MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat-Nya
Penulis bisa menyelesaikan makalah Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan mengenai
pembekuan semen pada ayam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mengaharapkan adanya saran, kritikan, maupun masukan yang membangun guna untuk
melengkapi makalah ini. Semoga isi makalah ini dapat memberi pengetahuan kepada
mahasiswa.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, jika ada kata yang salah kepada saudara/i
penulis minta maaf dan kepada tuhan penulis mohon ampun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………………...……………… 1
BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………………………………….……………. 2
BAB III
PENUTUP ……………………………………………………………...…………………… 5
3. 2 Saran ………………………………………………………………...………………...… 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut;
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui tujuan penulisan makalah sebagai berikut;
1
BAB II
PEMBAHASAN ISI
2. 1. 3 Pelaksanaan IB
Inseminasi atau deposisi semen pada ayam betina dilakukan secara manual
dengan menggunakan pipet inseminasi berupa spuit injeksi tuberkulin. Ayam betina
dipegang seperti pada proses penampungan semen ayam jantan, kecuali posisi bagian
posterior ayam betina sedikit diangkat dari sumbu badannya sehingga bagian
posterior lebih tinggi dari bagian anteriornya. Ayam betina dirangsang dengan
pengurutan seperti pada proses penampungan semen supaya ayam betina tersebut
mengeluarkan vaginanya dari rongga kloaka. IB dilakukan sekali pada setiap ayam
betina dengan mendeposisikan semen secara intrauterin dengan dosis 150 juta
spermatozoa motil progresif per 0,1 ml semen (Ridwan dan Rusdin, 2008).
Kualitas sperma ayam pejantan yang baik dibutuhkan untuk menciptakan bibit
DOC yang berkualitas. Berikut ini merupakan beberapa karakteristik sperma ayam
pejantan yang baik. a. Umur ayam pejantan. Ayam akan menghasilkan spermatozoa yang
2
berkualitas ketika sudah mencapai kedewasan seksual, umur pejantan antara 10-20 bulan
merupakan penghasil semen terbaik. Apabila umur pejantan tidak diketahui, maka umur
dapat diduga dengan menggunakan panjang taji. (Ridwan dan Rusdin, 2008).
a. Volume Sperma
Volume sperma ayam pejantan berkisar antara 0,3-1,5 ml per ejakulat. volume
semen yang dihasilkan tergantung dari bangsa, umur, ukuran badan, nutrisi pakan,
frekuensi penampungan dan lain-lain. Kuantitas dan kualitas semen dipengaruhi oleh
kandungan protein dan energi pakan (Rahayu dkk, 2017).
b. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi sperma ayam pejantan berkisar antara 0,05-6. 109 sp/ml (Rahayu dkk,
2017).
f. Abnormalitas sperma
Prosentase sperma abnormalitas pada kebanyakan ejakulat berkisar antara 520%.
Abnormalitas sperma dipengaruhi oleh lingkungan (Rahayu dkk, 2017).
Pengumpulan telur hasil IB dilakukan mulai hari kedua setelah inseminasi sampai
pada hari terakhir menghasilkan telur fertil dalam satu periode peneluran yang dibagi ke
dalam empat periode koleksi, masing-masing empat hari. Telur yang diperoleh
dibersihkan menggunakan lap kain yang sudah dicelupkan di air hangat, kemudian
ditandai menurut kelompok perlakuan yang diberikan. Setelah dikoleksi selama empat
hari, telur diinkubasikan kedalam inkubator (38,5 – 40,50C) dan kelembaban 75 %.
Selama inkubasi, telur diputar 3 kali sehari, mulai hari ke- 4 sampai ke- 17 (Ridwan dan
Rusdin, 2008).
3
2. 2. 3 Koleksi Semen Segar
Teknik ini selain melibatkan proses pemaparan krioprotektan baik pada saat pra-
pembekuan dan pascathawing (pencairan kembali) yang bertahap, juga melibatkan proses
pembekuan bertahap dengan menekankan pentingnya proses seeding. Prosesseeding
dimaksudkan untuk menginisiasi pembentukan kristal es sebagai inti es dengan menurunkan
temperatur sebagian larutan, agar dehidrasi terjadi dan menekan pelepasan energi panas yang
berlebihan dari fusi kristal es. Inisiasi secara mendadak ini dilakukan pada temperatur sedikit
di bawah titik beku larutan, sehingga dapat mencegah membesarnya derajat supercooling atau
memperpendek selang supercooling. Tanpa perlakuan seeding, inti es akan terbentuk secara
spontan pada temperatur -10oC sampai -15oC (fenomena supercooling) yang disertai dengan
pelepasan fusi panas, sehingga temperatur hampir mencapai titik bekunya kembali. Kondisi
ini akan menimbulkan suatu fluktuasi temperatur yang cukup besar (Kostaman da Setiono,
2011).
Teknik kriopreservasi konvensional juga disebut dengan teknik pembekuan dua tahap.
Teknik pembekuan dua tahap meliputi inkubasi sel dalam krioprotektan dengan total
konsentrasi 1-2 M yang menyebabkan dehidrasi moderat dan diikuti oleh pembekuan lambat,
misalnya dengan kecepatan 1oC/menit hingga suhu -35oC, lalu pembekuan dalam nitrogen
cair dan thawing untuk evaluasi (Kostaman da Setiono, 2011)
4
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Inseminasi buatan pada unggas merupakan salah satu teknologi yang diharapkan
dapat memperbaiki produktivitas ayam. Inseminasi atau deposisi semen pada ayam betina
dilakukan secara manual dengan menggunakan pipet inseminasi berupa spuit injeksi
tuberkulin. Metode pembekuan semen ayam menggunakan teknik kriopreservasi dapat
dibedakan atas teknik kriopreservasi konvensional (conventional slow freezing) dan
kriopreservasi secara cepat (rapid freezing).
5.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan kepada para
pembaca mengenai teknik pembekuan semen pada ayam.
5
DAFTAR RUJUKAN
Rahayu, Amaliyah., Aji, Listia Palupi Wisnu., Nurkhaffah, Pony Salimah., Fauziyah,
Akmala., Annisa Diqna Nur. 2017. Evaluasi Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung
(Gallus Domesticus) Setelah Penambahan Pakan Ayam Rempah-Rempah Alami.
Yogyakarta: Seminar Nasional Peternakan 3 Tahun 2017.
Ridwan., Rusdin. 2008. Konservasi Semen Ayam Buras Menggunakan Berbagai Pengencer
Terhadap Fertilitas Dan Periode Fertil Spermatozoa Pasca Inseminasi Buatan.
Yogyakarta: J. Agroland 15 (1) : 63 - 67, Maret 2008.
Kostaman, Tatan., Setiono, Ar. 2011. Perkembangan Penelitian Teknik Kriopreservasi Untuk
Penyimpanan Semen Unggas. Bogor: Wartazoa Vol. 21 No.3th. 2011.
Suharman, Herdis. 2017. Kualitas Semen Beku Domba Garut (Ovis Enambahan Sukrosa
Dalam Pengencer Semen Kuning Telur. Banten: Berita Biologi 16(1).
Junaedi., Arifiantini, Raden Iis., Sumantri, Cece., Gunawan, Asep. 2016. Penggunaan
Dimethyl Sulfoxide Sebagai Krioprotektan Dalam Pembekuan Semen Ayam
Kampung. Denpasar: Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2 : 300-308