Anda di halaman 1dari 21

BAB III

ADMINISTRASI SEBAGAI SENI DAN ILMU

A. Pengertian dan Kriteria Seni


- Pengertian Seni
Administrasi merupakan ilmu yang terpakai dalam merangkai suatu
harapan di dalam perencanaan dengan usaha berupa realisasi kegiatan sesuai
perencanaan dan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kesinambungan mengandung makna bahwa administrasi terpakai dalam
mengembangkan kegiatan secara terarah dan mampu menghindari penyimpangan-
penyimpangan sebelum terjadi agar tidak merugikan organisasi.
Administrasi sebagai seni apabila kita perhatikan fungsi praktisnya dan
merupakan proses adalah seluruh langkah-langkah yang diambil dalam
penyelesaian pekerjaan
Administrasi adalah art (seni) atau administration is art. Art berasal dari
bahasa latin “artes” yang berarti:
a. Daya cipta yang timbul dari dalam untuk mewujudkan sesuatu.
b. Kemahiran yang diperoleh dari pengalaman.
Administrasi dalam arti art ialah kemahiran dalam mengurus sesuatu yang
dikombinasikan dengan daya cipta, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
- Kriteria Seni
✓ Harus jadi petunjuk
✓ Dapat dijadikan bimbingan
✓ Dijadikan sebagai Metode / Cara
✓ Dapat Praktek
✓ Harus berupa keterampilan

31
B. Perkembangan Administrasi Sebagai Seni
Perkembangan administrasi dan sebagai seni dapat dibagi menjadi tiga
fase utama, yaitu :
1. Tahap prasejarah yang berakhir pada tahun 1 M
2. Tahap sejarah yang berakhir pada tahun 1886
3. Tahap modern yang dimulai pada tahun 1886 dan masih berlangsung hingga
sekarang ini.
1) Tahap Prasejarah
Bukti-bukti sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa pada tahap
prasejarah ini administrasi sudah berkembang dengan baik. Meskipun
mungkin secara tidak sadar, masyarakat purba telah menjalankan roda
berdasarkan apa yang sekarang apa yang disebut sebagai prinsip-prinsip
administrasi. Karena kebutuhan masyarakat yang dipuaskan melalui
penerapan prinsip-prinsip administrasi pun relatif masih sederhana maka pada
umumnya sistem administrasi yang dipergunakan pun belum serumit yang
digunakan sekarang ini.
Ditinjau dari segi waktu dan tempat, tahap prasejarah ini dapat dibagi
pula menjadi enam tahap perkembangan antara lain :
Zaman Mesopotamia. Pada Zaman Mesopotamia telah dijalankan
sebagian prinsip-prinsip administrasi yang diketahui oleh manusia sekarang
terutama di bidang pemerintahan, perdagangan, komunikasi, dan
pengangkutan, terutama pengangkutan sungai. Bahkan bukti-bukti sejarah
menunjukkan bahwa Mesopotamia telah mempergunakan logam sebagai alat
tukar-menukar yang sudah barang tentu sangat memperlancar jalannya
perdagangan.
Kesulitan yang sering dihadapi oleh para sarjana sekarang ini dalam
rangka pembuktian yang lebih rinci ialah bahwa riset yang sungguh-sungguh
mendalam mengenai perkembangan administrasi pada zaman Mesopotamia
tidak dapat dilaksanakan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini.

32
Pertama tidak dapat para ahli purbakala belum berhasil menggali seluruh
peninggalan-peninggalan itu, baik dalam bentuk kota yang konon hingga kini
masih banyak yang terpendam maupun dalam bentuk peninggalan sejarah
lainnya, terutama tulisan kuno. Kedua, seandainya tulisan-tulisan lebih
banyak dapat diketemukan, ahli tulisan kuno mesapotania sudah jarang sekali
ada.
Namun demikian dari bukti-bukti yang dapat diinterpretasikan terbukti
bahwa dalam bidang-bidang tersebut di atas, administrasi dan manajemen
telah berkembang dalam bidang dengan cukup baik.
Zaman Babylonia. administrasi pemerintahan, perdagangan,
perhubungan, pengangkutan telah berkembang pula dengan baik pada zaman
Babylonia. Peradaban Babylonia telah berhasil pula membina suatu sistem
administrasi di bidang teknologi terbukti dengan adanya Taman Gantung yang
menurut sementara orang sampai sekarang ini belum dapat ditandingi oleh
manusia modern.
Keterbatasan pembuktian yang dapat diadakan untuk zaman Babylonia
terbentur pada kurangnya hasil peninggalan sejarah yang telah dapat digali
demikian pula karena tulisan yang dipergunakan di masa itu sukar dibaca
diinterpretasikan oleh manusia modern.
Mesir kuno. Agak berbeda dengan kedua zaman yang telah
dibicarakan di muka, pengetahuan tentang perkembangan administrasi dan
manajemen pada zaman Mesir kuno lebih banyak karena peninggalan
sejarahnya yang lebih banyak dan juga terutama karena tulisan Mesir kuno
masih banyak dapat digali kembali dan masih banyak ahli purbakala yang
dapat menginterpretasikannya. Dengan diketemukannya papirus misalnya
maka kejadian-kejadian di Mesir kuno lebih banyak tercatat.
Analisis dari peninggalan - peninggalan sejarah itu membuktikan
bahwa di Mesir kuno aspek administrasi yang sangat berkembang ialah di

33
bidang pemerintahan, misalnya perpajakan, perhubungan, dan pertanian
(termasuk irigasi).
Hanya saja dalam peradaban Mesir kuno proses administrasi
dijalankan untuk kepentingan rakyat, seperti umum diakui sekarang ini, akan
tetapi demi kepentingan Firaun dan keluarganya. Sebabnya ialah bahwa
Firaun dianggap diperlakukan sebagai dewa atau paling sedikit sebagai
manusia keturunan dewa-dewa. Pengabdian kepada Firaun diidentikkan
dengan pengabdian kepada Tuhan.
Tiongkok kuno. Penyelidikan-penyelidikan yang telah diadakan
mengenai perkembangan administrasi dan manajemen pada zaman Tiongkok
kuno memberikan kepada dunia modern pengetahuan yang cukup banyak
tentang administrasi manajemen di masa itu.
Yang paling menonjol dan sekaligus merupakan perkembangan yang
belum pernah terjadi sebelumnya, ialah bahwa masyarakat dan pemerintahan
Tiongkok kuno telah berhasil menciptakan suatu sistem administrasi
kepegawaian yang sangat baik. Demikian baiknya ciptaan tersebut sehingga
banyak prinsip-prinsip administrasi kepegawaian modern yang terkenal
dengan istilah merit system itu dipinjam prinsip-prinsip administrasi
kepegawaian Tiongkok kuno.

2) Tahap Sejarah (Tahun 1 M sampai dengan 1886)


Berhubung dengan gelapnya sejarah dunia pada umumnya selama 15
abad pertama dari sejarah dunia modern, bidang administrasi dan manajemen
pun turut mengalami kegelapan. Berarti tidak banyak yang diketahui tentang
perkembangan administrasi dan manajemen dalam 15 abad itu.
Kemudian diketahui bahwa timbulnya Gereja Katolik Roma telah
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan teori administrasi dan
manajemen. Dengan perkataan lain, Gereja Katolik Roma telah memberikan
sumbangan yang besar terhadap perkembangan administrasi dan manajemen.

34
Malahan ada pendapat yang mengatakan bahwa pesatnya agama
Katholik Roma berkembang tidak saja karena aspek teologinya, tetapi juga
karena organisasinya yang sangat rapi. Malahan sesungguhnya pola dasar
struktur organisasi yang telah diciptakan oleh Gereja Katolik Roma telah
ditiru oleh hampir semua organisasi modern hingga sekarang ini, meskipun
sudah barang tentu timbul perkembangan lanjutan sebagai akibat semakin
kompleks tata kehidupan modern.
Dengan perkataan lain, sumbangan Gereja Katolik Roma terhadap
perkembangan administrasi dan manajemen sebagai seni ialah di bidang
sistematisasi struktur organisasi. Kemudian diketahui pula bahwa administrasi
dan manajemen semakin berkembang lebih pesat lagi dengan terjunnya para
cendekiawan di masa itu ke dalam bidang administrasi dan manajemen.
Demikianlah terlihat, misalnya bahwa di Eropa timbul tiga kelompok
sarjana yang terdapat pada tiga negara yang berbeda-beda pada waktu yang
kira-kira bersamaan, yang tanpa diketahui pada tahap permulaan, mempunyai
pandangan yang pada garis besarnya sama. Ketiga kelompok ahli tersebut
ialah sebagai berikut.
1. Kaum Kameralist yang terdapat di Jerman dan Austria.
2. Kaum Merkantilist di Inggris.
3. Kaum Fisiokrat di Prancis.
Banyak orang yang mengatakan bahwa ketiga kelompok ahli ini
adalah ahli-ahli ekonomi karena sorotan analisis mereka adalah perekonomian
negara dilihat dari sudut manajemen. Padahal, sesungguhnya mereka adalah
pelopor-pelopor manajemen ilmiah karena inti teori-teori mereka ialah bahwa
perekonomian suatu negara hanya akan bisa kuat apabila kegiatan-kegiatan
administrasi dan manajemen dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Akan
tetapi karena manajemen ilmiah belum dikenal pada waktu itu, mereka
digolongkan ke dalam golongan ahli ekonomi.

35
Bukti yang dapat diketengahkan bahwa ketiga kelompok ahli tersebut
adalah pelopor-pelopor administrasi dan manajemen ilmiah ialah hasil karya
mereka. Untuk mengambil salah seorang saja diantara mereka sebagai contoh
akan terlihat bahwa George Von Zincke selama hidupnya telah menghasilkan
537 karya ilmiah dan 175 di antaranya membahas administrasi pertanian.
Perkembangan yang makin pesat dari administrasi dan manajemen
zaman sejarah ini telah dimungkinkan pula oleh timbulnya Revolusi Industri I
di Inggris yang mempunyai akibat-akibat yang sangat luas di bidang
administrasi dan manajemen. Sebagaimana diketahui timbulnya Revolusi
Industri I di Inggris telah dipercepat oleh penemuan-penemuan mesin-mesin
produksi, seperti mesin uap oleh James Watt.
Di bidang administrasi dan manajemen, Revolusi Industri I tersebut
telah mengakibatkan terjadinya perubahan radikal dalam filsafat administrasi
dan manajemen yang tadinya merupakan filsafat yang job centered, lambat
laun berubah menjadi filsafat human centered. Orientasi terhadap pekerjaan
berubah dari orientasi efektivitas semata-mata menjadi orientasi efisiensi plus
efektivitas. Di bidang produksi terdapat pula perubahan yang radikal dari
produksi kecil-kecilan menjadi produksi massal dengan mesin-mesin. Akibat
produksi besar-besaran itu terlihat dengan jelas dalam peningkatan
perdagangan luar negeri, dengan pasaran luar negeri dipergunakan sebagai
tempat pelemparan barang yang dihasilkan dan sebagai sumber bahan-bahan
baku.
Di bidang kepegawaian, sebagai akibat dari semakin besarnya
perusahaan-perusahaan industri, semakin banyak jumlah pegawai yang
dipekerjakan. Hal ini mengakibatkan hilangnya sistem apprenticeship dan
guild dan terbentuknya serikat-serikat buruh yang kian hari kian menyadari
hak dan kewajibannya terhadap organisasi di tempat ia bekerja. Perubahan ini
pulalah yang menjadi basis dikembangkannya kegiatan dalam industri yang
dikenal dengan Industrial relations.

36
Dalam hubungan ini perlu pula diperhatikan peranan besar yang telah
dimainkan oleh Charles Babbage, seorang sarjana dan profesor matematika
pada University Cambridge, yang pada permulaan abad ke-18 telah menulis
sebuah buku yang berjudul “The Economy of Manufacture. Dalam buku
tersebut Babbage menekankan pentingnya efisiensi dalam usaha mencapai
tujuan.
Namun selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru
diselidiki kembali setelah lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah (Scientific
Managemen Movement) yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor di
Amerika Serikat. Gerakan ini dimulai pada tahun 1886. Gerakan ini sekaligus
menandai dua hal, yaitu :
1) berakhirnya status administrasi dan manajemen sebagai seni semata-mata,
tetapi mulai berdwistatus karena administrasi dan manajemen itu
diakuipul, sebagai ilmu pengetahuan;
2) berakhirnya tahap Sejarah dalam perkembangan administrasi dan
manajemen dan tibanya Zaman Modern yang dimulai pada tahun 1886
dan yang masih berlangsung terus hingga dewasa ini.

3) Zaman Modern
Seperti telah terlihat dari analisis historis yang amat singkat di atas,
fase terakhir dari perkembangan administrasi dan manajemen oleh penulis
diberi nama Zaman Modern ditandai oleh lahirnya Gerakan Manajemen
Ilmiah yang dipelopori oleh Frederick W Taylor, di Amerika Serikat.
Gerakan Manajemen Ilmiah tersebut lahir pada tahun 1886 karena
pada tahun Itulah Taylor, sebagai seorang sarjana pertambangan, yang bekerja
pada Midvale Steel Company di Philadelphia mulai mengadakan
penyelidikan-penyelidikan dalam rangka usahanya mempertinggi efisiensi
perusahaan dan meningkatkan produktivitas para pekerja. Taylor
memperhatikan bahwa efisiensi perusahaan tidak terlalu tinggi dan

37
produktivitas buruh rendah karena terlalu banyaknya waktu dan gerak-gerik
kaum buruh yang tidak produktif. Karena itu Taylor melakukan suatu studi
yang disebut dengan Time and Motion Study untuk mempelajari penggunaan
waktu oleh kaum buruh serta gerak-gerik mereka dalam melaksanakan
pekerjaan. Hasil-hasil penyelidikan yang dijalankan oleh Taylor itu kemudian
dituliskannya dalam satu buku yang berjudul The Participles of Scientific
Management. Buku itu kemudian diterbitkan pada tahun 1911 setelah terlebih
dahulu dibacakan dalam kongres para sarjana teknik Amerika. Perhatian
Taylor dalam penyelidikannya terutama ditujukan kepada kaum buruh dan
manajemen tingkat bawahan.
Sementara Taylor sibuk dengan penyelidikan-penyelidikannya, di
Prancis terdapat pula seorang ahli pertambangan yang bernama Henri Fayol
yang bekerja pada salah satu perusahaan tambang di sana. Karena
ketidakmampuan pimpinan perusahaan untuk menggunakan sumber-sumber
yang tersedia bagi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan,
perusahaan terancam oleh kehancuran.
Sebagai seorang ahli pikir, Fayol telah mencari sebab-musabab dari
kegagalan perusahaan itu mencapai tujuannya. Hasil pemikiran Fayol
kemudian tertuang dalam satu buku yang terbit pada tahun 1916 dengan judul
Administration Generale et lndustrielle dan yang pada tahun 1930
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul General and Industrial
Management. (Seharusnya: General and Industrial Administration).
Teori-teori yang diciptakan oleh Fayol itu telah ia terapkan sendiri
pada waktu ia menjadi administrator perusahaan dan la memang berhasil
menyelamatkan perusahaan dari keruntuhan dan malah berhasil pula
mengembangkannya. Sorotan Fayol di dalam teorinya ialah kelompok
pimpinan dari suatu organisasi.
Dengan Taylor yang menyoroti para pelaksana dan pimpinan tingkat
rendah dan Fayol yang menyoroti golongan pimpinan tingkat atas dari suatu

38
organisasi, hasil-hasil pemikiran kedua tokoh administrasi dan manajemen
telah saling isi mengisi dan lengkap-melengkapi tanpa diketahui oleh satu
sama lain. Kedua tokoh inilah yang memegang saham dan memberikan
sumbangan yang sangat besar dalam meletakkan dasar-dasar bertumbuhnya
administrasi dan manajemen sebagai ilmu pengetahuan. Karena sumbangan
mereka yang demikian besar itu, Frederick Winslow Taylor diberi julukan,
sebagai Bapak Gerakan Manajemen Ilmiah, sedang Henri Fayol diberi
julukan Bapak Teori Administrasi Modern.

C. Administrasi Sebagai Ilmu


Telah dikemukakan bahwa manusia lahir dengan membawa kodrat
sosialitas, disamping kodrat individualitas. Kodrat itu sering tidak dirasakan
karena sejak kelahirannya setiap manusia sudah berada di antara manusia lain
atau di dalam suatu masyarakat. Kodrat yang menjadi kebutuhannya itu baru
terasa jika manusia merasa salah satu dari kodratnya itu terancam.
Manusia merasa membutuhkan manusia lain apabila diasingkan atau
setidak-tidaknya diacuhkan orang lain disekitarnya. Demikian pula manusia akan
merasa membutuhkan eksistensinya sebagai individu diakui, apabila salah satu
atau semua hak asasinya terancam oleh sesuatu kekuasaan / kekuatan (power)
tertentu. Kebutuhan itu dapat diibaratkan seperti kebutuhan manusia sepanjang
hidupnya yang perlu menghirup udara yang mengandung zat asam dan
menghembuskan zat asam arang. Demikian mudah kebutuhan itu dapat
dipenuhinya, sehingga cenderung tidak dirasakannya. Kebutuhan itu segera
dirasakannya menjadi sangat penting apabila karena sesuatu hal, manusia merasa
tercekik yang tidak memungkinkannya dapat menghirup dan menghembuskan
udara yang dibutuhkannya secara mudah.
Dari sisi lain manusia juga dilahirkan dan hidup dalam satu masyarakat
yang telah mengenal dan terbiasa bekerja sama, yang secara otomatis
dipelajarinya, sehingga tidak dirasakannya lagi sebagai syarat untuk mewujudkan

39
kehidupan bersama. Manusia akan menyadari pentingnya kerja sama apabila
untuk mencapai maksud atau tujuan. dalam kehidupan, ternyata tidak dapat
dilakukannya sendiri. Untuk itu manusia pun tidak secara mudah dapat bekerja
sama dengan semua orang yang dijumpai atau yang diperlukannya. Diantara
orang-orang yang bekerja sama itu diperlukan berbagai kesamaan atau
kesesuaian, baik berdasarkan kebutuhan / kepentingan, motivasi, sifat-sifat
kepribadian dan tujuannya. Tanpa kesesuaian sangat sulit menjalin kerja sama
antar manusia yang memiliki individualitas sebagai jati diri masing-masing.
Selanjutnya dalam sejarah kehidupan manusia, tidak sedikit pengalaman dan
fakta-fakta yang dapat bercerita bahwa dengan bekerja sama manusia mampu
menciptakan karya-karya besar. Kerja sama yang efektif dan efisien merupakan
mukjizat, karena sering kali mampu menolong manusia keluar dari berbagai
masalah sulit yang tidak mungkin diselesaikannya sendiri. Dengan bekerja sama
sebagai perwujudan kodrat sosialitasnya di dalam suatu organisasi, tidak sedikit
hasil yang dicapainya sebagai tujuan yang dapat memberikan keputusan dalam
hidupnya.
Usaha mengendalikan kerja sama agar berlangsung efektif dan efisien
dalam perwujudan sosialitas manusia, perlu dipelajari dan dianalisis secara
ilmiah. Hasilnya berapa teori-teori dipergunakan untuk mendasari kegiatan-
kegiatan praktis yang dapat dilakukan manusia dalam mengendalikan kerja sama
di lingkungan organisasi tertentu. Hasil analisis terhadap obyeknya yang jelas
dengan mempergunakan metode analisis yang relevan dan disusun di dalam
sistematika tersendiri, telah menempatkannya sebagai suatu ilmu.
Dengan terpenuhinya syarat-syarat sebuah disiplin ilmu tersebut, maka
diterimalah eksistensinya dengan predikat Ilmu administrasi, yang berdiri sendiri
terlepas dari disiplin-disiplin ilmu lainnya. Pembahasan administrasi sebagai
disiplin ilmu dapat diikuti berikut ini.
- Obyek, Metode dan Sistematika Ilmu Administrasi

40
Pada awal tumbuh dan berkembangnya perhatian terhadap makna dan
peranan kerja sama manusia dalam usaha mewujudkan tujuan bersama yang
disebut administrasi, masih sering dipersoalkan apakah kedudukannya merupakan
ilmu atau seni. Keragu-raguan itu memang patut terjadi, karena pada masa itu
belum dilakukan usaha untuk mempelajari secara mendalam dan kehadirannya
lebih banyak diwujudkan dalam praktik. Dalam kondisi seperti itu terlihat
pelaksanaan pengendalian kerja sama yang sukses di tangan seseorang, namun
ternyata gagal / kurang sukses di tangan orang yang lain, meskipun langkah-
langkah yang ditempuh terlihat sama. Kegiatannya seolah-olah tergantung pada
bakat, sebagaimana manifestasi seni di tangan para seniman. Lukisan pada obyek
yang sama terlihat indah di tangan pelukis yang berbakat, keindahannya
berkurang apabila dihasilkan oleh pelukis yang kurang berbakat. Demikian pula
ibarat sebuah lagu yang terdengar merdu disenandungkan seorang penyanyi
berbakat dan terdengar menyakitkan telinga pada waktu dinyanyikan seseorang
yang suaranya sumbang.
Berdasarkan uraian-uraian di atas berarti Ilmu Administrate telah
memenuhi syarat-syarat sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Syarat-syarat
tersebut adalah:
1. Ilmu Harus Mempunyai Obyek
Obyek ilmu adalah sesuatu yang dibahas atau dipelajari dan
dideskripsikan secara lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan. Obyek ilmu
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Obyek Material, yakni sesuatu yang bersifat nyata yang diselidiki dan
dideskripsikan oleh ilmu. Obyek material ilmu banyak yang sama,
sehingga tidak membedakan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain,
sebagai suatu disiplin yang berdiri sendiri. Ilmu Administrasi obyek
materialnya adalah manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia.
Obyek material itu sama dengan banyak disiplin ilmu lainnya, seperti
Psikologi, Ilmu Hukum, Sosiologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Pendidikan dan

41
lain-lain. Dengan kata lain obyek material bukan yang memberikan ciri-
ciri yang khas bagi satu disiplin ilmu.
b. Obyek Formal, yakni aspek khusus/tertentu pada obyek material yang
diselidiki dan dideskripsikan oleh suatu ilmu. Obyek formal tidak sama
antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, sehingga menjadi faktor
utama yang membedakannya sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Ilmu Administrasi obyek formalnya adalah rangkaian kegiatan manusia
atau proses pengendalian kerja sama manusia di dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Obyek formal itu berbeda dengan ilmu
yang lain. Misalnya Psikologi yang obyek materialnya sama dengan Ilmu
Administrasi, ternyata obyek formalnya adalah memahami tingkah laku
manusia sebagai individu dan anggota masyarakat serta latar belakangnya.
Sedang Sosiologi obyek formalnya adalah kegiatan dan perilaku manusia
sebagai anggota masyarakat dalam kelompok masing-masing. Demi-
kianlah setiap ilmu berbeda obyek formalnya sebagai ciri-ciri khas yang
merupakan faktor yang membedakannya satu dengan yang lain.
2. Ilmu Harus Mempunyai Metode
Ilmu harus obyektif yang berarti harus mampu mengungkapkan
obyeknya sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kesesuaian antara materi yang
diungkapkan ilmu dengan obyeknya disebut obyektivitas. Untuk itu
diperlukan metode sebagai prosedur kerja dalam mengungkapkan keadaan
obyeknya. Metode itu harus memberikan jaminan yang tinggi untuk meng-
hasilkan data / informasi dan penjelasannya sebagai kebenaran yang bernilai
ilmiah. Prosedur dan cara bekerja itu disebut metode keilmuan yang mampu
menghasilkan pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan yang terdapat pada
obyeknya. Dengan metode keilmuan harus diperoleh bukti-bukti atau tanda-
tanda kebenaran dari pengetahuan yang diungkapkan mengenai obyeknya.
Metode keilmuan harus merupakan cara kerja yang terarah, teratur, tertib dan
benar. Metode keilmuan ini bagi berbagai ilmu terdapat kesamaannya, karena

42
pada dasarnya hanya, terdiri dari dua bagian besar, yakni prosedur dan cara
kerja; melalui penelitian, sedang yang lain adalah prosedur dan cara kerja
melalui proses berpikir ilmiah yang bersifat rasional analitis dan logis.
Sehubungan dengan itu sebagaimana disiplin ilmu yang lain, ternyata
prosedur dan cara kerja dalam mempelajari obyek Ilmu Administrasi, pada
umumnya dilakukan melalui prose berpikir ilmiah. Penggunaan prosedur dan
cara kerja melalui penelitian, pada umumnya dilakukan sebagai usaha
pengembangan Ilmu Administrasi yang telah dirangkai dengan prosedur dan
cara kerja melalui proses berpikir ilmiah. Bagaimana kedua metode atau cara
kerja itu dilakukan, tidak akan dibahas lebih jauh karena bukan porsi dalam
tulisan ini. Akan tetapi harus diterima kenyataan bahwa metode yang
dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai disiplin ilmu, bukanlah
merupakan ciri-ciri yang membedakannya satu dengan yang lain. Kenyataan
ini berarti juga persyaratan bahwa ilmu harus memiliki metode bukanlah
dimaksudkan metodenya harus berbeda satu dengan yang lain. Persyaratan
ilmu harus mempunyai metode, maksudnya adalah bahwa prosedur dan cara
kerja suatu ilmu dalam mengungkapkan obyeknya, harus mampu
menghasilkan pengetahuan tentang obyeknya itu secara lengkap , benar / tepat
dan obyektif. Kesamaan metode bukanlah persoalan, selama langkah-
langkahnya dilakukan secara konsekuen, agar hasilnya berupa materi ilmu
bersifat obyektif.
3. Ilmu Harus Sistematik
Deskripsi pengetahuan yang diungkapkan mengenai obyeknya sebagai
kebenaran, harus jelas dan teratur urutan-urutannya, serta jelas pula hubungan
bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Disamping itu deskripsi
materinya harus terpadu secara harmonis, sebagai kebulatan yang sistematis
atau bersistem.
Administrasi sebagai suatu disiplin ilmu sejak awal dalam realisasi
kegiatannya telah menuntut dan menggambarkan urutan yang sistematis dan

43
terpadu. Dengan demikian pendeskripsiannya secara teoritis, tidak dapat dan
tidak boleh menyimpang dari keteraturan urutannya dalam praktik melak-
sanakan pengendalian kerja sama sejumlah orang di lingkungan suatu
organisasi.
4. Ilmu Harus Bersifat Universal
Sifat universal bermakna bahwa hasil mengungkapkan obyeknya harus
merupakan kebenaran yang berlaku umum, tidak sekedar mengenai sesuatu
yang tertentu atau bukan hanya untuk sesuatu yang bersifat individual
(khusus). Teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil dan generalisasi-generalisasi
yang dirumuskan ilmu, tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, sehingga selalu
dapat dimanfaatkan dan didayagunakan kapan dan di manapun sesuai dengan
obyeknya.
Sifat universal dalam Ilmu Administrasi, berarti teori-teori, konsep-
konsep, gagasan-gagasan di dalamnya berlaku dan dapat digunakan untuk
semua organisasi, bukan untuk organisasi tertentu di tempat dan pada waktu
tertentu pula. Applaidnya di lingkungan organisasi hanya perlu
menyelaraskannya dengan misi berdasarkan bidang garapan organisasi
masing-masing. Oleh karena itulah berkembang cabang-cabangnya.
Diantaranya dikenal berupa Administrasi Pemerintahan untuk mengendalikan
proses kerja sama dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan pemerintahan, agar
berlangsung efektif dan efisien. Disamping itu terdapat juga Administrasi
Personel, Administrasi Keuangan, Administrasi Perbekalan, Administrasi
Pembangunan, Administrasi Bisnis (Business Administration), Administrasi
Pendidikan dan lain-lain.
Dari uraian-uraian di atas perlu ditegaskan sekali lagi bahwa obyek
material, metode, sistematika dan sifat universal berbagai disiplin ilmu
mungkin saja sama, sehingga tidak dapat dijadikan faktor yang dapat
membeda-bedakannya antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain faktor
tersebut bukan merupakan faktor yang memberikan ciri-ciri sebagai disiplin

44
ilmu yang berdiri sendiri. Faktor utama yang membedakan disiplin ilmu
tersebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri adalah obyek formalnya.
Sehubungan dengan itu dilihat dari segi obyek material, secara garis
besarnya dapat dibedakan antara dua disiplin ilmu. Kedua disiplin ilmu itu
adalah :
a. Ilmu-ilmu Sosial, yakni yang obyeknya adalah manusia dan segala sesuatu
yang dipengaruhi manusia. Teori-teori, hukum-hukum dalil-dalil, definisi-
definisi dan lain-lain di dalam ilmu sosial bersifat relatif dan kurang pasti.
Oleh karena itu disiplin ilmu ini selalu berkembang dan bergerak maju
secara dinamis Teori-teori, hukum-hukumnya dan lain-lain seperti
disebutkan di atas, pada dasarnya merupakan hipotesis ilmiah. Dengan
demikian teori-teori, hukum-hukumnya dan lain-lain selalu mungkin
berubah, berkembang dan disempurnakan, terutama jika ada bukti-bukti
ilmiah baru yang menyatakan ketidak benaran, kekeliruan atau ketidak-
sempurnaannya. Disamping itu karena obyeknya juga mengenai segala
suatu yang dipengaruhi manusia, termasuk di dalamnya berupa hasil rasa,
karsa dan karya manusia, yang disebut kebudayaan, maka ilmu ini disebut
atau dikelompokkan juga sebagai Ilmu Budaya.
b. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka jelas bahwa Ilmu Administrasi
pada dasarnya termasuk Ilmu Sosial dan secara otomatis juga sebagai Ilmu
Budaya.
c. Ilmu-ilmu Alam, yakni yang obyeknya benda-benda alam yang tidak
dipengaruhi oleh manusia. Teori-teori hukum-hukum, aksioma-aksioma,
dalil-dalil dan lain-lain yang dihasilkan secara relatif bersifat pasti. Oleh
karena itu ilmu-ilmu ini disebut juga Ilmu Pasti atau Ilmu Eksakta. Namun
harus diakui bahwa di antaranya terdapat juga disiplin ilmu ini yang
obyeknya adalah manusia, Namun dalam mempelajari obyeknya itu
diperlakukan itu diperlukan sebagai benda alam, yang tidak dapat

45
dipengaruhi oleh manusia. Misalnya Ilmu Kedokteran dan Biologi
(termasuk Ilmu Urai Tubuh).
Oleh karena ilmu eksakta tidak langsung berhubungan dengan Ilmu
Administrasi, maka tidak akan dibahas lebih lanjut. Ilmu Administrasi dalam
perkembangannya mungkin saja mendapat masukan dari disiplin ilmu yang
lain sebagai ilmu bantu, namun tidak berarti tergantung atau menjadi bagian
ilmu tersebut. Misalnya Ilmu Administrasi dalam membahas peningkatan
efisiensi dan efektivitas kerja sama sejumlah manusia, dihubungkan dengan
teori-teori tentang motivasi, yang merupakan topik bahasan Psikologi.
Disamping itu mungkin pula mempergunakan masukan dari Sosiologi, karena
sejumlah manusia dalam organisasi merupakan kelompok di dalam suatu
masyarakat.
Sementara kriteria ilmu administrasi menurut The Liang Gie adalah
sebagai berikut :

a. Empiris
Bersifat empiris karena administrasi telah dikembangkan melalui
penelaan, penelitian, pengamatan-pengamatan dan percobaan-percobaan
oleh para pakar dan juga melalui diskusi dan konperensi ilmiah yang
membahas tentang administrasi.
Salah satu ciri atau sifat dari suatu ilmu adalah apabila
pengetahuan tentang sesuatu diperoleh dari hasil penelitian dan
percobaan-percobaan secara ilmiah. Bukan dari hasil pemikiran
perorangan atau berdasarkan informasi dari seseorang yang tidak jelas
sumbernya
b. Sistematis
Bersifat sistematis karena semua pengetahuan tentang aspek-aspek
rangkaian kegiatan penataan itu, merupakan kumpulan pengetahuan yang

46
saling berkaitan dan saling bergantungan satu sama lain, sehingga
merupakan suatu kebulatan.
Secara teori The Liang Gie (1993, 36) mengatakan bahwa ilmu
sebagai sekumpulan pengetahuan harus mewujudkan diri dalam suatu
sistem, yakni suatu kebulatan yang tersusun dari unsur-unsur yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
c. Obyektif
Bersifat obyektif karena pengetahuan tentang administrasi
diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang berdasarkan fakta-fakta hasil
perasaan, prasangka ataupun kesukaan perseorangan.
Ilmu merupakan sekelompok pengetahuan yang teratur yang
bersifat netral, dalam pengertian tidak harus terikat pada nilai-nilai baik-
buruk.

d. Analisis
Bersifat analisis karena membedakan substansinya dalam bagian-
bagian yang menunjukkan spesialisasi atau spesifikasi dalam berbagai
bidang bagian-bagian tersebut merupakan penguraian dari suatu
kebulatan.
Ilmu administrasi dapat dipilah-pilahkan atau terjadi menjadi
bagian atau unsur seperti :
- Ilmu organisasi
- Ilmu manajemen
- Ilmu komunikasi dalam administrasi
- Ilmu administrasi kepegawaian
- Ilmu administrasi keuangan dan sebagainya.
e. Dapat Diuji Kebenarannya

47
Ilmu selalu mengarah kepada kebenaran. Kebenaran ini dapat
berupa kaidah-kaidah atau norma-norma yang bersifat universal.
Pengembangan di bidang administrasi dalam rangka peningkatan
kemampuan administratif (administrative capability), bukan saja
diperuntukkan dalam lingkungan pemerintahan saja, tetapi juga bagi
organisasi-organisasi swasta, terutama dalam rangka pelaksanaan
pembangunan nasional.
Administrasi sebagai ilmu pengetahuan termasuk kelompok
"applied sciences", karena kemanfaatannya hanya ada apabila prinsip-
prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan
mutu berbagai kehidupan bangsa dan negara. Sedangkan administrasi
dalam praktek atau sebagai suatu seni pada zaman modern sekarang ini
merupakan proses kegiatan yang perlu dikembangkan secara terus
menerus, agar administrasi sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan
benar-benar dapat memegang peranan yang diharapkan.
D. Penggolongan Ilmu Administrasi
Administrasi dapat dibedakan dalam 2 golongan yaitu:
1. Administrasi Negara (Public Administration) yaitu kegiatan-kegiatan / proses
/ usaha di bidang kenegaraan.
a. Yang dimaksud dengan Public Administration menurut J.M. Pfiffner and
Robert v Presthus dalam bukunya: Public Administration, ialah: “Public
Administration is a process concerned with carrying out public policies")
(Administrasi Negara adalah suatu proses yang berhubungan dengan pe-
laksanaan kebijaksanaan Negara).
b. Dimock dalam bukunya: Public Administration, mendefinisikan sebagai
berikut: “Public Administration is the activity of the State in the exercise
of its political power") (Administrasi Negara adalah kegiatan negara
dalam melaksanakan kekuasaan/kewewenangan politiknya).

48
2. Administrasi Swasta/Niaga (Private/Business Administration), yaitu kegiatan-
kegiatan / proses / usaha yang dilakukan di bidang swasta / niaga. Dalam
bidang "Administrasi Niaga" (Business Administration) dapat diartikan
sebagai berikut: "Administrasi Niaga ialah kegiatan-kegiatan dari pada
organisasi-organisasi Niaga dalam usahanya mencapai tujuan yaitu mencari
keuntungan (profit making) "
E. Perkembangan Administrasi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu objek ilmiah yang
memiliki, sekelompok prinsip, dalil dan rumus yang melalui percobaan-percobaan
yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip,
dalil-dalil, dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari. Yang menjadi
pertanyaan sekarang ialah apakah administrasi dan manajemen sebagai suatu
objek ilmiah telah memiliki syarat-syarat tersebut di atas sehingga administrasi
dan manajemen itu telah dapat diklasifikasikan sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan ? Jawaban terhadap pertanyaan inilah yang akan diusahakan
diberikan dalam sub penjelasan ini.
Telah dikatakan dimuka bahwa administrasi dan manajemen dipengaruhi
ole dinamika masyarakat. Sebaliknya, administrasi dan manajemen pun
mempengaruhi dinamika masyarakat, balk dalam statusnya sebagai seni maupun
sebagai ilmu pengetahuan.
Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sesuatu ilmu pengetahuan
lahir, karena masyarakat menghendakinya, dalam arti kata bahwa oleh
masyarakat terasa utamanya kebutuhan untuk ilmu pengetahuan itu. Meskipun
masyarakat telah merasakan adanya kebutuhan untuk sesuatu ilmu pengetahuan
tertentu, eksistensi dari objek ilmiah menjadi satu ilmu pengetahuan masih perlu
diperjuangkan oleh para ahli yang menspesialisasikan dirinya dalam bidang
tersebut.
Karenanya untuk secara universal diakui sebagai ilmu pengetahuan,
sesuatu objek ilmiah itu harus diperjuangkan dan dikembangkan oleh para

49
pencintanya dengan Contohnya ialah masa yang lama yang harus berlalu selama
mana para pencinta sosiologi memperjuangkan agar sosiologi itu diakui sebagai
ilmu pengetahuan. Demikian pulalah halnya dengan ilmu administrasi.
Ilmu administrasi tergolong ke dalam ilmu-ilmu sosial dan malahan dapat
dikatakan merupakan salah satu cabang terbaru dari ilmu-ilmu sosial. Secara
khusus dapat pula dikatakan bahwa ilmu administrasi itu termasuk kelompok
applied, sciences dalam ilmu-ilmu sosial karena kemanfaatannya hanya ada
apabila prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalilnya diterapkan untuk
meningkatkan mutu kehidupan manusia. Dalam membedakan ketiga klasifikasi
ilmu pengetahuan tersebut di atas kiranya perlu ditekankan bahwa masing-masing
klasifikasi mempunyai karakteristik yang khas. Dalam buku ini dibedakan
terutama karakteristik ilmu-ilmu eksakta dengan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu eksakta mempunyai karakteristik utama, yaitu bahwa
keseluruhan prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalilnya berlaku universal
dan dapat diterapkan melalui proses adopsi karena prinsip-prinsip, rumus-rumus,
dan dalil-dalil tersebut tidak mengenal batas waktu dan tempat. Dimana pun,
bilamana pun dan oleh siapapun diterapkan pasti mendatangkan hasil yang sama.
Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial memang juga mempunyai prinsip-prinsip,
rumus-rumus, dan dalil-dalil yang bersifat universal. Akan tetapi, di dalam
penerapan berlaku hukum adaptasi karena penerapan prinsip-prinsip, rumus-
rumus dan dalil-dalil itu harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, tempat, waktu,
dan manusia al memberikan hasil yang diharapkan.
Ditinjau dan segi pentahapan perkembangan ilmu administrasi, sejak
lahirnya hingga sekarang ilmu administrasi telah melewati empat tahap, yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap Survival (1886-1930)
Telah terlihat di muka bahwa tahun 1886 sering dikatakan sebagai tahap
lahirnya ilmu administrasi karena pada tahun itulah Gerakan Manajemen Ilmiah,
dimulai oleh Frederick Winslow Taylor. Dalam jangka waktu yang cukup

50
panjang inilah para ahli yang menspesialisasikan dirinya dalam bidang
administrasi dan manajemen memperjuangkan diakuinya administrasi dan
manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.
2. Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan (1930-1945)
Tahap ini disebut tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam
jangka waktu inilah prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil ilmu
administrasi dan manajemen lebih disempurnakan sehingga kebenarannya tidak
dapat dibantah lagi.
Dalam jangka waktu ini pulalah gelar-gelar kesarjanaan dalam ilmu
administrasi negara dan niaga mulai banyak diberikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi.
3. Tahap Human Relations (1945-1959)
Tahap ini disebut tahap internal relations karena setelah terciptanya
prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil yang sudah teruji kebenarannya,
perhatian para ahli dan sarjana mulai beralih kepada faktor manusia serta
hubungan formal dan informal apa yang perlu diciptakan, dibina, dan
dikembangkan oleh dan antar manusia pada semua tingkatan organisasi demi
terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana yang
intim dan harmonis.
4. Tahap Behaviouralisme (1959 hingga sekarang)
Pengertian terhadap semakin pentingnya peranan manusia dalam usaha
mencapai tujuan, mengakibatkan para ahli dan sarjana memusatkan tujuan yang
telah ditetapkan ada masalah manusia kerja ini. Akan tetapi, hakikatnya pada
tahap penyelidikan ini sorotan perhatian bukan lagi manusianya sendiri sebagai
makhluk hidup terakhir yang mempunyai martabat, kepribadian, tujuan, cita-cita.

51

Anda mungkin juga menyukai