Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI

REPRODUKSI
“Penampungan Semen dan Inseminasi Buatan”

Oleh :

M. SYAHBUDDIN A.A (16230620056)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan laporan praktikum Teknologi Reproduksi dengan judul
Penampungan Semen dan Inseminasi Buatan.
Penulis sudah menyusun laporan praktikum secara maksimal dengan
bantuan pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan laporan
praktikum sehingga menjadi laporan yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga laporan praktikum Penampungan Semen
dan Inseminasi Buatan ini bisa memberi mafaat ataupun inpirasi pada pembaca.

Kediri, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat...............................................................................2
BAB II. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR.........................................................3
2.1. Alat dan Bahan...........................................................................................3
2.2. Prosedur.....................................................................................................4
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................6
3.1. Penampungan Semen.................................................................................6
3.2. Inseminasi Buatan......................................................................................6
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................8
4.1. Kesimpulan................................................................................................8
4.2. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara


lain adalah masih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini
terjadi karena sebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan
peternakan konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan
keterampilan peternak relatif masih rendah. Dalam menanggulangi masalah itu
dibutuhkan teknologi tepat yang bisa diterapkan secara mudah dan efisien. Salah
satu teknologi yang bisa digunakan yaitu inseminasi buatan. Inseminasi Buatan
(IB) merupakan salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi yang
memungkinkan manusia untuk mengawinkan hewan betina tanpa perlu seekor
pejantan utuh. Inseminasi buatan sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian
proses yang terencana dan terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik
hewan di masa yang akan datang (Kartasudjana, 2001).
Prinsip dari pelaksanaan inseminasi buatan yaitu pencurahan semen ke
dalam saluran reproduksi hewan betina pada saat estrus dengan tujuan agar sel
telur yang diovulasikan hewan betina dapat dibuahi oleh sperma sehingga hewan
betina menjadi bunting dan melahirkan anak. Namun pada perkembangan lebih
lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran
reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan,
penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan
(pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan
dan penentuan hasil inseminasi pada hewan betina. Dengan demikian pengertian
IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga
istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan) (Sugoro, 2009).
Inseminasi buatan atau Artificial Insemination adalah proses penempatan semen
ke dalam alat reproduksi betina dengan bantuan manusia dengan tujuan agar
ternak betina tersebut bunting. Dengan demikian jelaslah bahwa Inseminasi
Buatan sendiri tidak dapat memperbaiki mutu ternak akan tetapi Inseminasi

1
Buatan merupakan cara yang tepat untuk sarana perbaikan mutu genetik ternak.
Tiga hal pokok yang harus dikerjakan dalam melakukan Inseminasi Buatan adalah
pengambilan semen, perawatan semen yang terdiri dari pemeriksaan semen,
pengenceran semen dan penyimpanan semen serta Inseminasi Buatan. Inseminasi
Buatan sendiri memiliki banyak hal yang harus diperhatikan yaitu ketepatan
dalam pendeteksian birahi, ketepatan dalam melakukan Inseminasi Buatan.
Keberhasilan Inseminasi Buatan sangat menentukan tingkat keberhasilan
kebuntingan.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari Praktikum Inseminasi Buatan adalah untuk mengetahui


tentang pelaksanaan dan teknik Inseminasi Buatan serta factor keberhasilan dalam
teknologi Inseminasi Buatan. Manfaat dari Praktikum Inseminasi Buatan adalah
praktikan dapat melakukan Inseminasi Buatan melalui pengenalan alat-alat
inseminasi buatan, serta teknik pelaksanaan Inseminasi Buatan melalui metode
spekulum dan metode rektovaginal.

2
BAB II.

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR


2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat dan Bahan Penampungan Semen


Alat yang digunakan adalah :
a) Vagina buatan yang terdiri dari Inner liner dan corong karet tipis sebagai
alat utama untuk menampung semen.
b) Termos untuk menyimpan air hangat.
c) Thermometer untuk mengukur suhu air hangat dalam termos.
d) Tabung penampung semen berskala untuk menampung semen segar.
Bahan yang digunakan adalah :
a) Air hangat dengan suhu 38- 45 0C untuk dimasukkan dalam selongsong
karet vagina buatan sebagai manipuasi suhu vagina yang sebenarnya.
b) Vaseline untuk melicinkan vagina buatan agar penis mudah masuk dalam
vagina buatan.
2.1.2. Alat Inseminasi Buatan
Alat yang digunakan adalah :
a) Peralatan yang digunakan berupa: spekulum berbentuk corong untuk
membuka vagina.
b) Artificial Inseminatiaon (AI) Gun untuk menembakan semen kedalam
rahim.
c) Plastik sit untuk menempatkan straw (kemasan semen beku)
d) Pinset untuk mengambil straw.
e) Gunting untuk memotong straw.
f) Kertas tisu.
g) Pelumas/pelicin.
h) Mangkok berisi air untuk mencairkan semen dalam straw.

3
2.2. Prosedur

2.2.1. Prosedur Penampungan Semen


1) Vagina buatan (VB) diisi dengan air hangat suhu 38- 45℃ dan atur suhu
air menggunakan thermometer. Sesudah diisi air, tekanan udara
disesuaikan menggunakan pompa.
2) Vagina Buatan (VB) diberi vaseline pada bagian selongsong.
3) VB dipegang oleh operator dengan tangan kanan.
4) Operator siap di sebelah kanan belakang pemancing.
5) Pejantan didekatkan dengan ternak pemancing yang bertujuan untuk
merangsang libido pejantan yang akan ditampung.
6) Setelah dilakukan 2 – 3 kali False mount, pejantan diizinkan menaiki
pemancing dan operator penampung segera membelokkan arah penis ke
arah mulut VB yang telah disiapkan.
7) Setelah penis masuk kedalam VB akan terjadi sentakan keras dan pada
saat itu terjadi ejakulasi sehingga pejantan mengeluarkan semen.
8) Semen yang masuk akan tertampung ke dalam tabung gelas penampung
semen dengan cepat.
9) Pejantan diturunkan secara perlahan-lahan secara bersamaan
mengeluarkan penis dengan meletakkan VB agak miring.
10) Tabung gelas kemudian dilepaskan dari corong karet dan segera bagian
yang terbuka ditutup dengan aluminium foil atau plastik.
11) Semen segera dibawa ke laboratorium untuk segera di evaluasi.
2.2.2 Inseminasi Buatan
1. Ambil straw dari dalam termos atau container dengan hati-hati.
2. Pegang pada bagian ujung kemasan, dan baca label tertera pada straw
secara singkat.
3. Lakukan thawing berkisar 5 detik, ambil dan angkat dengan menggunakan
tissue.
4. Tempatkan straw pada ujung AI Gun, gunting straw pada bagian ujung.
5. Pasang plastrik sit pada AI Gun dan Fikasasi agar posisi straw benar dan
tepat.

4
6. Bawa AI Gun yang sudah siap dan spekulum ke kandang ternak betina.
7. Dengan pertolongan perawat ternak, angkat kedua kaki belakang domba
sehingga berbentuk sudut 40 -45 derajat terhadap lantai kandang.
8. Buka vagina domba menggunakan spekulum yang sudah diberi
pelumas/pelicin, lihat posisi lubang servics.
9. Masukan AI Gun melalui lorong spekulum menuju lubang servix. Dorong
hingga ke posisi empat atau batas servix tertahan sesuatu tekanan, ujung
gun masuk sekitar 1 cm.
10. Semprotkan semen pada bagian tersebut secara perlahan-lahan. Tahan
posisi domba dengan sudut 45 derajat selama 5 menit. Lepaskan kambing
sehingga domba dapat berdiri kembali dikandang.

5
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penampungan Semen

Penampungan semen menggunakan vagina buatan yang dipakai pada saat


praktikum terdiri dari ebonit, tulip, karet pengikat, tali atau karet, air hangat
dengan temperatur 47℃ dan pelicin. Tabung ebonit adalah bagian dari vagina
buatan yang berfungsi untuk penampungan air panas untuk menyamakan suhu di
dalamnya dengan suhu vagina aslinya, sehingga sperma bisa bertahan beberapa
menit. Tabung ebonit ini sudah terpasang karet tipis yang telah dilipat dan diikat.
Saat akan melakukan penampungan tabung ini akan dipasang tabung penampung
pada bagian ujungnya dan akan diolesi pelicin sepertiga dari vagina buatan.
Tabung ini terdapat pentil pada bagian atas yang berfungsi untuk memasukkan air
hangat. Pada bagian dalam tabung ebonit dipasang sebuah termometer untuk
mengukur suhu air di dalam tabung sehingga tahu saat yang tepat untuk
menggunakan vagina buatan sebagai alat untuk menampung semen, karena suhu
didalam vagina buatan sangat mempengaruhi kondisi semen selama
penampungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1985) yang menyatakan
bahwa suhu yang tepat dapat ditentukan di tempat penampungan memakai
thermometer steril yang berkapasitas sampai 100℃. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa apabila suhu vagina buatan terlampau rendah, pejantan tidak mau
berejakulasi; kalau terlalu panas, akan membunuh spermatozoa atau menyakiti
pejantan dan menyebabkan takut atau enggan melayani vagina buatan.

3.2. Inseminasi Buatan

Noor (2002) menyatakan bahwa prosedur thawing adalah menempatkan


straw dalam air hangat dengan suhu 34-36℃ selama 30 detik atau lebih,
mengusahakan agar straw tidak semuanya tenggelam dalam air dan suhu cairan
thawing harus selalu diukur dengan menggunakan termometer. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pelaksanaan sebelum melaksanakan IB dilakukan thawing
dengan cara mengambil semen beku dalam canister di dalam container, kemudian

6
memasukkannya ke air hangat bersuhu 37℃ selama 30 detik. Hal pertama yang
dilakukan sebelum melaksanakan IB adalah menyiapkan domba betina berahi dan
alat-alat, serta melakukan thawing. Setelah itu proses selanjutnya adalah mengelap
dan memotong ujung straw. Kemudian ujung straw yang terpotong dimasukkan ke
insemination gun. Menurut Noor (2002), straw harus dijepit pada ujungnya untuk
menghindari perubahan suhu yang mendadak, angkat straw dari cairan thawing
dan bersihkan sisa-sisa cairan thawing dengan menggunakan kertas tisu, pegang
ujung straw yang ada penyumbat kapasnya dengan menggunkan ibu jari dan
telunjuk kemudian melakukan pemilinan untuk mengendorkan penyumbat.
Setelah itu memasukkan insemination gun ke vagina dan menembakkan isinya ke
dalam. Kemudian mengeluarkan insemination gun dengan cara memutar
spekulum secara vertikal dan tarik keluar. Hunter (1995) menyatakan bahwa
inseminasi dalam serviks dengan spekulum dilakukan dengan mengarahkan pipet
inseminasi dari plastik sekali pakai atau pipa jerami ke mulut serviks dengan
bantuan tangan lewat dinding rektum untuk mengangkat serviks, dan selanjutnya
pipet dimasukkan ke dalam saluran serviks. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam
satu kali inseminasi hanya dipergunakan sejumlah kecil volume semen, karena
jumlah semen yang besar dapat menimbulkan kesakitan pada domba betina, serta
dapat membanjiri vagina.

7
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari Praktikum Inseminasi Buatan adalah


1) Mengetahui tentang peralatan berbagai macam peralatan inseminasi buatan
kita dapat mengetahui penggunaan alat tersebut beserta fungsi dan waktu
yang tepat dalam penggunaannya.
2) Mengetahui dan mendapatkan simulasi untuk melaksanakan inseminasi
buatan yang baik, tepat sesuai prosedur sehingga jika terus terlatih dalam hal
inseminasi maka diharapkan hasil yang diperoleh dalam inseminasi buatan
lebih baik dan memuaskan, hal tersebut semuanya didukung oleh
pengetahuan kita dalam inseminasi buatan serta ketrampilan dan kemampuan
kita dalam inseminasi buatan.

4.2. Saran

Pemilihan domba betina yang sedang berahi dan domba jantan yang
mempunyai kualitas sperma yang bagus akan lebih memperlancar kegiatan
praktikum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hunter, R. F. 1995. Fisiologi dan Tekonologi Reproduksi Hewan Betina


Domestik. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
(Diterjemahkan oleh : D. K. Harya Putra)
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Noor RR. 2002. Manajemen inseminasi buatan pada sapi dan unggas. Program
Pendidikan Pertanian Terpadu (P3T) Ma’had Al-Zaytun, Indramayu.
Sugoro, I. 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (IB) untuk Peningkatan
Produktivitas sapi. Bandung: Sekolah Tinggi dan Ilmu Hayati ITB.
Toelihere, MR. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai