Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU REPRODUKSI TERNAK

“Pemunculan Pubertas pada Sapi Bali Dara”

DISUSUN OLEH:

Nama : Popi Halida

Nim : 2210611039

Dosen Pengampu :

Syafri Nanda, M.Si.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah STW. karena berkat rahmat dan karunia-Nya serta
shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pemunculan Pubertas pada Sapi Bali Dara” ini
di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syafri Nanda, M.Si. selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah ini, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada saya dan
juga para pembaca. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan wawasan
yang saya miliki, karena itu saya menerima kritik ataupun saran yang membangun sehingga
makalah ini bisa menjadi bacaan yang dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Padang, 29 November 2023

Popi Halida

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pubertas atau Dewasa Kelamin..........................................................................................3

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pubertas..................................................................3

2.3 Tanda-tanda Pubertas pada Sapi Bali Dara.....................................................................4

2. 4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pubertas Sapi Bali Dara......................................5

BAB III...........................................................................................................................................5
PENUTUP......................................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................5

3.2 Saran.....................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi bali (Bos sondaicus) adalah salah satu jenis bangsa sapi asli dari Indonesia
merupakan hasil domestikasi masyarakat Bali dari banteng yang telah terjadi 3.500 SM. Sapi
bali menjadi satu aset nasional yang cukup potensial untuk dikembangkan. Penyebaran sapi
bali telah meluas hampir keseluruh wilayah Indonesia atau daerah sumber bibit utama
termasuk Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat (Talib,
2002). Hal ini terjadi karena jenis sapi bali lebih diminati para petani dan peternak sebab sapi
bali mempunyai ciri genetik yang khas dengan keunggulan yang tidak kalah dibandingkan
dengan sapi lainnya yang ada di Indonesia. Beberapa keunggulan yang dimiliki sapi bali
dibandingkan dengan sapi lain antara lain mempunyai tingkat kesuburan 80% (Purwantara et
al., 2012), sapi pekerja yang baik, persentasi karkas tinggi, dan daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan di Indonesia (Madu et al., 2015).
Salah satu tolak ukur efisiensi reproduksi adalah dicapainya umur awal pubertas
yang lebih dini sesuai dengan potensi genetiknya (Utomo et al.,2013). Proses terjadinya
pubertas dikontrol oleh banyak faktor yaitu secara langsung atau tidak langsung, tidak hanya
terbatas oleh genetika dan ras, bobot badan dan laju pertambahan berat badan, komposisi
tubuh, bidang nutrisi dan pakan, lingkungan atau sosial seperti musim, matahari bersinar
sehari lamanya, dan ada atau tidaknya sapi jantan, juga berperan penting dalam kemunculan
pubertas (Ahmadzadeh et al, 2011). Munculnya pubertas ditandai dengan perubahan alat
kelamin luar saat estrus seperti kemerahan pada mukosa vagina, keluarnya cairan dari vagina,
dan pembengkakan pada vulva (Laksmi dan Trilaksana, 2020)
Pubertas atau dewasa kelamin biasa terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai, sehingga
peternak mesti menyediakan zat makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Pubertas dikontrol oleh mekanisme-mekanisme fisiologi tertentu
yang melibatkan gonad dan kelenjar adenohipofisa, sehingga pubertas tidak luput dari faktor
herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut (Toelihere, 1985).
Faktor perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dapat dipengaruhi oleh nutrisi, musim

1
dan iklim, kedekatan dengan hewan jantan, dan penyakit (Noakes et al., 2001). Terdapat
banyak faktor yang memengaruhi munculnya pubertas baik secara langsung maupun tidak
langsung, termasuk manajemen pemeliharaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pubertas atau dewasa kelamin?
2. Apa saja yang mempengaruhi Pubertas pada sapi bali dara ?
3. Apa saja tanda-tanda pubertas pada sapi bali dara?
4. Apa saja faktor pendorong dan penghambat pubertas pada sapi bali dara?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pubertas atau dewasa kelamin.
2. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi pubertas pada sapi bali dara.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda pubertas pada sapi bali dara.
4. Untuk mengetahui faktor pendorong dan pengambat pubertas pada sapi bali dara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pubertas atau Dewasa Kelamin


Pubertas atau dewasa kelamin ialah periode kehidupan makhluk Jantan dan betina
dimana proses-proses reproduksi mulai terjadi yang ditandai oleh kemampuan untuk
pertama kalinya memproduksi benih. Kejadian pubertas didasari oleh penyesuaian secara
bertahap antara peningkatan aktivitas gonadotropik dan kemampuan gonad secara simultan
dalam steroidogenesis dan gametogenesis. Pubertas terjadi ketika gonadotropm dihasilkan
oleh hypophysis anterior dalam Konsentrasi yang cukup tinggi untuk menginisiasi
pertumbuhan folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dapat dideteksi beberapa bulan
sebelum pubertas (Anonim., 2004).

Menurut Morrow (1986) aktivitas siklus repoduksi pada sapi dimulai pada usia 12
bulan dengan rentang 4 bulan sampai 2 tahun. Munculnya pubertas pertama kali
dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan eksternal. Secara umum puberitas dapat
didefinisikan sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
perkembangbiakan dapat terjadi. Menurut Feradis (2010) rata-rata umur pubertas pada
kelompok sapi dara antara 10-12 bulan, pada sapi perah antara 11-15 bulan, pada sapi
potong dengan rata-rata 9-11 bulan. Umur dan berat badan hewan sewaktu timbul pubertas
berbeda-beda menurut spesies hewan. Hewan-hewan betina muda tidak boleh dikawinkan
sampai pertumbuhan badannya memungkainkan suatu kebuntingan dan kelahiran normal.
Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan menurut ukuran dan berat badannya bukan menurut
umur (Toelihere, 1994). Terjadi pubertas yang lebih awal dapat menguntungkan karena
dapat menguragi masa tidak produktif dan tidak menguntungkan selama masa hidup
ternak.

Pubertas atau dewasa kelamin biasa terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai,
sehingga peternak mesti menyediakan zat makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Pubertas dikontrol oleh mekanisme-mekanisme fisiologi tertentu
yang melibatkan gonad dan kelenjar adenohipofisa, sehingga pubertas tidak luput dari

3
faktor herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut (Toelihere,
1985).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pubertas

Salah satu tolak ukur efisiensi reproduksi adalah dicapainya umur awal pubertas
yang lebih dini sesuai dengan potensi genetiknya (Utomo et al.,2013). Proses terjadinya
pubertas dikontrol oleh banyak faktor yaitu secara langsung atau tidak langsung, tidak
hanya terbatas oleh genetika dan ras, bobot badan dan laju pertambahan berat badan,
komposisi tubuh, bidang nutrisi dan pakan, lingkungan atau sosial seperti musim, matahari
bersinar sehari lamanya, dan ada atau tidaknya sapi jantan, juga berperan penting dalam
kemunculan pubertas (Ahmadzadeh et al., 2011).
Manajemen pemeliharaan sapi bali yang baik sangat dibutuhkan untuk membantu
menunjang performa reproduksi sapi bali supaya mencapai pubertas. Pakan dibutuhkan
untuk nutrisi dan cadangan energi tubuh dalam proses metabolisme, sintesis hormon
reproduksi, pertumbuhan, laktasi, dan aktivitas reproduksi. Nutrisi menjadi faktor
lingkungan yang menentukan perkembangan organ reproduksi utama baik pada fase
pubertas. Nutrisi yang tepat juga dapat berpengaruh terhadap munculnya estrus pertama sapi
bali dara (Heryani et al., 2019). Menurut Budiyanto et al. (2016), defisiensi nutrisi
mengakibatkan penurunan fungsi ovarium atau hipofungsi ovarium dan dalam jangka waktu
lama dapat menjadi atropi ovarium yang bersifat irreversible serta panjangnya durasi
anestrus postpartum diatas 60–90 hari, sedangkan untuk manajemen kandang menjadi
jaminan ternak terlindungi dari gangguan luar seperti sengatan panas matahari, hujan, dan
sarana untuk menjaga kesehatan ternak. Kandang yang dibangun sebaiknya memperhatikan
syarat dalam pembuatannya. Kontruksi kandang yang dibuat harus kuat, mudah
dibersihkan, mempunyai udara yang baik, tidak lembab, dan mempunyai tempat
penampungan kotoran beserta drainasenya. Keadaan kandang dengan sanitasi yang baik
menjadi faktor penting untuk kesehatan reproduksi ternak supaya terhindar dari penyakit
yang dapat menganggu organ reproduksi hewan.

Faktor lain yang mempengaruhi munculnya pubertas pada sapi bali dara yang
dipelihara adalah interaksi sosial yaitu paparan pejantan. Menurut Gupta et al. (2016) sapi
4
dara yang berdekatan dengan sapi jantan mencapai pubertas pada usia yang lebih awal dari
sapi dara yang berjauhan dengan pejantan. Hal ini sejalan karena stimulasi yang dipicu oleh
kehadiran pejantan menginduksi estrus dan ovulasi melalui stimulasi genital, feromon atau
isyarat eksternal (Tirawi et al., 2014). Pejantan secara umum dapat berperan untuk
merangsang munculnya estrus, mendeteksi adaya estrus pada induk yang mengalami
gangguan birahi tenang (silent heat), dan mengawini induk yang estrus secara alami
sehingga tingkat keberhasilan perkawinan tinggi (Baliarti et al., 2019). Adanya interaksi
antara sapi jantan dan sapi betina dapat merangsang perkembangan kelenjar endokrin dan
saluran reproduksi sehingga hewan akan lebih cepat mencapai pubertas.

2.3 Tanda-tanda Pubertas pada Sapi Bali Dara

Munculnya pubertas ditandai dengan perubahan alat kelamin luar saat estrus seperti
kemerahan pada mukosa vagina, keluarnya cairan dari vagina, dan pembengkakan pada
vulva (Laksmi dan Trilaksana, 2020). Tanda birahi yang lain yaitu sapi betina akan tetap
diam berada ditempat bila sapi Jantan menaiki atau menunggangi dan gejala ini umumnya
sama untuk semua bangsa sapi dan apabila didalam kandang nafsu makannya jelas
berkurang (Jainudeen et al, 2000) Pubertas atau dewasa kelamin biasa terjadi sebelum
dewasa tubuh tercapai, sehingga peternak mesti menyediakan zat makanan yang bergizi
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.

2. 4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pubertas Sapi Bali Dara

a) Pendorong
1. Adanya pejantan di sekitar kandang sapi betina.
2. manajemen pemeliharaan yang baik.
3. ketinggian tempat yang mimiliki iklim seperti suhu dan kelembapan.
b) Penghambat
1. Suhu lingkungan yang tinggi.
2. kekurangan asupan nutrisi atau kekurangan energi.
3. Kekurangan kadar hormon estrogen.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rata-rata umur pubertas pada sapi bali dara yang dipelihara kelompok ternak wilayah
kerja Puskeswan Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung adalah 21,61 ± 5,24
bulan, dengan sebaran terbanyak pada umur 15-20 bulan sebanyak 45,33%.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk memaksimalkan
keberhasilan makalah selanjutnya. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
tambahan yang bermanfaat bagi penulis, mahasiswa, maupun khalayak umum. Untuk segala
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca selalu kami terima dengan senang hati
untuk dapat memperbaiki makalah ini kedepannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Febrianthoro F, Hartono M, Suharyati S. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Conception Rate pada
Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 3(4): 239-244.

Gupta SK, Singh P, Shinde KP, Lone SA, Kumar N, Kumar A. 2016. Strategies for attaining early puberty in
cattle and buffalo; A review. Agricultural Reviews 37(2): 160167.

Herdiansah R, Suherman D, Sutriyono. 2021. Evaluasi Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali (Bos
sondaicus) pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kapahlang
Provinsi Bengkulu. Wahana Peternakan 5(1): 15-24.

Laksmi DNDI, Trilaksana IGNB. 2020. The Change in External Genital and Estrogen Level of Bali Cattle
During Estrus. Journal of Veterinary and Animal Sciences 3(1): 40-50

Madu YM, Suartha IN, Batan IW. 2015. Status Praesen Sapi Bali Dara. Indonesia Medicus Veterinus 4(5):
437-444
Siswanto M, Patmawati NW, Trinayani NN, Wandia IN, Puja IK. 2013. Penampilan Reproduksi Sapi Bali
pada Peternakan Intensif di Instalansi Pembibitan Pulukan. Jurnal Ilmu dan Kesehatan
Hewan 1(1): 11-15.

Toelihere MR. 1985. Fisiologi reproduksi ternak. Bandung: Angkasa Bandung. 133-167 Utomo BN, Noor
RR, Sumantri C, Supriatna I, Gurnardi ED. 2013. Puberty of Katingan cow in realation to Cu
mineral and the environtment. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 18(2): 123-130.

Anda mungkin juga menyukai