Anda di halaman 1dari 9

PEMBEKUAN SEMEN PADA AYAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan

Disusun oleh:

Sarah Maghfirah 175130100111062

Laily Nabilah H. 175130101111053

Alreza Justine S. 175130101111057

Safwah M Amin 175130107111032

Malinda Gunda H. 175130107111036

Farreldio Pradana P. 177130107111038

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat-Nya
Penulis bisa menyelesaikan makalah Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan mengenai
pembekuan semen pada ayam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mengaharapkan adanya saran, kritikan, maupun masukan yang membangun guna untuk
melengkapi makalah ini. Semoga isi makalah ini dapat memberi pengetahuan kepada
mahasiswa.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, jika ada kata yang salah kepada saudara/i
penulis minta maaf dan kepada tuhan penulis mohon ampun.

Malang, 1 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………...………….……... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..…………………. ii

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………………...……………… 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………....………... 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………..…...………. 1

1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………...……………… 1

BAB II

PEMBAHASAN ……………………………………………………………….……………. 2

2.1 Inseminasi buatan pada ayam….………………..………………………….……………. 2

2.2 Koleksi semen pada ayam……………………………………………...…….………… 2-4

2.3 Metode pembekuan semen ayam...…….........………………………...…………………. 4

BAB III

PENUTUP ……………………………………………………………...…………………… 5

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………. 5

3. 2 Saran ………………………………………………………………...………………...… 5

DAFTAR RUJUKAN …………………………………….……………...…………….…… 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pengembangbiakan ternak ayam pada umumnya masih menggunakan cara


konvensional, yaitu melalui perkawinan secara alam. Campur tangan oleh peternak dalam hal
sistem perkawinan ini masih sangat minim, sehingga efisiensi produksi rendah dan
memberikan peluang terjadinya inbreeding yang relatif tinggi. Dampaknya akan menurunkan
kemampuan produksi, dimana pertumbuhan lambat dan produksi telur makin menurun bagi
generasi berikutnya. Pemeliharaan ayam secara intensif yang dilakukan pada kandang
individual, seekor pejantan hanya dapat melakukan kawin alam secara bergiliran dari suatu
kandang ke kandang yang lain. Disamping itu untuk pengadaan telur tetas sebagai sumber
bibit ayam untuk peremajaan masih merupakan suatu kendala melalui perkawinan secara
alam, karena memerlukan pejantan unggul dalam jumlah yang banyak. Hal ini dapat
memperbesar biaya produksi untuk pemeliharaan pejantan. Untuk mengatasi kendala
tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan penerapan bioteknologi
dalam bidang reproduksi ternak dengan melakukan konservasi semen dan penerapan
teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada ayam dengan cara ini semen dari seekor pejantan
dapat diencerkan untuk mengawini sekitar tujuh belas ekor betina (Ridwan dan Rusdin,
2008).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut;

a. Bagaimana proses inseminasi buatan pada ayam?


b. Bagaimana koleksi semen pada ayam jantan?
c. Bagaimana proses pembekuan pada semen ayam?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui tujuan penulisan makalah sebagai berikut;

a. Memahami proses inseminasi buatan pada ayam


b. Mengetahui cara koleksi semen pad ayam jantan
c. Mengetahui metode pembekuan semen ayam

1
BAB II

PEMBAHASAN ISI

2. 1 Inseminasi buatan pada ayam

2. 1.1. Pengertian inseminasi buatan

Salah satu teknologi reproduksi yang dikembangkan di Indonesia adalah


inseminasi buatan (IB). Inseminasi buatan metode atau teknik memasukkan
(spermarozoa dan plasma semen) ke dalam kelamin betina dengan campur tangan
manusia buatan. Teknologi ini bertujuan memaksimalkan potensi reproduksi yang
ternak jantan unggul. aplikasi teknologi IB ditentukan oleh empat utama yaitu
kualitas semen pejantan, ternak betina, keterampilan teknisi atau serta manajemen
pemeliharaan dan zooteknik dari peternak. Keempat faktor tidak berdiri sendiri
tetapi tergantung secara pada semua faktor tersebut. Kelemahan pada satu faktor akan
menurunkan secara drastis keberhasilan pelaksanaan (Suharman, 2017).

2. 1. 2. Inseminasi buatan pada ayam

Inseminasi buatan pada unggas merupakan salah satu teknologi yang


diharapkan dapat memperbaiki produktivitas ayam, dan merupakan teknik yang
berharga dalam industri peternakan unggas maupun dalam riset penelitian. Dengan
sistem ini dapat diprogramkan upaya untuk mendapatkan bibit dan DOC (day old
chick) dalam jumlah banyak dengan umur sama dalam waktu pendek (Ridwan dan
Rusdin, 2008).

2. 1. 3 Pelaksanaan IB

Inseminasi atau deposisi semen pada ayam betina dilakukan secara manual
dengan menggunakan pipet inseminasi berupa spuit injeksi tuberkulin. Ayam betina
dipegang seperti pada proses penampungan semen ayam jantan, kecuali posisi bagian
posterior ayam betina sedikit diangkat dari sumbu badannya sehingga bagian
posterior lebih tinggi dari bagian anteriornya. Ayam betina dirangsang dengan
pengurutan seperti pada proses penampungan semen supaya ayam betina tersebut
mengeluarkan vaginanya dari rongga kloaka. IB dilakukan sekali pada setiap ayam
betina dengan mendeposisikan semen secara intrauterin dengan dosis 150 juta
spermatozoa motil progresif per 0,1 ml semen (Ridwan dan Rusdin, 2008).

2.2 Koleksi semen pada ayam

2. 2. 1 Karakteristik dan Kualitas Sperma Ayam Pejantan yang Baik

Kualitas sperma ayam pejantan yang baik dibutuhkan untuk menciptakan bibit
DOC yang berkualitas. Berikut ini merupakan beberapa karakteristik sperma ayam
pejantan yang baik. a. Umur ayam pejantan. Ayam akan menghasilkan spermatozoa yang

2
berkualitas ketika sudah mencapai kedewasan seksual, umur pejantan antara 10-20 bulan
merupakan penghasil semen terbaik. Apabila umur pejantan tidak diketahui, maka umur
dapat diduga dengan menggunakan panjang taji. (Ridwan dan Rusdin, 2008).

a. Volume Sperma
Volume sperma ayam pejantan berkisar antara 0,3-1,5 ml per ejakulat. volume
semen yang dihasilkan tergantung dari bangsa, umur, ukuran badan, nutrisi pakan,
frekuensi penampungan dan lain-lain. Kuantitas dan kualitas semen dipengaruhi oleh
kandungan protein dan energi pakan (Rahayu dkk, 2017).

b. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi sperma ayam pejantan berkisar antara 0,05-6. 109 sp/ml (Rahayu dkk,
2017).

c. Warna dan kekentalan sperma


Kualitas sperma yang baik seharusnya kental dan berwarna putih krem(Rahayu
dkk, 2017).

d. Derajat keasaman (pH)


PH sperma ayam pejantan bervariasi antara 8,5-9. pH sperma ayam pejantan
dipengaruhi oleh asam laktat yang dihasilkan dari proses metabolisme spermatozoa dalam
keadaan anaerobik. Penimbunan asam laktat maka dapat meningkatkan atau menurunkan
pH larutan tersebut (Rahayu dkk, 2017).

e. Daya hidup sperma


Daya hidup spermatozoa di luar tubuh sangat rendah. Faktor suhu serta cahaya
dapat mempengaruhi daya hidup sperma di luar tubuh, menyatakan bahwa daya hidup
sperma ayam kampung pejantan mencapai 102 menit di luar tubuh pada suhu kamar
(Rahayu dkk, 2017).

f. Abnormalitas sperma
Prosentase sperma abnormalitas pada kebanyakan ejakulat berkisar antara 520%.
Abnormalitas sperma dipengaruhi oleh lingkungan (Rahayu dkk, 2017).

2. 2. 2 Koleksi dan Inkubasi Telur

Pengumpulan telur hasil IB dilakukan mulai hari kedua setelah inseminasi sampai
pada hari terakhir menghasilkan telur fertil dalam satu periode peneluran yang dibagi ke
dalam empat periode koleksi, masing-masing empat hari. Telur yang diperoleh
dibersihkan menggunakan lap kain yang sudah dicelupkan di air hangat, kemudian
ditandai menurut kelompok perlakuan yang diberikan. Setelah dikoleksi selama empat
hari, telur diinkubasikan kedalam inkubator (38,5 – 40,50C) dan kelembaban 75 %.
Selama inkubasi, telur diputar 3 kali sehari, mulai hari ke- 4 sampai ke- 17 (Ridwan dan
Rusdin, 2008).

3
2. 2. 3 Koleksi Semen Segar

Koleksi semen ayam dilakukan sembilan kali. Penampungan semen menggunakan


teknik pengurutan (masase) dimulai dari bagian punggung ayam dan pada 1 cm
dibelakang kloaka. Sebelum koleksi bagian kloaka dibersihkan dengan tissu yang diberi
NaCl fisiologi. Koleksi semen dilakukan oleh dua orang, satu orang memegang ayam
dan melakukan masase, satu orang lainnya bertindak sebaik kolektor semen. Masase
dilakukan beberapa kali sampai terjadi rangsangan pada ayam yang ditandai dengan
peregangan tubuh ayam dan keluarnya papillae dari proktodaeum kloaka. Ketika ereksi
mencapai maksimal, dilakukan kembali masase hingga terjadi ejakulasi. Kolektor semen
menampung semen hasil ejakulasi (Junaedi dan Arifiyantini, 2011).

2.3 Metode pembekuan semen ayam

Teknik kriopreservasi dapat dibedakan atas teknik kriopreservasi konvensional


(conventional slow freezing) dan kriopreservasi secara cepat (rapid freezing). Teknik
kriopreservasi konvensional adalah teknik kriopreservasi yang lebih menekankan pada proses
pembekuan lambat. Pada teknik ini, suhu diturunkan secara bertahap dengan mesin pendingin
yang dapat diprogram. Dengan teknik ini kristal es masih terbentuk, baik ekstraseluler
maupun intraseluler, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel. Hal ini
disebabkan oleh elektrolit yang menumpuk akan merusak dinding sel sehingga pada waktu
pencairan kembali permeabilitas membran plasma akan menurun dan sel akan mati.
Pembentukan kristal es kemungkinan berkaitan dengan perubahan tekanan osmotik dalam
fraksi yang tidak mengalami pembekuan (Kostaman da Setiono, 2011).

Teknik ini selain melibatkan proses pemaparan krioprotektan baik pada saat pra-
pembekuan dan pascathawing (pencairan kembali) yang bertahap, juga melibatkan proses
pembekuan bertahap dengan menekankan pentingnya proses seeding. Prosesseeding
dimaksudkan untuk menginisiasi pembentukan kristal es sebagai inti es dengan menurunkan
temperatur sebagian larutan, agar dehidrasi terjadi dan menekan pelepasan energi panas yang
berlebihan dari fusi kristal es. Inisiasi secara mendadak ini dilakukan pada temperatur sedikit
di bawah titik beku larutan, sehingga dapat mencegah membesarnya derajat supercooling atau
memperpendek selang supercooling. Tanpa perlakuan seeding, inti es akan terbentuk secara
spontan pada temperatur -10oC sampai -15oC (fenomena supercooling) yang disertai dengan
pelepasan fusi panas, sehingga temperatur hampir mencapai titik bekunya kembali. Kondisi
ini akan menimbulkan suatu fluktuasi temperatur yang cukup besar (Kostaman da Setiono,
2011).

Teknik kriopreservasi konvensional juga disebut dengan teknik pembekuan dua tahap.
Teknik pembekuan dua tahap meliputi inkubasi sel dalam krioprotektan dengan total
konsentrasi 1-2 M yang menyebabkan dehidrasi moderat dan diikuti oleh pembekuan lambat,
misalnya dengan kecepatan 1oC/menit hingga suhu -35oC, lalu pembekuan dalam nitrogen
cair dan thawing untuk evaluasi (Kostaman da Setiono, 2011)

4
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Inseminasi buatan pada unggas merupakan salah satu teknologi yang diharapkan
dapat memperbaiki produktivitas ayam. Inseminasi atau deposisi semen pada ayam betina
dilakukan secara manual dengan menggunakan pipet inseminasi berupa spuit injeksi
tuberkulin. Metode pembekuan semen ayam menggunakan teknik kriopreservasi dapat
dibedakan atas teknik kriopreservasi konvensional (conventional slow freezing) dan
kriopreservasi secara cepat (rapid freezing).

5.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan kepada para
pembaca mengenai teknik pembekuan semen pada ayam.

5
DAFTAR RUJUKAN

Rahayu, Amaliyah., Aji, Listia Palupi Wisnu., Nurkhaffah, Pony Salimah., Fauziyah,
Akmala., Annisa Diqna Nur. 2017. Evaluasi Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung
(Gallus Domesticus) Setelah Penambahan Pakan Ayam Rempah-Rempah Alami.
Yogyakarta: Seminar Nasional Peternakan 3 Tahun 2017.

Ridwan., Rusdin. 2008. Konservasi Semen Ayam Buras Menggunakan Berbagai Pengencer
Terhadap Fertilitas Dan Periode Fertil Spermatozoa Pasca Inseminasi Buatan.
Yogyakarta: J. Agroland 15 (1) : 63 - 67, Maret 2008.

Kostaman, Tatan., Setiono, Ar. 2011. Perkembangan Penelitian Teknik Kriopreservasi Untuk
Penyimpanan Semen Unggas. Bogor: Wartazoa Vol. 21 No.3th. 2011.

Suharman, Herdis. 2017. Kualitas Semen Beku Domba Garut (Ovis Enambahan Sukrosa
Dalam Pengencer Semen Kuning Telur. Banten: Berita Biologi 16(1).

Junaedi., Arifiantini, Raden Iis., Sumantri, Cece., Gunawan, Asep. 2016. Penggunaan
Dimethyl Sulfoxide Sebagai Krioprotektan Dalam Pembekuan Semen Ayam
Kampung. Denpasar: Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2 : 300-308

Anda mungkin juga menyukai