Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

“PERANAN RHIZOPUS OLIGOSPORUS DALAM PEMBUATAN TEMPE”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Anggota kelompok : 1. Abigael Janeth Pakiding (02)
: 2. Andi Nadiah Raina Sari (09)
: 3. Dewi Yulyanti Fatimah (13)
: 4. Kirana Ayesha Riefhan (19)
: 5. Nathasya Claudiane Doob Begu (28)
: 6. Zilfadhilah Auliyah Zain (36)

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


UPT SMA NEGERI 5 MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok laporan praktikum kami dengan tepat waktu. Adapun judul dari
laporan ini adalah “peranan rhizopus oligosporus dalam pembuatan tempe”
karya ini bisa kami buat dengan berbagai bahan dan alat yang sederhana serta proses
yang mudah untuk di laksanakan.

Laporan ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran biologi . Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Bapak Drs, Abdul Kadir, M.pd , Selaku Kepala sekolah SMA NEGERI 5 Makassar.
2. Ibu Najemiati, selaku guru mata pelajaran biologi kelas XII.
3. Teman-teman kelompok yang sudah bekerja sama.
4. Teman-teman kelas yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Harapan Kelompok kami laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami memohon maaf setulus-tulusnya atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Makassar, 20 februari 2023

Penyusun

“PERANAN RHIZOPUS OLIGOSPORUS DALAM PEMBUATAN TEMPE”

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Praktikum ................................................................................................... 1
D. Manfaat Praktikum.................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... 3

BAB III METODE PAKTIKUM .................................................................................. 9

A. Waktu Dan Tempat ................................................................................................ 9


B. Alat Dan Bahan ...................................................................................................... 9
C. Prosedur Kerja ....................................................................................................... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 10

A. Hasil ....................................................................................................................... 10
B. Pembahasan ............................................................................................................ 11

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................................... 12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bioteknologi telah melalui sejarah yang panjang sebelum manipulasi
genetic mulai berkembang. Bioteknologi telah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat
tradisional, walaupun tanpa sebutan bioteknologi. Bioteknologi tradisional merupakan
bioteknologi yang memanfaatkan mikroba, proses biokimia, dan proses genetic alami
seperti mutasi dan rekombinasi genetic. Salah satu contoh produk bioteknologi
konvensional yang banyak diterapkan oleh masyarakat kita adalah pada aspek pangan yakni
pembuatan tempe yang berbahan dasar kedelai.

Tempe adalah salah satu makanan hasil fermentasi yang memanfaatkan mikroba
yaitu kapang dan jamur. Sumber mikroba tersebut berasal dari ragi. Ragi Ragi tempe
merupakan media dari bermacam-macam mikrobia misalnya Sacharomuces Cerevisiae.
Keberhasilan proses fermentasi dalam pembuatan tempe sangat ditentukan oleh aktivitas
mikrobia-mikrobia dalam ragi tersebut.

Pembuatan tempe tergolong gampang-gampang susah, hal ini dikarenakan bahan


yang digunakan mudah untuk kita dapat namun dalam proses pembuatannya haruslah se
steril mungkin, baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari
lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tapai bisa
menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih, menggunakan
air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui bagaimana mikroba dapat


dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu makanan, atau menghasilkan produk tertentu,
maka kegiatan praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui pembuatan Tapai singkong,
agar kita sebagai mahasiswa dapat menambal keterampilan dalam menghasilkan produk
bioteknologi secara konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan tempe?
2. Bagaiman peran Rhizopus oligosporus dalam pembuatan tempe?
3. Apa manfaat dari tempe ?

C. Tujuan Pratikum
1. Untuk mengetahui cara membuat tempe.
2. Untuk mengetahui peran Rhizopus oligosporus dalam proses pembuatan tempe.
3. Untuk mengetahui manfaat tempe yang sering kita konsumsi.

1
D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui peran dari Rhizopus oligosporus dalam
proses pembuatan tempe tersebut.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang dikonsumsi oleh hamper semua
lapisan masyarakat, dengan komsumsi rata-rata pertahun 5,2 kg/kapita. Tempe mengandung
komponen-komponen gizi yang tinggi, seperti protein dan vitamin B12. Bahkan tempe
diketahui mengandung senyawa antioksidan yang diidentifikasi sebagai isoflafon, yakni
daidzein, genistein, glisitein. Senyawa-senyawa ini diyakini mempunyai peranan dalam
merendam aktivitas radikal bebas, sehingga bermanfaat bagi pencegahan kanker seperti halnya
karetenoid, vitamin E dan vitamin C(Subagio, 2002).

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi
tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain,
seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan
lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Bioteknologi secara umum
berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari
organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.(Galih,2012)

Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai. Kacang tanah, biji kecipir,
koro dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat
penting peranannya dalam kehidupan. Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varietas
unggul proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telurayam, kedelai mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi, hamper menyamai kadar protein susu skim kering
(Hartono,&Yusmina Hala, 2012).

Pembuatan tempe dikenal beberapa macam laru atau inokulum yang dapat digunakan.
Penggunaan laru yang baik sangat penting untuk menghasilkan tempe menggunakan tempe
yang sudah jadi. Tempe diiris-iris tipis, dikeringkan dengan oven 40-450C atau jamur sampai
kering, digiling atau ditumbuk halus dan hasilnya digunakan sebagai inokulum bubuk.
Disamping itu, di beberapa daerah digunakan juga miselium kapang yang tumbuh di
permukaan tempe. Caranya, miselium yang tumbuh dipermukaan tempe diambil dengan cara
mengiris permukaan tempe tersebut, kemudian irisan permukaan yang diperoleh dijemur,
digiling dan digunakan sebagai inokulum bubuk (Sarwono, 1982).

3
Menurut Hidayat (2012), Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase yaitu:
1. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak bebas,
penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia pada
permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak

2. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dan siap
untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang
dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik
tempe optimal, dan tekstur lebih kompak

3. Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah
bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menunun das pada kadar air
tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein
lanjut sehingga terbentuk amonia.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus,
Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan
kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe.
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji
kedelai.

Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para
peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang
tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan
cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.

Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan
toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur
Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan
asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease
(Margiono, 1992).

Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH
3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai
pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air

4
jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai
untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.

Pada tempe terdapat jamur Rhizopus oryzae yang mengalami fermentasi. Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.

Persamaan Reaksi Kimia:

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)

Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat,
tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi
aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir
yang dihasilkan.Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah
sebagai berikut:
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang
dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik
sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang
dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena
setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman,
suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4. Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu
pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar
dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.

5
Untuk membeuat tempe dibutuhkan inokulum atau laru tempe atau ragi tempe. Laru
tempe dapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel
pada daun waru dan dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan cara
menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan yang
akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung terigu, beras, jagung,
atau umbi-umbian.

Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, inokulum atau laru tempe dapat dibedakan
atas: inokulum murni tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni tunggal, inokulum
campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun perbedaannya adalah pada jenis dan
banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam laru tersebut.

Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis Rhizopus
oligosporus, atau kapang dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella. Selain bakteri
Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses fermentasi tempe
diantaranya adalah: Bacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus sp., Streptococcus sp., dan
beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp pada
tempe merupakan kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan. Pada tempe yang berbeda
asalnya sering dijumpai adanya kapang yang berbeda pula (Dwidjoseputro dan Wolf, 1970).
Jenis kapang yang terdapat pada tempe Malang adalah R. oryzae., R. oligosporus., R. arrhizus
dan Mucor rouxii.

Kapang tempe dari daerah Surakarta adalah R. oryzaei dan R. stolonifer sedangkan
pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya kapang Mucor javanicus., Trichosporon pullulans.,
A. niger dan Fusarium sp. Masing-masing varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi
biokimianya, hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dari enzim yang dihasilkan.
Pektinase hanya disintesa oleh R. arrhizus dan R. stolonifer. Sedangkan enzim amilase
disintesa oleh R. oligosporus dan R. oryzae tetapi tidak disintesa oleh R. arrhizus.

Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun
kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi
asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Dengan adanya
peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk
tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe
akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan protein akan dipecah oleh
kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu
dari kedelai juga akan hilang.

6
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40
jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977). Perubahan-
perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya kandungan
oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai
fermentasi 72 jam.

Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan
peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al.,
1967). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali
vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan Aoyagi).

Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung dalam tempe adalah sebagai berikut :

1. Asam Lemak
Kandungan lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses fermentasi
tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak.
Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA)
meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap
kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam
tubuh.
2. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut
lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat
potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12
(sianokobalamin).
3. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral
besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g
tempe.Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat
(yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam
fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih
tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
4. Anti Oksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti
halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat
dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai

7
terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping
ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi
isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon
dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
5. Protein
Kandungan protein pada tempe sebanyak 35-45%
6. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada tempe sebesar 12-30%
7. Air
Kandungan air pada tempe sebesar 7 %.

Peranan Rhizopus Oryzae dalam meningkatkan gizi tempe :

Kedelai merupakan bahan baku tempe. Kandungan Kedelai (100 gr.) – Protein 34,9
gram – Kalori 331 kal – Lemak 18,1 gram – Hidrat Arang 34,8 gram – Kalsium 227 mg –
Fosfor 585 mg – Besi 8 mg – Vitamin A 110 SI – Vitamin B1 1,07 mg – Air 7,5 gram. Pada
pembuatan tempe selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik
maupun kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan
menjadi asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan.

Dengan adanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami
peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang
telah difermentasi menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi
karbohidrat dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah
larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu dari kedelai juga akan hilang.

Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40
jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977). Perubahan-
perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya kandungan
oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai
fermentasi 72 jam.

Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan
peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al.,
1967). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali
vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin.

8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : senin, 21 februari 2023
Waktu : pukul 16.00 s.d. 18.00 WITA
Tempat : Rumah Janeth
B. Alat Dan Bahan

1. ALAT
a. KOMPOR
e. Toples
b. Panci
f. Sarung / kain
c. Pengaduk
g. Tusuk gigi / jarum pentul
d. Talang / kotak plastik
2. Bahan
a. Kedelai yang telah dikupas kulit arinya 2 Kg
b. Ragi tempe 4 gr
c. Air secukupnya
d. Spiritus / lilin
e. Kantong plstik gula / daun pisang

C. Prosedur Kerja
1. Mencuci bersih kedelai yang telah dikupas kulit arinya sampai 3 kali
2. Merebus kedelai hingga mendidih, setelah itu mengangkat dan meniriskannya
3. Setelah dingin mencampurnya dengan ragi tempe
4. Memasukkan campuran tersebut ke dalam plastic gula kemudian melubangi
plastik gula tersebut menggunakan jarum pentul
5. Merckatkan ujung plastic gula menggunakan lilin/ spritus
6. Memeram tempe selama 2 hari dengan menutupnya menggunakan kain / sarung

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Gambar 2 Proses pemilahan kacang yang layak dan tidak

Gambar 1 siapkan alat dan bahan Gambar 3 proses penyucian

Gambar 4 proses perebusan pertama Gambar 5 proses pendinginan

Gambar 6 proses pengupasan kulit ari – ari kedelai Gambar 7 proses pencucian 2

Gambar 8 proses perebusan kedua Gambar 9 proses penyaringan

10
Gambar 10 proses penuangan kacang ke baskom Gambar 11 proses pencampuran ragi & kedelai

Gambar 12 proses memasukkan kacang kedelai Gambar 13 tempe yang telah didiamkan selama 3 – 4
kedalam plastik hari

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami dilakukan, maka pembuatan tempe
pada kelompok kami berhasil. Ini dilihat dari indikator yaitu bungkusan tempe terasa panas
ketika pemeraman berlangsung pada hari pertama hal ini disebabkan karena dalam
pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2 hal inilah
yang menjadikan tempe terasa panas, kemudian pada hari kedua terlihat adanya
sekelompok massa yang berwarna putih yang menyeliputi kacang kedelai tersebut yang
disebut miselia. Dalam proses pembuatan tempe terdapat jamur dan bakteri. Keikutsertaan
bakteri dalam proses pembuatan tempe tidak dapat dihindari walaupun dalam
pembuatannya sudah secara higienis dalam laboratorium dan dengan menggunakan
inokulum kultur murni sebab kontaminasi akan selalu terjadi oleh spora bakteri yang
berasal dari kedelai.

Ragi merupakan salah satu faktor penentu dalam pembuatan tempe yang optimal
bagi pertumbuhan mikrobia khamir dan kapang. Selain itu khamir dan kapang juga
membutuhkan media tumbuh yang mengandung banyak protein. Oleh karena itu dapat
digunakan Kacang kedelai sebagai nutrisi atau media tumbuh kedua jenis mikroba tersebut.

11
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tempe merupkan salah satu produk bioteknologi terbuat dari singkong yang
difermentasikan oleh Rhizopus oligosporus
2. Peran Rhizopus oligosporus dalam pembutan tempe adalah Rhizopus akan
menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2 yang akan menghambat beberapa
organisme perusak. Adanya spora dan hita juga akan menghambat pertumbuhan kapang
yang lain. Jamur tempe juga menghasilkan antibiotikayang dapat menghambat
pertumbuhan banyak mikrobia.

B. Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum pembuatan tempe alat dan bahan yang akan digunakan
terlebih dahulu dibersihkan dan kemudian disterilkan agar pembuatan tempe dapat
berhasil kita laksikan
2. Sebagai pembaca umum, diharapkan laporan ini dapat menambah wawasan anda
menjadi lebih luas lagi dalam hal pembuatan tempe.

12

Anda mungkin juga menyukai