Jawab:
Diare dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu makan dan gangguan pencernaan
yang menyebabkan menurunnya absorbsi zat-zat nutrisi dalam tubuh sehingga
menimbulkan malnutrisi.
Menurut Supariasa, dkk (2011), gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalu proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi.
Malnutrisi atau kurang gizi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit infeksi
karena daya tahan tubuh menurun,. Sebaliknya, penyakit infeksi juga dapat
mempengaruhi status gizi karena asupan makanan menurun, malabsorbsi dan
katabolisme tubuh meningkat.
2. Mengapa pemberian sufor (susu formula) yang mengandung laktosa tidak dianjurkan
untuk anak yang sedang diare?
Jawab:
Menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse, ketika mengalami
diare, terjadi kesulitan untuk mencerna makanan yang kaya laktosa. Bahkan bila
tubuh tidak memiliki intoleran terhadap laktosa, diare yang disebabkan oleh virus bisa
membuat tubuh menjadi sensitif terhadap produk susu. Selain itu, diare bisa
menyebabkan berkurangnya kadar enzim laktase. Sedangkan enzim ini dibutuhkan
agar tubuh bisa mencerna laktosa atau gula yang ditemukan dalam produk susu.
Karena fungsinya memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa supaya dapat
dicerna oleh tubuh. Bila “laktosa pada susu” tidak dicerna oleh tubuh, maka bisa
menyebabkan gejala perut ber-gas, kembung, mual, tinja lebih encer dan usus
teriritasi.
Glukosa dan galaktosa mampu diserap oleh tubuh dan digunakan sebagai sumber
energi. Namun, pada pengidap intoleransi laktosa tidak mampu menghasilkan laktase
yang cukup. Hasilnya, laktosa yang tidak tercerna masuk ke usus besar lalu
terfermentasi oleh bakteri dan menimbulkan berbagai gejala seperti diare. Itulah
mengapa susu bukanlah makanan yang baik dikonsumsi saat sedang mengalami diare.