Dosen Pengampu:
Holila
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Sejarah Perkembangan Administrasi Publik.............................................................2
2.2 Paradigma Administrasi Negara (Administrasi Publik).............................................7
2.3 New Public Manajemen...........................................................................................9
2.4 New Public Service (NPS)........................................................................................14
2.5 Perbedaan The Old Public Administration dan The New Public Administration....16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................20
3.1Kesimpulan..............................................................................................................20
3.2 Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II PEMBAHASAN
Meskipun sejarah administrasi sangat terbatas, namun hal ini bukan berarti
bahwa administrasi publik pada jaman dahulu kurang berfungsi atau tidak
diterapkan. Akal sehat kita menunjukkan, bahwa fungsi administrasi public sudah
ada sejak dahulu kala, hal ini kita bias lihat bagaimana raja-raja mempertahankan
kekuasaannya dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Banyak dan bagaiman
kompleknya fungsi-fungsi manajemen dan administrasi yang harus diterapkan
oleh pendiri candi Borobudur di Jawa Tengah. Tentu saja pekerjaan yang sangat
2
kompleks sifatnya apalagi melibatkan publik dalam suatu pembagian kerja secara
horizontal maupun vertikal dengan metode dan teknik tertentu, pasti
menggunakan sistem administrasi atau menejemen yang kompleks. Oleh karena
itu, merupakan disiplin yang sangat tua. Untuk Indonesia mulai peninggalan
sejarah dan budaya harus diakui pernah maju dalam bidang tersebut.
Secara jelas disiplin ini mulai diajarkan pada tahun 1950an pada berbagai
perguruan tinggi di Indonesia ketika modernisasi sebagai bagian doktrin
pembangunan bagi negara-negara berkembang disebarluaskan administrasi publik
yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat diinstitusionalkan di Indonesia
dalam bentuk bantuan teknis sebagai wujud dari komitmen negara maju terhadap
negara-negara sedang berkembang.
3
Membuktikan bahwa di Mesir Kuno aspek administrasi dan
menejemen sangatlah berkembang pada bagian penataan usaha
kerja sama dibidang pemerintahan, militer perpajakan dan
pertanian. Piramida di Mesir juga membuktikan dalam
pembangunannya juga memperluka banyak orangyang
berkerjasama, dan tentunya dilandasi dengan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan tenaga, dan pegawasan yang
sifatnya formal.
d. Tiongkok Kuno
Telah berhasil menciptakan suatu sistem administrasi kepegawaian
yang sangat baik. Dengan demikian baiknya ciptaan itu sehingga
banyak prinsip-prinsip administrasi kepegawaian modern yang
telah dikenal dengan istilah “Merit System” yang dipinjam dari
prinsip-prinsip Administrasi kepegawaian Tiongkok Kuno1.
2. Fase Sejarah
a. Gereja Katolik
Mempunyai sumbangan besar mengenai administrasi melalui
praktek administrasi terutama dalam organisasi 1000 tahun yang
lalu, memberi kontribusi dalam hal hirarki otoritas, spesialisasi
aktivitas sepanjang garis fungsional dan konsep staf.
b. Revolusi Industri
Inovasi teknologi dari revolusi industri memberi dampak dinamik
terhadap pemikiran-pemikiran administrasi dan manajemen yang
terjadi di Inggris antara tahun 1700-1785, revolusi industry di
Inggris mengubah manusia di segala bidang termasuk di bidang
administrasi dan manajemen sebagai Teknik dan praktik kerjasama
manusia. Pada fase revolusi industry, Richard Arkwright memberi
kontribusi dalam penggunaan efficient managerial principles yang
berhubungan dengan produksi yangkontinu, koordinasi mesin-
mesin, material, orang-orang, capital, factory disiplin dan tanda-
tanda pembagian kerja
4
3. Fase Modern
Fase modern ini ditandai dengan lahirnya Gerakan manajemen
ilmiah yang dipelopori F.W.Taylor sebagai seorang sarjana
pertambangan. Taylor memperhatikan bahwa efisiensi dan
produktifitas buruh tidak terlalu tinggi karena disebabkan terlalu
banyak waktu dan gerak gerik kaum buruh yang tidak produktif.
Kemudian Taylor mengadakan penyelidikan tentang hal-hal tersebut
yang disebut “Time And Motion Study” dan hasilnya dituliskan dalam
suatu buku yang berjudul “The Principles of Scientific Management”
dan diterbitkan pada tahun 1911.
5
Pada masa penjajahan Jepang yang berlangsung cukup singkat
tidak begitu terlihat untuk mempengaruhi budaya bangsa atau
pemerintahan. Begitu juga dengan ilmu administrasi penerapan secara
optimal belum terpikirkan. Meskipun demikian ada beberapa hal yang
perlu dicatat pada masa itu berupa dibentuknya rukun-rukun kampung.
Rukun “Asatjo” dibagi menjadi beberapa rukun tetangga “Kumitjo”.
Hal seperti ini membekas sampai sekarang menjadi istilah RW dan RT
dalam system administrasi negara Indonesia.
3. Masa Kemerdekaan
6
Pamong Praja di Malang yang semula bernama Kursus Dinas (KDC)
yang kemudian berkembang menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP).
Paradigma adalah Bahasa Yunani yaitu paradigm yang artinya pola atau
contoh. Friedrichs (1970) memberi Batasan paradigma sebagai suatu pandangan
yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari. Disisi lain, Ritzer (1980) mendefinisikan paradigma
sebagai pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dalam salah stu cabang
disiplin ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa paradigma
administrasi public adalah model atau pola tentang focus dan locus (kedudukan)
administrasi publik.
7
administrasi publik seolah0olah berada pada naungan politik. Administrasi
publik adalah perpanjangan tangan politik dalam menjalankan kebijakan
yang telah dirumuskan oleh politik. Statemen yang berlaku saat itu adalah
“when politic ends, public administrasion begins”. Pada paradigma ini
hubungan politik dan administrasi seperti dua sisi mata uang yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan.
2. Paradigma II : Prinsip-prinsip Administrasi Publik (1927-1937)
Pada paradigma ini tidak mempersoalkan lagi locus administrasi publik,
akan tetapi lebih menekankan fokus administrasi seperti efisiensi,
efektivitas, produktivitas, disiplin, kerjasama, koordinasi dan sebagainya.
Pelopor dari paradigma II yaitu FW Taylor dengan 4 prinsip-prinsip dasar
administrasi public yaitu perlu mengembangkan ilmu menejemen sejati
untuk memperoleh kinerja terbaik, melakukan proses seleksi pegawai
ilmiah agar mereka bias bertanggung jawab dengan kerjanya, pendidikan
dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah, dan kerjasama yang intim
antara pegawai dan atasan. Prinsip-prinsip administrasi negara dari FW
Taylor ini kemudian dikembangkan oleh Henry Fayol, Leonard D White
dan lain-lain.
3. Paradigma III : Administrasi Publik sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Tokoh pada paradigma ini adalah Chester I Benard, Dwight Waldo,
Herbert Simon, dan lain-lain. Pada paradigma III administrasi publik
kembali menjadi bahagian ilmu politik. Dalam hal ini administrasi publik
sebagai eksekutif dari politik. Pelaksanaan administrasi publik tidak bisa
bebas nilai (free value) dan bisa diintervensi oleh lingkungan politik.
8
menerapkan teori-teori organisasi, dan ilmu manajemen. Pada paradigma
ini tidak ada perbedaan fokus administrasi publik dengan administrasi
bisnis. Keduanya fokus pada efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.
5. Paradigma V : Administrasi Publik sebagai Administrasi Publik (1970-
sekarang)
Tokoh pada paradigma V antara lain Amitai Etziomi, Gerald Caiden, dan
lain-lan. Pada paradigma V ini, administrasi publik tetap menjadi
administrasi publik dengan menjalankan prinsip-prinsip dan fungsi-fungsi
administrasi publik. Teori organisasi dan manajemen publik, politik
ekonomi publik, analisis dan proses pembuatan kebijakan public
digunakan dalam paradigmaini.
6. Paradigma Old Public Administration (OPA)
7. Paradigma New Public Administrasion (NPA)
8. Paradigma New Public Manajemen (NPM)2.
2
Pasolong, Harbani. 2007.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
9
NPM merupakan teori mamnajemen publik yang beranggapan bahwa praktik
manajemen swasta adalah lebih baik daripada dengan praktik manajemen pada
sektor publik.3
NPM juga sebagai filsafat publik yang baru, sebagai langkah menuju
pendekatan pemerintahan yang menempatkan penekanan pada transparasii,
manajemen kinerja dan akuntabilitas pegawai dan manajer sektor publik
(Leishman et al., 1996, hal. 26 dalam heyer 2010). Akuntabilitas, transparansi dan
supermasi hukum adalah prinsip-prinsip inti NPM (DAS,2000) Dan democratic
policing (Pino dan Wiatrowski, 2006). NPM berhasil dilaksanakan oleh kepolisian
10
di selandia baru dan inggirs, dan yang tingkatan rendah di beberapa negara Uni
Eropa. 3
11
g) Pelaksanaan dan pengembangan ulasan manajemen dan kerangka
evaluasi kinerja (diadaptassi dari Boston, 1991;, Butterfield et al,
2004 dalam Hayer, 2010).
Dalam NPM dipastikan bahwa para manager tidak hanya berfokus pada aspek
keuangan manajemen saja dan atas kepatuhan hukum, tetapi sebaliknya, malahan
berfokus kepada pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien, namun Pallot
(1991) menyoroti bahwa NPM adalah kombinasi dari manajemen keuangan dan
umum dan sulit untuk memisahkan keduannya.
Kinerja dalam kerangka NPM itu mudah diterima oleh mayoritas lembaga
kepolisian dalam selandia baru, Australia dan inggris.5
12
Terlepas dari kekurangan pelaksanaan otonomi daerah, penerapan NPM
dalam manajemen pemerintahan daerah, telah mengantarkan kepada efisiensi dan
kinerja birokrasi yang tinggi. Kemitraaan diantara sektor publik dan privat atau
public privat partnership(ppp) keduannya saaat ini menjadi konsep yang standar
dalam lingkungan pemerintahan lokal.
45
Ani Agus Puspawati, PUBLISIA JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK, volume 1, 2006, 48
13
pelaksanaan tugas-tugas pemerintah. Didalam perkembangan pelaksanaan NEW
PUBLIC MANAGEMENT sampai sekarang, organisasi pemerintahan di negara
Indonesia menunjukan perkembangan yang positiv, yang berpengaruh kepada
peningkatan kinerja pemerintahan. Konsep NPM menghendaki adanya devolusi
(pendelegasian), desentralisasi dan pemberian kewenangan atau kekuasaan yang
lebih besar kepada bawahan (pemerintah daerah) dan bertujuan menciptakan
organisasi yang efisien.
56
Ibid3
14
- Fokus pada Kepentingan Publik
NPS tekanan pada kolaborasi antara berbagai pihak dalam memberikan pelayanan
publik. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dianggap penting
dalam mencapai tujuan pelayanan publik.
NPS menempatkan kualitas pelayanan publik sebagai prioritas utama. Hal ini
dilakukan dengan pelayanan yang terbuka, responsif, dan memperhatikan
kebutuhan masyarakat.
NPS tekanan pada akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik. Hal ini
dilakukan dengan memberikan informasi yang jelas dan mudah diakses oleh
masyarakat, serta memastikan bahwa proses pelayanan publik dilakukan secara
terbuka dan tidak diskriminatif.
NPS menganggap bahwa masyarakat harus memiliki peran aktif dalam pelayanan
publik. Hal ini dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan publik.
15
NPS Tekanan pada usaha hasil yang dapat diukur secara jelas dan terukur. Hal ini
dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pelayanan publik yang diberikan,
sehingga dapat diperbaiki dan ditingkatkan secara terus menerus.
Implementasi NPS dilakukan dengan mobil mengubah pola pikir birokrasi dan
masyarakat tentang pelayanan publik. Birokrasi harus memandang pelayanan
publik sebagai tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi, bukan semata mata
sebagai kegiatan administratif. Selain itu, masyarakat juga harus memiliki
ekspektasi yang realistis terhadap pelayanan publik, serta memiliki peran aktif
dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik.
2.5 Perbedaan The Old Public Administration dan The New Public
Administration
67
Ferlie, E., Lynn Jr, L. E., & Pollitt, C. (2005). The Oxford handbook of public management. Oxford
University Press.
16
efektif dalam mengatasi masalah kompleks dalam pemerintahan dan administrasi
publik, terutama dalam konteks masyarakat yang semakin kompleks dan dinamis.
Kesulitan dalam mengubah paradigma lama: Sistem dan budaya OPA yang sudah
tertanam kuat dalam organisasi pemerintahan, membuat sulitnya menerapkan
pendekatan baru seperti NPA.
7
78
Mohammad, M. S. (2017). New Public Management versus New Public Administration: An
Overview. International Journal of Business and Social Science, 8(2), 56-63.
17
Keterbatasan sumber daya: Implementasi NPA memerlukan sumber daya yang
memadai dan ketersediaan teknologi informasi yang memadai untuk mendukung
partisipasi masyarakat dan pengambilan keputusan berdasarkan data.
18
Memperkuat pengawasan dan akuntabilitas: Pemerintah harus memperkuat
pengawasan dan akuntabilitas dalam administrasi publik, termasuk melalui
peningkatan transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan.
19
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Ulbert. 1999. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan
Dimensi. Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Ferlie, E., Lynn Jr, L. E., & Pollitt, C. (Eds.). (2005). The Oxford handbook of
public management. Oxford University Press.
21