Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FISIOLOGI & TEKNOLOGI REPRODUKSI

“INSEMINASI BUATAN PADA UNGGAS ”

Oleh:
Kelas E - Kelompok 5
Firdaus Dwi Mahendra 061911133241
Shihab Izzuddin 061911133243
Athaya Jasmine Calista 061911133244
Nabila Chusnannada 061911133245
Sinta Padilla 061911133247
Muh. Amirul Ardhiansyah 061911133248
Linda Wulandari 061911133251
Ratri Muddaisy Aqrab 061911133255
Mario Navyseal Mirino 061911133256

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“INSEMINASI BUATAN PADA UNGGAS” dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat menjadikan makalah ini
sebagai referensi sehingga lebih memahami materi mengenai penanganan luka bakar
dengan teknik skin graft. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Sehingga bisa lebih
optimal dalam mengaplikasikan penerapan dari ilmu yang dibahas dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
menantikan kritik dan sarannya demi perbaikan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 10 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Inseminasi Buatan pada Unggas.........................................................................3
2.2 Organ Reproduksi pada Unggas.....................................................................................3
2.2.1 Organ Reproduksi Betina.........................................................................................3
2.2.2 Organ Reproduksi Jantan........................................................................................4
2.3 Tujuan Inseminasi Buatan pada Unggas.........................................................................5
2.3.1 Tujuan dan Manfaat IB Unggas...............................................................................5
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian IB Unggas......................................................................5
2.4 Pengambilan Semen.......................................................................................................7
2.5 Pengenceran Semen........................................................................................................7
2.6 Penyimpanan Semen......................................................................................................8
2.7 Prosedur IB.................................................................................................................... 9
2.7.1 Alat dan bahan........................................................................................................ 9
2.7.2 Pelaksanaan IB........................................................................................................ 9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unggas sudah dikenal masyarakat Indonesia dan penyebarannya pun telah merata
terutama di pedesaan. Karena perawatannya mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi,
adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta lebih digemari masyarakat karena baik
daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan unggas ras.
Pengembangan unggas saat ini sudah diarahkan sebagai penghasil daging dan telur
konsumsi, meskipun mengalami berbagai kendala, antara lain : rendahnya produksi,
terbatasnya manajemen pemeliharaan, dan tingginya variasi genetik antar unggas itu sendiri.
Untuk usaha yang diarahkan sebagai unggas pedaging, teknologi tersebut masih
mengalami berbagai kendala seperti sulitnya menghasilkan anak unggas (DOC) dalam jumlah
banyak dan seragam dengan waktu yang relatif singkat. Kualitas semen dan fertilitas semen
unggas yang dihasilkan di tingkat peternak cukup baik, namun angka kematian embrio dan
rentang masa bertelur periode indukan yang masih tinggi (20 - 44%) akan mengurangi arti
pejantan dan merupakan bukti bahwa pengelolaannya perlu diperbaiki.
Upaya untuk mengatasi kendala pengadaan bibit baik secara kuantitas maupun kualitas
adalah dengan memperbaiki atau menerapkan sistem perkawinan dan program seleksi yang
baik (Warwick and Legate, 1979). Saat ini unggas telah banyak diusahakan oleh peternak
dengan sistem intensif, yang ditandai antara lain dengan penggunaan kandang baterai. Salah
satu metode perkawinan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan pada pemeliharaan
unggas dalam kandang batere adalah dengan menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB).
Masalah ini dapat diatasi dengan teknologi Inseminasi Buatan yang dipadukan dengan
pemeliharaan sistem baterai, sehingga akan dihasilkan telur tetas dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan kawin alarm pada sistem kolom. Hasil
penelitian tentang Inseminasi Buatan pada unggas menunjukkan bahwa pengenceran semen
dengan NaCl 0,9%; dosis 0,1 ml semen encer dapat menghasilkan daya tunas 56,48%.
Dengan penerapan teknologi IB maka akan diperoleh peningkatan produksi telur tetas
yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga apabila telur
tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak dalam jumlah banyak dan kualitasnya baik.
Manfaat lain dari penerapan IB adalah meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan,
memungkinkan dilaksanakan persilangan serta dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan
mutu genetik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah sejarah Inseminasi Buatan pada unggas?
1.2.2. Apa sajakah organ reproduksi pada unggas?
1.2.3. Apakah tujuan dari Inseminasi Buatan pada unggas?
1.2.4. Bagaimanakah proses pengenceran semen?
1.2.5. Bagaimanakah prosedur Inseminasi Buatan pada unggas?
1.2.6. Bagaimanakah proses penyimpanan semen?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai sarana informasi mengenai
Inseminasi Buatan pada Unggas, serta dapat menjadi media pembelajaran bagi masyarakat.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Inseminasi Buatan pada Unggas
Sejarah inseminasi buatan pada unggas dimulai dari Ivanoff pada tahun 1902 yang
membunuh ayam jantan lalu diambil semennya. Semen yang didapat digunakan untuk
inseminasi ayam betina sehingga dapat menimbulkan kebuntingan. Pada tahun 1914 Payne
mengambil semen ayam dari kloaka ayam betina yang baru dikawini pejantannya dan
memakai semen tersebut untuk inseminasi buatan pada beberapa ayam betina lainnya.
Amenantea pada tahun 1922 mengumpulkan semen ayam jantan beberapa saat sebelum
mengawini ayam betina dan memakai semen tersebut untuk inseminasi buatan pada ayam
betina lainnya. Ishikawa pada tahun 1930 mengumpulkan semen dengan memasang kloaka
buatan pada seekor betina, sedangkan pada tahun 1933 Tinjakov memperoleh semen dengan
alat penampung semen tiruan yang diikat pada kloaka pejantan. Serebrosky dan Solovskaja
(1934) dan Watanabe (1957) berhasil mengumpulkan semen ayam dengan electro ejakulator.
Sedangkan Burrows dan Quin tahun 1937 merupakan orang pertama yang memakai cara
pengumpulan semen ayam jantan terbaik dengan melakukan urutan memakai tangan di
sekitar anus ayam jantan.
Inseminasi buatan dikenal dengan laying cages di Israel dan Australia. Di Amerika
Serikat, IB digunakan untuk meningkatkan fertilitas ayam broiler pada periode yang sama. Di
India, teknik ini diadopsi pada unggas dengan diperkenalkannya All India Coordinated
Research Project on Poultry pada tahun 1975. Biasanya, IB banyak digunakan dengan semen
yang dikumpulkan dan disimpan pada ayam di peternakan besar untuk inseminasi. Sejak
tahun 1960-an, teknik IB telah muncul sebagai komponen reproduksi yang paling penting
pada kalkun dan digunakan hampir secara eksklusif untuk produksi komersial (Mohan et.al,
2018).
2.2 Organ Reproduksi pada Unggas
2.2.1 Organ Reproduksi Betina

3
Gambar 1.2 Sistem Reproduksi Unggas Betina
(sumber : www.ctsindonesia.co.id)
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Oviduct berfungsi
untuk menghasilkan sel telur yang sudah dibuahi oleh spermatozoa untuk menghasilkan telur.
Oviduct ini terbagi menjadi 5 bagian yaitu :
1. Infundibulum terdiri atas corong atau fimbria yang berfungsi menerima telur yang
telah diovulasikan dan bagian kalasiferous yang merupakan tempat terbentuknya
kalaza. Infundibulum memiliki panjang mencapai 9 cm.
2. Magnum merupakan bagian oviduct terpanjang yang tersusun dari glandula tubuler
yang berfungsi dalam sintesis dan sekresi putih telur. Magnum memiliki panjang
sekitar 33 cm. Mukosa dari magnum tersusun dari sel goblet yang mensekresikan
putih telur kental dan cair.
3. Isthmus berfungsi mensekresikan selaput telur atau membran kerabang.
4. Uterus merupakan tempat terjadinya hidratasi putih telur, kemudian terbentuk
kerabang telur. Warna kerabang juga terbentuk pada bagian uterus pada akhir
mineralisasi kerabang.
5. Vagina merupakan tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan
apabila telah tercapai bentuk sempurna.
2.2.2 Organ Reproduksi Jantan

Gambar 2.2 Sistem Reproduksi Unggas Jantan


(sumber : www.ctsindonesia.co.id)
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari testis, epididimis, ductus deferens,
serta sebuah phallus sebagai organ kopulasi pada ayam jantan.
1. Testis

4
Testis memiliki bentuk mirip buah buncis dengan warna putih krem. Testis terdiri dari
tubulus seminiferus (tempat terjadinya spermatogenesis) dan jaringan interstitial
(tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron). Temperatur
testis berkisar antara 41-43 C. Berat testis tergantung dari umur, strain, musim, dan
paka (Yunanta, 2004)
2. Epididimis
Epididimis berfungsi untuk membawa dan menyimpan sperma yang telah diproduksi
di testis
3. Ductus deferens
Ductus deferens dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang merupakan muara
dari testis sedangkan bagian bawah yang merupakan saluran deferens perpanjangan
dari saluran epididimis. Sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan di dalam
saluran deferens sebelum diejakulasikan. Sperma mengalami pemasakan dan
penyimpanan pada 65% bagian distal saluran deferens (Yunanta, 2004).
4. Phallus
Phallus atau penis pada ayam terdapat pada bibir bawah kloaka yang terdiri dari
tuberkel kecil yang dilindungi oleh sepasang corpus phallis.

2.3 Tujuan Inseminasi Buatan pada Unggas


2.3.1 Tujuan dan Manfaat IB Unggas
Inseminasi Buatan pada unggas memiliki tujuan yaitu meningkatkan populasi dan
produktivitas, meningkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan
telur tetas, dan meningkatkan produksi DOC yang seragam dalam waktu relatif.
Teknologi IB juga memiliki tujuan untuk menyediakan anak ayam umur sehari dalam
jumlah banyak, seragam dan memiliki kemampuan genetis yang baik untuk digunakan
sebagai sumber penghasil telur ataupun daging.
Manfaat Inseminasi Buatan antara lain penggunaan pejantan lebih efisien; dapat
mempercepat produksi telur tetas; mempercepat produksi anak ayam umur sehari (DOC),
dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu genetic.
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian IB Unggas
Keuntungan IB pada Unggas
1. Penggunaan pejantan relatif lebih sedikit, sehingga lebih efisien. Pada
perkawinan alam setiap 100 ekor betina membutuhkan 8-10 ekor pejantan,
tetapi pada perkawinan secara IB hanya membutuhkan 3-4 ekor pejantan, ini

5
disesuaikan dengan kebutuhan sperma untuk jumlah tertentu dari betina yang
dipelihara.
2. Memungkinkan pelaksanaan perkawinan silang untuk menciptakan galur baru
bibit ayam dan usaha memperbaiki genetik ayam secara akurat.
3. Memudahkan seleksi dan persilangan antar induk berkualitas, sehingga dapat
dihasilkan anakan unggas unggul tujuan tertentu.
4. Mempertahankan sifat keuntungan yang baik. Sifat yang baik dari pejantan
dapat dipertahankan kemudian dikembangkan dan disebarluaskan kepada
peternak lain yang membutuhkan.
5. Memungkinkan dilakukan persilangan bagi unggas jantan unggul yang sulit
melakukan perkawinan secara alami.
6. Memudahkan pencatatan perkawinan : pejantan yang dipakai, betina yang
diinseminasi, daya tetas, fertilitas. Silsilah dari bibit yang dihasilkan dapat
ditentukan dari awal.
7. Diketahui Induk yang memiliki fertilitas yang unggul
8. Dapat menghasilkan anak ayam dalam jumlah banyak, seragam, dalam waktu
relatif singkat, yang artinya mempercepat proses regenerasi.
9. Bahan dan peralatan IB unggas mudah didapatkan.
10. Pelaksanaannya mudah
11. Telur tetas yang dihasilkan lebih bersih

Kekurangan IB pada Unggas

1. Kualitas semen unggas cepat menurun pada kondisi alam udara terbuka.
2. Membutuhkan peralatan ekstra sehingga peternak mengeluarkan biaya
tambahan.
3. Apabila penampungan semen tidak hati-hati, maka ada kemungkinan
penyebaran penyakit melalui sperma yang bercampur feses.
4. Jika penanganan semen pejantan tidak hati-hati, maka fertilitas telur tetas
rendah. Biasanya hal ini muncul karena proses koleksi semen kurang bersih,
semen disimpan terlalu lama dalam tabung kaca sejak dikoleksi, atau
pengenceran yang digunakan sudah rusak.
5. Apabila tidak hati-hati, pelaksanaan deposisi semen dengan spuit 1 ml pada
saluran reproduksi betina dapat menimbulkan luka sehingga mengganggu
produksi telur.

6
2.4 Pengambilan Semen
Pengambilan semen, harus diperhatikan syarat pejantan yaitu sehat, umur 10-20
bulan, jika tidak diketahui umur memiliki taji 0,5-2 cm, libido seksual baik, bulu ekor
panjang dan indah, serta daerah kloaka dan sekitarnya berwarna merah. Sebelum dilakukan
koleksi semen unggas dipisahkan 3-4 hari.
Pada proses koleksi semen unggas biasanya terdapat dua orang yang terlibat, satu
untuk memegang pejantan dan yang lainnya untuk mengumpulkan semen. Unggas dipegang
pada bagian diantara kedua kaki dengan tangan kiri, sambil menarik kedua sayapnya di
tangan kanan. Kemudian dilakukan rangsangan dengan mengurut berulangkali bagian
punggung yaitu mulai dari pangkal leher hingga ekor. Untuk mengumpulkan semen, operator
harus meletakkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri di kedua sisi kloaka dan memijat
dengan lembut. Lalu, tangan kanan memegang corong pengumpul. yang berisi tabung
penampung. Urutan harus cepat dan terus menerus sampai ayam menonjolkan papila penis
dari kloaka. Setelah papila sepenuhnya menonjol, dilakukan urutan secara teratur dan terus
menerus agar air semen keluar dan ditampung ke corong pengumpul. penampungan 2-3 kali
setiap 15-20 menit.
2.5 Pengenceran Semen
Pengenceran semen pada ayam berbeda halnya dengan pengenceran pada semen
mamalia. Jika semen ayam berada dalam bahan pengencer, maka akan mengalami banyak
kerusakan. Semen sapi biasanya diencerkan menggunakan bahan seperti egg yolk-fosfat, atau
egg-yolk sitrat, bahan-bahan ini tidak baik jika digunakan sebagai bahan pengencer semen
ayam.
Spermatozoa ayam akan lebih lama hidup di dalam oviduct bagian anterior, hal ini
dikarenakan karena di sana terdapat banyak kandungan albumin. Spermatozoa ayam hanya
akan hidup beberapa menit di dalam bahan pengencer. Oleh karena itu, pengenceran semen
ayam hanya bertujuan untuk penambahan volume, bukan untuk tujuan penyimpanan. Hal ini
berarti, semen ayam yang diencerkan harus segera dipakai untuk inseminasi. Penundaan
beberapa jam dalam inseminasi dapat menurunkan fertilitas semen.
Besarnya pengenceran yang terbaik adalah 1:10. Jika konsentrasi pengenceran lebih
tinggi dari ini, maka akan memberikan pengaruh buruk terhadap spermatozoa ayam. Adapun
bahan yang dapat dipakai sebagai bahan pengencer pada semen ayam adalah bahan
pengencer Ringer’s Locke’s dan Tyrode’s.

7
2.6 Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menyimpan
semen di dalam kotak atau tempat penyimpanan yang berisi es batu. Berdasarkan literatur
dalam Lembar Informasi Pertanian tahun 2014, untuk penyimpanan yang bersifat sementara
maka lebih baik apabila sperma disimpan di dalam spuit dan diletakkan di dalam ice box.
Penyimpanan dengan cara ini dapat mempertahankan masa simpan semen dalam waktu
maksimal 2 jam.
Sedangkan menurut buku ajar Inseminasi Buatan FKH Unair, penyimpanan untuk
jangka waktu yang cukup lama dapat digunakan penyimpanan semen dengan cara
menambahkan dua macam bahan pengencer yang memiliki fungsi berbeda. Penyimpanan
semen dapat dilakukan pada semen yang baru diambil dan diencerkan menggunakan diluter
A yang terdiri dari:
- Na2HPO4 16,34 gram
- Na2H2PO4H2O 6,16 gram
- Terramycin 100 mg
- Dehydro Strep 1000 mg
- Aquadest 1000 ml

Perbandingan antara semen dan pengencer adalah 1:10 dengan diluter A dapat
disimpan pada suhu 15 derajat celcius selama beberapa hari. Kemudian apabila semen akan
digunakan dalam IB, maka semen yang telah disimpan disentrifuge dengan kecepatan 120
RPM. Setelah disentrifuge, cairan bening yang berada di atas dibuang dan menyisakan
endapan yang mengandung banyak sel spermatozoa. Selanjutnya ditambahkan diluter B yang
mengandung fruktosa 60 mg/ml sebanyak 1 ml untuk membentuk larutan yang sama dengan
volume semua sebelum semen disimpan. Diluter B tersusun oleh bahan-bahan yaitu:
- Na2HPO4 16,34 gram
- NaH2PO4H2O 5,16 gram
- Fruktosa 6 gram
- Aquadest 1000 ml

Penambahan diluter perlu diaduk dengan baik hingga homogen lalu dapat
diinseminasikan pada ayam betina pada masa bertelur.

8
2.7 Prosedur IB
2.7.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam teknik inseminasi buatan pada unggas, sebagai
berikut:
1. Spuit (1ml)
2. Tabung pengencer
3. Gelas ukur (penampung sperma)
4. Kain/tisu
5. Alkohol 70%
6. NaCl fisiologis 0,9%
Persiapan alat dan bahan
1. Siapkan alat suntik (spuit), tabung penampung tabung pengencer, NaCl fisiologis
0,9% (cairan pengencer sperma), Alkohol 70%, kain lap/tisu.
2. Peralatan dan bahan tersebut dapat diperoleh di apotek terdekat.
3. Lakukan sterilisasi alat dengan cara dicuci menggunakan alkohol 70% atau air yang
mendidih sebelum peralatan digunakan untuk lB.
4. Setelah dicuci keringkan menggunakan lap steril/tisu hingga kering.
2.7.2 Pelaksanaan IB
1. Siapkan induk ayam yang akan diinseminasi.
2. Bersihkan kotoran yang menempel pada sekitar anus
3. Tekan pada bagian tubuh ayam di bawah anus hingga terlihat saluran reproduksi
(sebelah kiri dan saluran kotoran (sebelah kanan).
4. Suntikkan sperma yang sudah diencerkan dengan spuit secara perlahan ke dalam
saluran telur dengan kedalaman -/+ 2 cm.
5. Pada waktu dilakukan penyuntikkan penekanan bagian bawah tubuh dilepaskan
secara bersamaan.
6. Volume sperma yang dibutuhkan untuk lB sebanyak 0,2 ml/ekor.
7. Untuk menghasilkan IB yang baik, lakukan pengulangan dengan selang waktu 3 hari
setelah IB sebelumnya.

9
BAB III KESIMPULAN
unggas sangat digemari oleh masyarakat Karena perawatannya mudah, daya tahan
hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta lebih digemari
masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai
dibandingkan unggas ras
sehingga inseminasi buatan pada unggas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas unggas tersebut.tujuan dari inseminasi buatan yaitu meningkatkan populasi dan
produktivitas, meningkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan telur
tetas, dan meningkatkan produksi DOC yang seragam dalam waktu relatif. Pada perkawinan
alam setiap 100 ekor betina membutuhkan 8-10 ekor pejantan, tetapi pada perkawinan secara
IB hanya membutuhkan 3-4 ekor pejantan, ini disesuaikan dengan kebutuhan sperma untuk
jumlah tertentu dari betina yang dipelihara.
Diketahui Induk yang memiliki fertilitas yang unggul Dapat menghasilkan anak ayam
dalam jumlah banyak, seragam, dalam waktu relatif singkat, yang artinya mempercepat
proses regenerasi

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1999. Inseminasi Buatan pada Ayam Buras.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian : DKI Jakarta.

Hardijanto, Susiolwati, Suherni., Hernawati, Tati., Sardjito, Trilas., Suprayogi, Tri Wahyu.
2010. Buku Ajar Inseminasi Buatan. Airlangga University Press.

Mohan, J., Sharma, S. K., Kolluri, G., & Dhama, K. (2018). History of artificial insemination
in poultry, its components and significance. World's Poultry Science Journal, 74(3), 475-
488.

Singh, N. J., Singh, A., Singh, B., & Jain, G. (2020). Chapter-1 Overview of the Artificial
Insemination in Poultry. Veterinary Sciences, 1.

Yunanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai