Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


PENGAMATAN PROSES PENGAMBILAN SPERMA PADA SAPI BULL
DAN INSEMINASI BUATAN DI BALAI INSEMINASI BUATAN
BANYUMULEK

Disusun oleh:
Kelompok III

Baiq Rizkia Zalika Chalit B1D021202


Mohammad Fauzan B1D021253
Muhammad Abdul Reza B1D021258
Roby Febrian Pratama B1D021287
Sumarni B1D021293
Windi Juliani B1D021299

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mata Kuliah Terkhnologi Reproduksi Ternak yang berjudul
“Mengamati Proses Pengambilan Sperma Pada Sapi Bali Di Balai Inseminasi
Buatan Banyumulek” yang Bertempat di Banyumulek, Kec. Kediri, Kabupaten
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. 83362. Indonesia. Dengan tepat pada waktu
sesuai dengan yang direncanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, do’a dan bantuannya dalam penyusunan
laporan praktikum ini. Ayah dan seluruh keluarga besar yang tidak pernah henti-
hentinya mengirimkan do’a dan memberikan dukungan baik berupa moril maupun
material. Bapak Dr. Ir Lukman HY, MP, selaku dosen pengampuh mata kuliah
Tekhnologi Reprodukdi Ternak yang telah memberikan kami praktikum sebagai
pelengkap satu SKS mata kuliah dan sebagai syarat kelulusan. Dan juga teman-
teman seperjuangan saya yang telah membantu dalam penyusunan laporan
praktikum ini.
Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan praktikum ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi penulis di
penulisan laporan praktikum yang akan datang. Akhir kata penulis berharap
semoga laporan praktikum ini dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca. Aamiin

Mataram, 15 November 2023

Praktikan

ii
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN…………………………………………………………….. I

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… II

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

1.1 Latar Belakang...............................................................................................5

1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................6

1.3 Manfaat praktikum.........................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7

2.1. Inseminasi Buatan.........................................................................................7

2.2. Pengenalan dan Perakitan Vagina Tiruan.....................................................7

2.3. Pelicin (Lubricant)........................................................................................8

BAB III..................................................................................................................10

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM............................................................10

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum....................................................................10

3.2 Materi Praktikum.........................................................................................10

3.3 Metode Praktikum........................................................................................10

BAB IV..................................................................................................................11

HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................11

4.1 Hasil.............................................................................................................11

4.2 Pembahasan..................................................................................................11

4.2.1 Proses Penampungan Sperma...............................................................11

4.2.2 Pemeriksaan Semen..............................................................................14

BAB V....................................................................................................................17

iii
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................17

5.1 Kesimpulan..................................................................................................17

5.2 Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

LAMPIRAN...........................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi penyuplai daging
ternak sapi terbesar di indonesia. Mempunyai kekayaan alam yang melimpah
sehingga sebagian besar mayoritas masyarakatnya merupakan petani dan
peternak. Peternakan di Nusa Tenggara Barat sebagian besar masih
menggunakan cara yang tradisional. Peternakan adalah suatu usaha yang
menghasilkan produk pangan asal hewan daging, susu, telur dan produk
olahanya yang semakin banyak dibutuhkan sesuai dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan tingkat pengetahuan manusia terhadap pentingnya
mengkonsumsi produk asal hewan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk di Indonesia, kebutuhan akan konsumsi daging juga terus
meningkat setiap tahunnya. Maka upaya yang perlu dilakukan yaitu
bagaimana caranya supaya ternak tersebut bisa bereproduksi/menghasilkan
anak setiap tahunya sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan asal hewan,
salah satu caranya yaitu dengan cara memanfaatkan tekhnologi reproduksi
salah satunya inseminasi buatan (kawin suntik).

Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu tekhnologi reproduksi yang


mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan mutu genetik ternak, sehingga
dalaam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas yang baik
dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan unggul. kusumawati
(2021). IB dilakukan dengan cara menyuntikan sperma pejantan ke dalam
organ reproduksi betina (vagina) pada saat birahi. IB telah terbukti dapat
mencegah atau menurunkan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
perkawinan alam. Susilawati (2013). Berhasilnya suatu program inseminasi
buatan (IB) pada ternak tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma.
Penampungan sperma adalah suatu upaya yang dilakukan oleh kolektor
untuk mendapatkan semen dari seekor pejantan secara sengaja. Untuk
mendapatkan semen secara sengaja, maka pejantan yang akan dikoleksi harus
dirangsang oleh seekor betina (bisa juga menggunakan pejantan atau boneka
yang meyerupai sapi) yang telah dipersiapkan sebagai betina penggoda

5
(pemancing libido). Berdasarkan uraian tersebut maka praktikan ingin
mengetahui secara langsung bagaimana metode penampungan sperma yang
baik dan tentunya bisa menghasilkan sperma yang unggul.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum teknologi reproduksi ternak mengamati
proses pengambilan sperma pada sapi bali di balai inseminasi buatan
banyumulek ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara bagaima melakukan
penampungan sperma yang baik dan benar. Serta bisa mengenali alat-alat
yang digunakan dalam proses penampungan sperma.
1.3 Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum teknologi reproduksi ternak mengamati
proses pengambilan sperma pada sapi bali di balai inseminasi buatan
banyumulek ini yaitu diharapkan nantinya bisa bermaanfaat bagi praktikan
dapat mengetahui cara penampungan sperma yang baik dan juga bagi
pembaca nantinya diharapkan bisa menjadi bahan belajar metode
pengambilan sperma yang baik pada sapi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah suatu teknologi dan proses memasukkan
sperma
ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan agar betina bunting tanpa
perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa
seekor pejantan dapat menghasilkan sperma hingga milyaran sel kelamin
jantan (Spermatozoa) per ejekulasi, sedangkan untuk membuahi sel telur pada
betina hanya dibutuhkan satu sel spermatozoa (Hafez, 1993).
Inseminasi Buatan memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
ketepatan dalam menentukan birahi dan ketepatan dalam melakukan
Inseminasi Buatan. Keberhasilan Inseminasi Buatan sangat menentukan
tingkat keberhasilan kebuntingan. Tiga hal pokok yang harus dikerjakan
dalam melakukan Inseminasi Buatan adalah pengambilan semen, perawatan
semen yang terdiri dari pemeriksaan semen, pengenceran semen dan
penyimpanan semen serta Inseminasi Buatan (Saliburi, dan Vandemark 1985)
Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu
genetik yang lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul,
dapat menghemat biaya pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit
kelamin dari ternak yang diinseminasi dapat dibatasi atau dicegah (Wodzicka-
Tomaszewska et al., 1991). Menurut Salisbury dan Vandemark (1961),
inseminasi pada waktu yang tepat mempunyai arti yang sangat penting,
karena inseminasi pada waktuyang tepat dapat mempertinggi angka
kebuntingan. Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB) meliputi beberapa tindakan
yaitu deteksibirahi, penyiapan straw yang meliputi pengangkutan semen beku
dan thawing, serta pelaksanaan IB (Inseminator).

2.2. Pengenalan dan Perakitan Vagina Tiruan


Penampungan semen merupakan cara yang digunakan untuk
menampung semenuntuk keperluan reproduksi seperti IB. Beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya: 1.
Metode penampungan dengan vagina buatan, 2. Metode penampungan

7
dengan Elektroejakulator, dan 3. Metode penampungan dengan massage. Hal
tersebut juga dikatakan oleh Rizal, & Herdis, (2008) bahwa Penampungan
semen ada metode Vagina Buatan, Metode Elektroejakulator dan Metode
Massage.
Metode Vagina Tiruan yaitu penampungan semen dengan membuat alat
berbentuk tabung yang dibuat sedemikian rupa sesuai seperti kondisi
fisiologis vagina asli. Beberapaternak yang menggunakan alat ini yaitu sapi,
domba, kambing, babi dan kuda yang sehat. Ternak yang biasa menggunakan
vagina tiruan yaitu ternak sapi.
Elektroejakulator merupakan metode penyadapan semen menggunakan
bantuan kejutan listrik. Umumnya teknik koleksi semen ini dilakukan jika
ternak tidak terlatih menggunakan VT, volume yang didapatkan dengan
elektroejakulator adalah dua kali lipat lebih besar dari vagina buatan,
sedangkan densitasnya adalah separuhnya. Metode Massage merupakan
penyadapan semen dengan teknik pemijatan/pengurutan. Contoh ternak yang
menggunakan teknik ini yaitu ternak unggas dan babi. Unggas menggunakan
teknik ini karena lebih simpel dan lebih mudah dilakukan dengan cara
message daripada cara vagina tiruan. Berdasarkan dari beberapa metode
diatas cara penampungan yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan
vagina buatan, karena metode ini adalah metode yang mudah dilakukan serta
dapat menampung sperma dengan kualitas yang baik. Metode lain juga bias
dilakukan, tetapi umumnya semen yang ditampung kualitasnya tidak sebaik
apabila ditampung dengan menggunakan metode vagina buatan. Semen yang
dihasilkan oleh penampungan dengan elektroejakulator akan mempunyai
konsentrasi spermatozoa yang sedikit karena semennya banyak mengandung
seminal plasma, begitu pula denganmetode massage (Astit, 2020).

2.3. Pelicin (Lubricant)


Prinsip pembuatan pelicin yang digunakan untuk penggunaan vagina
buatan adalah untuk menyesuaikan seperti aslinya. Kondisi fisiologis vagina
secara In-vivo saat estrus akan mengeluarkan cairan menyerupai lendir yang
berfungsi untuk mempermudah saat kopulasi. Hal tersebut juga disampaikan
oleh Purwaningsih, Dkk., (2018) menyatakan selainitu juga adanya tingkat

8
kelimpahan lendir yang dapat digunakan untuk mengindikasikan seekor
ternak berada dalam siklus berahi. Pada siklus normal reologi lendir serviks
akan berubah-ubah selama satu siklus estrus.
Kondisi fisiologis yang demikian agar ternak merasa nyaman dan tidak
merasa terganggu sehingga dibutuhkan pelicin. Pelicin digunakan untuk
penggunaan VT agar tidak melukai alat kopulasi baik betina maupun pejantan
yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi fisiologis aslinya.
Penggunaan pelicin dalam vagina tiruan yaitu pada karet vagina buatan
luar. Hal tersebut dikatakan oleh Lopulalan, & Saili, (2018), kekenyalan
vagina buatan diukur dengan jari jika dirasakan cukup, karet bagian luar
vagina buatan diberi pelicin hingga 1/3 bagian panjangnya. Vagina buatan
yang telah dilapisi pelicin berfungsi agar ternak jantan tidak merasakan sakit
saat proses penampungan semen.
Pelapisan pelicin pada vagina tiruan dilakukan sebelum melakukan
penampungan. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Varasofiari, Dkk.,
(2013) vagina buatan yang telahdisiapkan diberi pelicin, apabila terdapat
tanda-tanda pejantan akan menaiki teaser atau betina pemancing. Vagina
buatan saat itu dipasang tepat pada arah penis untuk menampung semen.
Bahan pembuatan pelicin terdiri dari Gom Arabicum, Gliserin dan
aquades. Karakteristik dari Gom Arabicum atau sering dikenal dengan Garam
Arab, Gom Akasia atau Garam Arab merupakan eksudat (getah) dari batang
pohon akasia. Karakteristik gom arab: berbentuk serbuk halus, berwarna putih
kuning pucat, tidak berbau. Karakteristik gom arab setelah dipanaskan:
transparan dan terasa lengket. Kelebihan: mudah larut dalam air, berperan
sebagai stabilizer. Kekurangan: menyebar atau larut dalam air dalam waktu
yanglama, tidak larut dalam etanol Karakteristik dari gliserin yaitu Cairan
tidak berwarna hingga kuning, Tidak berbau, Berasa manis, Bertekstur kental,
Bersifat higroskopis, Larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter, Tidak larut
dalam benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida, petroleum
eter, dan minyak. Fungsi yaitu Sebagai humektan (pelembab), Menurunkan
viskositas, Mempermudah suatu zat untuk larut dalam air, Mempermudah
daya sebar gel, Menurunkan pH, karena gliserin bersifat pH netral

9
10
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Waktu dan tempat praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 16
Oktober 2023 pukul 07:30 Wita - selesai. Bertempatan di Balai Inseminasi
Buatan Banyumulek, Kec. Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. 83362. Indonesia.
3.2 Materi Praktikum
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yang telah
terlaksana yaitu
1. Alat Tulis
2. Tabung Reaksi
3. Termometer
4. Gelas Ukur
5. Pompa AV
6. Penutup AV
7. Cawan Air
8. Pelicin
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan pada praktikum tekhnologi reproduksi
Mengamati Proses Pengambilan Sperma Pada Sapi Bali Di Balai Inseminasi
Buatan Banyumulek ini yaitu:
1. Menyiapkan kamera untuk dokumentasi kegiatan.
2. Menyiapkan alat dan bahan untuk menulis.
3. Mengenali serta mencatat alat-alat yang dipakai pada saat proses
penampungan sperma.
4. Memperhatikan serta mencatat setiap proses pengambilan sperma serta
pemeriksaan di laboratorium.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdsarkan hasil praktikum yang sudah terlaksana didapati hasil produksi
sperma pada salah satu pejantan Bull Sumarose. Sebagai berikut;

Makroskopis Mikroskopis
Waktu/ Penampungan
Pejantan Konsentrasi
WITA ke Volume
pH Konsist Warna G. Masa G. Individu Mutillry
(ml)
Sumarose 07.58 I 5 6,4 Sedang PS +++ 2-3 65 1.059

4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses Penampungan Sperma
a. Penyiapan Vagina Tiruan
 Masukkan selongsong karet tipis (inner liner) ke dalam selongsong
ebonit. Lipat kedua ujung selongsong karet tipis ke arah luar dan
rekatkan pada batang selongsong ebonit. Ikat pertautannya
menggunakan karet pengikat.
 Masukkan air hangat (55o - 60o C) ke dalam vagina tiruan melalui
lubang yang tersedia. Pastikan bahwa volume air sudah mencapai
setengah volume vagina tiruan. Tutup lubang air pada vagina
tiruan dengan rapat.
 Pompakan udara ke dalam vagina tiruan melalui kaatup yang
tersedia sehingga selongsong karet tipis mengembang dan kedua
permukaannya bertemu satu sama lain.
 Oleskan vaselin putih cair menggunakan batang pengaduk sampai
sepertiga panjang vagina tiruan.
 Ukur temperatur vagina tiruan menggunakan thermometer.
Temperatur vagina tiruan harus mencapai 41 o – 44o C pada saat
penis ternak jantan memasukinya. Jadi perhitungkan penurunan
suhu karena panas yang hilang akibat terserap oleh material vagina
tiruan dan lamanya waktu antara penyiapan vagina sampai
pelaksanaan penampungan.

12
 Pasang corong karet pada ujung vagina tiruan yang tidak diberi
pelicin.
 Pasang tabung penampung semen pada ujung corong karet.
Kuatkan pertautanya menggunakan pengikat karet.
 Lindungi tabung penampung dari benturan dan terpaan cahaya
matahari dengan jalan membungkusnya menggunakan bahan yang
dapat menahaan benturan dan terpaan cahaya.
 Vagina tiruan siap untuk digunakan.
b. Penyiapan Betina Pemancing
Ternak jantan yang akan ditampung semennya harus dipancing
supaya ia mau melakukan perkawinan alam. Pemancing untuk
keperluan tersebut dapat menggunakan ternak betina sejenis, ternak
jantan sejenis, atau patung ternak (panthom). Penggunaan ternak
jantan atau patung ternak dapat memberi hasil sama baiknya dengan
penggunaan ternak betina pada jantan yang sudah terlatih. Pada
umumnya libido ternak jantan akan timbul maksimal bila
penampungan semen menggunakan ternak betina yang sedang berahi.
Penampungan menggunakan ternak hidup (betina atau jantan) sebagai
pemancing memerlukan kandang kawin (service crate) untuk
menempatkan pemancing. Adapun bila menggunakan patung ternak,
kandang kawin tidak diperlukan.
Langkah-langkah penyiapan pemancing adalah sebagai berikut :
 Masukkan ternak pemancing ke dalam kandang kawin. Ikat
dengan baik dan lehernya dijepit sehingga ternak tersebut tidak
dapat menarik kepalaanya ke belakang.
c. Pelaksanaan Penampungan Semen
Penampungaan semen dilakukan oleh minimal dua orang. Satu
orang operator memegang vagina tiruan untuk menampung semen, dan
satu atau dua orang lagi bertugas mengendalikan pejantan yang akan
ditampung semennya.
 Pakailah werkpack dan sepatu kandang (sepatu boot) sebelum
mulai bekerja.

13
 Petugas yang akan melakukan penampungan semen berdiri di
samping kanan ternak pemancing.
 Satu atau dua orang petugas lainnya membawa ternak jantan yang
akan ditampung semennya. Biarkan ternak jantan (sapi, kuda,
kerbau, atau domba/kambing) mendekati ternak pemancing.
Biarkan pejantan tersebut mengendus pemancing.
 Tarik tali kekang pejantan agar berada di belakang ternak
pemancing. Biarkan ia menaiki pemancing.
 Pada saat penis pejantan keluar dan menuju vagina, petugas yang
berdiri di samping pemancing menarik praeputium dengan ujung
jari telunjuk sam-pai kelingking tangan kiri ke araah luar – kanan
sehingga penis tersebut tidak mengarah lagi ke lubang vagina
pemaancing. Pada saat itu pula petugas yang memegang tali
kekang menarik pejantan ke arah belakang supaya turun dari tubuh
hewan pemancing. Tindakan menurunkan pejantan dari tubuh
pemancing disebut dengan istilah false mount. Lakukan dua kali
false mount.
 Petugas pertama kemudian bersiap-siap dengan vagina tiruan di
tangan kanannya.
 Setelah pejantan diturunkan, ia akan lebih bernafsu untuk kembali
menaiki pemancing. Biarkan ia menaikinya. Pada saat penisnya
keluar, tarik lagi ke arah luar – kanan dan arahkan ujung penis
tersebut tepat ke mulut vagina tiruan. Biarkan pejantan tersebut
mendorong penisnya memasuki vagina tiruan daan melakukan
ejakulasi. Jangan sekali-sekali petugas mendorong vagina tiruan
karena akan membuat pejantan kaget.
 Ketika pejantan tersebut selesai ejakulasi, ia akan menarik
penisnya dari vagina tiruan sambil menurunkan badannya dari
punggung pemancing. Penarikan penis harus terjadi secara alami,
artinya pejantan sendiri yang melepaskan penisnya dari vagina
tiruan – bukan petugas yang menarik vagina tiruan dari penis.

14
 Posisikan vagina tiruan dengan bagian mulut di atas dan tabung
penam-pung di bawah secara tegak lurus supaya seluruh cairan
semen turun ke dalam tabung penampung. Bawa vagina tiruan ke
tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan lepaskan
ikatannya dari corong karet.
 Semen dalam tabung penampung kemudian bawa ke laboratorium
untuk diperiksa kualitasnya.

4.2.2 Pemeriksaan Semen


a. Pemeriksaan Secara Makroskopis
Salah satu cara untuk mengetahui kualitas semen yang dihasilkan
oleh pejantan yaitu dengan mengamati semen secara makroskopis,
pengamatan makroskopis adalah pengamatan yang dilakukan secara
langsung menggunakan panca indra tanpa alat bantuan tertentu.
Pemeriksaan yang dialakukan pada praktikum ini berupa pengukuran
volume, pH, konsistensi, dan warna.
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara makroskopis
didapati hasil pada volume yaitu sebanyak 5 ml. Ismaya. (2014).
Menyatkan bahwa Semakin tua umur sapi maka produksi semennya
akan semankin meningkat karena umur berkolerasi dengan besar testis,
semakin besar testis maka tubuliseminiferi akan semakin banyak dan
produksi sel spermatozoa akan meningkat. Hal ini berarti volume
semen yang diproduksi oleh sapi tersbut (bullsumarose) merupakan
jumlah yang normal.
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara makroskopis
didapati hasil nilai pH yaitu sebesar 6,4° keasaman. Hal ini sama
dengan penelitian Butar (2009). Menyebutkan bahwa pH semen segar
adalah 6,4-7,8. Berbeda dengan penelitian Nursyam (2007). Yang
menyebutkan bahwa pH semen yang berkualitas baik adalah 6,4-7,8.
Namum Penelitian lain Feradis (2010). Menyatakan bahwa setiap
bangsa sapi mempunyai nilai pH semen segar yang berbeda-beda. Hal
ini berarti pH pada semen sapi bali (bullsumarose) merupakan hal
yang normal.

15
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara makroskopis
didapati hasil nilai konsistensi yang sedang. Butar. (2009).
Menyatakan bawa konsistensi semen sapi adalah kental sedang dan
encer. Hal ini berarti nilai konsistensi sapi bali pejantan (bullsumarose)
tidak terlalu encer dan juga tidak terlalu kental. Semakin tinggi
konsentrasi maka akan semakin pekat. Kekentalan atau konsistensi
atau viskositas merupakan salah satu sifat semen yang memiiki kaitan
dengan kepadatan atau komsentrasi spermatozoa didalamnya
(adhiyatma,. Dkk. 2013). Semakin kental semen dapat diartikan nahwa
semakin tinggi konsentrasi spermatozoanya. (Feradis, 2010).
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara makroskopis
didapati hasil pada warna semen yaitu berwarna putih susu (PS). Hal
ini sesuai dengan pendapat penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa warna putih susu (krem) pada semen segar merupakan hal yang
normal. (Adhyatma., dkk. 2012.). Penelitian Dewi, (2012).
menyatakan bahwa umur tidak mempengaruhi warna semen.
b. Pemeriksaan Secara Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis merupakan pemeriksaan yang bertujuan
untuk melihat kondisi semen lebih rinci lagi serta membutuhkan alat
bantu. Pada praktikum ini uji mikroskopis dilakukan dengan melihat
gerakan massa, gerakan individu, dan mutillty
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara mikroskopis
dengan bantuan mikroskop sehingga dapat melihat gerakan masa pada
sampel semen dan mendapatkan penilaian dengan tanda +++.
Arifiantini, dkk. (2020). Menjelaskan bahwa Gerakan massa
spermatozoa merupakan gerakan bersama-sama sekelompok sel
spermatozoa dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam.
Normalnya gerakan massa spermatozoa berkisar dari pergerakan yang
cepat (++) hingga sangat cepat (+++). Hal ini berarti gerakan massa
pada sampel semen sapi (bullsumarose) bisa dikatakan kualitasnya
sangat baik karena gerakan massanya cepat.

16
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara mikroskopis
dengan bantuan mikroskop sehingga dapat melihat gerakan individu
pada sampel semen dan didaptkan 2-3% gerakan individu. Gerakan
individu mencerminkan daya hidup spermatozoa untuk menilai
fertilitas pejantan, semen segar dapat dikatakan normal apabila semen
tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak
aktif dan konsentrasi semen segar sapi bali 1000 juta sel sperm/ml
semen. (Seuk, 2018).
Berdasarkan hasil praktikum Pemeriksaan secara mikroskopis
dengan bantuan mikroskop sehingga dapat melihat motililltas dan
mendaptkan penilaian sebesar 6,5. Tinggi dan rendahnya persentase
motillitas spermatozoa didalam semen dapat dipengaruhi oleh suhu
dan kondisi cairan. Penelitian Ismaya (2014). Menjeaskan bahwa
motillitas spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: suhu
dingin akan menghambat motillitas, sedangkan suhu panas
meningkatan motillitas spermatozoa. Arifiantini, dkk. (2020).
Menjelaskan bahwa urin dan kotoran yang mencemari semen dapat
menurunkan motillitas spermatozoa. Penelitian lain juga menyatakan
umur ternak memberikan pengaruh terhadap motillitas spermatozoa
disebabkan karena perbedaan umur dipengaruhi oleh energi untuk daya
gerak hidup spermatozoa dan hormon testosteron. Azzahra, dkk
(2016).

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan libido
pejantan yaitu dengan cara menarik ulurkan pejantan yang akan menaiki
ternak pemancing. Pemeriksaan/evaaluasi semen dilakukan dengan dua cara
yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis adalah
pengamatan yang dilakukan secara langsung menggunakan panca indra tanpa
alat bantuan tertentu. Sedangakan Pemeriksaan mikroskopis merupakan
pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat kondisi semen lebih rinci lagi serta
membutuhkan alat bantu.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu sebaiknya ternak yang digunakan
sebagai pejantan dimandikan terlebih dahulu guna untuk mencegah
kontaminasi saat proses ejakulasi berlangsung. Untuk praktikan sebaiknya
tidak terlalu ribut pada saat praktikum berlangsung karena dapat menggangu
konsentrasi dari pejantan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, M., Nurul, I., & Nuryadi, N. (2013). Pengaruh bobot badan terhadap
kualitas dan kuantitas semen sapi Simmental. TERNAK TROPIKA Journal
of Tropical Animal Production, 14(2), 53-62.

Arifiantini, R. I., Aun, M., & Sukmawati, E. (2020). Kualitas Semen Segar dan
Produksi Semen Beku Sapi Pejantan Madura pada Musim yang Berbeda.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 8(1), 15-21.

Azzahra, F. Y., Setiatin, E. T., & Samsudewa, D. (2016). Evaluasi motilitas dan
persentase hidup semen segar sapi PO Kebumen pejantan muda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 11(2), 99-107.

Butar, E,. (2009). Efektivitas Frekuensi Exercise Tehadap Peningkatan Kualitas


Semen Sapi Simental (Doctoral Dissertation, Universitas Sumatera Utara.

Dewi, A. S., Ondho, Y. S., & Kurnianto, E. (2012). Kualitas semen berdasarkan
umur pada sapi jantan jawa. Animal Agriculture Journal, 1(2), 126-133.

Feradis. (2010). Biotekhnologi reproduksi pada ternak. Alfabeta. bandung.

Ismaya. (2014). Biotekhnologi Inseminasi Buatan Pada Sapi Dan Kerbau. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. ISBN: 979-420-948-5.

Kusumawati, E. D. (2021). Inseminasi Buatan. Media Nusa Creative (MNC


Publishing).

Nursyam. (2007). Perkembangan iptek bidang reproduksi ternak untuk


meningkatkan produktivitas ternak. JITV. 21 (4) : 145-152

Seuk, M. O. (2018). Pengaruh Frekuensi Penampungan terhadap Kualitas


Spermatozoa Sapi Bali. JAS, 3(4), 51-53.

Susilawati, T. (2013). Pedoman inseminasi buatan pada ternak. Universitas


Brawijaya Press.

Sumeidiana, I., Wuwuh, S., & Mawarti, E. (2007). Semen Volume and sperm
concentration of Simmental, Limousin and Brahman Cattles in Ungaran of
artificial insemination center. Journal of the Indonesian Tropical Animal
Agriculture, 32(2), 131-137.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai