Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH TUGAS UROLOGI

“EPIDIDIMITIS”

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

1. Nur Aini (151001033)


2. Nuratri Harmiani (151001034)
3. Puji Rahayu N (151001036)
4. Tiflatul Amin H (151001040)
5. Vina Ismawati (151001044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Epididimitis”
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai penatalaksaan farmakologi
yang dapat dilakukan saat menemui kasus Epididimitis. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jombang 30 Juni 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengatar .......................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................. ii

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5

1.3 Tujuan .........................................................................................................6

BAB II . PEMBAHASAN

2.1 Definisi Epididimitis ...................................................................................5

2.2 Etiologi Epididimitis ...................................................................................5

2.3 Manifestasi Epididimitis .............................................................................6

2.4 Patofisiologi Epididimitis ...........................................................................7

2.5 Komplikasi Epididimitis ...........................................................................10

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Epididimitis ......................................................10

2.7 Penatalaksanaan Pasien Epididimitis ........................................................12

BAB III . ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1.1 Pengkajian .................................................................................................14

1.2 Diagnosa ....................................................................................................18

1.3 Intervensi ...................................................................................................18

1.4 Implementasi ............................................................................................22

1.5 Evaluasi .....................................................................................................22

BAB IV . ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1.1 Pengkajian .................................................................................................24

1.2 Diagnosa ....................................................................................................31

1.3 Intervensi ...................................................................................................32


iii
1.4 Implementasi ............................................................................................33

1.5 Evaluasi .....................................................................................................34

BAB V . PENUTUP

1.1 Kesimpulan ...............................................................................................34

1.2 Saran ..........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................35

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu masalah sistem reproduksi yang melanda
seluruh dunia. Menurut The International Committee for Monitoring Assisted
Reproductive Technology (ICMART) dan World Health Organization
(WHO) tahun 2009 menyebutkan definisi infertilitas secara klinis bahwa
infertilitas merupakan suatu penyakit sistem reproduksi yang ditetapkan
dengan adanya kegagalan mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau
lebih melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat
kontrasepsi (Zegers et al., 2009). Pada tahun 2010, diperkirakan sebanyak
48,5 juta pasangan di dunia yang mengalami masalah infertilitas (Macarenhas
et al., 2012). Infertilitas sangat tidak diinginkan oleh pasangan suami istri
manapun yang mendambakan kehadiran anak dalam kehidupan keluarganya.
Masing-masing individu dari pasangan suami istri memiliki peran yang
signifikan dalam kejadian infertilitas ini (Aryoseto, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa dari
seluruh kasus infertilitas yang ada, sekitar 50% dipengaruhi oleh faktor dari
pria pasangan tersebut (Singh dan Ashok, 2011). Untuk kasus infertilitas,
World Health Organization (WHO) telah menetapkan parameter standarisasi
dalam pemeriksaan analisa sperma, yang menguraikan karakteristik
spermatozoa yang normal. Standar WHO tersebut menetapkan bahwa
motilitas sperma merupakan faktor yang berperan penting dalam penentuan
spermatozoa yang normal (Singh dan Ashok, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1999, menyebutkan
bahwa penghitungan jumlah leukosit pada cairan semen menjadi komponen
standar dalam analisa sperma untuk menentukan kualitas sperma (Sharma et
al., 2001). Beberapa studi menemukan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara keberadaan leukosit dengan hasil pemeriksaan analisa
sperma, terutama pada motilitas sperma (Sabanegh et al.,2011).

5
Leukosit merupakan unit aktif dari sistem pertahanan tubuh manusia.
Keberadaan leukosit dalam semen adalah hal fisiologis. Pada setiap ejakulat
yang dikeluarkan, hampir selalu dapat ditemukan leukosit yang keluar
melalui epididimis selain sebagai pertahanan tubuh juga memiliki peranan
penting dalam sistem kekebalan dan fagositik sperma abnormal. Menurut
World Health Organization (WHO) bila ditemukan jumlah leukosit yang
meningkat hebat dengan jumlah lebih dari 1 juta leukosit permiliter dikatakan
bahwa keadaan tersebut merupakan suatu kondisi yang disebut dengan
leukositospermia (Aziz et al., 2004). Prevalensi leukositospermia sangat
sering dijumpai pada pria infertil dan pada kondisi peradangan yang sangat
berkorelasi dengan kualitas semen yaitu terganggunya motilitas sperma dan
kapasitas fertilisasi in vitro serta mengakibatkan menurunnya transport dan
ketahanan sperma pada saluran reproduksi wanita (Sharma et al.,2001).
Pengaruh keberadaan leukosit pada cairan semen dengan patogenesis
infertilitas pada pria terkait dengan kualitas sperma masih kontroversial,
meskipun insidensinya tinggi pada kasus-kasus infertilitas. Studi terbaru
menunjukkan bahwa leukosit memiliki dampak yang negatif pada kualitas
semen sebagai akibat dari kehadiran reactive oxygen spesies (ROS), yang
diproduksi terutama oleh leukosit. Keberadaan reactive oxygen spesies (ROS)
ini sangat berbahaya bagi spermatozoa. Sedangkan pada penelitian Tomlinson
et al., tidak menemukan korelasi antara jumlah leukosit dalam cairan semen
dengan penurunan kualitas sperma terutama pada motilitas sperma (Lackner
et al., 2010). Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hal tersebut
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit pada cairan
semen dengan motilitas sperma pada pasangan infertil di Rumah Sakit
Adenin Adenan Medan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari epididimitis ?
2. Bagaimana etiologi dari epididimitis ?
3. Bagaimana manifestasi dari epididimitis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari epididimitis ?
6
5. Bagaimana komplikasi dari epididimitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari epididimitis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari pasien epididimitis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari epididimitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari epididimitis
3. Untuk mengetahui manifestasi dari epididimitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari epididimitis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari epididimitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari epididimitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pasien epididimitis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat
peradangan pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang
testis yang fungsinya sebagai pengangkut, tempat penyimpanan, dan
pematangan sel sperma yang berasal dari testis). Kondisi ini mungkin dapat
sangat menyakitkan, dan skrotum bisa menjadi merah, hangat, dan bengkak.
Ini mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis.
2.2 Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia klien,
sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
a. Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella)
menjadipenyebab umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa
dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual. Ureaplasma
urealyticum, Corynebacterium,Mycoplasma, dan Mima polymorpha juga
dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut.Infeksi yang

7
disebabkan oleh Haemophilus influenza dan N meningitides sangat
jarang terjadi.
b. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia
kurang dari 35 tahun dengan aktivitas seksual aktif.Infeksi yang
disebabkan oleh Neisseriagonorrhoeae, Treponema pallidum,
Trichomonas dan Gardnerella vaginalis jugasering terjadi pada populasi
ini.
c. Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak.Pada
epididymitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria.
Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididimitis selain
Coxsackie virus A dan Varicella.
d. TB (Tuberculosis)
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberculosis sering terjadi di
daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB
urogenitalis.
e. Penyebab infeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis,
Blastomycosis,Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV) dapat
menjadi penyebab terjadinyaepididimitis namun biasanya hanya terjadi
pada individu dengan sistem imun tubuhyang rendah atau menurun.
f. Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya
refluks.
g. Vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak)
seringmenyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik.
h. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung.
Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200mg/hari) akan
menimbulkan antibodi miodarone HCL yang kemudian akanmenyerang
epididimis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang

8
seringterkena adalah bagian cranial dari epididmis dan kasus ini terjadi
pada 3-11 % klienyang menggunakan obat Amiodarone.
i. Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang
dapat disebabkanoleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke
skrotum menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang
hebat, pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri.
Gejala yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah
antara penis dan anus serta punggung bagian bawah,demam dan
menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang
membengkak dan terasa nyeri jika disentuh.
j. Tindakan pembedahan seperti prostatektomi
Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya
infeksi preoperasipada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13 % kasus
yang dilakukan prostatektomi suprapubik.
k. Kateterisasi dan instrumentasi
Terjadi epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan
instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar
hingga ke epididimis.
l. Blood borne infection
Epididimitis terjadi melalui infeksi yang penyebarannya melalui darah
dari focusprimer yang jauh, seperti kulit, gigi, telinga, dan tenggorokan.
2.3 Klasifikasi
Epididimitis dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronis, tergantung
pada lamanya.
Gejala yaitu :
a. Epididimitis akut
Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya
dalam beberapa hari (kurang dari enam minggu).Epididimitis akut
biasanya lebih beratdaripada epididimitis kronis.
b. Epididimitis kronis
9
Epididimitis yang telah terjadi selama lebih dari enam minggu,
ditandai oleh peradangan bahkan ketika tidak adanya suatu infeksi.
Pengujian diperlukan untuk membedakan antara epididimitis kronis
dengan berbagai gangguan lain yang dapat menyebabkan nyeri skrotum
konstan, termasuk di dalamnya kanker testis, uratskrotum membesar
(varikokel), dan kista dalam epididimis. Selain itu, saraf-saraf didaerah
skrotum yang terhubung ke perut kadang-kadang menyebabkan sakit
mirip hernia. Kondisi ini dapat berkembang bahkan tanpa adanya
penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan perawatan yang mungkin agak lama. Hal ini dikarenakan
terdapat hipersensitivitas struktur tertentu, termasuk saraf dan otot, yang
dapat menyebabkan atau berkontribusi pada epididimitis kronis.
2.4 Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga
berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber
infeksi asli seperti duh urethra dannyeri atau itching pada urethra (akibat
urethritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa
terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis),
demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat,
urgensi,dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat
yang disebut Prostatitis), demam dan nyeri pada region flank (akibat infeksi
pada ginjal yang disebut Pielonefritis).
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai
timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan
menyebar ke seluruh testis, skrotum dan kadang ke daerah inguinal disertai
peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu
skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah. Selain itu bisa juga
disertai dengan pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal
danurethral discharge. Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain
benjolan di testis, pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena,
pembengkakan selangkangan pada sisi yang terkena, nyeri testis ketika buang
10
air besar, keluar nanah dari urethra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika
berhubungan seksual atau ejakulasi, darah di dalam semen, dan nyeri
selangkangan.
2.5 Patofisiologi
Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya turun dari
prostat atau saluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat juga terjadi
sebagai komplikasi dari Gonorrhoeae. Pada pria dibawah 35 tahun penyebab
utama epididimitis adalah Chlamydiatrachomatis. Infeksi mulai menjalar dari
bagian atas melalui urethra dan duktu sejak ulatorius kemudian berjalan
sepanjang vas deferens ke epididimis. Rasa nyeri dirasakan pada unilateral
dan rasa sakit pada kanalis inguinalis sepanjang jalur vas deferens kemudian
mengalami nyeri dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha.
Epididimis menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat,
menggigil, demam dan urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri
(bakteriuria).
2.6 Pemeriksaan diagnostik/penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dimana ditemukan leukosit meningkat
dengan shiftto the left (10.000-30.000/ μl).
2) Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml
3) Kultur semen sebagai konfirmasi untuk mendapatkan kuman
penyebab dariepididimitis.
4) Kultur urine dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.
5) Analisa urine untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak.
6) Tes penyaringan untuk Chlamydia dan Gonorrhoeae.
7) Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada
penderita.
B. Pemeriksaan radiologis
1) Colour Doppler Ultrasonography

11
Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas
dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan
epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran
anatomi klien (sepertiukuran bayi berbeda dengan dewasa).
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat
aliran darahpada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah
pada arteri testikularis cenderung meningkat.
Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses
skrotum sebagai komplikasi dari epididimitis.
Epididimitis kronis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan
epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini
akan menimbulkan gambaran echo yang heterogen pada
ultrasonografi.
2) Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan
untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang
meragukan dengan memakaiultrasonografi.
Pada epididimitis akut akan terlihat gambaran peningkatan
penangkapan kontras. Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100 %
dalam menentukan daerah iskemiaakibat infeksi. Pada keadaan
skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu.
Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan
sulit dalammelakukan interpretasi.
3) Vesicourethrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali
congenital pada klienanak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis
dan bedah, yaitu :
A. Penatalaksanaan medis
12
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi.
Antibiotik yang sering digunakan adalah :
- Fluoroquinolones, namun penggunaannya telah dibatasi karena
terbukti resistenterhadap kuman Gonorrhoeae.
- Cefalosporin (Ceftriaxon).
- Levofloxacin atau Ofloxacin untuk mengatasi infeksi Chlamydia,
pada kasusyang disebabkan oleh organisme enterik (seperti E.
coli) dan digunakan padaklien yang alergi penisilin.Doxycycline,
Azithromycin, dan Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi
infeksibakteri non gonokokal lainnya.
Pada anak-anak, Fluoroquinolones dan Doxycycline sebaiknya
dihindari. Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih sering
menjadi penyebab epididimitis pada anak. Kotrimoksasol atau penisilin
yang cocok (misalnya Sefaleksin) dapat digunakan. Jika ada penyakit
menular seksual, pasangannya juga harus dirawat.
B. Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :
1) Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari
epididimitis danorchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya
infark pada testis.Diagnosistentang gangguan intrascrotal baru dapat
ditegakkan saat melakukanorchiectomy.
2) Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri yang
disebabkan olehepididimitis kronis pada 50 % kasus.
3) Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan epididimitis akut
supurativa.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :
a. Abses dan pyocele pada scrotum
b. Infark pada testis
13
c. Epididimitis kronis dan orchalgiaInfertilitas sekunder sebagai akibat dari
inflamasi maupun obstruksi dari duktus epididymis
d. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadismFistula
kutaneusPenyebaran infeksi ke organ lain atau sistem tubuh
2.9 Pencegahan
Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik
profilaktik (sebagai tindakan pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki
risiko menderita epididimitis. Epididimitis akibat penyakit menular seksual
bisa dicegah dengan cara tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah.
Apabila epididimitis yang diderita disebabkan oleh STD (Sexual Transmitted
Disease), pasangan atau partner klien juga perlu mendapatkanperawatan.
Lakukan hubunagn seksual yang aman, seperti seks monogamy (dengan
1orang saja), dan penggunaan kondom akan membantu untuk melindungi dari
STD yangdapat menyebabkan epididimitis. Apabila klien menderita ISK
kambuhan atau factor risiko lain yang bisa menyebabkan epididimitis, bisa
disikusikan dengan dokter untuk menentukan cara lain untuk mencegah
kekambuhan dari epididimitis tersebut.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Biasanya identitas pasien berisi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, agama, pendidikan, alamat, no registrasi, tanggal MRS, dx
medis, tanggal pengkajian.
B. Penanggung Jawab
Biasanya identitas berisi nama ,umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, agama, pendidikan, hubungan keluarga, alamat.
C. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : pada pasien nyeri dan pembengkakan padaskrotum
dan lipatan paha, menggigil, demam.

15
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama MRS, faktor pencetus,
lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,
upaya yang dilakukan untuk mengatasinya dan diagnose medis
3. Riwayat penyakit terdahulu : Kaji apakah sebelumnya klien pernah
mengalami umor pada bagian tubuh lain
4. Riwayat Kesahatan Keluarga : Apakah ada di antara keluarga klien
yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami
klien
5. Riwayat kesehatan lingkungan : identifikasi lingkungan sekitar
rumah klien, apakah klien tinggal di lingkungan bersih atau kotor
D. Pemeriksaan Fisik (Tanda – tanda vital)
Suhu :
Nadi : Takikardi/Bradikardi
TD : regular/ireguler
TB :
BB :
E. Pemeriksaan Per-Sistem
1. Sistem pernapasan
Anamnesa : pada tumor hipofisis tidak terdapat gangguan pada
sistem pernafasan
Hidung
Inspeksi : Napas cupping hidung (+/-)
Palpasi : nyeri tekan (+/-)
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir, alat bantu nafas (ETT)
Area dada
Inspeksi : pola nafas, penggunaan otot bantu pernapasan ,
kesimetrisan dada
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
16
2. Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : Identifikasi adanya nyeri dada (PQRST)
Wajah
Inspeksi : sembab,pucat,konjungtiva pucat / tidak
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid (+/-)
Dada
Inspeksi : bentuk (pada pasien tumor hipofisis biasanya disertai
dengan kardiomegali) dan pergerakan dada (simetris/tidak)
Palpasi : letak ictus kordis
Perkusi : batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2) atau kelainan bunyi jantung
(gallop,murmur)
Ekstrimitas atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger
Palpasi : CRT
Ekstrimitas bawah
Inspeksi :identifikasi edema pada ektrimitas , clubbing finger
Palpasi : identifikasi adanya benjolan pada ekstrimitas
3. Persyarafan
a. Uji nervus 1 olfaktorius (pembau) : dengan cara menggunakan
bau – bauan (minyak kayu putih, kopi dan tembakau), kemudian
meminta klien untuk menutup mata dan membedakan bau –
bauan tersebut
b. Uji nervus II opticus (penghilatan)
c. Uji nervus III oculomotorius : mengobservasi apakah terdapat
edema kelopak mata,hipermi konjungtiva
d. Uji Nervus IV toklearis :pemeriksaan pupil dengan
menggunakan senter kecil
e. Uji nervus V trigeminus : sensasi kulit wajah
17
f. Uji nervus VI abdusen : menganjurkan klien menggerakkan
mata dari dalam ke luar mengobservasi kelopak mata,
kesimetrisan gerakan bola mata
g. Uji nervus VII facialis : menganjurkan klien untuk mengerut,
mengembangkan pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis
mata, melihat adanya kesimetrisan
h. Uji nervus VIII additorious / akustikus : menguji kemampuan
klien mendengarkan kata – kata yang diucapkan dengan
mendekatkan arloji ke telinga pasien
i. Uji nervus IX glosoparingeal : dengan menyentuhkan tongs
patel ke posterior faring pasien. Jika timbul reflek muntah
adalah normal (positif), jika negative bila tidak ada reflek
j. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan
dan rasa
k. Uji nervus XI aksesorius ; menganjurkan klien untuk
menggeleng dan menoleh kea rah kiri – kanan
l. Uji nervus hypoglossal : meminta klien menjulurkan lidah ke
garis dan menggerakkannya ke samping kanan dan ke samping
kiri
4. Sistem pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : mengidentifikasi nafsu makan
Mulut
Inspeksi : sianosis , stomatitis (+/-)
Palpasi : nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : terdapat luka atau tidak
Palpasi :
Perkusi : suara perut (tympani / hypertimpani)
Kuadran I
Hepar : hepatomegaly, nyeri tekan
Kuadran II
18
Gaster : distensi abdomen
Kuadran III
Massa (skibola,tumor) :nyeri tekan
Kuadran IV
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
5. Sistem muskuluskeletal dan integument
Anamnesa : nyeri , kelemahan ektrimitas
Warna kulit :
Kekuatan otot :

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
6. Sistem endokrin dan eksokrin
Anamnesa : mengidentifikasi status nurisi dan eliminasi klien
Kepala
Inspeksi : bentuk , identiikasi adanya benjolan di sekitar kepala (+/-)
Leher
Inspeksi : bentuk , pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid , nyeri tekan
Ekstrimitas bawah : edema
7. Sistem reproduksi

19
Anamnesa : pada pasien dengan tumor hipofisis dijumpai libido
seksual menurun, terjadi perubahan siklus menstruasi (pada wanita),
infertilitas (ketidaksuburan)
8. Persepsi sensori
Anamnesa : mengidentikasi pada klien apakah ada nyeri
mata,penurunan tajam penglihatan,mata berkunang kunang,
penglihatan ganda( -),mata berair (-), gatal(-), kering, benda asing
dalam mata, penurunan pendengaran, nyeri
Mata
Inspeksi :
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk,
warna, cairan yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk
:Enteropion, keluar :ksteropion), produksi air mata.
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin
putih seputar iris (Arkus senilis)
Sclera ; warna ( putih, ikterik)
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hiertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat
epididimitis ditandai dengan suhu tubuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai
dengan tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat
prosespenyakit akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri
saat melakukanhubungan seksual
4. Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan
berhubungandengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
kurangmengetahui mengenai penyakitnya.
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
20
Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder
akibat epididimitis ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien
tampak menggigil, kulit klien teraba hangat, tampak ada pembengkakan
pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien tampak kemerahan, nadi
> 100 x/menit.
Tujuan :S etelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 oC-37,5 oC),
Klie tidak tampak menggigil,
No Intervensi Rasional
1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, Suhu diatas 37,5oC
nadi, dan respirasi secara berkala menunjukkan proses penyakit
(minimal tiap 2 jam) infeksius akut. Menggigil
sering mendahului puncak
suhu.
2 Pantau suhu lingkungan, batasi Suhu ruangan/jumlah selimut
penggunaan selimut. harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal.
3 Berikan kompres hangat Membuat vasodilatasi
pembuluh darah sehingga
dapat membantu mengurangi
demam
4 Anjurkan klien untuk Untuk mencegah dehidrasi
mempertahankan asupan cairan akibat penguapan cairan
adekuat karena suhu tubuh yang tinggi
2. Diagnosa 2
Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai
dengan klien tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala
nyeri klien 4, nadi klien > 100 x/menit.

21
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan nyeri dapat terkontrol
Kriteria hasil :Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol, klien
tidak tampak meringis, klien tidak tampak gelisah, klien melaporkan
skala nyeri berkurang (skala nyeri 1-3), hilang (skalanyeri 0), atau dapat
dikontrol, nadi klien dalam rentang normal.
No Intervensi Rasional
1 Kaji karakteristik nyeri meliputi Untuk mengetahui tingkat rasa
lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, nyeri sehingga dapat
factor pencetus, dan intensitas nyeri menentukan jenis
tindakannya.
2 Kaji faktor-faktor yang dapat Kaji faktor-faktor yang dapat
memperburuk nyeri klien memperburuk nyeri klien
3 Eliminasi faktor-faktor pencetus Dengan mengeliminasi faktor-
nyeri faktor pencetus nyeri, dapat
mengurangi risiko munculnya
nyeri (mengurangi awitan
terjadinya nyeri)
4 Ajarkan teknik non farmakologi Dengan teknik manajemen
(misalnya teknik relaksasi, guided nyeri, klien bisa mengalihkan
imagery, terapi music, dan distraksi) nyeri sehingga rasa nyeri yang
yang dapat digunakan saat nyeri dirasakan berkurang
datang
3. Diagnosa 3
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat
proses penyakit akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri
saat melakukan hubungan seksual, klien mengungkapkan rendahnya
bataskemampuan karena penyakit.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan fungsi seksual klien efektif

22
Kriteria hasil : Klien mengungkapkan penerimaan diri terhadap penyakit,
klien mengungkapkan percaya diri dengan fungsi seksualnya
No Intervensi Rasional
1 Bangun hubungan terapeutik dengan Hubungan terapeutik yang baik
klien dapat membangun kepercayaan
klien terhadap perawat untuk
mengungkapkan masalah
seksual klien
2 Berikan privasi dan pastikan Berikan privasi dan pastikan
kerahasiaan terhadap masalah klien kerahasiaan terhadap masalah
klien
3 Mulailah dari topic yang kurang Pembicaraan dari topic yang
sensitive ke paling sensitive kurang sensitive membantu
agar klien merasa nyaman
mengungkapkan masalahnya
4 Diskusikan efek penyakit terhadap Pemberian penkes mengenai
respon seksual proses penyakit membantu
klien memahami penyebab
disfungsi seksualnya
4. Diagnosa 4
Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi mengenai penyakit
epididimitis ditandai dengan klien mengatakan kurang mengetahui
mengenai penyakitnya, klien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan klien memiliki pengetahuan adekuat tentang epididymitis
Kriteria hasil : Klien dapat memahami dan menjelaskan kembali penyakit
epididimitis, tanda dan gejala epididymitis, kien dapat menyebutkan
penatalaksanaan termasuk pengobatan epididymitis.

23
No Intervensi Rasional
1 berikan penjelasan ketika klien Kesiapan klien untuk belajar
menunjukkan kesiapan untuk mempermudah klien dalam
belajar proses pembelaja
2 Memberikan klien informasi dasar Informasi yang diberikan dapat
tentang epididimitis memberikan klien gambaran
tentang anatomi fisiologi serta
komplikasi yang potensial terjadi
3 Berikan kesempatan pada klien Bertujuan untuk mengetahui
untuk bertanya dan diskusi informasi yang kurang
dimengerti oleh klien
4 Jawab pertanyaan klien dengan Untuk mempermudah klien
singkat dan jelas mengerti akan jawaban yang kita
berikan

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat,
2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya
fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami
tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi
dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).
3.5 Evaluasi

24
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang. Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
2. Tekana darah, suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi sudah sedikit
menurun dari hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Pasien mengatakan rasa nyerinya pada dada sebelah kirinya berkurang
4. Ekspresi wajah pasien menunjukan sedikit rileks
5. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
6. Gaya hidup pasien berubah.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tn. B usia 25 tahun datang ke RSUD Jombang dengan wajah gelisah dan
meringis kesakitan keluhan nyeri pada urethra, dan rasa terbakar saat miksi,
demam, nyeri ketika buang air besar, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika
berhubungan seksual atau ejakulasi, dan nyeri selangkangan, terdapat benjolan
di testis, setelah dilakukan pemeriksaan terdapat pembengkakan testis, keluar
nanah dari urethra. Hasil TTV : TD: 120/90 mmHg, Nadi:110 x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 380C, Skala Nyeri 6 (Sedang)
4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. B
25
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin :L
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai kantor
Pendidikan : S1
Alamat : Jombang Kepanjen
No. Reg : …………………….
Tgl. MRS : 1 Juni 2018 (13.00)
Dx. Medis : Epididimitis
Tgl. Pengkajian : 1 Juni 2018 (13.02)
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin :P
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jombang Kepanjen
Hubungan dg Klien : Istri
C. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
1. Keluhan utama : Nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada urethra, dan rasa terbakar saat
miksi, demam, nyeri testis ketika buang air besar, nyeri ketika
berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi, dan nyeri
selangkangan sejak 2 hari yang lalu, sangat mengganggu aktivitas dan
kesulitan untuk berjalan.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
26
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien pengatakan keluarga pasien tidak ada yang mengalami
penyakit ini dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular ataupun
menurun.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan bahwa lingkungan rumahnya bersih dan
nyaman.
D. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital :
TD: 110/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
RR : 20x/menit
Suhu: 380C
Skala Nyeri 6 (Sedang)
E. Pemeriksaan Persistem
1. Sistem pernapasan
Anamnesa : Tidak terdapat gangguan pada sistem pernafasan
Hidung
Inspeksi : Tidak ada napas cupping hidung
Palpasi : Tidak nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : Tidak memakai alat bantu nafas (ETT)
Area dada
Inspeksi : tidak menggunakan otot bantu pernapasan , dada simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tiada ada suara nafas tambahan
2. Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : tidak adanya nyeri dada
Wajah
Inspeksi : pucat, tampak meringis kesakitan
27
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi : bunyi jantung Bj1 dan Bj2 tunggal
Ekstrimitas atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi : CRT <2 detik
Ekstrimitas bawah
Inspeksi : tidak edema pada ektrimitas , tidak ada clubbing finger
Palpasi : tidak ada benjolan pada ekstrimitas
3. Sistem pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Nafsu makan baik
Mulut
Inspeksi : tida ada sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : tidak terdapat luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Kuadran I
Hepar : tidak ada nyeri tekan
Kuadran II
Gaster : tidak terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak terdapat / nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
28
4. Sistem muskuluskeletal dan integument
Anamnesa : tidak ada nyeri
Kekuatan otot : 5 5

Keterangan: 5 5

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan


tahanan ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan


tahanan penuh
5. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa
Nyeri saat miksi, demam tubuh, nyeri saat BAK
Genetalia eksterna :
Laki-Laki :
Penis
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : nyeri tekan
Scrotum
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran
Palpasi : nyeri tekan, penurunan testis
6. System Reproduksi :
Anamnesa : nyeri saat ereksi
Genetalia :

29
Inspeksi : terdapat benjolan di testis dan keluar cairan nanah diuretra.
Palpasi: benjolan pada testis

4.2 Diagnosa Keperawatan

NS.
D.0077 Nyeri Akut
DIAGNOSIS
Kategori : Psikologis
:
Subkategori : Nyeri dan kemyamanan
(NANDA-I)
Pengalaman sensori dan emosional yang berkaitan dengan
DEFINITIO kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset
N: mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hongga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan
 Diaphoresis
 Ekpresi wajah nyeri (misal : mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar, tetap pada satu
fokus, meringis)
 Fokus menyempit (misal : persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan oran dan lingkungan)
 Fokus pada diri sendiri
DEFINING
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misal :
CHARACT
anggota keluarga, pemberi asuhan)
ERISTICS
 Mengeskpresikan perilaku (misal : gelisah, menangis,
waspada)
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi

30
 Agens cedera biologis (mis., kerusakan fungsional organ
atau jaringan tubuh)
 Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar,
RELATED
terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, truma,
FACTORS:
olahraga berlebihan)
 Agens cedera kimiawi (mis, luka bakar , kapsaisin, metilen
klorida , agens mustard)
Subjective data entry Objective data entry
 Skala nyeri 5 (Sedang)  Tampak meringis
 nyeri ketika buang air besar  Gelisah
 nyeri ketika berkemih  Sulit tidur
 nyeri ketika berhubungan seksual TD: 120/90 mmHgmmHg
atau ejakulasi Nadi:110
RR: 20x/menit
AS

Suhu: 380C
Ns. Diagnosis (Specify):
Client D.0077 Nyeri Akut
DIAGNOSIS

Diagnostic Related to:


Statement: Agens cedera biologis (mis., kerusakan fungsional
organ atau jaringan tubuh)

4.3 Intervensi
NOC NIC

Outcome Indikator Intervensi Aktivitas

Tingkat 1. 1. Nyeri yang dilaporkan Managemen Action :


nyeri 4 nyeri
1. Lakukan pengkajian
2. 2. Eksprsi nyeri wajah 4
Def : Def: nyeri komprehensif
3. 4. Tidak bisa istirahat 4
pengurangan yang meliputi lokasi,
Keparahan4. 4. Agitasi 4

31
dari nyeri 5. 5. Tekanan darah 4 atau reduksi karakteristik,
yang 6. nyeri sampai onset/durasi,
diamati dan pada tingkat frekuensi, kuallitas,
dilaporkan keamanan intensitas atau
yang dapat beratnya nyeri dan
diterima oleh faktor pencetus
pasien 2. Dukung istirahat
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri

Observasion :

3. Periksa tingkat
ketidaknyamanan
bersama pasien, catat
perubahan dalam
catatan medis,
informasikan petugas
kesehatan lain yang
merawat pasien

Kolaboration :

4. Berikan individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesic
5. Pastikan
perawatan
analgesic bagi
pasien dilakukan

32
dengan
pemantauan yang
ketat

Education :

6. Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur

4.4 Implementasi
No Tanggal Implementasi Paraf
Diagnosa /jam
D.0077 1 Juni 2018 1. Melakukan pengkajian nyeri
Nyeri akut (13.40) komprehensif yang meliputi
b.d agens lokasi, karakteristik, onset/durasi,
cedera frekuensi, kuallitas, intensitas
biologis atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus
Hasil :
- Nyeri ketika buang air besar
- Nyeri ketika berkemih
- Nyeri ketika berhubungan
seksual atau ejakulasi

33
2. Memberi dukungan istirahat
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
3. Melakukan periksaan tingkat
ketidaknyamanan bersama
pasien, catat perubahan dalam
catatan medis, informasikan
petugas kesehatan lain yang
merawat pasien
4. Memberikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
5. Memastikan perawatan analgesic
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
6. Memberikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur

5.1 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf
dan jam keperawatan
1 2 Juni Nyeri akut b/d agen S : Klien mengatakan nyeri
2018 cedera biologis berkurang (skala nyeri 4)
(08.00) O : Gelisah sedikit menurun
Pasien mulai bisa tidur
TD :120/90 mmHg

34
Nadi:110
RR: 20x/menit
Suhu: 380C
A :Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3,4,5,6

35
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat
peradangan pada epididimis. Penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan
menjadi infeksi bakteri non spesifik dan Penyakit Menular Seksual (PMS).

36

Anda mungkin juga menyukai