membuktikan keterlibatannya dalam kasus infertilitas (Putra CB, Manuaba IB.
2017)
Dalam menegakkan diagnosa pemeriksaan sperma dapat di lakukan dengan
pemeriksaan berupa motilitas, morfologi, dan konsentrasi sperma, selain itu juga telah umum di
lakukan pemeriksaan integritas DNA sperma yang dapat menentukan kualitas sperma, Namun
melalui pemeriksaan tersebut, tidak semua penyebab infertilitas pada pria dapat diketahui
sehingga masih terdapat 6-27% dari kasus infertilitas secara umum yang tergolong infertilitas
pria yang tidak dapat dijelaskan. Terkait hal tersebut, pemeriksaan kualitas kromatin sperma
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tambahan dalam menentukan kualitas sperma
sehingga lebih mempertajam diagnosis etiologi dan penatalaksanaan infertilitas pada pria.
Infeksi adalah adanya suatu mikroorganisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006). Penyakit infeksi dapat
disebabkan oleh empat kelompok besar hama penyakit, yaitu : bakteri, jamur, virus dan parasit
(Jawetz et al., 2001). Salah satu respon tubuh terhadap infeksi yang ditandai dengan
terbentuknya pus, dimana pus merupakan cairan yang kaya protein dari hasil proses inflamasi
yang terbentuk dari sel (leukosit), cairan jaringan serta debris seluler. Adanya pus yang
berlangsung lama yang terdapat pada luka yang mengalami infeksi menandakan bahwa adanya
bakteri yang terus menerus berkembang di daerah tersebut. Sehingga perlu dilakukan pengujian
kultur dan uji resistensi untuk mengetahui jenis bakteri penginfeksi untuk diberikan terapi yang
sesuai dengan penyakit yang diderita (Nurmala,2015).
Sebagai upaya penanggulangan, penyakit infeksi dapat diatasi melalui pengobatan
menggunakan antibiotika (Naim, 2003). Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba
penyebab infeksi pada manusia ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin. Artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksik terhadap hospes (Setiabudy dan Gan, 1995). Agen antibakteri yang optimal untuk
pengobatan suatu infeksi adalah antibakteri yang mempunyai spektrum aktivitas yang paling
sempit, dengan efek samping dan toksisitas minimal (Shulman dkk., 1994).
Pemberian antibiotika harus diberikan secara tepat sesuai diagnosis penyebab penyakit
infeksinya. Untuk menentukan penyebab penyakitnya, maka secara ideal diperlukan diagnosa
bakteriologik dan tes sensitivitas bakteri terhadap antibiotika (Tietjen, 2004 :11).
1.2.RUMUSAN MASALAH
Gambar 1.2 Anatomi testis yang menggambarkan tempat spermatogenesis (Sherwood L. 2016)
Semen terdiri dari empat fraksi yang disumbangkan oleh testis, epididimis, vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra (Gambar 1.3). Setiap fraksi berbeda dalam
komposisinya, dan pencampuran keempat fraksi selama ejakulasi sangat penting untuk
menghasilkan spesimen semen yang normal (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, Guyton CA,
Hall JE. 2007).
Gambar 1.3 Potongan melintang dan tampak anterior organ genital pria (Sherwood L. 2016)
Testis merupakan sepasang kelenjar di dalam skrotum yang berisi tubulus seminiferus
untuk sekresi sperma. Lokasi eksterna pada skrotum berkontribusi terhadap suhu skrotum yang
lebih rendah yang optimal untuk perkembangan sperma. Sel-sel germinal untuk produksi
spermatozoa terletak di sel epitel tubulus seminiferus. Sel Sertoli secara spesifik memberikan
dukungan dan nutrisi untuk sel germinal saat sel tersebut menjalani mitosis dan meiosis
(spermatogenesis). Ketika spermatogenesis selesai, sperma imatur (nonmotil) memasuki
epididimis. Pada epididimis, sperma matur dan memiliki flagela. Seluruh proses memakan waktu
sekitar 90 hari. Sperma tetap disimpan dalam epididimis sampai ejakulasi, pada saat itu sperma
didorong melalui duktus deferens (vas deferens) ke duktus ejakulatorius (Strasinger KS, Lorenzo
SM. 2014, Guyton CA, Hall JE. 2007).
Duktus ejakulatorius menerima sperma dari duktus deferens dan cairan dari vesikula
seminalis. Vesikula seminalis menghasilkan sebagian besar cairan yang ada dalam semen (60%
hingga 70%), dan cairan tersebut merupakan media transport untuk sperma. Cairan tersebut
mengandung konsentrasi fruktosa dan flavin yang tinggi. Spermatozoa memetabolisme fruktosa
untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan flagela untuk mendorong spermatozoa melewati
saluran reproduksi wanita. Dengan tidak adanya fruktosa, sperma tidak menunjukkan adanya
motilitas pada analisis semen. Flavin bertanggung jawab atas penampilan abu-abu dari semen.
Berbagai protein yang disekresikan oleh vesikula seminalis terlibat pada koagulasi ejakulasi
(Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, Guyton CA, Hall JE. 2007).
Kelenjar prostat yang muskuler, terletak tepat di bawah vesika urinaria, mengelilingi
uretra atas dan membantu mendorong sperma untuk melewati uretra melalui kontraksi selama
ejakulasi. Sekitar 20% hingga 30% volum semen merupakan cairan asam yang diproduksi oleh
kelenjar prostat. Cairan dari prostat bersifat asam dan berwarna seperti susu yang mengandung
konsentrasi asam fosfatase, asam sitrat, zinc, dan enzim proteolitik yang tinggi yang bertanggung
jawab untuk koagulasi dan likuifaksi semen setelah ejakulasi (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014,
Guyton CA, Hall JE. 2007).
Kelenjar bulbouretra, yang terletak di bawah prostat, berkontribusi pada sekitar 5%
dari volum cairan dalam bentuk lendir alkalin tebal yang membantu menetralkan keasaman dari
sekresi prostat dan vagina. Penting bagi semen bersifat alkali untuk menetralkan keasaman
vagina yang terjadi sebagai akibat dari flora vagina bakteri yang normal. Tanpa netralisasi ini,
motilitas sperma akan berkurang (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, Guyton CA, Hall JE. 2007).
2.3 Tahap – Tahap Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks ketika sel germinativum primordial
yang relatif belum berdiferensiasi (primitive atau awal). Spermatogonia (masing-masing
mengandung komplemen diploid 46 kromosom) berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa
yang sangat khusus dan motil (sperma), masing-masing mengandung set haploid 23 kromosom
yang diterima secara acak (Sherwood L. 2016, Guyton CA, Hall JE. 2007).
2.3.1 Proliferasi Mitotik
Spermatogonia yang terletak dilapisan terluar tubulus terus menerus bermitosis,
dengan semua sel baru yang mengandung komplemen lengkap 46 kromosom identik dengan
2.3.2 Meiosis Selama meiosis setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid 46 kromosom
rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan jumlah haploid 23
kromosom rangkap) selama pembelahan meiosis pertama, akhirnya menghasilkan empat
spermatid (masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) akibat pembelahan meiosis kedua
(Sherwood L. 2016, Guyton CA, Hall JE. 2007).
Setelah tahap spermatogenesis, tidak terjadi pembelahan lanjut. Setiap spermatid
mengalami remodeling menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonium secara mitosis
menghasilakan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit primer secara meiosis akan
menghasilkan empat spermatid, rangkaian spermatogenik pada manusia secara teoritis
menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses ini. Namun sebagian
sel lenyap diberbagai tahap sehingga efisiensi produksi jarang setinggi ini (Sherwood L. 2016,
Guyton CA, Hall JE. 2007)
2.3.3 Pengemasan
Setelah meiosis, spermatid secara struktural masih mirip spermatogonia yang belum
berdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen kromosomnya kini hanya separuh. Pembentukan
spermatozoa yang sangat khusus dan bergerak dari spermatid memerlukan proses remodeling
atau pengemasan, ekstensif elemen-elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai
spermiogenesis. Sperma pada hakikatnya adalah sel yang sebagian besar sitosol dan semua
organel yang tidak dibutuhkan untuk menyampaikan informasi genetik sperma ke ovum telah
disingkirkan. Karena itu sperma dapat bergerak cepat, hanya membawa serta sedikit beban untuk
melaksanakan pembuahan (Sherwood L. 2016, Guyton CA, Hall JE. 2007)
Gambar 1.5 Kamar hitung Neubauer (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014).
Hanya sperma yang berkembang secara utuh yang dihitung. Sperma imatur dan
leukosit, sering disebut sebagai sel "bulat", tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan. Namun,
adanya sel-sel tersebut dapat berjumlah signifikan, dan sel-sel tersebut mungkin perlu
diidentifikasi dan dihitung secara terpisah. Pewarnaan meliputi cairan pengencer untuk
membedakan antara sel sperma imatur (spermatid) dan leukosit, dan sel-sel tersebut dapat
dihitung dengan cara yang sama seperti sperma matur. Perhitungan leukosit yang lebih besar dari
1 juta per mililiter berhubungan dengan terjadinya inflamasi atau infeksi pada organ reproduksi
yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO. 2010)
Adanya spermatid lebih dari 1 juta per mililiter menunjukkan adanya gangguan
spermatogenesis. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi virus, paparan bahan kimia
toksik, dan kelainan genetik (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO. 2010).
Gambar 1.6 Struktur normal spermatozoa (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014).
Morfologi sperma dievaluasi dengan slide yang dicat tipis di bawah oil immersion.
Pengecatan dibuat dengan menempatkan sekitar 10 μL semen di dekat ujung buram slide
mikroskop yang bersih. Letakkan slide kedua dengan bersih, pada tepi halus di depan tetesan
semen pada sudut 45° dan tarik slide hingga tepi tetesan semen, hal tersebut memungkinkan
semen untuk menyebar hingga ujung slide. Ketika semen didistribusikan secara merata di
seluruh slide penyebar, tarik perlahan slide penyebar ke depan dengan gerakan kontinyu
melintasi slide pertama untuk menghasilkan pengecatan. Pengecatan dapat dilakukan
menggunakan pewarnaan Wright, Giemsa, Shorr, atau Papanicolaou sesuai ketersediaan
laboratorium. Slide yang dikeringkan dengan udara dapat stabil selama 24 jam. Setidaknya 200
sperma harus dievaluasi dan adanya persentase sperma yang abnormal dilaporkan. Abnormalitas
yang diidentifikasi secara rutin dalam struktur kepala meliputi kepala ganda, kepala besar dan
amorf, kepala berbentuk seperti jarum, kepala meruncing, dan kepala sempit. Ekor sperma
abnormal yang sering ditemui adalah ekor ganda, menggulung, atau menekuk (Gambar 1.6).
Leher panjang yang abnormal dapat menyebabkan kepala sperma menekuk ke belakang dan
mengganggu motilitas (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014).
Gambar 1.7 Bentuk abnormal kepala dan ekor spermatozoa (Strasinger KS, Lorenzo SM.
2014).
Metode ini dapat digunakan jika perhitungan tidak dapat dilakukan pada perhitungan
hemositometer dan untuk memverifikasi jumlah yang dilakukan oleh hemositometer. Jumlah
leukosit lebih dari 1 juta per mililiter per ejakulasi menunjukkan kondisi inflamasi yang
berhubungan dengan infeksi dan kualitas sperma yang buruk dan dapat mengganggu motilitas
sperma serta integritas DNA (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO.2010).
2.5.3.pemeriksaan kimia
Karbohidrat yang ada dalam sperma ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai
korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapankadar fruktosa memkai reaksi
selivanoff sebagai dasr, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan nyusun warna
merah
Reagensia
1. Larutan Ba(OH)2 0,3n dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2 8aq dalam 1000 ml aqua
dest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 m dibuat dari 50 g ZnSO4. 7 aq larutan dalam 100 ml aqua dest
3. Larutan resorcinol 0,1 % dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila
4. HCL sekitar 10n dibuat dari volume aqua dest ditambah 6 volume HCL pekat.
5. a. standard fruktosa stock. 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml larutan asam benzoat 0,2 %
b. Standard fruktosa,larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock di encerkn dengan aqua dest
sampai 100 ml. pada cara yabg dicantumkan dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg
fruktosa/dl sperma.
Prosedur kerja
1. Lakukan deprotenisasi sperma yang akan diperiksa dengan terlebih dulu mengencerkan0,1
ml sperma dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml lar. Ba (Ba)OH2, campur,tambah
2. Sediakan 3 tabung T (tes) , S (standard) dan B (blangko). Tabung T di isi 2 ml cairan atas
dari langkah 1, tabung S diisi 2ml standard fruktosa larutan kerja Dn tabung B diisi 2ml air.
Catatan :
Kadar fruktosa dalam sperma normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu
berasal Dri vesiculae seminales.selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh,
banyaknya fruktosa Dlam sperma juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam esiculae
seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa
Evaluasi Kromatin Sperma Pemeriksaan integritas DNA sperma telah umum dilakukan
sebagai pemeriksaan tambahan untuk menunjang pemeriksaan analisis semen dalam menegakkan
diagnosa etiologi dari infertilitas pria. Banyak teknik yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan integritas
DNA, namum semua pemeriksaan tersebut pada umumnya membutuhkan peralatan dan biaya yang cukup
mahal. Dari pemeriksaan integritas DNA, dapat diketahui tingkat fragmentasi pada DNA sperma yang
selanjutnya akan mempengaruhi kualitas sperma. Berdasarkan uraian sebelumnya, bahwa integritas DNA
pada sperma dilindungi oleh kromatin sperma, sehingga secara teori integritas DNA memiliki korelasi
dengan kualitas kromatin sperma. Pemeriksaan kualitas kromatin sperma terdiri atas pemeriksaan
kematangan kromatin dan kepadatan kromatin sperma. Pemeriksaan kematangan kromatin sperma yang
banyak digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan sperma dengan pewarnaan biru anilin, sedangkan
pemeriksaan kepadatan kromatin sperma yang banyak digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan
sperma dengan pewarnaan biru toluidin . Kedua teknik pemeriksaan ini banyak digunakan karena
memerlukan peralatan yang sederhana, praktis dalam pelaksanaannya, dan memerlukan biaya yang tidak
biologi. Dalam aplikasinya, pewarnaan biru anilin telah digunakan untuk beberapa pewarnaan,
diantaranya adalah untuk pewarnanaan jaringan tulang rawan, mitokondria, telur kutu, dan sedimen urin.
Zat warna biru anilin merupakan zat warna dari kelas tripenilmetan yang larut dalam air dan etanol serta
memiliki bentuk fisik berupa bubuk berwarna biru tua. Zat warna ini memiliki rumus molekul dengan
berat molekul Zat warna ini juga digunakan untuk pewarnaan sperma dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kematangan kromatin sperma. Prinsip pewarnaan biru anilin pada sperma adalah
membedakan nukleus sperma yang mengandung kromatin matang dengan yang tidak matang. Nukleus
sperma dengan kromatin yang tidak matang, mengandung banyak histon yang kaya akan residu lisin
sehingga akan memberikan reaksi positif dengan pewarnaan biru anilin, sedangkan nukleus sperma
dengan kromatin yang matang, lebih banyak, mengandung protamin yang kaya akan residu sistein
sehingga akan memberikan reaksi negatif pada pewarnaan biru anilin. ( Agarwal A, Erenpreiss J,2009 ).
Pada pewarnaan sperma dengan biru anilin, adapun bahan-bahan yang diperlukan antara lain larutan
glutaraldehid 3%, larutan phosphat buffer saline (PBS), serta zat warna biru anilin 5% (pH 3,5). Untuk
glutaraldehid 3% dibuat dengan cara melarutkan tiga ml larutan glutaraldehid dalam larutan PBS hingga
volume total larutannya menjadi 100 ml. Untuk pembuatan larutan pewarnaan biru anilin 5% (pH 3,5)
dibuat dengan cara menimbang satu gram biru anilin lalu dilarutkan dalam larutan PBS sampai volume
total larutannya menjadi 20 ml. Selanjutnya larutan dipanaskan sampai bubuk biru anilin larut lalu setelah
itu disaring dengan kertas saring. Selanjutnya larutan biru anilin ini diatur pH nya sampai 3,5 dengan
penambahan asam asetat glasial.( Erenpreiss Juris dkk 2001). Adapun cara kerja pewarnaan sperma
dengan biru anilin adalah dimulai dengan membiarkan semen yang baru diejakulasi selama 30-60 menit
untuk mencapai likuifaksi yang sempurna. Setelah mengalami likuifaksi sempurna, cairan semen dibuat
sediaan hapus pada slide mikroskop. Selanjutnya sediaan hapus difiksasi dengan larutan Glutaraldehyde
3% dalam PBS selama 30 menit. Setelah itu, sediaan hapus dicelupkan dua kali dalam larutan PBS
selama lima menit lalu dikeringkan di udara. Setelah kering, sediaan hapus diwarnai dengan larutan biru
anilin (pH 3,5) dan biarkan selama tujuh menit. Selanjutnya sediaan hapus yang telah diwarnai, dibilas
dengan larutan PBS dan dikeringkan di udara bebas. Setelah itu, preparat di pasang cover glass
menggunakan enthelan. Selanjutnya preparat siap untuk diperiksa. (Erenpreiss Juris dkk 2001)
Pemeriksaan preparat dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 kali.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati warna kepala sel sperma secara random dari 200 sperma.
Kepala sperma yang kromatinnya matur akan berwarna jernih (tidak terwarnai) sedangkan kepala sperma
yang kromatinnya immatur akan berwarna biru Setelah dihitung lalu ditentukan persentasenya masing-
masing. Untuk mengurangi subjektifitas, pengamatan dilakukan oleh dua orang yang hasil persentasenya
kemudian dirata-ratakan. Untuk penilaian semen yang normal, kepala sperma yang mengandung kromatin
matang (tidak terwarnai) meliputi minimal 75% dari 200 sperma yang diamati sedangkan kepala sperma
yang mengandung kromatin tidak matang (berwarna biru) meliputi maksimal 25% dari 200 sperma yang
Pewarnaan biru toluidin merupakan suatu teknik pewarnaan yang juga telah banyak digunakan dalam
bidang biologi. Dalam aplikasinya, pewarnaan biru toluidin telah digunakan untuk beberapa pewarnaan,
diantaranya adalah untuk pewarnanaan ekspresi gen, sel saraf, lesi pada mulut, sel ginjal, dan sputum. Zat
warna biru anilin merupakan zat warna dari golongan fenotiazin yang larut dalam air dan etanol serta
memiliki bentuk fisik berupa bubuk berwarna hijau gelap. Zat warna ini memiliki rumus molekul dengan
berat molekul, Zat warna ini juga digunakan untuk pewarnaan sperma dengan, tujuan untuk
mengidentifikasi kepadatan kromatin sperma. Prinsip pewarnaan biru toluidin adalah zat warna biru
toluidin akan diikat oleh gugus phosphat dari untaian DNA sperma yang memiliki kepadatan kromatin
yang kurang baik. Sedangkan sperma yang memiliki kepadatan kromatin yang baik akan terwarnai
minimal atau tidak terwarnai oleh zat warna biru toluidin. Pada pewarnaan sperma dengan biru toluidin,
adapun bahan-bahan yang diperlukan antara lain; etanol 96%, larutan aceton, larutan HCl 0,1 N, larutan
biru toluidin 0,05% dimana buffer biru toluidin terdiri dari 50% phosphate sitrat (McIlvain buffer, pH
3,5), larutan t-butanol, dan Xylol. Larutan HCl 0,1 N dibuat dengan cara melarutkan 1,7 ml HCl pekat
dalam larutan akuades hingga volume totalnya menjadi 200 ml. Larutan biru toluidin dibuat dengan cara
menimbang 0,01 gram biru toluidin lalu dilarutkan dalam campuran larutan buffer hingga volume
totalnya menjadi 20 ml. Larutan buffer biru toluidin dibuat dengan cara mencampurkan larutan akuades
dan McIlvain buffer ( pH 3,5) dengan perbandingan 1:1. Adapun cara kerja pewarnaan sperma dengan
biru toluidin adalah dimulai dengan membiarkan semen yang baru diejakulasi selama 30-60 menit untuk
mencapai likuifaksi yang sempurna. Setelah mengalami likuifaksi sempurna, cairan semen dibuat sediaan
hapus pada slide mikroskop. Selanjutnya sediaan hapus difiksasi dengan larutan etanol 96% - aseton (1:1)
pada suhu 40C selama 30 menit. Setelah itu, sediaan hapus dihidrolisa dalam larutan 0,1 N HCl pada suhu
40C selama lima menit. Selanjutnya, sediaan hapus dibilas tiga kali menggunakan air suling masing-
masing selama dua menit dan dibiarkan mengering di udara. Setelah kering, sediaan hapus diwarnai
dengan larutan biru toluidin 0,05% dan biarkan selama 10 menit. Selanjutnya sediaan hapus yang telah
diwarnai, dibilas dengan air suling lalu didehidrasi menggunakan tbutanol sebanyak dua kali masing-
masing selama tiga menit pada suhu 370C untuk selanjutnya dicelupkan dalam larutan xylol sebanyak
dua kali selama tiga menit. Setelah kering, preparat kemudian ditutup dengan cover glass menggunakan
menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 kali. Pengamatan dilakukan dengan mengamati
warna kepala sel sperma secara random dari 200 sperma. Kepala sperma yang kepadatan kromatinnya
baik akan berwarna biru terang atau jernih sedangkan kepala sperma yang memiliki kepadatan kromatin
yang kurang baik akan berwarna ungu atau violet. Setelah dihitung lalu ditentukan persentasenya masing-
masing. Untuk mengurangi subjektifitas, pengamatan dilakukan oleh dua orang yang hasil persentasenya
kemudian dirata-ratakan. Untuk penilaian semen yang normal, kepala sperma yang mengandung
kepadatan kromatin yang baik (berwarna biru terang atau jernih) meliputi minimal 65% dari 200 sperma
yang diamati sedangkan kepala sperma yang mengandung kepadatan kromatin yang kurang baik
(berwarna birugelap atau ungu) meliputi kurang 35% dari 200 sperma yang diamati (Erenpreiss Juris dkk
2001).
Antibodi pelapis spermatozoa merupakan tanda khas dan patognomonik untuk infertilotas yang di
sebabkan faktor imunologi. Pengujian ini dilakukan pada sedian semen segar dan menggunakan
cara reaksi antiglobulin campuran yaaitu uji MAR ( mixed antiglobulin reaction) atau cara butir
imun (immunibead).
2. Uji MAR
Dilakukan dengan mencampurkan semen segar dengan butir lateks atau sel eritrosit biri-biri yang
dilapisi igG, kemudian pada campuran ini dibutuhkan antiserum igG manusia yang
Infertilitas didiangnosa bila 40% atau lebih spermatozoa motil mempunyai partikel yang melekat.
Butir imun merupakan bola poliakrilamida dengan imunoglobulin manusia yanga teerikat secara
kovalen. Adanya aibodi igG dapat teliti sekaligus dengan uji ini. Spermatozoa dicuci terlebih
dahulu agar bebas dari cairan semen dengan cara sentrifugasi dan kemudian diresuspensi dalam
larutan dapar. Proporsi spermatozoa dengan antibodi permukaan kemudian ditentukan dan kelas
antibodinya diidentifikasikan dengan 2 jenis butir imun. Uji dianggap psiitif jika 10% atau lebih
1. Biakan Semen
Biakan semen dilakukan bila semen menunjukan tanda unfeksi kelenjar asesori atau semen
2. Analisa Biokimia
Petanda biokimia untuk fungsi kelenjar asesori. Yaitu asam sittrat, gammaglutami transpeptidase,
untuk kelnjar prostat asam fosftase, untuk epididmis. L- karnitin bebas dann alfaglukosidase,
untuk seminalisis fruktosa kadar petanda yang rendah menujukkan fungsi sekresi kurang baik
~Aquadest 100 ml
Masukkan 0,5 ml semen dalam 5 ml reagen dan panaskan sampai mendidih. Bila semen
mengandung fruktosa maka akan tampak warna merah setelah dididihkan selama 60 detik dan
Reagens:
b. 0,1 M NaoH
c. Reagen indol: masukkan 200mg asam benzoat ke dalam 100 ml aquadest, larutkan dengan
cara mengocok dalam bak air panas (kira-kira 60 derajat celsius ), setelah larut tambahkan 25
d. Larutan induk fruktosa (2,8mM) ; 50,4 mg fruktosa dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Larutan
induk harus disimpan dalam keadaan beku dan ditempatkan dalam botol-botol kecil dengan
e. Larutan kerja fruktosa: bila akan dilakukan tes, satu botol larutan induk diencerkan untuk
1. Encerkan plasma semen menjadi 1:50 dengan cara mencampur 0,1 ml semen dangan 4,9 ml
aquades
Prosedur kerja
1. Masukkan 0,5 supernatan plasma semen ke dalam tabung-tabung kaca dengan tutup kaca,
tambahkan 0,5 ml larutan kerja (dua botol setiap konsentrasi larutan kerja standar fruktosa).
3. Tutup tabung lalu inkubasi selama 20 menit pada suhu 50 derajat celsius
4. Dingin kan tabung dengan air es sampai mencapai suhu kamar, lalu baca intensitas warna pada
470 nm
Perhitungan :
(fruktosa)(mmol/L) = OD 470nm x F x 75
0,14 0,28
+
S1 S2
F=
2
Keterangan :
Beberapa test yang masih perlu dibuktikan antara lain, isozim spesifik dari asam laktat
Dengan menggunkan medium BWW (Biggerss, Whitten & Witingham ) , spermatozoa dalam
hitungan 100 ml yang sudah sieram dengan biakan induk BMW, dibubuhi 30 oosit bebas zona
hamster, kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Tes oosit kemudian dilakukan untuk
menentukan berapa persen mengandung spermatozoa dalam sitoplasma dan perhitunggan rata-
Adanya sel klamin yang belum matang dalama semen biasanya merupakan tanda adanya
Leishman.
Nanah (PUS) adalah massa setengah cairan yang kental, berwarna putih kekuningan atau putih
kehijauan dan berbau tidak sedap. Nanah terdapat pada bisul, kudis, luka yang terinfeksi bakteri, dan
sebagainya. Nanah keluar bersama-sama sel darah merah (eritrosit) yang mati dan membusuk dari luka
yang terinfeksi bakteri atau kuman. Proses terbentuknya nanah yaitu pada saat tubuh terjangkiti oleh
organisme penyakit seperti bakteri, maka pertahanan tubuh yaitu neutrofil atau sel darah putih berpindah
dalam jumlah yang besar dengan cara mengalir melewati pembuluh darah menuju daerah yang terjangkiti
bakteri tersebut. Sehingga pembuluh darah di sekitar daerah yang terjangkiti mulai membesar. Neutrofil
menerobos melalui dinding pembuluh darah yang membesar itu kemudian menyerang bakteri dan
menelannya. Neutrofil juga bertugas menyerap pecahanpecahan sel tubuh yang telah mati akibat serangan
bakteri. Banyak dari neutrofil mati karena racun kuman. Sebelum mati, neutrofil mengeluarkan enzim
pencerna, yang berperan menghancurkan sel yang mati di sekitarnya. Sebagai akibat aktivitas ini, daerah
yang terjangkit menjadi bengkak penuh dengan darah, cairan jaringan, sel yang telah mati, bakteri yang
hidup dan yang mati, serta neutrofil dan juga bermacam-macam jenis pecahan sel. Semua unsur ini
membentuk massa setengah cairan yang kental dan disebut nanah (Djide, 2010).
Nanah muncul sebagai reaksi alami tubuh ketika melawan infeksi, atau respons peradangan
pada tubuh terhadap infeksi bakteri dan kadang juga terhadap jamur. Infeksi akan menimbulkan nanah
ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka, terhirup saat batuk atau bersin, dan akibat
kebiasaan yang tidak higienis. Ketika terjadi infeksi di bagian tubuh tertentu, sel darah putih yang disebut
neutrofil akan berkumpul pada bagian tubuh tersebut dan berperang melawan bakteri penyebab infeksi.
Selama proses tersebut, banyak sel darah putih dan jaringan tubuh lain di sekitarnya yang mati. Nah,
akumulasi sel darah putih dan jaringan tubuh yang mati inilah yang kemudian disebut nanah.Banyak jenis
infeksi yang dapat menyebabkan munculnya nanah. Penyebab yang paling umum adalah infeksi oleh
Pus (nanah) diambil dari pasien yang mengalami luka infeksi pada permukaan kulit dengan
cara di swab menggunakan swab steril, kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi media Amies.
Sampel pus (nanah) diinokulasikan pada media Nutrient Agar secara 32 rganis dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C. Diambil 1-2 koloni terpisah yang tumbuh pada media Nutrient Agar dan
diinokulasikan pada media diferential, seperti MacConkey Agar, Eosin Methylen Blue Agar, Blood Agar
Plate, Manitol Salt Agar, media Uji Biokimia Reaksi dan uji-uji pendukung, seperti uji katalase,dan
koagulase.
a) Spesimen
Usapan permukaan, pus, darah, aspirat trakea, cairan spinal untuk biakan, tergantung pada lokalisasi
proses.
b) Sediaan Apus
Staphylococcus yang khas melihat pada pewarnaan apusan pus atau sputum. Tidak mungkin membedakan
organime saprofitik (S epidermidis) dengan organism patogen (S aureus) berdasarkan sediaan apus.
c) Biakan
Spesimen yang ditanam di cawan agar darah membentuk koloni yang khas dalam 18 jam pada suhu 37ºC,
tetapi tidak menghasilkan pigmen dan hemolisis sampai beberapa hari kemudian dan dengan suhu
ruangan yang optimal. S aureus memfermentasikan manitol, tetapi Staphylococcus lainnya idak.
Spesimen yang terkontaminasi dengan flora campuran dapat dibiakkan di medium yang mengandung
NaCl 7,5% ; gram menghambat pertumbuhan sebagian besar flora normal tetapi tidak menghambat S
aureus. Agar gram monitol digunakan untuk memindai S aureus yang berasal dari dinding.
d) Uji katalase
Setetes larutan hidrogen peroksida diletakkan di gelas objek, dan sedikit pertumbuhan bakteri yang
diletakkan di dalam larutan tersebut.Terbentuknya gelembung (pelepasan oksigen) menandakan uji yang
positif.
e) Uji Koagulase
Plasma kelinci (manusia) yang mengandung sitrat dan diencerkan 1:5 dicampurkan dengan biakan kaldu
atau pertumbuhan koloni pada agar dengan volume yangsama dan inkubasi pada suhu 37ºC. Tabung
plasma yang dicampur dengan kaldu steril disertakan sebagai kontrol.Jika terbentuk bekuan Prosedur
Kerja
2) Panaskan ose bulat sampai membara dari ujung sampai pangkal, kemudian didiamkan ose bulat sampai
4) Goreskan kuman yang sudah ambil dengan cara zig-zag pada media BAP
6) Inkubasi media BAP yang sudah ditanam kuman selama 24 jam pada suhu 37ºC
Interpretasi hasil:
2) Panaskan ose bulat sampai membara dari ujung sampai pangkal, kemudian didiamkan ose bulat sampai
4) Goreskan kuman yang sudah ambil dengan cara zig-zag pada media MSA
6) Inkubasi media MSA yang sudah ditanam kuman selama 24 jam pada suhu 37ºC
Interpretasi hasil:
(Taufik, 2018)
a) Pewarnaan Gram:
7. Warnai dengan gram I (genti violet) selama 1 menit, lalu bilas dengan air keran
8. Warnai dengan gram II (lugol) selama 1 menit, lzlu bilas dengan air kran
9. Lunturkan dengan gram (alkohol) 96% lalu bilas dengan air keran
10. Warnai denga gram IV (safranin) lalu bilas dengan air kran
11. Keringkan
Interpretasi hasil:
Bentuk : Coccus
Warna : Ungu
Susunan : Menyebar
Tes Katalase
Interprestasi hasil:
Tes Koagulase:
2. Panaskan ose bulat sampai membara dari ujung sampai pangkal, biarkan dingin.
dibuat preparat dari koloni kuman yang tumbuh pada media diferensial dan dilakukan
pewarnaan Gram.
Bakteri penghasil pus (nanah) yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Klebsiella spp.,
Pseudomonas spp., Escherichia coli, dan Streptococcus spp, dimana Staphylococcus aureus merupakan
bakteri tersering yang menghasilkan pus (nanah) pada luka (Kumar, 2013).
BAB III
KESIMPULAN
Analisa sel spermatozoa adalah pemeriksaan yang di lakukan pada pria untuk menilai
adanya gangguan pada sperma. Spermatozoa memiliki tiga bagian, terdiri dari kepala yang
ditudungi oleh akrosom, bagian tengan dan ekor. Proses pembentukan spermatozoa melalui 3
tahapan yaitu proses mitotik, meiosis dan pengemasan. Kelainan spermatozoa dilakukan
volume, pH, viskositas, liquefaksi, warna, bau, dan koagulum.adapun pemeriksaan kima dan
spermatozoa per lapangan pandang, pergerakan / motilitas dan morfologi. Hasil dari pemeriksaan
secara makroskopis dan mikroskopis di laporakan dalam ringkasan hasil pemeriksaan Analisa
haemospermia.
Nanah (PUS) merupakan massa setengah cairan yang kental, berwarna putih kekuningan atau putih
kehijauan dan berbau tidak sedap. Nanah terdapat pada bisul, kudis, luka yang terinfeksi bakteri, dan
sebagainya,Bakteri penghasil pus (nanah) yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Klebsiella
Gandosoebrata R. 2016. Penuntun Laboratorium Klinik. 16th Edition. Jakarta: Dian Rakyat 171-
5P.
Guyton CA, Hall JE. 2007. Textbook of medical physiology. 11th Edition. Rachman LY et al.
Lopez, A, et al. 1987. Suitability of solid-phase chemistry for quantification of leukocytes. In:
Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Overstreet JW, Katz DF. 1987. Semen analysis. 14(3). Urol Clin North Am. 441-9p.Putra
CB,Manuaba IB. 2017. Gambaran Analisa Sperma Di Klinik Bayi Tabung Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2013. 6(5). E.Jurnal Medika. 1-5p.
Sarhar S. 2011. Andrology laboratory and fertility assessment. In: Henry JB. Editor. Clinical
Philadelphia:Elsevier Saunders.
Sherwood L. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th. Edition. Ong OH, Mahode AA,