Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SIFILIS PADA REMAJA USIA


12 SAMPAI 18 TAHUN

Oleh :

WANTO SYAPUTRA
NPM. 1826010004

Dosen Pengampu : Nopita Desiana, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
KATA PENGANTAR

Keanugrahan inspirasi dari Tuhan Yang Mahamulia menjadi kekuatan


kepada penulis untuk segera menyelesaikan makalah ini secara sistematis dan
tepat waktu. Oleh karena itu, tiada kata yang pantas terucapkan selain ucapan
syukur tak terhingga karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Sifilis pada Remaja Usia 12 sampai 18 Tahun”. Makalah ini diajukan
kepada dosen mata kuliah bahasa Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah bahasa
Indonesia dalam materi penulisan karya ilmiah. Secara umum tujuan penulisan
makalah ini untuk melatih mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah yang baik dan
benar, sedangkan secara khusus bertujuan supaya mahasiswa dapat memahami
dan menggali lebih lanjut tentang Sifilis pada Remaja Usia 12 sampai 18 Tahun.
Dalam makalah ini akan diuraikan secara garis besar tentang pengertian, gejala
penyakit, pencegahan, serta pengobatan yang dilakukan terhadap penderita sifilis.
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih khususnya kepada ibu Novita Desiana, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu
dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, khususnya
mahasiswa keperawatan.

Bengkulu, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................2
C. Tujuan . .........................................................................................2
D. Manfaat . .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3

A. Penyebab terjadinya Sifilis ...........................................................3


B. Gejala Sifilis pada Remaja ...........................................................4
C. Pencegahan ...................................................................................6
D. Pengobatan yang Dilakukan Terhadap Sifilis ..............................6

BAB III PENUTUP ..............................................................................7

A. Kesimpulan ..................................................................................7
B. Saran . ...........................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari


satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis
atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa
remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu
dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan
atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan
dewasa.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Kemampuan
bereproduksi pada remaja ini menjadi kebutuhan biologis sekaligus psikologis
yang perlu adanya pengawasan dan kontrol dari orang terdekat, sehingga remaja
tumbuh menjadi dewasa yang baik. Kurangnya pengawasan dan kontrol dari
orang terdekat mengakibatkan beberapa permasalahan salah satunya adalah seks
bebas.
Seks bebas adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan
masing-masing individu. Pergaulan yang sangat bebas menjadikan remaja
terjerumus pada perilaku seks bebas. Seks bebas merupakan seks yang kurang
sehat karena dapat mengakibatkan beberapa penyakit menular seksual, salah
satunya adalah sifilis.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri
spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi
ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan
melalui ibu ke anak dalam uterus).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa penyebab terjadinya penyakit sifilis pada remaja?
2. Bagaimana gejala penyakit sifilis pada remaja?
3. Bagaimana cara pencegahan penyakit sifilis pada remaja?

C. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk melatih mahasiswa
dalam penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, sedangkan secara khusus
bertujuan supaya mahasiswa dapat memahami dan menggali lebih lanjut tentang
Sifilis pada Remaja Usia 12 sampai 18 Tahun.
D. Manfaat
Pemulisan makalah ini mempunyai manfaat yaitu sebagai salah satu
sumber pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah yang baik dan benar,
khususnya mahasiswa keperawatan dalam memahami tentang penyakit sifilis pada
remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Sifilis

Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh


bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki
masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak
penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda, 2015). Pada umumnya
penularan sifilis melalui kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual,
hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Penyakit ini
tidak dapat menular karena meggunakan handuk secara bergantian dengan
penderita sifilis, pegangan pintu atau tempat duduk WC. Setiap orang yang aktif
secara seksual bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan lesi sifilis. Pada
laki-laki, lesi dapat terjadi terutama di alat kelamin eksternal, anus, atau dubur.
Lesi juga dapat terjadi pada bibir dan mulut. Gay atau laki-laki biseksual bisa
terinfeksi sifilis selama seks anal, oral, atau vaginal (CDC, 2015).Masa laten pada
sifilis tidak menunjukkan gejala klinis, namun pada pemeriksaan serologis
menunjukkan hasil positif (Sanchez, 2008). Sifilis memiliki dampak besar bagi
kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan kehidupan sosial. Populasi berisiko
tertular sifilis meningkat dengan adanya perkembangan dibidang sosial,
demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Secara global pada tahun 2008, jumlah orang dewasa yang terinfeksi
sifilis adalah 36,4 juta dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya (WHO,
2009). Daerah yang mempunyai tingkat penularan sifilis tertinggi ialah sub-
Sahara Afrika, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara. Beberapa studi yang telah
dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa terdapat 30% seropositif sifilis pada
antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi pada sifilis kongenital
(Lukehart, 2010).
Perilaku seksual dapat dibagi menjadi perilaku seksual tidak berisiko dan
perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual tidak berisiko memiliki makna perilaku
yang tidak merugikan diri sendiri, dilakukan kepada lawan jenis, dan diakui
masyarakat. Perilaku seksual berisiko diartikan sebagai perilaku seksual yang
cenderung merusak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Hartono, 2009).
Perilaku seksual berisiko adalah keterlibatan individu dalam melakukan aktivitas
seks yang memiliki risiko terpapar dengan darah, cairan sperma, dan cairan vagina
yang tercemar bakteri penyebab sifilis. Jumlah pasangan seksual yang banyak
merupakan salah satu perilaku seksual berisiko. Hal ini terjadi karena jumlah
pasangan seksual yang banyak sebanding dengan banyaknya jumlah hubungan
seksual yang dilakukan (Rahardjo, 2015). Kurangnya pengetahuan individu
tentang penggunaan kondom juga dapat meningkatkan risiko infeksi. Kondom
tidak memberikan perlindungan 100%, namun bila digunakan dengan tepat dapat
mengurangi risiko infeksi. Selain itu, kemiskinan dan masalah sosial memaksa
perempuan, kadang juga laki-laki, berprofesi sebagai penjaja seks. Mereka
menukarkan seks dengan uang atau barang agar dapat bertahan hidup (Kemenkes
RI, 2011).
Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini meliputi: faktor
pengetahuan, ekonomi, keturunan, dan urbanisasi. Pengetahuan yang kirang
tentang bahaya penyakit, mendorong remaja melakukan hubungan seksual diluar
nikah. Ekonomi yang rendah juga menjadi faktor yang berpengaruh timbulnya
penyakit ini, sebagian masyarakat melacurkan diri untuk mendapatkan uang
dengan mudah. Di kalangan remaja banyak terjadi kasus seperti ini, hal ini
disebabkan karena remaja memiliki banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
oleh orang tua. Faktor keturunan juga berpotensi dalam timbulnya penyakit sifilis.
Kemudian urbanisasi dari desa ke daerah kota, mengarah sikap remaja menjadi
lebih bebas, longgar akan batas-batas adat dan agama sehingga mudah melakukan
hubungan seks diluar nikah. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus remaja
hamil saat kuliah di luar kota. Perilaku seksual dapat dibagi menjadi perilaku
seksual tidak berisiko dan perilaku seksual berisiko.

B. Gejala Sifilis pada Remaja

Gejal dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan
tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru
Besar" karena sering dikira penyakit lainnya. Bila tidak terawat, sifilis dapat
menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis
yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena
sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan
untuk segera menemui dokter secepat mungkin. Gejala sifilis tergantung dari
stadium/fasenya. Gejala akan timbul setelah 1-13 minggu setelah terinfeksi,
dengan rata-rata 3-4 minggu setelah infeksi. Gejalanya:
1. Stadium 1: luka yang tidak nyeri pada tempat yang terinfeksi. Luka tersebut
sering kali tidak menimbulkan gejala sehinga dihiraukan dan akan membaik
dalam waktu 3-12 minggu. Setelah itu, penderita akan tampak sehat secara
keseluruhan.
2. Stadium 2: Muncul ruam-ruam kulit dalam
waktu 6-12 minggu setelah infeksi. Meskipun
tidak diobati, ruam akan hilang dalam beberapa
minggu dan akan muncul kembali ruam yang
baru beberapa minggu kemudian. Pada stadium
ini, penderita akan mengalami gejala malaise,
mual, tidak nafsu makan, dan lain-lain.
3. Stadium 3: fase laten. Penderita memasuki fase tanpa gejala selama beberapa
tahun atau berpuluh-puluh tahun
4. Stadium 4: Sifilis ini sudah tidak menular tetapi gejalanya sangat bervariasi
tergantung organ yang terkena.
C. Pencegahan
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak
tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan.
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan
pempratikkan ‘protective sex’.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi
darah yang sudah terinfeksi.
4. Menggunakan kondom atau pengaman, terutama mereka yang berisiko
tinggi terkena seperti pekerja seks komersil.
5. Hindari menato tubuh Anda.
6. Menjaga kebersihan organ intim.

D. Pengobatan yang Dilakukan Terhadap Sifilis


Pengobatan sifilis sangat mudah dilakukan. Pengobatan umumnya adalah
dengan menggunakan antibiotik berupa suntikan penisilin. Jika tidak diobati,
sifilis bisa menjadi penyakit yang berbahaya dan bisa berujung kepada kematian.
Penderita sifilis yang sedang dalam masa pengobatan harus menghindari
hubungan seksual hingga infeksi dipastikan sudah sembuh total. Sifilis
mempunyai tingkatan gejala, yang terbagi menjadi 4 stadium.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh


bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki
masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak
penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin. Pada umumnya penularan sifilis
melalui kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual, hubungan seksual ini
bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Penyakit ini tidak dapat menular
karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita sifilis, pegangan
pintu atau tempat duduk WC. Pengobatan penyakit sifilis dapat dilakukan dengan
cara penyuntikan antibiotik berupa suntikan penisilin.

B. Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Remaja sebagai agen perubahan diharapkan bisa menjadi penerus bangsa
yang bermartabat.
2. Pendidikan seksual sangat penting bagi remaja, agar mereka mengetahui
bahaya- bahaya yang akan terjadi karena seks bebas.
3. Orang tua berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan remaja,
untuk itu diharapkan orang tua lebih memperhatikan pola perkembangan
pada diri putra-putrinya yang sudah memasuki masa remaja.
Daftar Pustaka

Riyan Basofi, Moh. 2011. KTI Lindungi Remaja dari Rokok. Lumajang: MAN
Lumajang.

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Jakarta:
EGC.

Tim Media KIE, dan SeBAYA-PKBI JATIM.2009. Gaul dan Sehat Kenali Diri
dan Situasimu. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai