Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

OOGENESIS
Diajukan sebagai salah satu tugas terstruktur pada Mata Kuliah Embriologi
Dosen :
Sumiyati Saadah, M. Si
Epa Paujiah, M. Si

Oleh:
Kiki Zakiah Khairany

(1132060040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2016

10

Judul Praktikum

: OOGENESIS

Tanggal Praktikum

: 10 Maret 2016

Tujuan Praktikum :
Mempelajari proses oogeesis melalui pengamatan
stadi

perkembangan

oosit

dalam

preparat

ovarium.
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau


sel kelamin. Dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang
mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk
menghasilkan individu baru. Organ reproduksi utama laki-laki
adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus seminiferus
yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang
di dalam kantong. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke
epididymis (Irfanuddin, 2004).
Gametogenesis amat dibutuhkan oleh tubuh kita untuk
penggandaan sel kelamin. Ini berbeda fungsi dengan sel-sel
tubuh yangmana jika ada sel tubuh kita yang rusak maka akan
terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses
pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai
agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan
proses pembelahan meiosis. Seperti yang sudah kita ketahui
bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid
(2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis
jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu
23 kromosom. Gametogenesis dibedakan menjadi 2, yaitu
Spermatogenesis dan Oogenesis (Campbell, 2013).

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

Proses pembentukan, perkembangan dan pematangan


oosit hingga mampu dibuahi disebut oogenesis. Oogenesis
berlangsung dalam ovarium di bawah kontrol hormon-hormon
gonadotropin, seperti FSh dan LH (Tim Pengajar. 2015: 40).
Oogenesis berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal
penting.

Pertama,

selama

pembelahan

miosis

oogenesis,

sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hampir semua


sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder.
Sel besar tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum;
produk lain miosis, yaitu sel yang lebih kecil yang disebut badan
polar (polar body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut
berbeda dari spermatogenesis, ketika keempat produk miosis I
dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa. Kedua,
sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah
melalui mitosis sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku
bagi

oogenesis

pada

betina.

Saat

lahir,

ovarium

telah

mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur.


Ketiga, oogenesis mempunyai periode istirahat yang panjang,
berlawanan dengan spermatogenesis yang menghasilkan sperma
dewasa dari sel prekursor dalam urutan yang tidak berhenti
(Campbell, 2013).
Oleh karena itu, untuk dapat lebih mengetahui serta
memahami oogenesis, mulai dari tahapan serta organ-organ apa
saja yang terlibat dalam oogenesis dilakukan praktikum dengan
rincian sebagai berikut:
1. 2. Tujuan
Mempelajari

proses

oogeesis

melalui

pengamatan

stadi

perkembangan oosit dalam preparat ovarium.

1. 3. Manfaat
Manfaat dari praktikum oogenesis ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui
struktur anatomi organ-organ genitalia betina serta proses oogenesis.

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

METODE
2. 1. Alat dan Bahan
2. 1. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop
monokuler, atlas histologi, pensil dan penghapus.
2. 1. 2. Bahan
Bahan
preparat
Melintang,

yang

awetan

digunakan
Ovari

Ovarium

Gland

Mamalia,

dalam

praktikum

Mamal,
Ovary

ini

Ovarium,

Gland

adalah
Ovarium

Mamalian

T.S.

Showing Mature Folicle, Ovarium Corpus Luteum dan Vagina.


2. 2. Metode
Satu per satu preparat awetan diamati di bawah mikroskop,
mulai dari pembesaran terkecil. Kemudian setelah diidentifikasi
berdasarkan ciri-ciri terlihat, tentukan preparat apakah yang
diamati. Dapat mencocokannya dengan atlas histologi yang
tersedia ataupun dengan literatur lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Hasil Pengamatan Oogenesis
N

Hasil

Hasil

o.

Pengamatan

Dokumentasi

Hasil Literatur

Keterangan

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

1.

(9) Ovari
Gland Mamal
1) Sel Folikular
2) Folikel
Primordial
3) Folikel
Ref :
Pembesaran 10x10 Eroschenko, 2010 :
463.

Primer
4) Sel
Granulosa
5) Oosit
6) Zona
Pelusida
7) Jaringan Ikat
(9) Ovarium

2.

1) Folikel
2) Stroma
Ref :
http://ml.scribd.com
Pembesaran 10x10 diakses 12 Maret
2016, 10:42.
3.

(9.2) Ovarium
Melintang
1) Folikel
2) Medula
Ref :
http://reproduksiumj
Pembesaran 10x10 .blogspot.com
diakses 12 Maret
2016, 10:34.

4.

Pembesaran 15x4

Ovarium
Mamalia
1) Bekas

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

Ref :
Eroschenko, 2010 :
459.

5.

Rongga
Antrum
2) Rongga
Antrum
folikel
Sekunder
3) Folikel
Primer
4) Sel
Interestrial
5) Korteks
6) Medula
Ovary Gland,
Mamalian,
T.S. Showing
Mature
Folicle

Pembesaran 10x10
Ref :
Eroschenko, 2010 :
461.

6.

1) Sel
Interestrial
2) Folikel
Primordial
3) Sel
Teka
Interna
4) Folikel
Primer
5) Antrum
6) Sel
Granulosa
7) Sel
Lutein
Granulosa
Vagina
1) Pembuluh
Darah
(Venula dan
Erteriol)
2) Otot Polos
3) Jaringan Ikat
Interestrial

Pembesaran 10x10 Ref :


Eroschenko, 2010 :
487.
7.

(17.2)
Laporan Praktikum Embriologi
Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

Ovarium,
Corpus
Luteum
Ref :

1) Sel Lutein

http://ocw.tufts.edu

Teka

Pembesaran 10x10 diakses 12 Maret


2016, 10:16.

2) Corpus
Luteum
3) Folikel
4) Antrum
5) Sel Luteal

8.

(17.2) E5
Ovarium
Corpus
Luteum
1) Venula dan
Arteriol dalam
Pembesaran 10x10 Ref :

teka Eksterna

Eroschenko, 2010 :

2) Sel Lutein

467.

Teka
3) Teka
Eksterna
4) Kapiler

Pembahasan:
Dari praktikum oogenesis dengan melakukan pengamatan
terhadap preparat awetan struktur organ genitalia betina yang
terlibat dalam proses oogenesis, diantaranya Ovari Gland Mamal,
Ovarium, Ovarium Melintang, Ovarium Mamalia, Ovary Gland
Mamalian T.S. Showing Mature Folicle, Ovarium Corpus Luteum
dan Vagina.
Pada dasarnya, ovarium merupakan organ genitalia betina
yang tersusun atas jaringan ikat, otot polos serta banyak
Laporan Praktikum Embriologi
Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

terdapat pembuluh darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan


Yatim (1994) bahwa jaringan dasar ovarium disebut stroma,
mengandung serat jaringan ikat, otot polos dan pembuluh darah
yang bergelung-gelung banyak sekali.
Badan ovarium terdiri dari dua daerah, yaitu korteks dan
medulla. Dalam stroma korteks, banyak sekali folikel. Folikel
terdiri dari oosit yang diselaputi sel-sel folikel (Yatim, 1994: 65).
Ovarium terdiri atas bagian medula yang mengandung
jalinan vaskular luas di dalam jaringan ikat selular longgar dan
bagian korteks merupakan tempat dijumpai folikel ovarium, yang
mengandung oosit (Syamsuddin. 2014: 3).
Permukaan ovarium dilapisi oleh epitel germinal kuboid.
Tepat dibawah epitel germinal terdapat lapisan jaringan ikat
padat yaitu tunika albuginea. Banyak folikel primordial terletak di
korteks

di

bawah

tunika

albuginea.

Masing-masing

folikel

albuginea dikelilingi oleh satu lapisan sel folikular gepeng. Seiring


dengan membesarnya folikel, sel folikular di folikel primordial
berubah menjadi kuboid atau kolumnar rendah dan folikel
sekarang berubah menjadi folikel primer. Oosit yang sedang
berkembang juga memiliki nukleus besar eksentrik dengan
nukleolus yang jelas (Eroschenko, 2010: 460).
Sedangkan

menurut

Anwar

(2005)

dalam

jurnal

penelitiannya mengatakan bahwa ovarium terdiri dari 3 agian,


yaitu korteks, medula dan hilus.

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

Sumber: Anwar, 2005: 5


Untuk preparat-preparat ovarium yang diamati, baik itu
ovari gland mamal, ovarium, ovarium melintang, ovarium
mamalia, dan ovary gland mamalian T.S. showing mature folicle,
dapat diamati keberadaan folikel yang bervariasi pada bagian
korteks ovarium tersebut. Rincian folikel dapat dilihat pada
keterangan tabel hasil pengamatan.
Dari preparat-preparat ovarium tersebut, folikel yang
teramati yaitu folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder,
serta folikel matang. Dimana pada folikel primordial, terlihat
terdiri dari oosit primer yang yang dikelilingi oleh lapisan sel
folikular. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1994), bahwa
folikel muda (dalam hal ini folikel primordial) terdiri dari oosit
besar diselaputi selapis sel-sel folikel yang gepeng. Oosit berinti
yang eksentrik (agak ke pinggir), banyak gelembung kecil, dan
mengandung nukleus besar.
Kemudian untuk folikel primer yang dapat diamati, oosit
berukuran lebih besar dibandingkan oosit pada folikel primordial.
Sel folikel menjadi berbentuk kubus, dan membentuk korona
radiata. Terletak diantaranya juga terbentuk zona pelusida.
Berdasarkan Eroschenko (2010), pada sel folikel primer
atau folikel yang sedang tumbuh, sel folikular berproliferasi
secara mitosis dan membentuk lapisan sel kuboid yaitu sel
Laporan Praktikum Embriologi
Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

granulosa yang mengelilingi oosit primer. Satu lapisan granulosa


yang mengelilingi oosit membentuk korona radiata. Diantara
korona

radiata

dan

oosit

terbentuk

lapisan

glikoprotein

nonseluler yang disebut zona pelucida.


Folikel primer (folikel unilaminar) terdiri dari oosit primer,
berdiameter sekitar 20 m pada kebanyakan janis hewan,
dikelilingi oleh epitel pipih atau kubus selapis, disebut sel-sel
folikel. Folikel primer paling muda (awal) dikelilingi oleh epitel
pipih selapis, disebut folikel primordia. Pada stadium lebih lanjut,
epitel

berubah

menjadi

kubus

sebaris.

Folikel

primer,

berdiameter sekitar 40 m, dikelilingi oleh membran basal dan


terletak di bagian luar korteks di bawah epitel permukaan. Folikel
primer

tersebut

merata

pada

ruminansia

dan

babi,

dan

mengelompok pada karnivora (Dellman dan Brown, 1992).


Folikel sekunder yang hanya teridentifikasi pada preparat
ovarium mamalia, oosit mencapai besar maksimal dan letaknya
eksentrik dalam folikel. Disebut folikel sekunder karena disertai
rongga antrum. Antrum adalah rongga berisi cairan-cairan.
Folikel sekunder (folikel multilaminar atau folikel tumbuh)
terdiri dari epitel banyak lapis darisel-sel granulosa berbentuk
polihedral dan mengitari oosit primer. Rongga yang berisi cairan
belum terbentuk di antara sel-sel folikel. Pada sapi, folikel
sekunder

tahap

akhir

berdiameter

sekitar

120

dan

mengandung sebuah oosit berdiameter 80 m (Dellman dan


Brown, 1992).
Pada preparat Ovary Gland, Mamalian, T.S. Showing Mature
Folicle, dapat dengan jelas teramati serta teridentifikasi folikel
matang/ folikel matur dengan ukuran paling besar diantara folikel
yang lainnya.
Adapun lebih rinci struktur folikel matur ini adalah sebagai
berikut:

Antrum besar yang berisi likuor folikuli;

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

Kumulus ooforus, suatu bukit kecil tempat oosit primer

berada;
Korona radiata, lapisan sel yang langsung melekat pada oosit

primer;
Sel granulosa yang mengelilingi antrum;
Lapisan dalam teka interna;
Lapisan luar teka eksterna
(Eroschenko. 2010: 455)
Sedangkan menurut literatur lain, folikel matur/ folikel

graaf, yaitu terdapat oosit yang diselaputi beberapa lapis sel


granulosa berada dalam suatu jorokan ke dalam antrum, disebut
cumulus oophorus. Kalau terjadi ovulasi jorokan ini yang lepas
keluar ovarium dan sel granulosa disekeliling oosit disebut
corona radiata. Oosit kini disebut ovum, meski meiosis II belum
diselesaikan (Yatim, 1994: 70).

Sumber: Anwar, 2005: 9


Pada prearat vagina, dapat terdapat venula serta arteriol
namun belum dapat diidentifikasi apakah venula dan arteriol
tersebut terletak pada bagian teka eksterna ataupun interna
(sulit di bedakan bagian eksterna dan interna). Pada preparat ini
terlihat pula jaringan penyusunnya berupa jaringan ikat seerta
otot polos. Karena berdasarkan pendapat Yatim (1994) bahwa
dinding vagina terdiri dari 3 lapis, yaitu:
1. Mukosa;
Laporan Praktikum Embriologi
Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

2. Otot polos;
3. Jaringan ikat.
Kemudian,

untuk

preparat

ovarium

corpus

luteum,

teridentifikasi adanya folikel (pada salah satu preparat), teka, sel


lutea, venula dan erteriol teka eksterna, saluran teka, dan
kapiler. Pada kedua preparat terlihat cukup jelas jaringan ikat
sebagai jaringan penyusun ovarium tersebut.
Melihat pengertian dari corpus luteum itu sendiri, atau
yang dikenal dengan badan kuning berasal dari folikel Graaf yang
ovumnya telah berovulasi. Selain mengandung sel granulosa,
juga sel jaringan ikat yang berasal dari teka interna yang
berubah struktur dan fungsi. Antrum dimasuki darah serta
jaringan ikat (Yatim, 1994: 70).
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat dsimpulkan bahwa oogenesis

yang terjadi pada ovarium mencit betina memiliki beberapa


tahap yang meliputi oogonium, oosit primer, oosit sekunder,
ootid an ovum. Dalam oogenesis sel germa berkembang
didalam folikel telur yakni folikel primordial, folikel primer,
folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel matang/ folikel
matur/ folikel Graaf.

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

10

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ruswana. 2005. Morfologi dan Fungsi Ovarium. Subbagian
Fertilitas Dan Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad Bandung: 1-25
Campbell, dkk. 2013. Biologi. Jakarta: Erlangga
Dellman, H. D. dan E. M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi
Veteriner. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi diFiore dengan
Korelasi Fungsional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://ml.scribd.com diakses 12 Maret 2016, 10:42
http://ocw.tufts.edu diakses 12 Maret 2016, 10:16
http://reproduksiumj.blogspot.com diakses 12 Maret 2016, 10:34
Irfanuddin. 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK
UNSRI: Inderalaya
Syamsuddin, Rahmi. 2014. Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali
Terhadap Tingkat Kematangan Inti Oosit Secara In Vitro.
Program Studi Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar: 327
Tim Pengajar. 2016. Penuntun Praktikum Embriologi. Bandung:
UIN SGD
Yatim, Wildan. 1994. Embryologi & Reproduksi. Bandung: Tarsito

Laporan Praktikum Embriologi


Oogenesis
Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2016

Anda mungkin juga menyukai