Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INSEMINASI BUATAN PADA ITIK

Disusun Oleh:
Leo Putra Jaya.Simanjuntak
18410031
PRODUKSI TERNAK ITIK

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD
ARSYAD AL BANJARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Daging unggas khususnya itik merupakan salah satu bahan makanan asal hewan
yang dikenal oleh masyarakat luas setelah daging ayam. Sering ditemui di rumah makan
atau warung yang sering menjual makanan berupa daging itik untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Mengingat semakin banyaknya permintaan pasar maka diperlukan bibit unggul
dengan jumlah banyak dalam waktu singkat yaitu dengan teknologi baru dalam
pengembangan ternak dengan cara meningkatkan pemakaian pejantan itik terpilih untuk
perkawinan Inseminasi Buatan.

Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan telah
berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek
dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan
memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya.

Penerapan Teknologi Reproduksi Inseminasi Buatan (IB) pada ternak itik melalui
persilangan antar itik dan sejenisnya memungkinkan terciptanya strain hibrida untuk
menghasilkan keunggulan produksi baik pada itik pedaging atau itik petelur (Dhama et al.,
2014).

Berbagai jenis itik lokal dikenal penamaannya berdasarkan tempat


pengembangannya, wilayah asal dan sifat morfologis (Setioko dkk., 2002; Kementerian
Pertanian, 2014a;). Itik atau dalam istilah bahasa Jawa disebut bebek secara terus menerus
didomestikasi oleh manusia hingga itik yang dipelihara sekarang disebut Anas domesticus
(Wakhid, 2013). Di Indonesia, itik diternak untuk dimanfaatkan telur dan dagingnya. Jenis
bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur lokal seperti itik
Tegal, itik Alabio, itik Mojosari, itik Bali, dan itik-itik petelur unggul lainnya.

1.1 TUJUAN INSEMINASI BUATAN

Penerapan teknologi IB bertujuan untuk meningkatkan produksi telur tetas (telur


fertil) yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga
apabila telur tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak-anak dalam jumlah banyak dan
kualitasnya baik.
BAB II
INSEMINASI BUATAN

2.1 PENGERTIAN INSEMINASI BUATAN


Inseminasi buatan (IB) pada unggas sebenarnya sudah dikenal sebelum tahun 1926
di daratan China dimana pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternak itik. 25 tahun kemudian
IB dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada angsa. Namun dalam perkembangannya
hingga saat ini sudah jauh dikenal untuk mengembangkan unggas terutama untuk unggas
pembibit.
Inseminasi Buatan Biasa juga kita sebut sebagai kawin suntik, tetapi kedengarannya
lebih ilmiah jika kita sebut IB alias inseminasi buatan. Secara meluas di petani, istilah IB ini
rasanya baru terdengar pada awal tahun 90 an, padahal teknologi sudah lama dikenal dan
diujicobakan pada industri pembibitan unggas ras.
Inseminasi Buatan pada itik adalah teknik mengawinkan secara buatan dengan
memasukkan sperma itik jantan yang telah diencerkan dengan NaCl Fisiologis ke dalam
saluran reproduksi itik betina yang sedang berproduksi
Teknik perkawinan secara IB mutlak diperlukan untuk mempercepat peningkatan populasi
itik, khususnya itik petelur, pedaging. Teknik IB merupakan bagian dari tatalaksana ternak
itik dengan tujuan utama adalah memproduksi anak itik semaksimal mungkin. Disini ada
keterkaitan antara fertilitas, daya tetas dan kemampuan memproduksi itik. Keberhasilan
untuk menghasilkan anak itik yang berkualitas tinggi tidak terlepas dari jumlah anak itik yang
menetas (daya tetas), sedangkan daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur.
Tatalaksana yang baik dari induk yang meliputi; perkandangan, pemberian pakan,
pemilihan bibit dan teknik perkawinan yang betul akan menghasilkan fertilitas yang tinggi.
Dengan manajemen yang baik maka itik unggas yang dihasilkan kemudian akan digunakan
sebagai pengganti induk.
Disamping itu IB dapat mengurangi dan menanggulangi adanya kesulitan kawin
karena perbedaan berat badan antara pejantan dan betina, pada perkawinan secara alam
dengan system pemeliharaan dengan lantai letter (tanah). Pejantan yang unggul tetapi
mempunyai berat badan yang besar dan dapat mengawini betina yang proporsi badannya
lebih ringan dengan jalan IB. Hal ini berarti sifat genetic yang baik masih tetap dapat
disebarluaskan tanpa adanya hambatan perkawinan.
2.2 PROSEDUR MELAKUKAN KOLEKSI SPERMA ITIK JANTAN
Itik jantan entok yang diambil sperma/semennya harus dipelihara secara terpisah
dari itik betina, sedikitnya sebulan sebelum digunakan sebagai penghasil sperma. Sebaiknya
itik jantan dipelihara di dalam kandang berbentuk sangkar. Sedikitnya delapan jam sebelum
diambil spermanya, itik jantan jangan diberi makan tetapi tetap diberi air minum.
Bersihkan kulit disekitar dubur dan bila ada bulu yang cukup panjang, dipotong
sependek mungkin agar dubur kelihatan jelas dan bersih. Memegang itik jantan dengan
posisi bagian ekor menghadap ke depan dan kepala menghadap ke belakang dari posisi
pemegang. Tangan kiri memegang kaki itik sedangkan tangan kanan, menahan dada itik
dengan posisi telapak tangan diletakkan di dada. Leher itik diapit di antara lengan kanan dan
bagian rusuk sisi kanan dari pemegang.
Berikut langkah-langkah pengambilan sperma pada itik pejantan:
1. Dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00 wib
2. Pengambilan sperma dilakukan 2 orang, 1 orang memegang itik dan 1 orang
mengambil sperma
3. Bersihkan kotoran yang menempel dianus
4. Rangsang pejantan dengan mengelus bagian punggung dari bawah leher ke arah
ekor, lakukan 5 – 7 kali
5. Keluarkan alat kelaminnya dengan posisi tangan dibawah sampai keluar spermanya
kemidian tampung sperma kedalam tabung
6. Encerkan sperma dengan nacl fisiologis 0,9 % dengan perbandingan 1 : 6 sampai 1 :
10
7. Caranya sedot Nacl fisiologis dengan spuit sesuai derajat pengenceran , masukan
kedalam tabung . Ambil seperlunya Nacl tersebut, masukan kedalam tabung yang
sudah berisi sperma (tabung penampung) , goyangkan secara perlahan hingga
tercampur.
8. Kemudian sisa NaCl dimasukan lagi ke dalam tabung tersebut dan digoyangkan
hingga tercampur, umur sperma yang telah diencerkan kurang lebih 30
menit,hindarkan sperma dari sinar matahari langsung.
9. Masukan/sedot sperma yang telah diencerkan dengan spuit. Setelah sperma masuk
kedalam alat suntik maka sperma tersebut siap diinseminasikan.
Setelah tahap persiapan, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Tahap
pelaksanaan inseminasi buatan adalah sebagai berikut:
 Siapkan induk itik yang akan diinseminasikan
 Bersihkan kotoran yang menempel dianus dan sekitarnya
 Pelaksanaan IB dilakukan 2 orang, dimana 1 orang memegang itik dan 1 orang
melaksanakan IB
 Tekan bagian tubuh dibawah anus hingga terlihat saluran reproduksi (sebelah kiri)
dan saluran kotoran (sebelah kanan)
 Masukkan sperma yang sudah diencerkan dengan spuit secara perlahan kedalam
saluran telur sedalam kurang lebih 2 cm. Pada waktu akan dilakukan penyuntikan
penekanan bagian bawah tubuh dilepas, bersamaan dengan itu penyuntikan
dilakukan. Tiap induk butuhkan sperma 1 – 2 ml
 . Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya IB diulang 3 hari setelah IB yang
pertama.
Apabila pelaksanaan IB pada itik berhasil maka telur tetas dapat diperoleh mulai
pada hari ketiga karena telur tetas yang pertama tidak digunakan. Untuk penyimpanan telur
tetas maksimal adalah 5 hari, dan untuk menetaskan telur tetas bagian tumpul yang
memiliki rongga udara berada diatas kemudian penetasan dilakukan sesuai dengan
prosedur.

2.3 PROSEDUR MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN PADA ITIK BETINA


1. Sebelum diinseminasi, semen yang telah terkumpul dapat diencerkan terlebih
dahulu dengan NaC1 fisiologis. Pengenceran yang aman adalah satu bagian semen
dengan tiga bagian larutan NaC1 fisiologis. Perhatikan agar sperma yang hidup
jumlahnya tinggi, sebaiknya semen tidak disimpan di penampungan lebih dari 20
menit.
2. Sedot semen dengan spet tuberkulin (1 cc) dengan dosis per ekor 0,1 cc.
3. Masukkan tabung yang sudah terisi semen ke dalam lubang sebelah kiri.
4. Lepaskan jari-jari tangan kiri orang kedua dari perut itik dan lepaskan ekor itik dari
pegangan orang pertama. Kloaka akan masuk kembali ke dalam tubuh.
5. Suntikkan semen sebanyak 0,1 cc secara perlahan-lahan, dan itik dilepaskan.
6. Dua hari setelah inseminasi, itik betina akan menghasilkan telur fertil. Untuk
mendapatkan fertilitas yang baik, ulangi inseminasi 4-5 hari kemudian (Hardjosworo
dan Rukmiasi, 2001; Dhama et al., 2014).

2.4 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah : alat suntik (spuit), tabung penampung

sperma, tabung pengencer, NaCl Fisiologis 0,9% (pengencer sperma) dan kain lap. Ala( dan

bahan ini dapat diperoleh di apotik dan setiap kali digunakan dalam keadaan steril (dicuci

dengan air mendidih).


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN dan SARAN


Inseminasi Buatan pada itik (IB) perlu dikembangkan ditingkat petani peternak
dengan tujuan untuk menyediakan anak itik umur sehari (DOC) dalam jumlah banyak,
seragam dan memiliki kemampuan genetis yang baik untuk digunakan sebagai sumber
penghasil telur ataupun daging. Kendala pelaksanaan teknologi ini adalah rendahnya
kemampuan dan keterampilan petani peternak sehingga diperlukan pelatihan dan
bimbingan yang berkesinambungan dari pihak terkait khususnya penyuluh peternakan di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dharma,K., R.P. Singh, K. Karthik, S. Chakraborty, R. Tiwari, M.Y. Wani, and J. Mohan. 2014. Review
Article: Artificial Insemination in Poultry and Possible Transmission of Infectious Pathogens. Asian
Journal of Animal and Veterinary Advances. 9(4): 211- 228.

Setioko, A.R., L.H. Prasetyo, B. Brahmantiyo, dan M. Purba. 2002. Koleksi dan Karakterisasi Sifat-Sifat
Beberapa Jenis Itik. Kumpulan Hasilhasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Bogor.

Wakhid, A. 2013. Peternak Itik, Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai